Anda di halaman 1dari 4

Analisis Determinan Kepatuhan Terhadap Pengobatan pada Penderita TB Paru BTA+

di Kota Medan
ESRANI GINTING
Pengetahuan dan Sikap
Peneliti : Dapatkah ibu ceritakan pertama kali ibu mengetahui bahwa suami ibu menderita TB?
Apa yang ibu lakukan setelah itu?
Informan : 2 bulan yang lalu batuk-batuk. Emang sih dulunya udah pernah kena TB, tapi inilah
kambuh lagi selama udah diberhentikannya obatnya.
Peneliti : Apa yang ibu ketahui tentang TB?
Informan : Ya batuk-batuk gak berenti-berenti dan batuknya parah kali.
Peneliti : Bagaimana pengobatan TB yang ibu ketahui?
Informan : Berobat harus teratur dan rutin.
Peneliti : Menurut ibu mengapa pengobatan TB begitu lama?
Informan : Karena memang harus sampai betul sembuh penyakitnya baru bisa berenti berobat. Ini
kemarin itu bapak gak berobat lagi makanya kambuh lagi pas diperiksakan ke dokter.
Peneliti : Apa yang terjadi jika bapak lupa minum obat?
Informan : Batuknya parah kali sampe buat orang gak selera makan lah kalau dengar batuk
bapak.

Dukungan Keluarga
Peneliti : Apakah keluarga mengetahui penyakit yang ibu derita?
Informan : Ya tau semuanya. Disini kan saya yang menjelaskan tentang penyakit bapak yakan,
karena bapak pulang kerja sampe malam-malam kali dan gak tentu juga pulangnya
jam brapa, jadi ibuk ajalah ya yang menjelaskan penyakit bapak.
Peneliti : Bagaimana reaksi keluarga saat pertama sekali mengetahui bahwa bapak menderita
TB+?
Informan : Ya saya terkejutlah kenapa kambuh lagi pak. Padahal kemarin udah sembuh saya
bilangkan sama bapak.
Peneliti : Bagaimana cara bapak menjelaskan penyakit yang bapak derita kepada keluarga?
Bagaimana tanggapan mereka?
Informan : Ya disitu bapak batuk-batuk parah lagi, jadi saya istrinya nanya kok bisa batuk-batuk
lagi sih pak, gitu saya bilang. Terus bapak periksa sendiri kerumah sakit, rupanya
memang kena penyakit TB lagi. Dan saya bilang rutin lagi lah berobatnya pak.
Peneliti : Apakah keluarga ikut menemani ketika ibu berobat/memeriksakan penyakit bapak?
Bagaimana tanggapan keluarga ibu?
Informan : Bapak pergi sendiri berobatnya nggak mau dia saya temenin. Ya saya biarin ajalah dia
berobat sendiri, yang penting dia mau berobat.
Peneliti : Apakah keluarga tau metode pengobatan bapak?
Informan : Iya tau, karena saya yang kadang ambil obat ke puskesmas.
Peneliti : Siapa yang menjelaskan metode pengobatan TB kepada keluarga bapak? Bagaimana
tanggapan keluarga bapak?
Informan : Ya orang puskesmas nya yang jelasin, ya saya selalu nyuruh berobat rutin.
Peneliti : Jika keluarga mendukung pengobatan bapak, bagaimana bentuk dukungan yang
diberikan oleh keluarga?
Informan : Saya sebagai istri ngingatkan berobat dan minum obat, ambilkan obatnya ke
puskesmas.
Peneliti : Jika keluarga tidak mendukung pengobatan bapak, apa alasan keluarga tidak
mendukung? Apakah yang menjadi kendala?
Informan : Gak ada kendala apa-apa, dan keluarga mendukung. Tapi ya gitu suka males minum
obat dulunya. Bandel kali sukak makanin pantangannya.
Peneliti : Bagaimana perasaan bapak terhadap reaksi keluarga?
Informan : Ya biasa ajalah, tapi gitu kadang palak karena bapak gak patuh berobat. Tapi ini udah
rutinlah karena takut penyakit juga sekarang
Peneliti : Apakah keluarga mengingatkan hal berikut?
a. Jam minum obat?
b. Mengambil obat bila obat akan habis?
c. Menemani/mengantar mengambil obat?
Informan : Iya selalu saya ingatkan bahkan saya yang kadang ambil obat ke puskesmas. Karena
bapak kadang gak sempat ambil obat.

Riwayat Penyakit
Peneliti : Sudah berapa lama bapak menderita TB?
Informan : 2 bulan ini lah.
Peneliti : Apakah sebelumnya pernah menderita penyakit lain selain TB? Bagaimana
pengobatannya? Apakah ada keharusan patuh minum obat?
Informan : Ada, penyakit gula dan struk ringan. Iya pengobatannya emang harus rutin berobat
juga dan rutin minum obat.
Peneliti : Apakah bapak pernah mengulang pengobatan TB karena tidak patuh minum obat?
Bagaimana perasaan bapak?
Informan : Iya inilah karena kambuh lagi makanya ulang berobat dari awal lagi. Dan dia langsung
cepat mikir untuk berobat rutin, yang dipantangin juga gak dibuatnya.
Peneliti : Apa yang menjadi kendala bapak saat itu sehingga tidak patuh minum obat?
Informan : Kendala nya gak ada, tapi malas nya ini Cuma kendalanya.
Peneliti : Adakah hal-hal yang memotivasi bapak agar dapat meminum obat dengan rutin?
Informan : Karena awalnya udah gak batuk-batuk dan diberentikannya obatnya, jadi kambuh lagi
batuk-batuknya. Disitulah bapak mulai takut dan rajin bapak berobat

Fasilitas kesehatan
Peneliti : Dimana ibu memeriksakan penyakit ibu pertama kali?
Informan : Dirumah sakit.
Peneliti : Bagaimana prosedurnya? Bisa ibu ceritakan?
Informan : Tes darah dulu awalnya, besoknya baru disuruh datang lagi ambil hasil tes nya. Dab
dsitulah dijelaskan tentang TB itu. Bapak dinyatakan TB+
Peneliti : Bagaimana pelayanannya?
a. Petugasnya?
b. Kelengkapan alatnya?
c. Alur pemeriksaannya? Apakah mudah atau berbelit-belit?
d. Biayanya?
Informan : Petugasnya ramah, pelayanannya juga bagus dan alatnya juga lengkap. Alur
pemeriksaannya gak ribet dan masalah biaya saya pakai KIS jadi gak keluar biaya
dipuskesmas. Paling Cuma cek darah aja di lab baru saya bayar.
Peneliti : Faskes mana saja yang ibu datangi selama pemeriksaan?
Informan : Faskes kampung baru aja.
Peneliti : Bagaimana pejelasan yang diberikan tenaga kesehatan mengenai penyakit ibu dan
hasil pemeriksaan ibu?
a. Apakah mudah dimengerti?
b. Apakah diberi kesempatan untuk bertanya?
Informan : Iya mudah dimengerti dan bapak diberikan kesempatan bertanya.
Peneliti : Seberapa jauh faskes terdekat yang dapat ibu kunjungi saat ini?
Informan : Gak jauh lah, deket kok
Peneliti : Seberapa jauh faskes berikut dari tempat tinggal saudara? Apakah ada kesulitan untuk
menjangkaunya?
a. Faskes umum?
b. Tempat pemeriksaan TB?
c. Tempat pengambilan obat?
Informan : Paling ada 1km, kalau pemeriksaan TB dan abil obat nya juga di puskesmas itu
Peneliti : Dimana saja ibu dapat memproleh obat?
Informan : Puskesmas aja.
Peneliti : Apakah ada kendala dalam memperoleh obat?
Informan : Gak ada kendala, kendalanya Cuma malas minum obat aja.

Anda mungkin juga menyukai