Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

EFISIENSI PENGAMBILAN KEPUTUSAN SECARA TEPAT

Disusun Oleh:
M. Fajar Pratama Siagian (170210173)
Muhammad Ridho Sinaga (170210152)
Putri Hairaningrum (170210153)

Mata Kuliah Pengambilan Keputusan


Dosen Pembimbing: SUFI, S.Sos., M.AP

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat


Rahmat dan Hidayah- Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul:
“Efisiensi Pengambilan Keputusan Secara Tepat” .
Melalui kesempatan ini, tidak lupa kami menghaturkan terima kasih yang
tidak terhingga kepada Yang terhormat, Bapak SUFI, S.Sos., M.AP sebagai
Dosen Mata Kuliah Pengambilan Keputusan yang telah memberikan petunjuk
demi kesempurnaan pembuatan Makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu, sudilah kiranya para pembaca untuk memberikan masukan dan saran sehingga
isi Makalah ini dapat lebih sempurna.
Akhirnya, saya berharap semoga isi Makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi siapa saja yang memerlukannya dimasa sekarang dan yang akan
datang. Amin..

Lhokseumawe, 25 November 2019

Penyusun,
(Kelompok 1)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Pengambilan Keputusan ............................................................... 3
2.2 Jenis-Jenis Pengambilan Keputusan ............................................................... 4
2.2.1 Penggolongan .............................................................................................. 4
2.2.2 Pengambilan Keputusan Dengan Kreatif Dan Inovatif. .............................. 5
2.3 Gaya Pengambilan Keputusan ........................................................................ 7
2.4 Model-Model Pengambilan Keputusan .......................................................... 8
2.4.1 Model Normatif Simon ............................................................................... 8
2.4.2 Model Rasional ........................................................................................... 9
2.4.3 Model Klasik ............................................................................................. 10
2.4.4 Model Administratif.................................................................................. 10
2.4.5 Model Perilaku .......................................................................................... 10
2.4.6 Model Kontigensi...................................................................................... 11
2.5 Peran Pemimpin Dalam Pengambilan Keputusan....................................... 11
2.5.1 Proses Pengambilan Keputusan ................................................................ 12
2.5.2 Tahapan-Tahapan Pengambilan Keputusan .............................................. 12
2.6 Pengambilan Keputusan Oleh Pemimpin ..................................................... 13
2.7 Pengambilan Keputusan Yang Efektif Dilakukan Pemimpin .................... 15
2.8 Pengaruh Pengambilan Keputusan Yang Efektif Bagi Kemajuan
Organisasi .................................................................................................................... 16
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 17
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 17
3.1 Saran ................................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu diperhadapkan dengan istilah
organisasi dari bentuk, dan model yang berbeda-beda. Organisasi itu antara
lain organisasi politik, organisasi olahraga, organisasi sekolah, organisasi
pemerintahan, organisasi kepemudaaan, dan organisasi keagamaan. Setiap
organisasi dibentuk karena adanya sebuah tujuan. Setiap organisasi tentu
memiliki pemimpin dan kepemimpinan. Biasanya pemimpin memiliki pengaruh
lebih besar dalam upaya pencapaian tujuan organisasi, oleh karena pemimpin
sering diistilahkan dengan orang yang mempengaruhi bawahan untuk mencapai
tujuan yang diharapakan.

Husaini Usman (2013 : 312), kepemimpinan ialah ilmu dan seni


mempengaruhi, orang atau kelompok untuk bertindak seperti yang diharapkan
untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Jadi jelas bahwa pemimpin
memiliki pengaruh besar terhadap sukses tidaknya sebuah oraganisasi. Salah satu
fungsi yang harus dilakukan pemimpin dalam upaya pencapaian tujuan adalah
bagaimana pemimpin itu bisa mengambil keputusan dengan efektif. Dalam realita
pengambilan keputusan bukanlah hal yang sedernana, sebab setiap pengambilan
keputusan biasanya mengandung dua konsekuensi sekaligus baik konsekuensi
positif maupun konsekuensi negatif. Namun demikian seorang pemimpin harus
berani mengambil keputusan dari beberapa pilihan yang dihadapai. Kecepatan
dan ketepatan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan lazimnya menjadi
tolak ukur kompetensi dan kredibilitas yang dimilikinya. Jika pemimpin lamban
dan ragu-ragu dalam bertindak, anak buah akan melihat bahwa pemimpin
tersebut adalah pemimpin yang tidak berani mengambil resiko. Terbiasa cepat
dalam pengambilan keputusan memang bukan pekerjaan mudah, butuh rasio
yang jernih dan intuisi yang tajam agar bisa menghasilkan keputusan yang tepat.

1
1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian di atas maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan pemgambilan keputusan yang dilakukan


oleh seorang pemimpin ?

1.2.2 Bagaimana pengambilan keputusan yang efektif bisa dilakukan oleh


seorang pemimpin ?

1.2.3 Bagaimana pengaruh pengambilan keputusan yang efektif bagi


kemajuan organisasi ?

1.3 Tujuan

Dari uraian di atas maka tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut :

1.3.1 Mengetahui yang dimaksud dengan pemgambilan keputusan yang


dilakukan oleh seorang pemimpin.

1.3.2 Mengetahui bagaimana pengambilan keputusan yang efektif bisa


dilakukan oleh seorang pemimpin.

1.3.3 Mengetahui pengaruh pengambilan keputusan yang efektif bagi


kemajuan organisasi.

1.3.4 Menyelesaikan tugas mata kuliah Pengambilan Keputusan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengambilan Keputusan

Robins (1997) dalam Syafaruddin berpendapat bahwa pengambilan


keputusan ialah memilih dua alternatif atau lebih untuk melakukan suatu tindakan
tertentu baik secara pribadi maupun kelompok. Demikian pula Drommond (1985)
berpendapat bahwa pengambilan keputusan merupakan usaha penciptaan
kejadian-kejadian dan pembentukan masa depan (peristiwa-peristiwa pada saat
pemilihan dan sesudahnya). Pendapat ini menegaskan bahwa pengambilan
keputusan merupakan proses pada saat sejumlah langkah yang harus dilakukan
dengan pengevaluasian alternatif untuk membuat putusan dari semua alternatif
yang ada (Syaruddin:48). Berdasarkan hal tersebut, ada juga pendapat lain yang
mengatakan bahwa pengambilan keputusan merupakan proses memilih sejumlah
alternatif pengambilan keputusan penting bagi manajer administrator karena
proses pengambilan keputusan mempunyai peran penting dalam memotivasi
kepemimpinan, komunikasi, koordinasi, dan perubahan organisasi. Weyne dan
Miskel (2014:490) menjelaskan pengambilan keputusan merupakan tanggung
jawab semua penyelenggara sekolah, namun sebelum keputusan diubah menjadi
tindakan, maka keputusan tersebut tidak lebih baik dari iktikad baik.Pemutusan
merupakan syarat mutlak bagi administrasi pendidikan karena sekolah, seperti
halnya semua organisasi formal, pada dasarnya berupa pengambilan keputusan
(Usman, 2013:440).

Bertolak dari beberapa definisi dijelaskan di atas, maka disimpulkan


bahwa pengambilan keputusan adalah proses pemecahan masalah dengan
menentukan pilihan dari beberapa alternatif untuk menetapkan suatu tindakan
yang ingin dilakukan dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

3
2.2 Jenis-Jenis Pengambilan Keputusan

2.2.1 Penggolongan

Pengambilan keputusan dapat dikelompokkan berdasarkan prosesnya,


berdasarkan jumlah orang yang ikut serta dalam pembuatan keputusan dan
berdasarkan jenis problem. Berdasarkan prosesnya, pengambilan keputusan
dapat dibagi menjadi dua yaitu:

Pengambilan keputusan emosional adalah pengambilan keputusan


berdasarkan emosi. Pengambilan keputusan hanya berdasarkan perasaannya
tidak berupaya untuk mencari alternatif-alternatif yang merupakan solusi
problem. Solusi hanya muncul dalam emosi pemimpin berdasarkan
pengalaman hidupnya. Pengalaman tersebut memberikan kecenderungan untk
mengambil solusi yang selama ini telah dianggap baik dalam menyelesaikan
problem yang dihadapi.

Pengambilan keputusan rasional adalah keputusan yang berdasarkan


informasi yang objektif dan proses logis. Prosesnya konsisten dengan pola
terusji, melakukan penilaian dan perhitungan alternatif-alternatif yang bersedia
mencapai pilihan maksimal dalam keterbatasan sumber-sumber dalam
lingkungan. Prosesnya adalah sebagai berikut:

Berorientasi pada tujuan organisasi. Pencapaian tujuan organisasi atau


tujuan individu, jika pembuatan keputusan menyangkut kehidupan pribadi
merupakan dasar utama analisis problem dan analisis alternatif-alternatif.
Kejelasan problem. Problem yang dianalisis dan didefinisikan secara jelas
dengan informasi objektif yang dapat dikumpulkan.

4
2.2.2 Pengambilan Keputusan Dengan Kreatif Dan Inovatif.

Pengambilan keputusan dengan tidak kreatif mempunyai


kecenderungan untuk membuat keputusan secara emosional. Dengan
menggunakan kreativitasnya, pengambilan keputusan dapat menemukan
alternatif-alternatif untuk memecahkan masalah, kemudian memilih salah satu
alternatif yang bermanfaat bagi pencapaian organisasi. Inovasi memungkinkan
pengambilan keputusan melaksanakan keputusan dengan baik. Pilihan
alternatif digunakan dengan menggunakan kriteria dan pembobotan Memilih
alternatif dengan nilai tertinggi untuk pencapaian tujuan.

Berdasarkan orang yang ikut serta dalam pengambilan keputusan.


Pengambilan keputusan ini dikelompokkan dalam:

Pengambilan keputusan individual adalah pengambilan keputusan yang


dilakukan sendiri oleh pengambilan keputusan tanpa mengikutsertakan orang
lain. Keuntungan pengambilan keputusan individual prosesnya cepat, lebih
ekonomis dan tepat dalam keadaan krisis. Namun teknik pengalaman
keputusan ini dapat menimbulkan konflik ketika keputusan dilaksanakan.
Ketika melibatkan orang lain akan mengalami hambatan karena bukan
keputusannya.

Pengambilan keputusan kelompok adalah pengambilan keputusan yang


dilakukan dalam kelompok. Pengambilan keputusan membuat komisi, satuan
tugas, panel penelaah, tim studi, panitia atau tim pakar dan sebagainya untuk
melakukan proses pengambilan keputusan. Teknik pengambilan keputusan
kelompok dapat dilakukan antara lain dengan cara sebagai berikut:

Mencari ide (brainstorming). Kelompok atau tim mengambil keputusan


di bawah pimpinan kelompok. Pimpinan kelompok menyatakan problem
dengan cara yang jelas sehingga dipahami oleh seluruh kelompok.

5
Teknik kelompok nominal. Anggota kelompok mengambil semuanya
saat bertemu dalam pertemuan. Akan tetapi, setiap anggota kelompok dapat
bekerja sendiri-sendiri. Setiap anggota menulis idenya kemudian
mengemukakan kepada kelompok.

Teknik Delphi. Teknik pengambilan keputusan ini tidak mengharuskan


anggota kelompok hadir bersama-sama di suatu tempat. Teknik Delphi
dilaksanakan melalui: 1) Pemimpin tim memformulasikan problem kepada
setiap anggota tim dengan kuesioner untuk meminta solusi, 2) Setiap tim
mengisi kuesioner tersebut dan mengirimkannya kembali, 3) Pemimpin tim
mengolah kuesioner tersebut lalu hasilnya dikirimkan dengan meminta solusi
lagi, 4) Proses tersebut terus diulang sesuai kebutuhan sampai terjadi
consensus, 5) Teknik demokrasi. Teknik pengambilan keputusan ini dilakukan
melalui teknik pemungutan suara untuk suara terbanyak, alternatif yang
terkumpul dipilih melalui suara terbanyak anggota kelompok.

Berdasarkan jenis problemnya dikelompokkan menjadi:

Pengambilan keputusan terprogram, yaitu pembuatan keputusan dapat


dilakukan dengan menggunakan standar prosedur operasi rutin. Cirinya adalah:
Problemnya terstruktur, sederhana dan informasinya tersedia lengkap. Problem
dan proses pembuatan keputusannya sudah berulang-ulang terjadi sehingga
sudah dapat diperhitungkan dan mempunyai pengalaman menyelesaikannya.
Organisasi sudah mempunyai prosedur operasi standar, peraturan dan
kebijakan untuk membuat keputusan.

Pengambilan keputusan tidak terprogram ialah pengambilan keputusan


yang problemnya unik, belum pernah terjadi. Informasi mengenai problem
belum tersedia atau sedikit, peraturan, kebijakan, prosedur operasi standar
untuk membuat keputusan yang belum ada. (Wirawan, 2014:556).

6
2.3 Gaya Pengambilan Keputusan

Dalam membuat keputusan pemimpin/manajer menggunakan gaya


pengambilan keputusan. Menurut Robert dan Angelo (2007) gaya pengambilan
keputusan merupakan kombinasi mengenai bagaimana individu mempresepsikan
dan memahami stimuli dan cara umum dimana ia memilih untuk informasi.
Peneliti mengembangkan suatu model gaya pengambilan keputusan dalam dua
dimensi:

Orientasi nilai yaitu seberapa tinggi pengambilan keputusan memfokuskan


diri pada memerhatikan tugas dan teknik atau memerhatikan orang dan
masyarkakat ketika mengambil keputusan. Toleransi kepada ambiguitas adalah
seberapa tinggi kebutuhan untuk struktur atau kontrol dalam hidupnya. Jika kedua
dimensi tersebut digabungkan, maka dapat menciptakan empat gaya pengambilan
keputusan, antara lain:

Gaya membuat keputusan direktif. Orang dengan gaya mengambil


keputusan direktif mempunyai toleransi untuk ambiguitas dan berorientasi
memerhatikan ke arah tugas dan teknikal ketika mengambil keputusan. Gaya
mengambil keputusan analitikal. Gaya mengambil keputusan ini mempunyai
toleransi untuk ambiguitas dan karakteristiknya cenderung untuk terlalu
menganalisis interaksi. Orang dengan gaya ini senang untuk mempertimbangkan
lebih banyak informasi dan alternatif daripada gaya pengambilan keputusan
direktif.

Gaya mengambil keputusan konseptual. Orang dengan gaya mengambil


keputusan konseptual mempunyai toleransi untuk ambiguitas dan cenderung
untuk memfokuskan pada orang atau aspek sosial dari situasi kerja. Gaya
mengambil keputusan behavioral. Gaya mengambil keputusan ini paling
berorientasi pada orang. Orang yang mempunyai gaya pengambilan keputusan ini
dapat bekerja baik dengan orang yang menyenangi interaksi sosial dimana
pendapat dikemukakan dan dipertukarkan secara terbuka.

7
2.4 Model-Model Pengambilan Keputusan

2.4.1 Model Normatif Simon

Model ini berusaha untuk mengindentifikasi proses yang benar-benar


digunakan oleh para manajer saat membuat keputusan. Berbeda dengan model
rasional, model normatif simon menganjurkan bahwa pengambilan keputusan
ditandai dengan (1) pengelolaan informasi terbatas, (2) penggunaan penilaian
hasil temuan sendiri, (3) pemuasan.

Model informasi terbatas, para manajer dibatasi oleh seberapa


informasi yang mereka olah karena rasionalitas terbatas. Hasilnya adalah
kecenderungan untuk memperoleh lebih kepada jumlah informasi yang dapat
dikelola daripada jumlah informasi yang optimal.

Penilaian, merupakan petunjuk praktis atau jalan pintas yang digunakan


orang untuk mengurangi tuntutan pengolahan informasi. Penggunaan hasil
temuan sendiri dapat membantu para pengambil keputusan dalam
mengevaluasi masalah-masalah yang ada saat ini.

Pemuasan, orang-orang melakukan pemuasan karena tidak memiliki


waktu, informasi atau kemampuan untuk menangani kompleksitas yang
berkaitan dengan mengikuti sebuah proses rasional. Pemuasan merupakan
sebuah pilihan atas sebuah solusi yang memenuhi beberapa persyaratan
minimum, sesuatu yang “cukup baik”. pemuasan memecahkan masalah dengan
menghasilkan solusi-solusi yang memuaskan, dibandingkan dengan yang
optimal.

8
2.4.2 Model Rasional

Model rasional menganjurkan para manajer menggunakan empat


langkah ketika membuat keputusan.Menurut model ini para manajer bersifat
sepenuhnya ojektif dan memiliki informasi lengkap untuk membuat sebuah
keputusan. Meskipun terdapat beberapa kritikan karena tidak realistis, model
rasional mengandung pelajaran karena ia secara analitis merinci pengambilan
keputusan dan tidak bertindak sebagai jangkar konseptual. Berikut dijelaskan
empat langkah, antara lain:

Mengenali masalah, sebuah masalah terjadi jika situasi aktual dan


situasi yang diinginkan berbeda.

Menghasilkan solusi, setelah mengenali masalah, langkah logisnya


adalah menghasilkan solusi-solusi alternatif untuk menentukan sebuah
keputusan.

Memilih sebuah solusi, secara optimal para pengambil keputusan ingin


memilih alternatif dengan nilai yang paling besar para ahli teori keputusan
menyebut hal ini untuk memaksimalkan manfaat yang diharapkan dari suatu
hasil.

Mengimplementasikan dan mengevaluasi solusi. Setelah dipilih, suatu


solusi maka perlu diimplementasikan. Setelah solusi diimplementasikan, tahap
evaluasi menilai efektifitasnya. Jika solusi tersebut efektif, ia seharusnya
mengurangi perbedaan antara keadaan aktual dengan keadaan yang diharapkan
yang merupakan penyebab timbulnya masalah.

9
2.4.3 Model Klasik

Model pengambilan keputusan klasik berasumsi bahwa keputusan


merupakan proses rasional ketika pengambilan keputusan diambil dari salah
satu alternatif terbaik. Model klasik ini didasarkan pada konsep rasionalitas
lengkap.Sesuai dengan model klasik, proses pengambilan keputusan dibagi atas
enam langkah logis seperti, identifikasi masalah, menentukan alternatif,
menilai alternatif, memilih alternatif, menerapkan alternatif, dan menilai
keputusan alternatif.

2.4.4 Model Administratif

Hobert Simon (1957), merupakan tokoh pertama yang memperkenalkan


model administratif pengambilan keputusan untuk memberikan gambaran yang
lebih akurat tentang cara-cara aktual sekaligus ideal yang ditempuh oleh
penyelenggara sekolah dalam mengambil keputusan organisasi (Wayne dan
Miskel, 2014:491).

2.4.5 Model Perilaku

Model ini didasarkan pada seberapa jauh keputusan itu dapat


memberikan kepuasan.Model ini juga mempertimbangkan pengambilan
keputusan atas dasar rasionalitas kontekstual dan rasionalitas
respektif.Rasionalitas kontekstual artinya keputusan tidak didasarkan oleh
ketentuan tersurat, tetapi juga bersifat kontekstual.Pendekatan dasarnya adalah
pemuasan artinya, menemukan solusi yang memuaskan, bukan yang terbaik.

10
2.4.6 Model Kontigensi

Model kontigensi adalah pendekatan yang paling cocok dengan situasi.


Model administratif itu fleksibel dan heuristik. Keputusannya didasarkan pada
perbandingan di antara konsekuensi alternatif dan tingkat aspirasi pengambilan
keputusannya. Apabila solusi-solusi yang memuaskan tidak ditemukan, maka
tingkat aspirasi pun diturunkan. Kurangnya waktu tentu saja, bisa memotong
prosesnya dengan memaksakan pertimbangan atas opsi-opsi yang lebih sedikit
(Wayne dan Miskel, 2014).

2.5 Peran Pemimpin Dalam Pengambilan Keputusan

Kepemimpinan seseorang sangat besar perannya dalam setiap


pengambilan keputusan sehingga membuat keputusan dan mengambil tanggung
jawab terhadap hasilnya adalah salah satu tugas seorang pemimpin. Pengambilan
keputusan dalam tinjauan perilaku, mencerminkan karakter bagi seseorang
pemimpin. Oleh karena itu untuk mengetahui apakah keputusan yang diambil itu
baik atau buruk tidak hanya dapat dilihat setelah konsekuensinya terjadi,
melainkan melalui berbagai pertimbangan dalam prosesnya. Kegiatan
pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk kepemimpinan, sehingga:

Teori keputusan merupakan metodologi untuk menstrukturkan dan


menganalis sesuatu yang tidak pasti atau berisiko, di sini keputusan lebih bersifat
perspektif daripada deskriptif.

Pengambilan keputusan adalah proses mental dimana seorang menajer


memperoleh dan menggunakan data dengan menanyakan hal lainnya, menggeser
jawaban untuk menemukan informasi yang relevan. Pengambilan keputusan
adalah proses memilih antara alternatif-alternatif tindakan untuk mengatasi
masalah.

11
2.5.1 Proses Pengambilan Keputusan

Proses pengambilan keputusan dalam praktiknya dapat dilakukan melalui


tahapan-tahapan berikut ini:

1) Identifikasi masalah

2) Mengidentifikasi masalah

3) Memformulasikan dan mengembangkan alternatif.

4) Implementasi keputusan

5) Evaluasi keputusan

2.5.2 Tahapan-Tahapan Pengambilan Keputusan

Sementara itu, tahapan-tahapan pengambilan keputusan dapat


dikemukakan sebagai berikut:

1) Tetapkan masalah

2) Identifikasi kriteria keputusan

3) Alokasikan bobot pada criteria

4) Kembangkan alternatif

5) Evaluasi alternatif

6) Pilih alternatif terbaik (VeithzalRivai, 2009:746)

12
2.6 Pengambilan Keputusan Oleh Pemimpin

Berdasarkan pandangan tiga ahli yaitu Robins (1997); Drommond (1985);


Mondy dan Premeaux (1995) dapat dirumuskan bahwa pengambilan keputusan
merupakan proses pemecahan masalah dengan menentukan pilihan dari beberapa
alternatif untuk menetapkan suatu tindakan yang ingin dilakukan dalam mencapai
tujuan yang diinginkan.Pengambilan keputusan merupakan proses memilih
sejumlah alternatif pengambilan keputusan penting bagi manajer administrator
karena proses pengambilan keputusan mempunyai peran penting dalam
memotivasi kepemimpinan, komunikasi, koordinasi, dan perubahan organisasi
(Usman, 2013:440).

Dari definisi pengambilan keputusan di atas, dapat dipahami betapa


pentingnya seorang pemimpin dalam pengambilan keputusan, sebab apabila
dalam sebuah organisasi tidak ada pengambilan keputusan maka dipastikan
organisasi tersebut tidak akan mengalami kemajuan, apalagi peningkatan kualitas
organisasi, kendati pengambilan keputusan tersebut dimungkinkan menimbulkan
resiko yang tidak diharapkan. Oleh karena itu dibutuhkan keahlihan seorang
pemimpin dalam mengambil keputusan, sebab ketepatan pengambilan keputusan
sangat mempengaruhi tercapainya tujuan organisasi.Pengambilan keputusan pada
dasarnya adalah memilih, sebab dalam pengambilan keputusan biasanya terdapat
beberapa alternatif untuk dipilih yang terbaik dari beberapa pilihan yang
tersedia.Pengambilan keputusan juga bisa dipandang sebagai sebuah tindakan
untuk menyelesaikan permasalahan. Biasanya keputusan diambil karena terdapat
masalah yang harus dicarikan solusi, maka pengambilan keputusan sangat
diperlukan agar masalah yang ada tidak berlarut-larut. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Didi Wahyu Sudirman (2003: 100), yang
menunjukkan bahwa seorang manajer harus mampu mengatasi masalah-masalah
yang dihadapi secara cerdik dan berkualitas melalui pengambilan keputusan yang
dilakukan secara cepat dan efektif.

13
Dalam kontek dunia pendidikan misalnya kita ambil dalam satuan pendidikan
sekolah, hampir setiap saat seorang pemimpin dalam hal ini seorang kepala
sekolah selalu diperhadapkan dengan berbagai masalah yang timbul yang harus
diputuskan dalam rangka memecahkan masalah. Misalnya dalam suatu sekolah
tertentu terdapat anak yang terlibat tawuran dengan anak-anak sekolah lain, di
mana anak-anak yang terlibat tawuran adalah anak-anak yang sudah biasa
melakukan tawuran dengan berbagai usaha untuk mencegahnya namun belum
memberikan hasil yang signifikan, maka kepala sekolah sebagai pemimpin perlu
menentukan langkah-langkah strategis mengatasi masalah agar tidak berlarut-
larut. Mengacu teori yang diajukan oleh Veithzal Rivai maka kepala sekolah perlu
menetapkan masalah, dalam arti mencari sumber masalah yang sesungguhnya,
selanjutnya perlu mengidentifikasi masalah mengapa anak-anak itu terlibat
tawuran, mengembangkan beberapa alternatif pemecahan untuk proses
penyembuhan anak dari kebiasaan tawuran, kemudian melakukan berbagai
evaluasi dari berbagai alternatif sehingga bisa menemukan alternatif terbaik
dengan tujuan dapat menyembuhkan anak yang tersbiasa tawuran tanpa harus
mengorbankan resiko yang tidak seharusnya dikeluarkan. Dalam praktiknya,
tahapan-tahapan yang dikemukakan oleh Veithzal Rivai tersebut, dapat dilakukan
sebagaimana yang dilakukan oleh Marzuki (2015) yang meneliti tentang
Pengambilan Keputusan Sekolah Melalui Manajemen Strategik pada SMP, yang
menyimpulkan mekanisme pengambilan keputusan kepala sekolah pada SMP
dilakukan melalui kegiatan identifikasi awal, merumuskan tujuan, alternatif
solusi, menentukan kriteria pemilihan solusi, dan menentukan solusi sehingga
menjadi keputusan. Ketika kepala sekolah diperhadapkan dengan pilihan
pengambilan keputusan secara rasional dan emosional tentunya dalam mencari
solusi agar anak-anak bisa menghilangkan kebiasaan tawuran biasanya lebih
memilih pengambilan keputusan secara rasional dari pada secara emosional,
walaupun mungkin saja alternatif emosional dipilih untuk mencari solusi, namun
demikian biasanya pengambilan yang didasarkan rasional akan memberikan hasil
yang lebih baik dari pada pengambilan keputusan secara emosional.

14
2.7 Pengambilan Keputusan Yang Efektif Dilakukan Pemimpin

Pengambilan keputusan yang efektif biasanya dibutuhkan dalam situasi


yang mendesak. Agar dapat mengambil keputusan yang efektif, terdapat beberapa
model pengambilan keputusan yang didasarkan pada sekumpulan asumsi yang
berbeda dan menawarkan wawasan yang unik dalam proses pengambilan
keputusan. Berdasarkan kajian literatur tentang model pengambilan keputusan
yang efektif menurut tiga ahli yaitu Robert dan Kinicki (2005:5); Usman
(2013:440); Weyne dan Miskel (2014) diperoleh simpulan bahwa terdapat
beberapa model yang sama yaitu model Simon, model rasional, dan model klasik;
namun demikian masih banyak model-model lain yang tidak sama yang
dikemukakan oleh tiga ahli tersebut. Pandangan ketiga ahli di atas yang
menyatakan bahwa pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan suatu
model.

Apapun gaya partisipasi pengambilan keputusan akan menjadi tepat ketika


pemimpin benar-benar memikirkan tujuan yang paling tepat dari suatu proses
pengambilan keputusan, memperhatikan betul referensi informasi yang diperoleh
secara komprehensif, serta mempertimbangkan kondisi yang terjadi sebelum
mengambil suatu keputusan (Rebekka Rismayanti, 2016). Ketiga hal ini
diperlukan agar gaya partisipasi dapat dipilih secara tepat sehingga keputusan
yang diambil tidak menimbulkan kesalahpahaman, melainkan dapat memberikan
manfaat bagi kedua belah pihak yang melakukan proses komunikasi secara bisnis.

Dari berbagai pengalaman empiris pengambilan keputusan tidak selalu


hanya cocok dengan satu model tertentu, namun biasanya melihat situasi dan
kondisi. Dalam keadaan tertentu bisa menggunakan model rasional, namun di
situasi yang lain dimungkinkan menggunakan model simon atau model klasik.
Pemimpin harus jeli melihat situasi yang ada bagaimana menentukan pilihan saat
pengambilan keputusan, dan menggunakan model apa yang terbaik dalam
pengambilan keputusan tersebut. Di sinilah diperlukan seni mengambil keputusan.

15
2.8 Pengaruh Pengambilan Keputusan Yang Efektif Bagi Kemajuan
Organisasi

Sebagai mana yang telah dipaparkan oleh Usman, Husaini (2013 : 312),
bahwa kemajuan suatu organisasi dipengaruhi oleh cara pemimpin dalam
mengambil keputusan. Telah dilakukan beberapa penelitian yang searah dengan
pendapat Usman (2013) tersebut.Juliyanti, Mohammad Isa Irawan, dan Imam
Mukhlash (2011) melakukan penelitian tentang Pemilihan guru Berprestasi
menggunakan metode AHP-TOPSIS. Penelitian tersebut menghasilkan temuan
yaitu adanya suatu sistem pengambilan keputusan dapat membantu proses
pemilihan berdasarkan kriteria-kriteria yang ditentukan sehingga bisa dilakukan
proses perhitungan yang lebih efektif dan efesien.

Dari beberapa hasil penelitian di atas jelas bahwa pengambilan keputusan


yang baik dapat meningkatkan kualitas organisasi, walaupun memang sering ada
variabel perantara. Variabel perantara yang dimaksud adalah pengambilan
keputusan yang baik, bisa berpengaruh bagi kemajuan tim kerja dalam sebuah
organisasi, yang pada gilirannya kemajuan kinerja dapat berpengaruh terhadap
peningkatan kualitas organisasi itu sendiri.

Misalnya kita mengambil contoh sebuah organisasi sekolah, kepala


sekolah bisa mengambil keputusan yang baik yang bisa menggerakkan guru dan
karyawan bisa meningkatkan kreativitas, inovasi, dan etos kerja maka dipastikan
bahwa sekolah tersebut akan mengalami kemajuan, sangat berbeda bila seorang
kepala sekolah tidak bisa mengambil keputusan dengan baik, bahkan keputusan
yang diambil cenderung kontra produktif, misalnya melemahkan semangat guru
dan karyawan, tidak memberikan suasana kreativitas guru dan karyawan maka
dipastikan sekolah tersebut akan mengalami kesulitan berkembang yang artinya
organisasi sekolah tidak akan mengalami peningkatan kualitas

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengambilan keputusan merupakan proses memilih sejumlah alternatif


penting bagi pemimpin, karena proses pengambilan keputusan mempunyai peran
penting dalam memotivasi kepemimpinan, komunikasi, koordinasi, dan perubahan
organisasi yang dilakukan oleh seorang pemimpin pada organisasi yang dia
pimpin. Pengambilan keputusan juga bisa dipandang sebagai proses memilih dari
berbagai alternatif untuk memecahkan masalah dalam rangka pencapaian tujuan
sebuah organisasi. Pengambilan keputusan yang efektif perlu dilakukan oleh
seorang pemimpin dalam sebuah organisasi. Dalam pengambilan keputusan
seorang pemimpin harus memperhatikan berbagai aspek, misalnya perlu
memperhatikan situasi dan kondisi, memperhatikan berbagai model, gaya, proses
dan tidak kalah pentingnya perlu memperhatikan metode serta tahapan-tahapan
secara sistematis. Sebab proses pengambilan keputusan selalu terkait dengan
proses memilih dari berbagai alternatif. Pengambilan keputusan yang efektif dapat
berpengaruh terhadap peningkatan kualitas organisasi yang dalam
implementasinya bisa melalui variabel perantara misalnya meingkatnya kinerja,
semangat, kreativitas dari orang-orang yang dipimpinnya

3.1 Saran

Bagi para pemimpin sebuah organisasi dalam mengambil keputusan


hendaknya memperhatikan berbagai aspek misalnya situasi dan kondisi yang
sedang terjadi. Memperhatikan berbagai model, gaya, proses, metode serta
tahapan-tahapan pengambilan keputusan sehingga keputusan yang diambil adalah
keputusan yang efektif demi kemajuan organisasi yang di pimpin.

17
DAFTAR PUSTAKA

ItaLizawati dan A Kistyanto. 2014. Pengaruh Gaya Kepemimpinan


Transformasional Terhadap Efektivitas Organisasi Melalui Pengambilan
Keputusan.JurnalMahasiswa Teknologi, 1 (6): 1606-1618.

Kreitner, Robert dan Kinicki, Angelo. 2005. Perilaku Organisasi. Jakarta:


Salameba Empat.

Wirawan. 2014. Kepemimpinan Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi,


Aplikasi dan Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Wiwik Setyowati. 2012. Pengaruh Kepemimpinan, Komunikasi,


Kerjasama Kelompok dan Pengambilan Keputusan terhadap Kinerja Guru dan
Karyawan di SMK. Jurnal Ilmu Manajemen Revitalisasi, 1 (1): 245-264.

https://ismaan.wordpress.com/2015/05/19/definisi-dan-dasar-pengambilan-
keputusan/

https://www.pelajaran.co.id/2017/03/pengertian-keputusan-dan-pengambilan-
keputusan-menurut-para-ahli.html

http://teknikpengambilankeputasan.blogspot.com/2017/10/20-definisi-teknik-
pengambilan.html

18

Anda mungkin juga menyukai