Anda di halaman 1dari 16

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS MANAJEMEN PROYEK

IMPLEMENTASI PROGRAM “X” UNTUK OPTIMASI PRODUKSI


EMULSI DAN SURFAKTAN PADA RANGKAIAN PERAWATAN
WAJAH UNTUK LIGHTENING

GROUP 08

GROUP PERSONNEL:
AISYAH RAZAANAH S. (1606906345)
AULIA FIRDIANNA (1606887535)
DAFFA RAMADHAN A. (1606833040)
SARAH SALSABILA (1606823090)

CHEMICAL ENGINEERING DEPARTMENT


ENGINEERING FACULTY
UNIVERSITY OF INDONESIA
DEPOK
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Manajemen Proyek kelompok
kami yang berjudul “Implementasi Program “X” Untuk Optimasi Produksi Emulsi
Dan Surfaktan Pada Rangkaian Perawatan Wajah Untuk Lightening” dengan tepat
waktu dan tanpa hambatan yang berarti.
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Manajemen Proyek kelompok
kami yang berjudul “Implementasi Program “X” Untuk Optimasi Produksi Emulsi
Dan Surfaktan Pada Rangkaian Perawatan Wajah Untuk Lightening” dengan tepat
waktu dan tanpa hambatan yang berarti.

Depok, 21 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

2
CHAPTER 1
PROJECT DEFINITION

1.1 Latar Belakang


Dalam sebuah industri, dapat dipastikan bahwa cost yang dikeluarkan akan
semakin bertambah setiap tahunnya. Dalam produksi dari suatu produk, harga dari
bahan baku akan terus bertambah, begitupun dengan upah pekerja. Akan tetapi,
harga produk di pasaran sangat kecil kemungkinannya untuk bisa naik karena
persaingan yang semakin tinggi. Apalagi, harga merupakan salah satu faktor
konsiderasi untuk konsumen membeli sebuah produk. Untuk mengatasi hal ini,
dilakukan improvement agar biaya produksi bisa ditekan dan harga produk bisa
stabil.
Kenyataan di pabrik “X” menunjukan bahwa divisi Research and
Development yang bertugas untuk menentukan formulasi dan prosedur produksi
tidak terlalu mengedepankan prinsip ekonomi dalam perancangan prosedur
produksinya. Hal ini terlihat dari proses yang digunakan di pabrik. Hampir seluruh
prosesnya merupakan hot process yang membutuhkan banyak pemanasan dan
pendinginan. Selain itu, pemanasan dan pendinginan membutuhkan waktu yang
relatif tidak sedikit. Kebutuhan pemanasan dan pendinginan juga menambah cost
untuk utilitas sehingga biaya produksi semakin tinggi.
Selain dari proses produksi, kurang efektif nya proses produksi juga terlihat
dari efisiensi pekerja dan alat. Beberapa hal yang menunjukkan kurangnya efisiensi
pekerja pada pabrik “X” adalah sebagai berikut.
1. Sebagian pekerja sering menunda pekerjaan.
2. Karena input bahan dilakukan secara manual, pekerja sering melakukan
kesalahan dalam menginput bahan produksi. Hal ini membuat
pemakaian bahan menjadi banyak dan terkadang terbuang sia-sia.
3. Alat yang digunakan dalam proses produksi masih manual, sehingga
kondisi operasi masih diatur secara manual juga oleh pekerja.
Karenanya, tidak jarang pekerja salah memasukkan kondisi operasi

3
4. Parameter yang digunakan masih tidak seragam karena masih manual.
Sehingga homogenitas, viskositas, dan parameter lainnya belum
mempunyai batasan yang sesuai
Improvement yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pengurangan
penggunaan energi untuk pemanasan dan proses produksi, jumlah air untuk
melakukan pendinginan ruah, jumlah bahan yang dimasukkan, dan lead time olah
yang berkesinambungan dengan jumlah listrik yang digunakan. Pengurangan hal-
hal yang telah disebutkan di atas dapat menekan biaya operasional dari produksi.
Improvement yang dilakukan yaitu pemasangan program “X” Untuk Optimasi
Produksi Emulsi Dan Surfaktan Pada Rangkaian Perawatan Wajah Untuk
Lightening. Pemasangan program ini diharapkan dapat :
1. Mengatur “resep” proses produksi, yaitu berupa jumlah bahan-bahan
yang harus masuk dan dicampurkan.
2. Program dapat menjadikan efektivitas pekerja meningkat karena
nantinya program yang akan memberikan keterangan waktu, bahan yang
harus dimasukkan, kapan harus memulai suatu proses dan kapan suatu
proses harus berhenti
3. Kondisi operasi dan parameter menjadi lebih sesuai dan seragam

1.2 Tujuan Projek


1. Menganalisis proses yang menjadi bottleneck dari prosedur produk
lightening yang ada.
2. Mengurangi lead time, kebutuhan energi, kebutuhan bahan dan
kebutuhan pendinginan dari proses produksi dengan pemasangan
program yang terdapat sensor di dalamnya (terintegrasi dengan alat
produksi).
3. Melakukan uji stabilitas terhadap produk Lightening.
1.3 Ruang Lingkup Proyek
1. Dilakukan untuk produk Lightening
2. Reduksi penggunaan energi
3. Reduksi penggunaan chiller
4. Reduksi lead time olah

4
5. Reduksi penggunaan bahan
6. Trial Laboratorium
7. Uji stabilitas
8. Trial produksi
9. Standardisasi Produksi
10. Evaluasi

5
CHAPTER 2
TIME ESTIMATION

6
CHAPTER 3
COST ESTIMATION

7
CHAPTER 4
SCHEDULE PREPARATION/CONTROL

8
CHAPTER 5
RISK ASSESMENT

5.1 Pengertian Risk Assesment


Risk assessment merupakan tahapan selanjutnya dalam manajemen risiko
setelah mengidentifikasi risiko yang mungkin terjadi pada saat berlangsungnya
proyek. Risk assessment dilakukan untuk menganalisis risiko-risiko yang
kemungkinan dapat terjadi pada proyek baik secara kualitatif maupun kuantitatif
dengan tujuan untuk memprioritaskan risiko yang harus ditangani atau
dikendalikan.
Analisis risiko secara kualitatif merupakan teknik manajemen proyek yang
berkaitan dengan menemukan probabilitas dari peristiwa risiko yang terjadi dan
dampak risiko yang akan terjadi jika probabilitas tersebut terjadi. Semua risiko
memiliki kemungkinan dan dampak. Probabilitas adalah kemungkinan bahwa
peristiwa risiko akan terjadi, dan dampaknya adalah signifikansi konsekuensi dari
peristiwa risiko. Dampak biasanya memengaruhi elemen proyek berikut: jadwal,
anggaran, sumber daya, hasil, biaya, kualitas, ruang lingkup, dan kinerja. Penilaian
risiko kualitatif juga dapat membantu dalam menentukan apakah ada jenis atau
kategori risiko tertentu yang memerlukan perhatian khusus atau kejadian berisiko
apa pun yang perlu ditangani dalam waktu dekat. Aspek yang paling menantang
dalam melakukan analisis risiko kualitatif adalah menentukan skala penilaian.
Tetapi setelah hal itu dilakukan, kemudian dapat digunakan selama durasi proyek
untuk secara efektif mengelola risiko proyek secara tepat waktu.
Sedangkan analisis risiko secara kuantitatif melibatkan penentuan nilai
numerik spesifik untuk risiko dampak pada proyek, dan analisis ini dapat berguna
untuk mengelola risiko dan merencanakan respon pada risiko. Ketika menganalisis
risiko dengan menggunakan analisis risiko kuantitatif hasil akhir yang didapatkan
berupa jumlah uang ataupun jangka waktu. Misalnya, ketika menganalisa dampak
risiko yang terkuantifikasi seperti jumlah anggaran atau jadwal proyek. Saat suatu
hal yang tidak terduga terjadi maka dibutuhkan biaya ataupun waktu tambahan.
Setelah melalui analisis risiko kualitatif, setiap risiko yang termasuk dalam toleransi
risiko suatu proyek harus melalui analisis risiko kuantitatif untuk mendapatkan

9
gambaran yang lebih jelas tentang risiko dan hal-hal yang dapat mencapai
keberhasilan untuk proyek tersebut.

5.2 Risk Assessment pada Proyek “Implementasi Program ‘X’ untuk


Optimasi Produksi Emulsi dan Surfaktan pada Rangkaian Perawatan Wajah
Untuk Lightening”
Risk Assessment pada Proyek “Implentasi Program ‘X’ Untuk Optimasi
Produksi Emulsi dan Surfaktan Pada Rangkaian Perawatan Wajah Untuk
Lightening” akan dilakukan secara kualitatif dengan meberikan status tingkat
keparahan pada masing-masing risiko, sehingga selanjutnya dapat ditentukan risiko
yang membutuhkan tindakan segera dan risiko yang dapat diselesaikan dengan
manjemen rutin, tingkat keparahn tersebut ditentukan menggunakan matriks
perbandingan antara likelihood atau kemungkinan terjadinya risiko terhadap
consequences yaitu tingkat konsekuensi dari terjadinya resiko tersebut. Matriks
risiko tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.1

Gambar 5.1 Matriks Resiko


(Sumber: andrewazzopardi.org, 2019)

10
Keterangan:
 Extreme: Resiko yang berada pada sel yang ditandai dengan ‘E’ (warna
merah), adalah risiko yang paling penting dan harus ditangani dengan basis
prioritas tinggi. Tim proyek harus bersiap untuk segera bertindak, sehingga
bisa menghilangkan risiko sepenuhnya.
 High Risk: Ditandai dengan ‘H’ pada template penilaian risiko, juga
meminta tindakan segera atau strategi manajemen risiko. Di sini selain
memikirkan menghilangkan risiko, strategi substitusi juga bisa berjalan
dengan baik. Jika masalah ini tidak dapat dipecahkan dengan segera, batas
waktu yang ketat harus ditetapkan untuk memastikan bahwa masalah ini
dapat diselesaikan sebelum membuat rintangan dalam kemajuan.
 Medium: Jika risiko jatuh pada salah satu sel yang ditandai sebagai ‘M’,
yang terbaik adalah mengambil beberapa langkah yang wajar dan
mengembangkan strategi manajemen risiko tepat waktu, walaupun tidak
terburu-buru memiliki risiko semacam itu dan merupakan penyelesaian
awal. Risiko semacam itu tidak memerlukan sumber daya yang luas,
melainkan bisa ditangani dengan pemikiran cerdas dan perencanaan logis.
 Low Risk: Resiko yang jatuh pada sel hijau yang ditandai dengan ‘L’, dapat
diabaikan karena biasanya tidak menimbulkan masalah yang berarti. Namun
tetap saja, jika beberapa langkah yang masuk akal dapat membantu dalam
melawan risiko ini, langkah-langkah tersebut harus dilakukan untuk
memperbaiki keseluruhan kinerja proyek.
Berikut ini adalah analisis kualitatif terhadap risiko pada proyek “Implentasi
Program ‘X’ untuk Optimasi Produksi Emulsi dan Surfaktan pada Rangkaian
Perawatan Wajah Untuk Lightening”.

11
Tabel 5.1 Risk Assesment Proyek
Risiko Tingkat Keparahan
Teknologi pada program ‘X’ yang dipasang masih
kurang memadai atau tidak sesuai spesifikasi yang Extreme
diinginkan
Kesalahan pada saat pemasangan program ‘X’ Extreme
Habisnya ketersediaan program ‘X’ pada supplier Extreme
Pemasangan program ‘X’ terlambat dari jadwal yang
High
telah disepakati
Biaya pemasangan program ‘X’ yang melebihi
High
estimasi yang telah dibuat
Program ‘X’ yang telah dipasang mengalami
Moderate
kerusakan pada saat diujicoba
Munculnya biaya tambahan seperti biaya pembelian
perlengkapan pendukung, ongkos pemasangan, biaya Moderate
pengiriman, dll.
Fasilitas perusahaan yang masih kurang memadai
Moderate
untuk dipasangnya program ‘X’
Kemampuan/skill tenaga kerja yang kurang dalam
Moderate
pemasangan program ‘X’
Kurangnya ketersediaan tenaga kerja dan sumber daya
Low
manusia
Kesalahan dalam pengoperasian program ‘X’ Low
Program ‘X’ yang dipasang mempunyai kualitas di
Low
bawah standar

12
13
14

Anda mungkin juga menyukai