Anda di halaman 1dari 1

Cinta Kasih adalah hakikat Manusia

Richardus Juan Hari Laksana

Judul Buku : Mengubah Tanpa Kekerasan


Pengarang : J. Darminta SJ
Penerbit – Tahun terbit : Kanisius 1993
Jumlah Halaman : 69

Buku ini menghadapkan permenungan antara belaskasih dan kelembutan dengan kebencian
dan kekerasan. Suatu pilihan hidup yang menandakan suatu usaha sebagai murid Yesus adalah juka
memilih kasih – kelembutan dan berusaha berjuang untuk lepas dari kekerasan – kebencian. Nah buku
ini mengajak pembaca untuk menyadari bahwa kasih – kelembutan hidup sangat dirindukan oleh
banyak orang, karena akan menghadirkan sosok Allah sendiri.

Berawal dengan latar belakang masyarakat sekarang ini yang lebih dijiwai oleh ‘kekerasan’.
Kekerasan dalam bentuk keserakahan, tindakan ketidakpedulian, egoism, keridakbenaran informasi
dan individualisme jaman sekarang. Apa yang dibuat oleh manusia berkuasa kebanyakan hanya untuk
kebaikan orang besar dan berkuasa tapi berakibat negative kepada yang miskin. Hal ini disangsikan,
oleh karena sifat dasariah manusia adalah sikap religius. Mungkin ini yang dinamakan nilai terdalam
manusia tergerus bayangan sempit kenyamanan dunia yang menjauhkan manusia dari sikap
manusiawi.

Kasihitu memiliki kekuatan untuk membangun perdamaian dan solidaritas. Itulah suatu ajakan
yang disuarakan dalam buku ini. Mengubah pola hidup lama dengan spiritualitas tindakan rekonsiliatif,
bertobat dan menjauhi cara hidup ‘kekerasan’. Oleh karena setiap tindak kekerasan apapun bentuk dan
manifestasinya selalu membawa penderitaan, maka hendaknya diubah dengan usaha tindakan kasih
dan kelembutan (kepedulian, solidaritas, berbagi, mengalah, bekerjasama, dsb.). Seperti halnya Yesus
teladan kita yang mau mengampuni orang yang menyengsarakannya hingga disalib (Luk,. 23:24),
hendaklah kita juga mengampuni ‘kekerasan’ yang kita lakukan dan kita terima. Akhirnya buku ini
mengajak pembaca untuk selalu merenungkan apakah tindakan yang dilakukan sudah berdasarkan
KASIH ?

Kasih itu berbuah sukacita, damai sejahtera, kelembutan, penguasaan diri, keadilan,
kesabaran, dan kebaikan. Tuhan mengajakku untuk menjauhi ‘kekerasan’ dan mendasarkan segala
tingkah laku pada kasih. Kasih yang pasti rela menderita oleh kebenaran sejati yang diuji dalam
kesetiaan dan menguji jiwa kemuridanku. Suatu kasih yang hendaknya dimulai dari yang paling
miskin kasih. Jiwa yang miskin kasih adalah kekurangan dan kelemahan yang terus kuulangi juga
orang yang paling miskin kasih adalah mereka yang dalam kesedihan, kemiskinan, tekanan, dan
banyak hal buruk. Dari sinilah aku berniat bahwa aku harus memulai menjauhi menjatuhkan oranglain
ketika berbicara sebagai tindakan egois, mau bekerjasama dengan orang yang tak cocok, dan menjadi
pribadi yang mau mengampuni dan tidak mudah sakit hati.

Anda mungkin juga menyukai