Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PROYEK

PENGGUNAAN TURUNAN DALAM BIDANG KESEHATAN DAN FARMASI

“MENGHITUNG EFEKTIVITAS OBAT”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK : 1 (SATU)
1. ADITYA SAPUTRA
2. DHEA RIZKA AMALIA
3. RINDA LESTIANI
KELAS : XII. MIPA 1
GURU PEMBIMBING : Drs. MUCHLIS, M. Pd.
NIP : 19660606 199703 1 003

DINAS PENDIDIKAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN


SMA NEGERI 1 TANJUNG BATU
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas Berkat,Rahmat,

dan Ridho-Nya penulis bisa menyelesaikan tugas proyek “Penerapan Turunan dalam Bidang

Kesehatan dan Farmasi “ ini tepat pada waktunya.

Tugas ini dapat tersusun dengan bantuan dan dukungan serta arahan dari Bapak Drs.

Muchlis, M.Pd. Semoga Allah SWT membalas dan melimpahkan Rahmat serta Hidayah-Nya

dan menjadikannya sebagai amal jariyah.

Akhirnya penulis menyelesaikan tugas “ Penerapan Turunan dalam Bidang Kesehatan dan

Farmasi “ semoga dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya, Aamiin.

Tanjung Batu, November 2019

Dhea Rizka Amalia, dkk.


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................1


KATA PENGANTAR ........................................................................2
DAFTAR ISI .......................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................5
1.3 Tujuan................................................................................................ 5
1.4 Manfaat……………………………………………………................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Penerapan Turunan pada Bidang Kesehatan dan Farmasi……....6
2.2 Contoh Perhitungan Turunan dalam Bidang Kesehatan dan Farmasi..10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………….........................................................11
3.2 Saran…………………………………………………………….......11
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................12
LAMPlRAN..............................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Matematika merupakan cabang yang digunakan dalam perhitungan semua bidang, hampir
semua menggunakan perhitungan secara matematis. Matematika merupakan ilmu pasti yang tidak dapat
berubah lagi, hampir semua bidang menggunakan perhitungan matematika sehingga bisa disebut bahwa
matematika adalah “Mother of Unit”. Ilmu Sosial maupun Ilmu Alam tak luput dari perhitungan
matematik untuk menentukan berapa nilai atau berapa hasil yang dibutuhkan pada bidang tersebut.

Dalam bidang kesehatan perhitungan matematik sangat diperlukan dalam menentukan banyak
hal, salah satunya adalah Farmasi. Ahli farmasi adalah seseorang yang bertugas untuk memberikan obat
kepada pasien sesuai dengan resep dokter atau praktisi kesehatan lainnya dan memberikan informasi
kepada pasien tentang penggunaan obat tersebut.

Ahli farmasi banyak melakukan perhitungan terutama yang berhubungan dengan pembuatan
sediaan obat, tingkat konsentrasi obat dan kebutuhan dosis. Perhitungan itu dilakukakan untuk menguji
efektivitas obat yang diberikan melalui uji Bioavailabilitas. Bioavailabilitas adalah sebagai laju dan
jumlah relative zat aktif yang mencapai sistem peredaran darah dan seberapa cepat zat tersebut
terarbsorpsi. Dalam hal seperti ini seorang farmasi membutuhkan teori diferensial atau turunan dalam
menentukan laju perubahan banyaknya obat yang terabsorbsi dalam tubuh juga waktu yang dibutuhkan
obat tersebut terabsorbsi dalam tubuh.

Turunan fungsi trigonometri :


Berikut ini adalah beberapa rumus turunan fungsi trigonometri
d/dx (sin x) = cos x
d/dx (cos x) = -sin x
d/dx (tan x) = sec² x
d/dx (cot x) = - sec x. tan x
d/dx (cosec x) = - cosec x. Cotan x
 Contoh :
d/dx (cos 2x) = - sin 2x. d/dx( 2x) = -2 sin 2x
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja tahapan yang harus dilakukan dalam penggunaan turunan pada bidang kesehatan dan
farmasi?
2. Apa contoh perhitungan turunan dalam bidang kesehatan dan farmasi?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui tahapan yang harus dilakukan dalam penggunaan turunan pada bidang
kesehatan dan farmasi;
2. Untuk mengetahui perhitungan turunan dalam bidang kesehatan dan farmasi.
1.4 MANFAAT
Tugas ini dapat menambah ilmu pengetahuan penulis maupun pembaca pada ilmu matematika
maupun kesehatan mengenai cara penggunaan konsep turunan pada bidang farmasi dan kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penerapan Turunan Pada Bidang Kesehatan dan Farmasi

a. Farmakokinetika

Menurut Prof. Dr. Fauzi Sjuib seorang Guru Besar Departemen Farmasi ITB, nasib obat sesudah
diminum adalah didistribusikan ke seluruh tubuh oleh cairan tubuh (darah), tetapi kita tidak dapat
mengetahui dengan pasti kemana dan berapa jumlahnya pada jaringan penerima distribusi.Untuk
mengirakan hal tersebut, maka secara farmakokinetika dibuatlah model-model yang melihat tubuh
sebagai kompartemen. Sebagai bapak dari model kompartemen adalah Teorell yang mengatakan tujuan
farmakokinetika adalah menurunkan persamaan matematika yang memungkinkan kita menerangkan
kinetika dan distribusi obat dalam tubuh. Dikemukakan model satu kompartemen dan model multi
kompartemen (yang terbanyak dua kompartemen dari model multi kompartemen), yang dapat
digambarkan sebagai berikut :

A. 1. Xo
ka K
X XE
2 XA

Gambar 1. Model satu kompartemen

A.1. Pemberian suntikan IV dengan dosis Xo

2. Pemberian yang harus melewati membran (misal: oral) untuksampai ke kompartemen dengan
jumlah obat tersedia untukdiabsorbsi (Xa) dan tetapan kecepatan absorbsi Ka.

K= tetapan kecepatan eksresi obat dari kompartemen.

B. 1. Xo Kompartemen K12
Kompartemen
KA pusat
Derivat
2 XA
K21
K10

Gambar 2. Model dua kompartemen

Pemberian obat dari segi farmakokinetika dapat dibagi dua , yang pertama adalah pemberian
secara langsung ke kompartemen yang mendistribusikan obat seperti pemberian suntikan intra vena
seperti pada A1 dan B1, yang kedua adalah pemberian obat yang harus melewati membran sebelum
mencapai kompartemen pendistribusi seperti A2 dan B2. Dari model tersebut diturunkan persamaan
farmakokinetikanya :
𝑑𝑥
A1. = −𝐾. 𝑥
𝑑𝑡

x = xo e –Ktx = VC
C = Co e –Kt

𝑑𝑥
A2. 𝑑𝑡
=ka.xa – K.x

𝐾𝑎.𝐹.𝑋𝑜
X= 𝐾𝑎−𝐾
( e −Kt- e ka t)

𝐾𝑎.𝐹.𝑋𝑜
C= ( e Kt − - e ka t )
𝑉(𝐾𝑎−𝐾)

𝑑𝑋𝑐
B.1 𝑑𝑡
= k21 Xp – k12 Xc – k10 Xc

C = A e −α t- B e −β t

Dimana: α + β = k12 + k21 + k10


α β = k21 k10

𝑋𝑜(𝛼−𝐾21)
A= 𝑉𝑐(𝛼−𝛽)

𝑋𝑜(𝐾21−𝛽)
B= 𝑉𝑐(𝛼−𝛽)

𝑑𝑋𝑐
B2. 𝑑𝑡
= ka XA – k12 Xc – k10 Xc
Cc = L e −α t+ M e −β t+ N e –kat

𝐾𝑎 𝐹 𝑋𝑜(𝐾21−𝛼)
L= 𝑉𝑐(𝐾𝑎−𝛼)(𝛽−𝛼)

𝐾𝑎 𝐹 𝑋𝑜(𝐾21−𝛽)
M = 𝑉𝑐(𝐾𝑎−𝛽)(𝛼−𝛽)
𝐾𝑎 𝐹 𝑋𝑜(𝐾21−𝐾𝑎)
N= 𝑉𝑐(𝛼−𝐾𝑎)(𝛽−𝐾𝑎)

Persamaan di atas diturunkan berdasarkan asumsi bahwa proses yangterjadi mengikuti kinetika
orde pertama. Proses-proses ini bisa juga orde nol atau kinetika enzimatis. Persamaan kinetika
disesuaikan dengan proses yang terjadi.

Dengan memberikan obat secara suntikan intra vena, kemudian ditentukan kadar obat dalam
darah pada waktu-waktu tertentu, akan didapat parameter farmakokinetika V dan K pada model satu
kompartemen serta Vc, k12, k21 dan k10 pada model dua kompartemen. Harga ka dan F didapat dari
pemberian obat yang harus melewati membran untuk sampai ke kompartemen pusat. Dengan
mengetahui harga parameter farmakokinetika dan model kompartemen berapa yang diikuti oleh obat,
maka dapatlah dihitung berapa dosis obat dan berapa selang waktu pemberian obat pada pemakian
ganda. Obat akan bekerja dengan manjur dan aman jika kadarnya berada di atas konsentrasi minimum
efektif (MEC) tetapi di bawah konsentrasi maksimum yang dapat menimbulkan gejala keracunan
(MTC). Makin dekat jarak antara MEC dan MTC, maka perhitungan farmakokinetika dilakukan dengan
teliti.

Grafik konsentrasi plasma terhadap waktu setelah pemberian obat secara intravena (---
) dan oral (-) pada mode satu kompartemen.

Grafik diatas menunjukkan perubahan konsentrasi obat terhadap waktu secara dinamis pada
model satu kompartemen. Garis putus – putus menunjukkan perubahan konsentrasi setelah pemberian
obat dengan injeksi intravena dan garis sambung menunjukkan perubahan konsentrasi setelah
pemberian obat dengan oral. Karena pemberian obat dengan injeksi intravena tidak memiliki tahap
resorpsi, maka grafik yang ditunjukkan linear. Sedangkan untuk pemberian obat dengan cara oral,
konsentrasi obat pada darah secara perlahan mencapai konsentrasi puncak karena proses resorpsi oleh
tubuh.
Menurut Xiaoling Li di dalam bukunya Design of controlled release drug delivery systems,
persamaan deferensial dan solusinya dari pemodelan di atas adalah sebagai berikut:
𝑑(𝐶𝑝)
𝑑𝑡
= Ka (Cabsorb) K(Cp)
(𝐹)(𝑆)(𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠)(𝐾𝑎)
Cp = 𝑉𝑑(𝐾𝑎−𝐾)
(e –kt-e- ka(t))

dimana Ka adalah ratio absorpsi per satuan waktu, K adalah ratio eliminasi per satuan waktu, Vd adalah
volume distribusi, F adalah banyak bagian dari dosis yang diberikan yang masuk ke dalam sistem
sirkulasi, dan S adalah formulasi faktor salt. Vd dapat dihitung dengan persamaan(Xiaoling Li, 2006):
(𝐹)(𝑆)(𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠)
Vd =
(𝐴𝑈𝐶0→∞)(𝐾)

yang merupakan persamaan yang sama dengan Vd(area) pada model dua kompartemen. Pada model satu
kompartemen, Vd(area) diturunkan menjadi Vd. Dua parameter, Cpmax dan tmax, yang menunjukkan
konsentrasi maksimal obat yang dapat dicapai dan waktu dimana konsentrasi maksimal obat mencapai
titik maksimal, dapat dihitung dengan persamaan berikut(Xiaoling Li, 2006):
𝐾𝑎
ln( )
𝐾
tmax = 𝐾𝑎−𝐾

(𝐹)(𝑆)(𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠)(𝐾𝑎)
Cpmax= 𝑉𝑑(𝐾𝑎−𝐾)
(e –k(tmax)-e- ka(tmax))

b. Persamaan Matematika Konsentrasi Obat Dan Waktu Paruh

Menurut Raina Robeva seorang professor matematika sains, secara umum dan sederhana,
kecepatan dari eliminasi obat dalam peredaran darah proporsional dengan jumlah yang ada dalam
peredaran darah saat itu. Oleh karena itu, jika C(t) adalah konsentrasi obat pada waktu t, maka fakta
bahwa obat dieliminasi dari peredaran darah pada kecepatan yang proporsional dengan jumlah yang
ada saat itu bisa dirumuskan sebagai berikut:

𝑑𝐶(𝑡)
= −𝑟𝐶(𝑡), 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑟 > 0
𝑑𝑡
Dan solusi dari persamaan diferensial diatas adalah
C(t) = C(0)e-rt
Tanda negative pada persamaan diatas mengindikasikan konsentrasi obat dalam darah
berkurang. Nilai konstan r, disebut kecepatan eliminasi konstan, mengontrol kecepatan obat akan
dikeluarkan dari dalam darah. Semakin besar nilai r, maka semakin cepat proses eliminasinya.
Hal ini berhubungan dekat dengan waktu-paruh dari obat, yang didefinisikan sebagai waktu
yang diperlukan untuk mengurangi konsentrasi obat dalam darah menjadi setengahnya. Dalam konsep
matematika dengan menggunakan solusi persamaan differensial untuk konsentrasi obat di atas, maka
akan didapat waktu-paruh (t½) obat adalah:

𝐼𝑛(2)
t½ = 𝑟

2.2 Contoh Perhitungan Turunan dalam Bidang Kesehatan dan Farmasi

(dari Turunan diatas dapat dicari untuk menentukan suatu yang perlu dicari)
 Suatu obat diberikan melalui infus IV dengan kecepatan tetap 50 mg/jam kepada subyek selama 4 jam.
Dari pustaka diketahui waktu paruh = 8 jam dan volume distribusi obat = 5 L. Berapa kadar obat dalam
darah 4 jam sejak pemberian infus C(4)? (dr. Ave Olivia Rahman, M.ScBagian Farmakologi FKIK
UNJA)

Jawab:

0,693
𝐾= 8
= 0,086 jam-1

50
C(4) = 0,086.5 (1-e-0,086.4)
C(4) = 47,79 mg/l

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

- Dari uraian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa penggunaan turunan dalam bidang kesehatan
dan farmasi sangat dibutuhkan dalam pencarian kadar- kadar tertentu dalam bidang Farmakokinetika
dan persamaan matematika konsentrasi obat dan waktu paruh.

-Dari contoh perhitungan diatas dapat dicari penyelesaian untuk menentukan berapa kadar obat dalam
darah.

3.2 Saran

-Diharapkan para siswa agar lebih memahami turunan fungsi trigonometri beserta rumus-rumus dan
pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari.

-Dengan makalah ini diharapkan siswa dapat belajar secara mandiri konsep turunan fungsi
tigonometri sendiri atau tanpa bimbingan guru

.
DAFTAR PUSTAKA

https://docplayer.info/amp/52545381-makalah-penggunaan-turunan-dalam-bidang-
kesehatan-dan-farmasi-dibuat-untuk-memenuhi-tugas-matematika-dosen-andes-
safarandes-s-pd-
m.html#aoh=15739050775408&referren=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf
=dari%20%251%24s

Anda mungkin juga menyukai