Anda di halaman 1dari 10

"APLIKASI TURUNAN PADA PERHITUNGAN YANG DlLAKUKAN UNTUK MENGUJI

EFEKTIFITAS OBAT

BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Matematika merupakan cabang yang digunakan dalam perhitungan semua bidang, hampir
semua menggunakan perhitungan secara matematis. Matematika merupakan ilmu pasti yang tidak
dapat berubah lagi, hampir semua bidang menggunakan perhitungan matematika sehingga bisa
disebut bahwa matematika adalah Mother of Unit.

Ilmu Sosial maupun Ilmu Alam tak luput dari perhitungan matematik untuk menentukan
berapa nilai atau berapa hasil yang dibutuhkan pada bidang tersebut. Dalam bidang kesehatan
perhitungan matematik sangat diperlukan dalam menentukan banyak hal, salah satunya adalah
Farmasi.

Ahli farmasi adalah seseorang yang bertugas untuk memberikan obat kepada pasien sesuai
dengan resep dokter atau praktisi kesehatan lainnya dan memberikan informasi kepada pasien
tentang penggunaan obat tersebut. Ahli farmasi banyak melakukan perhitungan terutama yang
berhubungan dengan pembuatan sediaan obat, tingkat konsentrasi obat dan kebutuhan dosis.

Perhitungan itu dilakukakan untuk menguji efektivitas obat yang diberikan melalui uji
Bioavailabilitas. Bioavailabilitas adalah sebagai laju dan jumlah relative zat aktif yang mencapai
sistem peredaran darah dan seberapa cepat zat tersebut terarbsorpsi. Dalam hal seperti ini seorang
farmasi membutuhkan teori diferensial atau turunan dalam menentukan laju perubahan banyaknya
obat yang terabsorbsi dalam tubuh juga waktu yang dibutuhkan obat tersebut terabsorbsi dalam
tubuh
1.2 TUJUAN

Ada pun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk:


1. Mengetahui teori tentang penggunaan turunan
2. Mengethaui penggunaan turunan dalam bidang farmasi dan kesehatan
3. Mengetahui contoh perhitungannya.

1.3 MANFAAT

1. Manfaat Turunan dalam Ilmu Kimia.

Salah satu aplikasi diferensial dalam ilmu kimia, yaitu laju reaksi. Dalam riset operasi, turunan
menentukan cara paling efisien dalam memindahkan bahan dan desain pabrik. Dengan menerapkan
teori permainan, turunan dapat memberikan strategi yang paling baikuntuk perusahaan yang sedang
bersaing.

Laju reaksi memiliki kemampuan untuk meramalkan kecepatan campuran reaksi mendekati

keseimbangan. Untuk menghitung laju reaksi dalam orde reaksi dapat dgunakan secara praktis

persamaan diferensial. Hukum laju reaksi adalah persamaan yang menyatakan laju reaksi vsebagai

fungsi dari konsentrasi semua spesies yang ada, termasuk produknya.

1.3 RUMUSAN MASALAH 4

-Maksimum dan Minimum Kemonotonan dan Kecekungan Maksumum dan Minimum Lokal
Limit di Ketakhinggaan, Limit Tak Terhingga Penggambaran Grafik Canggih Teorema Nilai
Rata-Rata. Penerapan Dalam Bidang Farmasi Contoh Perhitungan Diferensial Dalam Farmasi.

-Manfaat dibuatnya makalah ini adalah sebagai pengetahuan yang tidak tahu menjadi tahu
tentang apa saja penerapan turunan dalam kehidupan sehari-hari terutama pada bidang farmasi
dan kesehatan.
BAB II PEMBAHASAN

2.1 MAKSIMUM DAN MINIMUM

Dalam hidup, seringkali menghapi masalah guna mendapatkan jalan terbaik untuk melakukan
sesuatu. Sebagai contoh seorang farmasi akan menentukan dosis obat yang terkecil untuk
menyembuhan suatu penyakit. Kadangkala salah satu dari masalah tersebut dapat dirumuskan
sehingga akan melibatkan memaksimumkan dan meminimumkan fungsi tersebut.
Andaikan diketahui fungsi f dna domain S seperti pada Gambar I. Yang pertama adalah menentukan
apakah f memiliki nilai maksimum atau minimum pada S. Anggap bahwa nilai-nilai tersebut ada, kita
ingin mengetahui lebih lanjut dimana dalam S nilai-nilai itu berada. Akhirnya, dapat menentukan nilai
maksimum dan minimum.
Kita Definisi andaikan S, daerah asal f, memuat titik c. Kita katakana bahwa: n (i) f(c) adalah nilai
maksimum f pada S jika f(c) f(x) untuk semua x di S; (ii) f(c) adalah nilai minimumnya f pada S jika
f(c) untuk semua x di S; (iii) f(c) adalah nilai ekstrim f pada S jika ia adalah nilai maksimu atau
minimum.
Pertanyaan eksistensi apakah f mempunyai nilai maksimum atau minimum pada S? Jawabnya
tergantung pertama-tama pada himpunan S tersebut. Ambillah f(x) = 1/x pada S = (0, ; fungsi ini tidak
mempunyai nilai maksimum ataupun minimum (Gambar 2) sebaliknya fungsi yang sama pada S =
[1,3] mempunyai nilai maksimum f(1) = 1 dan nilai minimum f (3) = (1,3), f tidak mempunyai nilai
maksimum dan nilai minimum f (3) = 1 3. Pada S = 1 3. Jawaban juga tergantung pada tipe fungsi.
Ambilah fungsi tak kontinu g (Gambar 3) yang di definisikan oleh g ( x ) ={x jika 1 x< 2 6

x 2 jika 1 x 3 Pada S = [1,3] g tidak mempunyai nilai maksimum (menjadi cukup dekat ke 2 tetapi
tidak pernah mencapainya). Tetapi, g mempunyai nilai minimum g(2) = 0 Terdapat teorema bagus
yang menjawab pertanyaan eksistensi untuk beberapa masalah yang muncul dalam prektek. Walaupun
secara intuisi ini jelas, bukti yang teliti sangat sukar; Teorema A (Teorema eksistensi Mask-Min) jika
f kontinu pada selang tertutup [a,b] maka f mencapai nilai maksimum dan nilai minimum. Dimana
terjadinya nilai-nilai ekstrim? Nilai-nilai ekstrim sebuah fungsi yang didefinisikan pada selang
tertutup sering kali terjadi pada titik-titik ujung (Gambar 4) Jika c sebuah titik pada mana f (c) = 0 kita
sebut titik c titik stationer. Nama itu diturunkan dari fakta bahwa pada titik stationer, grafik f
mendatar, karena garis singgung mendatar. Nilai-nilai ekstrim seringkali terjadi pada titik-titik
stationer (Gambar 5)

. Akhirnya jika c adalah titik dalam dari I dimana f tidak ada, kita sebut c titik singular. Ini
merupakan titik dimana grafik f mempunyai sudut tajam, garis singgung vertikel, atau mungkin
berupa lompatan. Nilai-nilai ekstrim dapat terjadi pada titik-titik singular (Gambar 6) walaupun dalam
masalah-masalah praktis hal ini sangat langka. Teorema B (Teorema Titik Kritis) andaikan f
didefinisikan pada selang I yang memuat titik c. jika f(c) adalah titik ekstrim, maka c haruslah suatu
titik kritis yakni c berupa salah satu: 7 (i) Titik ujung dari I; (ii)titik stationer dari f(f (c) = 0) (iii) Titik
singular dari f(f (c) tidak ada).
2.2 KEMONOTONAN DAN KECEKUNGAN

Definisi Andaikan f terdefinisi pada selang I (terbuka,tertutup, atau tak satupun). Kita katakana
bahwa (i) f adalah naik pada I jika untuk setiap pasang bilangan x1 dan x2 dalam I, x 1< x 2 f (x 1)< f
( x 2) Turunan pertama dan kemonotnonan, ingat kembali bahwa turunan f (x) memberi kita
kemiringan dari garis singgung pada grafik f dititik x. kemudian jika f (x) > 0 garis singgung naik ke
kanan (Gambar 2). Serupa jika f (x) < 0, garis singgung jatuh ke kanan.

Fakta-fakta ini membuat teorema berikut secara intuisi jelas. Teorema A (teorema kemonotonan).
Andaikan f kontinu pada selang I dan dapat dideferensialkan pada setiap titik dalam dari I. (i) (ii) Jika
f (x)> 0 untuk semua titik dalam x dari I, maka f naik pada I Jika f (x) < 0 untuk semua titik dalam x
ari I, maka f turun pada I Turunan kedua dan kecekungan. Sebuah fungsi mungkin naik dan tetap
mempunyai grafik yang sangat bergoyang (Gambar 6).

menganalisis goyangan, kita perlu mempelajari bagaimana garis singgung berliku saat kita bergerak
sepanjang grafik dari kiri ke kanan. Jika garis singgung berliku secara tetap berlawanan arah putaran
jarum jam kita katakana bahwa grafik cekung ke atas, jika garis singgung berliku searah putaran
jarum jam, grafik cekung ke bawah. Kedua definisi lebih baik dinyatakan dalam istilah fungsi dan
turunannya.

B (teorema kecekungan). Andaikan f terdiferensial dua kali pada selang terbuka (a,b) (iii) (iv) Jika
f (x) > 0 untuk semua x dalam (a,b) maka f cekung ke atas pada (a,b) Jika f (x) < 0 untuk semua x
dalam (a,b), maka f cekung ke bawah pada (a,b) maka f cekung ke bawah pada (a,b) Titik balik.
Andaikan f kontinu di c. kita sebut (c,f(c)) suatu titik balik dari grafik f, jika f cekung ke atas pada
suatu sisi dan cekung ke bawah pada sisi yang lainnya dari c. grafik dalam Gambar 12 menunjukkan
sejumlah kemungkinan.

Seperti yang mungkin diterka, titik-titik dimana f (x) = 0 atau f (x) tidak ada merupakan calon-calon
untuk titik balik. Gunakan kata calon dengan sengaja. Sama halnya seperti calon untuk jabatan yang
gagal terpilih sehingga misalnya titik dimana f (x) = 0 mungkin gagal menjadi suatu titik balik.
Pandang f(x) = x4 yang mempunyai grafik diperlihatkan dalam Gambar 13. Benar bahwa f (0) = 0;
tetapi titik asal bukan titik balik. Tetapi dalam pencarian titik-titik balik, kita mulai dengan mengenali
titik-titik dengan f (x) = 0. (dan dimana f (x) tidak ada). Kemudian kita memeriksa apakah mereka
benarbenar merupakan titik-titik balik. 10

2.3 MAKSIMUM DAN MINIMUM LOKAL

Kembali pada 2.1 bahwa nilai maksimum (jika ada ) suatu fungsi f pada himpunan S adalah nilai f
terbesar yang di capai pada keseluruhan himpunan S. Kadangkadang diacu sebagai nilai maksimum
global, atau nilai maksimum absolut dari f. jadi untuk fungsi f dengan daerah asal S = [a,b] yang
grafiknya dalam Gambar I, f(a) adalah nilai maksimum global.

Tetapi bagian mana tentang f(c)? Kita sebut f(c) suatu nilai maksimum local atau nilai maksimum
relative. Tentu saja nilai maksimum global otomatis juga nilai maksimum local. Gambar 2 hanyalah
yang terbesar diantara nilai-nilai maksimum lokal. Serupa, nilai minimum global adalah yang terkecil
diantara nilai-nilai minimum lokal. Berikut definisi foral dari maksimum dan minimum lokal.

Definisi Andaikan S daerah asal f memuat titik c.d dikatakan bahwa: (i) f(c) nilai maksimum lokal f
jika terdapat selang (a,b) yang memuat c sedemikian sehingga f(c) adalah nilai maksimum f pada (a,b)
S; (ii) f(c) nilai maksimum lokal f jika terdapat selang (c,b) yang memuat c sedemikian sehingga f(c)
adalah nilai minimum f pada (a,b) S ; (iii) f (c) nilai ekstrim lokal f jika ia berupa nilai maksimum
lokal atau minimum lokal

Dimana Nilai-nilai Ekstrim Lokal Terjadi, teorema Titik Kritis berlaku sebagaimana dinyatakan,
dengan ungkapan nilai ekstrim diganti oleh nilai ekstrim lokal, bukti pada dasarnya sama. Jadi titik-
titik kritis (titik ujung, titik stationer, dan titik singular) adalah calon untuk titik empat kemungkinan
terjadinya ekstrim lokal.

Jika turunan adalah positif pada salah satu pihak dari titik kritis dan negative pada pihak lainnya,
maka kita mempunyai ekstrim lokal. Teorema A Uji turunan pertama untuk ekstrim lokal. Andaikan f
kontinu pada selang terbuka (a,b) yang memeuat titik kritis c (i) (ii) (iii) Jika f (x) > 0 untuk semua x
dalam (a,c) dan f (x) < 0 untuk semua x dalam (c,b) maka f(c) adalah nilai maksimum lokal f; Jika f
(x) < 0 untuk semua x dalam (a,c) dan f (x) > 0 untuk semua x dalam (c,b) maka f(c) adalah nilai
minimum lokal. Jika f (x) bertanda sama pada kedua pihak c, maka f(c) bukan nilai ekstrim lokal f.

Uji Turunan Kedua. Terdapat uji lain untuk maksimum dan minimum lokal yang kadang-kadang
lebih mudah diterapkan daripada Uji Turunan Pertama. Ia menyangkut perhitungan turunan kedua
pada titik-titik stationer. Ia tidak berperilaku pada titik singular. Teorema B (Uji Turunan Kedua
Untuk Ekstrim Lokal). Andaikan f dan f ada pada setiap titik dalam selang terbuka (a,b) yang memuat
c, dan andaikan f (c) =0 (i) (ii) Jika f (c) < 0, f(c) adalah nilai maksimum lokal f Jika f (c) > 0, f(c)
adalah nilai minimum lokal f. Bukti (i) mengatakan bahwa karena f (c) < 0, f adalah cekung ke bawah
dekat c dan menyatakan bahwa ini membuktikan (i). tetapi, agar yakin bahwa f cekung ke bawah di
lingkungan c, kita memerlukan f (x0 < 0 dilingkungan tersebut (tidak hanya di c), dan tidak ddalam
hipotesis yang menjamin itu. Dari definisi dan hipotesis, F (c) = ' ' ' f ( x ) f ( c ) f ( x ) 0 = lim x c <0 x
c x c lim x c Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat selang ( α, β disekitar c dimana f '( x ) <0, x
c x c 13 mungkin pendek

Kedua ketaksamaan ini menunjukan α < x< c dan f ' ( x )< 0 untuk c < x< β. bahwa f (x) > 0 Jadi Uji
Turunan Pertama, f(c) a adalah nilai maksimum lokal. Bukti (ii) serupa. 2.4 Limit di Takhinggaan,
Limit Tak Terhingga Definisi-Definisi Cermat Limit Bila x-> ± Definisi (Limit bila x ). Andaikan f
terdefinisi pada [c, bilangan c. dapat dikatakan bahwa untuk lim f ( x )=L x ] untuk suatu jika untuk
masing- masing ε > 0 terdapat bilangan m yang berpadanan sedemikian sehingga Definisi (Limit-
Limit Tak Hingga). Kita katakana bahwa lim f (x ) x c+ jika untuk tiap bilangan positif M berpadanan
suatu δ > 0 sedemikian sehinnga 14

2.4 Penggambaran Grafik Canggih

Kalkulus menyediakan alat untuk menganalisis struktur grafik secara baik, khususnya dalam
mengenali titik-titik tempat terjadinya perubahan ciri-ciri grafik. Dapat ditempatkan titik-titik
maksimum lokal, titik-titik minimum lokal, dan titiktitik balik; dapat menentukan secara persis
dimana grafik naik atau dimana cekung ke atas. Pengikutsertaan gagasan-gagasan ini dalam prosedur
penggambaran grafik dalam bab ini. POLINOM. Polinom derajat 1 atau 2 jelas unuk di gambar
grafiknya; yang berderajat 50 hampir mustahil. Jika derajatnya cukup ukurannya misalnya 3 sampai 6
dapat memakai alat-alat dari kalkulus dengan manfaat besar. 3 x 5 20 x 3 32 f(x) = Fungsi Rasional.
Fungsi rasional, merupakan hasil bagi dua fungsi polinom, lebih rumit untuk digrafikkan disbanding
polinom. Khususnya, dapat diharapkan perilaku yang dramatis dimana pun penyebut nol.

Ringkasan Metode. Dalam menggambarkan grafik fungsi, tidak terdapat pengganti untuk akal
sehat. Tetapi, dalam banyak hal prosedur berikut akan sangat membantu. Lankah I buat analisis
pendahuluan sebagai berikut.
(a) Periksa daerah asal dan daerah hasil fungsi untuk melihat apakah ada di daerah di bidang yang
dikecualikan.

(b) Uji kesimetrian terhadap sumbu y dan titik asal.

(c) Cari perpotongan dengan sumbu-sumbu koordinat

(d) Gunakan turunan pertama untuk mencari titik-titik kristis dan untuk mengetahui tempat-tempat
graffarmakokinetikanya

(e) Uji titik-titik kritis untuk maksimum dan minimum llokal

(f) Gunakan turunan kedua untuk mengetahui tempat-tempat grafik cekung ke atas dan cekung ke
bawah untuk melokasikan titik-titik balik.

(g) Cari asimtot-asimtotnya.

Langkah 2. Gambarkan beberapa titik (termasuk titik kritis dan titik balik)

Langkah 3. Sketsakan grafik.

Teorema Nilai Rata-Rata Teorema nilai rata-rata adalah bidang kalkulus, tidak begitu penting
namun membantu melahirkan teorema-teorema lain yang cukup berarti. Dalam bahsasa Geometri,
Teorema Nilai Rata-rata mudah dinyatakan dan dipahami. Teorema mengatakan bahwa jika grafik
sebuah fungsi kontinu mempunyai garis singgung tak vertical pada setiap titik antara A dan B, maka
terdapat paling sedikit suatu titik C pada grafik antara A dan B, maka terdapat paling sedikit satu titik
C pada grafik antara A dan B sehingga garis singgung di titik C sejajar talibusur AB. Dalam Gambar
I, halnya terdapat satu titik C yang demikian; dalam Gambar 2, terdapat beberapa. 16

Teorema Dibuktikan. Pertama nyatakan teorema dalam bahasa fungsi. Kemudian buktikan.
Teorema A (Teorema Nilai Rata-Rata untuk Turunan). Jika f kontinu pada selang tertutup [a,b] dan
terdiferensial pada titik-titik dalam dari (a,b), maka terdapat paling sedikit satu bilangan c dalam (a,b)
dimana f ( h ) f (a) =f '(c ) b a Atau secara setara dimana f(b) f(a) = f (c)(b a) Bukti pembuktian
bersandar pada analisis seksama dari fungsi s(x) = f(x) g(x), yang diperkenalkan dalam Gambar 3.
Disini y = g(x) adalah persamaan garis yang melalui (a,f(a)) dan (b,f(b)). Karena garis ini mempunyai
kemiringan [f(b) f(a)]/ (b a) dan melalui (a,f(a)), bentuk titik kemiringan untuk persamaannya adalah
g (x )= f ( b ) f ( a ) ( x a) b a kemudian ini menghasilkan rumus untuk s(x), yaitu s ( x ) =f ( x ) f ( a ) f
( b ) f ( a ) (x a) b a

Perhatikan dengan segera bahwa s(b) = s(a) = 0dan bahwa untuk x dalam (a,b) s ' ( x )=f ' ( x ) f ( b
) f (a) b a Sekarang buat suatu pengamatan penting. Jika diketahui bahwa terdapat suatu bilangan c
dalam (a,b) yang memenuhi s (c) = 0 akan selesai. Karena persamaan yang terakhir akan mengatakan
0=f ' ( c ) f ( b ) f (a) b a Yang setara terhadap kesimpulan teorema tersebut. Untuk melihat bahwa s
(c) = 0 untuk suatu c dalam (a,b) alasannya sebagai berkut. Jelas s kontinu pada [a,b] karena
merupakan selisih dua fungsi kontinu. Jadi menurut Teorema Eksistensi Maks-Min. s harus mencapai
baik nilai maksimum atau pun nilai minimum pada [a,b]. jika kedua nilai ini kebetulan adalah 0, maka
s(x) secara identic adalah 0 pada [a,b], akibatnya s (x) = 0 untuk semua x dalam (a,b), jauh lebih
banyak daripada yang kita perlukan. Jika salah satu nilai maksimum atau nilai minimum berlainan
dengan 0, maka nilai tersebut dicapai pada sebuah titik dalam c, karena s(a) = s(b) = 0. Sekarang s
mempunyai turunan di setiap titik dari (a,b), sehingga menurut Teorema Titik Kritis s (c) = 0. Itulah
semua yang harus diketahui. Teorema B Jika f (x) = G(x) untuk semua x dalam (a,b), maka terdapat
konstanta C sedemikian sehingga F(x) = G(x) + C Untuk semua x dalam (a,b)
2.5Penerapan Diferensial Pada Bidang Farmasi

a. Farmakokinetika Menurut Prof. Dr. Fauzi Sjuib seorang Guru Besar Departemen Farmasi ITB,
nasib obat sesudah diminum adalah didistribusikan ke seluruh tubuh oleh cairan tubuh (darah), tetapi
kita tidak dapat mengetahui dengan pasti kemana dan berapa jumlahnya pada jaringan penerima
distribusi.untuk mengirakan hal tersebut, maka secara farmakokinetika dibuatlah model-model yang
melihat tubuh sebagai kompartemen. Sebagai bapak dari model kompartemen adalah Teorell yang
mengatakan tujuan farmakokinetika adalah menurunkan persamaan matematika yang memungkinkan
kita menerangkan kinetika dan distribusi obat dalam tubuh. Dikemukakan model satu kompartemen
dan model multi kompartemen (yang terbanyak dua kompartemen dari model multi kompartemen),
yang dapat digambarkan sebagai berikut : A. 1. Xo ka 2 X XA K XE Model satu kompartemen A.1.
Pemberian suntikan IV dengan dosis Xo

2. 6. Pemberian yang harus melewati membran (misal: oral) untuk sampai ke kompartemen dengan
jumlah obat tersedia untuk diabsorbsi (Xa) dan tetapan kecepatan absorbsi Ka. K= tetapan kecepatan
eksresi obat dari kompartemen. B. 1. Xo KA 2 XA Kompartemen pusat K12 Kompartemen Derivat
K21 K10 Model dua kompartemen Pemberian obat dari segi farmakokinetika dapat dibagi dua, yang
pertama adalah pemberian secara langsung ke kompartemen yang mendistribusikan obat seperti
pemberian suntikan intra vena seperti pada A1 dan B1, yang kedua adalah pemberian obat yang harus
melewati membran sebelum mencapai kompartemen pendistribusi seperti A2 dan B2. Dari model
tersebut diturunkan persamaan farmakokinetikanya :

dx = K. x dt xx

= xo e Kt x

= VC C

= Co e Kt A2. Dx

= ka.xa K.x dt

X= Ka. F. Xo Ka K Ka. F. Xo C = V ( Ka K ) B.1 dxc dt ( e Kt - e ka t ) ( e Kt - e ka t ) = k21 Xp k12


Xc k10 Xc C = A e α t - B e β t Dimana: α + β = k12 + k21 + k10 α β = k21 k10 A= Xo ( α K 21 ) Vc
(α β) B= Xo ( K 21 β ) Vc (α β) B2. dxc dt = ka XA k12 Xc k10 Xc Cc = L e α t + M e β t + N e kat
L= Ka F Xo ( K 21 α ) Vc (Ka α )( β α ) Ka F Xo ( K 21 β ) M = Vc (Ka β )(α β) N= Ka F Xo ( K 21
Ka ) Vc (α Ka)(β Ka)

Persamaan di atas diturunkan berdasarkan asumsi bahwa proses yang terjadi mengikuti kinetika
orde pertama. Proses-proses ini bisa juga orde nol atau kinetika enzimatis. Persamaan kinetika
disesuaikan dengan proses yang terjadi. Dengan memberikan obat secara suntikan intra vena,
kemudian ditentukan kadar obat dalam darah pada waktu-waktu tertentu, akan didapat parameter
farmakokinetika V dan K pada model satu kompartemen serta Vc, k12, k21 dan k10 pada model dua
kompartemen.

Harga ka dan F didapat dari pemberian obat yang harus melewati membran untuk sampai ke
kompartemen pusat. Dengan mengetahui harga parameter farmakokinetika dan model kompartemen
berapa yang diikuti oleh obat, maka dapatlah dihitung berapa dosis obat dan berapa selang waktu
pemberian obat pada pemakian ganda. Obat akan bekerja dengan manjur dan aman jika kadarnya
berada di atas konsentrasi minimum efektif (MEC) tetapi di bawah konsentrasi maksimum yang dapat
menimbulkan gejala keracunan (MTC).
Makin dekat jarak antara MEC dan MTC, maka perhitungan farmakokinetika dilakukan dengan
teliti. Grafik konsentrasi plasma terhadap waktu setelah pemberian obat secara intravena (---) dan oral
(-) pada mode satu kompartemen. Grafik diatas menunjukkan perubahan konsentrasi obat terhadap
waktu secara dinamis pada model satu kompartemen. Garis putus putus menunjukkan perubahan
konsentrasi setelah pemberian obat dengan injeksi intravena dan garis sambung menunjukkan
perubahan konsentrasi setelah pemberian obat dengan

. Karena pemberian obat dengan injeksi intravena tidak memiliki tahap resorpsi, maka grafik yang
ditunjukkan linear. Sedangkan untuk pemberian obat dengan cara oral, konsentrasi obat pada darah
secara perlahan mencapai konsentrasi puncak karena proses resorpsi oleh tubuh.

Menurut Xiaoling Li di dalam bukunya Design of controlled release drug delivery systems,
persamaan deferensial dan solusinya dari pemodelan di atas adalah sebagai berikut: d (C p) dt Cp = =
Ka (Cabsorb) K(Cp) ( F ) ( S )( dosis ) ( Ka) (e kt-e- ka(t)) Vd (Ka K ) dimana Ka adalah ratio
absorpsi per satuan waktu, K adalah ratio eliminasi per satuan waktu, Vd adalah volume distribusi, F
adalah banyak bagian dari dosis yang diberikan yang masuk ke dalam sistem sirkulasi, dan S adalah
formulasi faktor salt. Vd dapat dihitung dengan persamaan (Xiaoling Li, 2006): Vd = ( F ) ( S )
(dosis) ( AUC 0 )( K ) yang merupakan persamaan yang sama dengan Vd(area) pada model dua
kompartemen.

Pada model satu kompartemen, Vd(area) diturunkan menjadi Vd. Dua parameter, Cpmax dan
tmax, yang menunjukkan konsentrasi maksimal obat yang dapat dicapai dan waktu dimana
konsentrasi maksimal obat mencapai titik maksimal, dapat dihitung dengan persamaan
berikut(xiaoling Li, 2006): Ka ) K Ka K ln ( tmax = Cpmax = ( F ) ( S )( dosis ) ( Ka) (e k(tmax)-e-
ka(tmax)) Vd (Ka K )

b. Persamaan Matematika Konsentrasi Obat Dan Waktu Paruh

Menurut Raina Robeva seorang professor matematika sains, secara umum dan sederhana,
kecepatan dari eliminasi obat dalam peredaran darah proporsional dengan jumlah yang ada dalam
peredaran darah saat itu. Oleh karena itu, jika C(t) adalah konsentrasi obat pada waktu t, maka fakta
bahwa obat dieliminasi dari peredaran darah pada kecepatan yang proporsional dengan jumlah yang
ada saat itu bisa dirumuskan sebagai berikut: dc(t ) = rc ( t ), dimana r >0 dt Dan solusi dari
persamaan diferensial diatas adalah C(t) = C(0)e-rt Tanda negative pada persamaan diatas
mengindikasikan konsentrasi obat dalam darah berkurang. Nilai konstan r, disebut kecepatan
eliminasi konstan, mengontrol kecepatan obat akan dikeluarkan dari dalam darah. Semakin besar nilai
r, maka semakin cepat proses eliminasinya.

Hal ini berhubungan dekat dengan waktu-paruh dari obat, yang didefinisikan sebagai waktu yang
diperlukan untuk mengurangi konsentrasi obat dalam darah menjadi setengahnya. Dalam konsep
matematika dengan menggunakan solusi persamaan differensial untuk konsentrasi obat di atas, maka
akan didapat waktu-paruh (t½) obat adalah: t½ = 24 (2) r

2.7. Contoh Perhitungan Diferensial Dalam Bidang Farmasi (dari Turunan diatas dapat dicari untuk
menentukan suatu yang perlu dicari) Suatu obat diberikan melalui infus IV dengan kecepatan tetap 50
mg/jam kepada subyek selama 4 jam. Dari pustaka diketahui waktu paruh = 8 jam dan volume
distribusi obat = 5 L. Berapa kadar obat dalam darah 4 jam sejak pemberian infus C(4)? (dr. Ave
Olivia Rahman, M.Sc Bagian Farmakologi FKIK UNJA) Jawab: K= 0,693 =0,086 jam-1 8 C(4) = 50
0,086.5 C(4) = 47,79 mg/l 25 (1-e-0,086.4)
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan turunan dalam farmasi sangat
dibutuhkan dalam pencarian kadar-kadar tertentu khususnya bidang Farmakokinetika.

3.2 Saran

Semoga makalah ini bermanfaat, jika banyak kesalahan atau kekurangan mohon bimbingannya
karena pengajaran kefarmasian belum sampai pada titik ini.
DAFTAR PUSTAKA

Purcell J Edwin; Kalkulus dan Geometri Analitis 5;Erlangga;Jakarta;2015 Xiaoling Li;Design of


controlled release drug delivery system;2006(e-book) Raina Robeva; Mathematical Concepts and
Methods in Modern Biology;2013(E-book) Prof. Dr. Fauzi Sjui; Departemen Farmasi ITB;
FARMAKOKINETIKA DAN BIOFARMASI SEBAGAI JEMBATANANTARA DOKTER ddan
APOTEKER. dr. Ave Olivia Rahman, M.Sc;Farmakokinetik Kumulatif; Bagian Farmakologi FKIK
UNJA; Slide 27

Anda mungkin juga menyukai