PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Endoskopi adalah tindakan non bedah yang digunakan untuk memeriksa
saluran pencernaan dari pasien dan, dalam beberapa kasus, disertai pengobatan,
jika sudah memungkinkan. Tindakan ini menggunakan endoskop, tabung lentur
(fleksibel) dengan kamera yang melekat pada salah satu ujungnya. Kamera
tersebut mengambil gambar bagian dalam dari saluran pencernaan,
memungkinkan dokter yang memeriksa untuk melihat gambar tersebut melalui
layar televisi yang terhubung dengan endoskop.Endoskopi utamanya digunakan
dalam mendiagnosis dan merawat gangguan pencernaan. Penyakit yang
memengaruhi saluran pencernaan biasanya memengaruhi beberapa organ
lainnya, dimulai dari mulut sampai ke anus.
1.3 Tujuan
a. Mengetahui pengertian Gastroscopy dan Colonoscopy.
b. Mengetahui tujuan pemeriksaan Gastroscopy dan Colonoscopy.
c. Mengetahui peralatan dan bahan pemeriksaan Gastroscopy dan
Colonoscopy.
d. Mengetahui indikasi dan kontra indikasi pemeriksaan Gastroscopy dan
Colonoscopy.
e. Mengetahui persiapan tindakan yang dilakukan perawat pada klien.
f. Mengetahui langkah prosedur pemeriksaan Gastroscopy dan Colonoscopy.
g. Mengetahui tindakan keperawatan pasca pemeriksaan Gastroscopy dan
Colonoscopy.
h. Mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan
Gastroscopy dan Colonoscopy.
1.4 Manfaat
a. Mengetahui pengertian Gastroscopy dan Colonoscopy.
b. Mengetahui tujuan pemeriksaan Gastroscopy dan Colonoscopy.
c. Mengetahui peralatan dan bahan pemeriksaan Gastroscopy dan
Colonoscopy.
d. Mengetahui indikasi dan kontra indikasi pemeriksaan Gastroscopy dan
Colonoscopy.
e. Mengetahui persiapan tindakan yang dilakukan perawat pada klien.
f. Mengetahui langkah prosedur pemeriksaan Gastroscopy dan Colonoscopy.
g. Mengetahui tindakan keperawatan pasca pemeriksaan Gastroscopy dan
Colonoscopy.
h. Mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan
Gastroscopy dan Colonoscopy.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Gastroscopy
1. Untuk melihat adanya sumber perdarahan, lesi pada permukaan atau proses
penyembuhan pada jaringan.
2. Untuk menilai adanya perdarahan akut atau kronik, anameia perniciosa,
injury esophagus, massa, striktura, dyspaghia, nyeri substernal, nyeri
epigastrik, atau inflamasi pada penyakit usus.
3. Untuk mengambil jaringan sebagai bahan pemeriksaan cytology atau biopsy.
Indikasi :
Kontraindikasi :
Ada sejumlah persyaratan yang sesuai dengan gastroscopy yang tidak dilakukan:
a. Bagi perawat
1. Sistematis
2. Hati-hati
3. Berkomunikasi
4. Mandiri
5. Teliti
7. Rapih
8. Menjaga privacy
9. Sopan
b. Bagi pasien
Colonoscopy adalah tindakan rawat jalan dimana bagian dalam usus besar
(kolon dan saluran pembuangan/rektum) diperiksa dan diselidiki. Sebuah proses
peneropongan usus besar umumnya dilakukan untuk menilai masalah pencernaan
seperti sakit perut dan pendarahan pada dubur. Biasanya dilakukan oleh seorang
ahli pencernaan, dengan menggunakan alat yang disebut teropong usus atau
colonoscop.
Colonoscop berbentuk tabung panjang, tipis, dan lentur, yang melekat pada
kamera video kecil dan terhubung ke layar TV. Dengan menggunakan berbagai
kontrol yang terdapat pada perangkat, seorang ahli saluran pencernaan
(gastroenterologis) memandu alat tersebut untuk menentukan kemungkinan
penyebab gejala penyakit saluran pencernaan. Ada varian yang lebih pendek dari
Colonoscop, yang disebut sigmoidoskop, yang digunakan untuk masalah yang
terbatas pada bagian bawah usus besar.
1. Untuk menilai adanya lesi pada usus besar, seperti : tumor, massa, polip,
inflamasi jaringan, serta mendeteksi adanya perdarahan pada usus bagian
bawah, atau diverticulitis.
2. Dapat digunakan sebagai pengobatan perdarah usus dan striktura.
3. Untuk mendapatkan bahan pemeriksaan biopsy jaringan atau polip sebagai
screening dan tindak lanjut pada klien dengan risiko tinggi kanker kolon.
4. Untuk mengangkat polip.
Kontra indikasi
Peritonitis adalah
kondisi serius yang
memerlukan Kurangnya persiapan dengan penelitian ini,
perawatan bedah ketika pasien tidak mengikuti rekomendasi
segera. dokter - efektivitas kolonoskopi memburuk.
Tahapan stadium Pendarahan usus. Perdarahan minor pada
kegagalan paru dan 90% dihentikan dengan bantuan
jantung adalah kolonoskop, namun tidak selalu mungkin
kondisi parah yang untuk menilai besarnya pendarahan.
terjadi pada Kondisi pasien yang parah. Dalam kasus ini,
gangguan peredaran tidak mungkin melakukan anestesi umum,
darah yang parah. yang terkadang merupakan kondisi yang
Infark miokard akut - diperlukan untuk diagnosis normal.
iskemia akut pada Koagulabilitas darah rendah - sedikit
otot jantung, kerusakan mukosa selama pemeriksaan
mengancam dapat menyebabkan pendarahan usus.
kematian.
Perforasi dinding
usus - suatu kondisi
disertai perdarahan
internal dan
memerlukan operasi
darurat.
Bentuk parah dari
kolitis ulserativa dan
iskemik, dimana
perforasi usus
dimungkinkan
selama prosedur
berlangsung.
Kehamilan
Prosedurnya bisa
menyebabkan
kelahiran prematur.
1. Pasien berbaring di sisi kiri dengan kedua lutut di tekuk menyentuh perut
2. Dokter memasang peralatan yang memantau tekanan darah, nadi, dan
pernapasan.
3. Pemberian obat penenang, kadang-kadang pereda nyeri, untuk menjaga
pasien tetap rileks dan tidak gelisah.
4. Dokter memasukkan endoskop berlampu dan berkamera lewat anus,
menuju rektum dan usus besar. Dokter juga memasukkan gas karbon
dioksida untuk menggembungkan usus besar agar dindingnya lebih mudah
dan lebih jelas terlihat.
5. Dengan bantuan kamera, dokter akan memeriksa seluruh dinding usus
besar untuk mencari gangguan atau kelainan jaringan.
6. Sekali-kali pasien diminta merubah posisinya agar dinding usus lebih jelas
terlihat.
7. Jika dokter menemukan polip atau jaringan yang tampak terganggu, dokter
dapat melakukan pemotongan polip atau pengambilan sedikit jaringan
untuk diperiksa sel-selnya, apakah jinak atau ganas. Selain itu, jika ada
perdarahan, dapat dihentikan dengan membakarnya dengan kauter listrik.
8. Kolonoskopi memakan waktu sekitar 30 sampai 60 menit. Satu hari
kemudian biasanya pasien sudah mengalami pemulihan total.
1. Mengevaluasi respon serta toleransi klien sebelum, selama, dan sesudah prosedur.
2. Mengevaluasi adanya keluhan nyeri.
3. Mengobservasi tanda-tanda vital pasca prosedur secara periodik.
4. Mengobservasi adanya tanda-tanda perdarahan.