Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH BIOLOGI ZOOLOGI INVERTEBRATA

Praktikum Lapangan, Indeks Keanekaragaman

TUTUPAN KARANG DI TAMAN NEMO, KABUPATEN PESWARAN


PROVINSI LAMPUNG

Husniyah Sofdita
(1813024010)
Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung,
Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung, Indonesia
email: husniyahsofdita88@gmail.com

Ringkasan: Kegiatan Praktikum lapangan mengenai Kesehatan Karang ini bertujuan untuk monitoring
coral dan memperluas jejaring pada studi Pendidikan Biologi,untuk monitoring terumbu karang dan
meningkatkan wawasan mahasiswa,mengamati keanekaragaman biota laut. mengetahui kesehatan
terumbu karang yang ada di Taman Nemo Pulau Pahawang berkenaan dengan pembuktian teori yang
telah dipelajari pada saat di kelas. Dalam kegiatan praktikum ini kami sebagai mahasiswa dituntut untuk
dapat mengamati ciri-ciri morfologi setiap spesies di dalam laut tepatnya kawasan Taman Nemo, kami
akan melakukan pengamatan langsung hewan Porifera dan Coelenterata yang biasanya hanya bisa kami
lihat melalui spesimen awetan, bahkan belum pernah kami amati sekalipun, karena kurangnya spesimen
di laboratorium kami. Namun tidak hanya itu, kami akan melakukan suatu metode untuk melestarikan
terumbu karang disana. Sehubungan dengan hal tersebut kami mencoba mentelaah gambaran mengenai
biotalaut mulai dari mengenal, mengkoleksi dan merawatnya baik di lapangan maupun dilaboratorium
hingga menjadi koleksi rujukan(referens koleksi).Sehingga ketika melakukan praktikum di laboratorium,
kita dapat dengan mudah mengidentifikasi setiap spesies. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode penghitungan di transek. Jumlah titik sampling yang didapat berjumlah 2 titik sampling
dengan plot sampling berukuran 10x1m2.

Kata kunci: Pahawang, Taman Nemo, Terumbu Karang, Tutupan Karang.

PENDAHULUAN
Terdapat banyak perairan yang ada di Lampung, seperti laut, dan pantai. Hampir pada setiap
kabupaten di Lampung memiliki laut dan pantainya yang indah dan mampu menjadi ciri khas daerah itu
sendiri. Lingkungan di Lampung pun perlu dijaga, baik daratannya maupun perairannya. Dengan
demikian Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Lampung mengadakan kegiatan praktikum
lapangan bertujuan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Zoologi Invertebrata yang mengamati biota di
laut yang termasuk kedalam filum Porifera, Coelenterata dan Echinodermata.
Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem khas perairan tropik, dengan keanekaragaman
jenis biota yang tinggi. Biota yang hidup di terumbu karang merupakan suatu komunitas yang terdiri dari
berbagai tingkatan tropik, dimana masing-masing komponen dalamkomunitas ini saling tergantung satu
sama lain, sehingga membentuk suatu ekosistem yang lengkap (Odum, 1993).
Terumbu karang sebagai suatu ekosistem merupakan kelompok organisme yang hidup di dasar
perairan dan berupa bentuk batuan gamping (CaCO3) yang cukup kuat menahan gelombang laut.
Terumbu karang terbentuk melalui proses yang lama dan kompleks, dimulai dari terbentuknya endapan
masif kalsium karbonat yang dihasilkan oleh hewan karang filum Cnidaria, kelas anthozoa, ordo
Sclerectinia dengan sedikit tambahan alga berkapur dengan organisme lain yang juga menghasilkan
kalsium karbonat yang disebut terumbu (Mellawati, 2012).

Keaneka-ragaman jenis dan produktivitasnya hanya dapat ditandingi oleh ekosis-tem hutan
hujan tropis di daratan(Nybakken and Bertness, 2005). Olehkarena itu, ekosistem ini dikatakansebagai
ekosistem yang subur danberagam karena kaya akan makanan,memilikistrukturfisiknyayangrumit,
bercabang-cabang, bergua-guadan berlorong-lorong sehingga mem-bentuk habitat yang menarik
bagibanyak biota laut (Kaiserat all,2005).
Komunitas merupakan kumpulan populasi yang hidup pada suatu lingkungan tertentu atau
habitat fisik tertentu yang saling berinteraksi dan secara ber-sama membentuk tingkat trofik. Dalam
komunitas, jenis organisme yang dominan akan mengendalikan komunitas tersebut, sehingga jika jenis
organisme yang dominan tersebut hilang akan menimbulkan perubahan-perubahan penting dalam
komunitas(Rizkya et al., 2012)
Bagi manusia terumbu karang terumbu karang dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan
pemenuh kebutuhan hidup, tetapi kadang kala kegiatan pemenuh kebutuahn hidup ini menjadi
ketergantungan tanpa adanya perawatan bagi terumbu karang sendiri dan menyebabkan terumbu karang
menjadi rentan

METODE
Waktu Pelaksanaan : Sabtu, 12 Oktober 2019 Pukul 06.00 WIB
Tempat Pelaksanaan : Pulau Pahawang, Marga Punduh, Pesawaran
Alat dan Bahan : - Termometer - Larutan Alkohol
- Wadah Spesimen - Formalin
- Meteran
- pH Indikator
- Tali plastik sederhana
- Jaring
a. Pengamatan Biota Laut :
1) Siapkan literatur panduan identifikasi dan alat pengamatan
2) Tentukan plot pengamatan dengan panjang 10 m dengan jarak antar transek/plot 10 m.
3) Pemegang tali 10 m. 4 orang per perahu (ukur panjang spot sepanjang 5x1 sebanyak 2 kali
4) Perenang panjang terumbu karang 2 orang per perahu (dengan memegang meteran jahit,
ukur panjang terumbu karang yang ditemui/teramati)
5) Perenang hitung 2 spesies 2 orang pe perahu (amati dan hitung jumlah spesies yang teramati
sepanjang 5 meter/1 panjang transek)
6) Perenang dokumentasi 1 orang per perahu (dokumentasikan spesimen)
7) Pencatat data 1 orang per perahu (catat data yang telah diamati)
8) Masukkan data dalam masing-masing tebal pengamatan

b. Untuk Pengambilan Spesimen:


1) Ambil spesimen yang dapat terambil
2) Amati dengan seksama morfologi spesimen
3) Amati habitat (termasuk ukur suhu dan pH dengan alat yang disediakan) dan ciri khas
spesimen
4) Dokumentasikan/foto spesimen
5) Catat pada lembar kerja
6) Awetkan spesimen

Persentase karang hidup, karang mati, pasir dan pecahan karang, dapat dihitung dengan menggunakan
rumus
(Odum, 1993) :
Dimana:
C : Persentase tutupan karang
Li : Panjang tutupan karang jenis ke-i
L : Panjang total transek
Menurut Dahuri et al., (2001),kriteria penilaian kondisi terumbu karang adalah berdasarkan Persentase
penutupan karang hidup dengan kategori sebagai berikut:

1. Kategori rusak : 0 – 25%


2. Kategori sedang : 25 – 50%
3. Kategori baik : 50 – 75%
4. Kategori sangat baik : 75 – 100%
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil praktikum yang saya dan kelompok saya lakukan pada 12 Oktober 2019 tentang Tutupan
Karang , akan saya sajikan dalam bentuk tabel bukti data sebagai berikut :
Tabel 1. Keanekaragaman Biota Laut

No. Gambar Pengamatan Urutan Takson

1. Montipora danae
Kedalaman: Karang ini banyak dijumpai
hiduppada kedalaman 1-20 meter.
Ciri – ciri: Oraldisk berdiameter 300-500 mm
merata dengan lembut serta bergelombang,
padat ditutupi dengan tentakel jari yang
memiliki panjang ± 75 mm yang tidak lancip
tapi tumpul dibagian ujung, tubuh berbentuk
polip, hidupsecara soliter, mempunyai tinggi
antara 1,5-5 cm dengan diameter 1-2 cm.
Warna: kolom berwarna-warni, yaitu biru
listrik hingga hijau, merah, merah muda, ungu,
atau coklat.
Distribusi: tersebar luas di seluruh perairan
tropis dan subtropis di wilayah Indo-Pasifik
dari pesisir timur Afrika , termasuk Laut Merah
, hingga Polinesia dan dari Jepang selatan ke
Australia dan Kaledonia Baru
Habitat: ditemukan pada substrat datar yang
keras yang terpapar cahaya dan dengan banyak
arus.

2. Montipora capricornis Kingdom : Animalia


Filum : Cnidaria
Kelas : Scelactinia
Famili : Acroporidal
Genus : Montipora
Spesies : Montipora capricornis

Kedalaman: Karang ini banyak dijumpai


hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri – ciri: Berkoloni berbentuk seperti
lembaran atau piring yang tidak rata atau
membentuk kubah dengan tonjolan tonjolan
yang tersebar tidak teratur, bentuknya lebih
kecil dan bertumpuk,berwarna coklat dengan
warna putih di ujungnya.
Warna: berwarna coklat pucat atau
kekuningan .
Distribusi: tersebar luas di seluruh perairan
tropis dan subtropis di wilayah Indonesia,
Papua New Guinea, Filipina, Kep. Ryukyu
Jepang, Madagaskar, Tanzania, Solomon dan
Australia.
Habitat: ditemukan pada lereng karang bagian
atas (dangkal) dan laguna.

3. Acropora cervicornis

Kingdom : Animalia
Phylum : Cnidaria
Class : Anthozoa
Order : Scleractinia
Family : Acroporidae
Genus : Acropora
Species : Acropora cervicornis
Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai
hidup pada kedalaman 3-15 meter.

Ciri-ciri : Koloni dapat terhampar sampai


beberapa meter, Koloni arborescens, tersusun
dari cabang-cabang yang silindris. Koralit
berbentuk pipa. Aksial koralit dapat dibedakan.

Pernapasan: Difusi
pemcernaan: Rongga gastrovaskuler.

Warna : Coklat muda.

Distribusi : Perairan Indonesia, Jamaika, dan


Kep. Cayman..

Habitat : Lereng karang bagian tengah dan


atas, juga perairan lagun yang jernih.

4. Merulina ampliata
Kingdom :Animalia
Filum :Cnidaria
Class :Anthozoa
Ordo :Scleractinia
Family :Merulinidae
Genus :Merulina
Species : Merulina ampliata

Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai


hidup pada kedalaman 3-15 meter
Ciri-ciri : Koloni berupa lembaran, bercabang
atau berbentuk daun. Alur-alur pendek dan
membentuk percabanganmenggarpu yang
berbentuk radial.
Kemiripan : Jenis yang mirp adalah Merulina
scabricula
Distribusi : Tersebar diseluruh Indonesia,
umum dijumpai dari tubir hingga kedalaman 3
meter
Warna : Hijau, Ungu dan Coklat
Habitat : Berbagai macam lingkungan
terumbu, terutama laguna.

5. Acropora millepora
Kingdom : Animalia
Phylum : Cnidaria
Class : Anthozoa
Order : Scleractinia
Family : Acroporidae
Genus : Acropora
Species : Acropora millepora

Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai


hidup pada kedalaman 3-15 meter.

Ciri-ciri : Koloni dapat terhampar sampai


beberapa meter, Koloni arborescens, tersusun
dari cabang-cabang yang silindris. Koralit
berbentuk pipa. Aksial koralit dapat dibedakan.

Pernapasan: Difusi

Pemcernaan: Rongga gastrovaskuler.

Warna : Coklat muda.


Distribusi : Perairan Indonesia, Jamaika, dan
Kep. Cayman.

Habitat : Lereng karang bagian tengah dan


atas, juga perairan lagun yang jernih.

6. Montipora foliosa
Kingdom : Animalia
Phylum : Cnidaria
Class : Anthozoa
Order : Scleractinia
Family : Acroporidae
Genus : Montipora
Spesies : Montipora foliosa

Kedalaman : Dijumpai pada kedalaman 2 - 6


meter.
Ciri-ciri : Koloni terdiri dari lembaran tipis
dan seragam, kadang membentuk lingkaran
berulir dan bertingkat. Koralit tersusun menurut
baris diantara koenesteum.

Warna : Umumnya krem, merah muda, atau


coklat dengan warna lebih pucat pada bagian
luar.

Kemiripan : Mirip dengan M.


aequituberculata, M. delicatula yang
mempunyai lembaran lebih tipis, dan ukuran
koralit lebih kecil.

Distribusi : Perairan Indonesia, Papua New


Guinea, Filipina, Kep. Ryukyu-Jepang, dan
Australia.
Habitat : Karang ini dijumpai hidup di daerah
goba dan daerah yang terlindung.

7. H. crispa

Kedalaman : Karang ini banyak dijumpai


hidup pada kedalaman 1-40 meter.
Ciri – ciri : Cakram oral mencapai diameter
antara 20-50 cm dengan tentakel multipel dan
panjang mencapai 10 hingga 15 cm. Tentakel
mempunyai ujung membulat dan ujungnya
sering diwarnai dengan bintik ungu atau biru.
Warna : Kolom berwarna abu-abu dan dihiasi
dengan “kutil” keputihan yang lengket.
Distribusi : Tersebar luas di seluruh perairan
tropis dan subtropis di wilayah Indo-Pasifik
dari pesisir timur Afrika , termasuk Laut Merah
, hingga Polinesia dan dari Jepang selatan ke
Australia dan Kaledonia Baru
Habitat : Ditemukan pada substrat pangkalan
yang keras yang sedikit tertutup pasir.

8. Porites sp.

Kedalaman: Secara umum tumbuh baik in


syaa Allaah pada kedalaman 3 m di perairan
laut namun tumbuh bisa hingga pada
kedalaman 10-12 m. Biidznillaah
Ciri-ciri : Umur hidupnya qaddarullaah
berkisar 2-11 tahun secara umum, ada koloni
massive Porites sp berukuran besar dengan
permukaan relatif kasar dengan koralit relatif
besar, koralit mempunyai kolumela dengan
septa mempunyai dua tentakel. Seperti triplet
tidak bersatu, tersebar di seluruh perairan
Indonesia serta sangat umum dijumpai di rataan
terumbu sampai daerah tubir dan ada juga
koloni massive Porites sp berbentuk kubah
yang besar atau mikroatol, permukaan koloni
terkesan halus dengan bentuk koralit yang
seragam. Sangat umum dijumpai di rataan
terumbu.
Warna : ada yang ungu, coklat, dan keabu-
abuan.
Kemiripan : Porites annae.
Habitat : Karang Porites merupakan karang
yang mampu hidup pada berbagai kondisi
Iingkungan seperti pada daerah yang memiliki
ragam variasi dalam sedimentasi tinggi, daerah
yang mempunyai fluktuasi salinitas yang tinggi
(Wiyanto 2006).
Distribusi : karang Porites mempunyai sebaran
yang luas dan tersebar di seluruh perairan di
kepulauan Indonesia.

9. Acropora formosa
Kingdom : Animalia
Phylum : Cnidaria
Class: Anthozoa
Order : Scleractinia
Family : Acroporidae
Genus : Acropora
Species : Acropora formosa

Kedalaman : Secara umum karang Acropora


sp. tumbuh baik pada kedalaman kurang dari
20 meter.
Ciri-ciri : Koloni membentuk percabangan
seperti pohon dan berbentuk lingkaran. Ukuran
satu koloni Acropora formosa dapat mencapai
10 m. di perairan dangkal cabang Acropora
formosa umumnya pendek dan kompak. Aksial
koralit menjulur keluar. Radial koralit
berbentuk tabung.
Warna : Umumnya Acropora formosa
memiliki warna, krem, coklat atau biru dengan
warna lebih muda diakhir cabang.
Kemiripan : A. prolifera, dan A. cervicornis
Distribusi : Mendominasi terumbu karang
Indo-Pasifik.
Habitat : Tumbuh dan berkembang pada
perairan yang jernih serta dimana lokasi sering
terjadi pecahan ombak.

10. Heteractis magnifica

Kedalaman: Karang ini banyak dijumpai


hidup pada kedalaman 1-20 meter.
Ciri – ciri: Oraldisk berdiameter 300-500 mm
merata dengan lembut serta bergelombang,
padat ditutupi dengan tentakel jari yang
memiliki panjang ± 75 mm yang tidak lancip
tapi tumpul dibagian ujung, tubuh berbentuk
polip, hidupsecara soliter, mempunyai tinggi
antara 1,5-5 cm dengan diameter 1-2 cm.
Warna: kolom berwarna-warni, yaitu biru
listrik hingga hijau, merah, merah muda, ungu,
atau coklat.
Distribusi: tersebar luas di seluruh perairan
tropis dan subtropis di wilayah Indo-Pasifik
dari pesisir timur Afrika , termasuk Laut Merah
, hingga Polinesia dan dari Jepang selatan ke
Australia dan Kaledonia Baru
Habitat: ditemukan pada substrat datar yang
keras yang terpapar cahaya dan dengan banyak
arus.

Penghitungan tutupan karang :


n1 : Li/L x 100%
n1 : 9,5 m/10 m x 100%
n1 : 95%

Keterangan :
n1 : Persntase penutupan koloni terumbu karang
n1 : Panjang koloni terumbu karang berdasarkan transek
n1 : panjang total transek

Berdasarkan perhitungan tutupan karang yang ada di Taman Nemo 95%, berarti menunjukkan
bahwa tutupan karang tersebut masuk dalam kategori sangat baik.

Lampiran Dokumentasi Tutupan Karang


`
Pengkukuran suhu di dalam air laut Pengukuran pH di dalam air laut
Suhu pada permukaan Taman Nemo pH pada dalam laut Taman Nemo adalah 7 yang
adalah 23° sedangkan pada dalam laut 30°. berarti normal.

SIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan : Dari Tabel Hasil Pengamatan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Kesehatan Karang yang
terdapat di Taman Nemo Pahawang kawasan Pesawaran ialah warna pada karang di dominasi dengan
warna kuning pucat. Hanya beberapa yang masih memiliki warna cerah. Hal ini berkaitan dengan
kesehatan karang yang ternyata memang dalam kondisi kurang sehat.

Saran : Diharapkan untuk ke depannya Kegiatan Praktikum lapangan ini dipersiapkan dari jauh hari
dengan persiapan yang lebih matang, sehingga saat melakukan pengamatan akan lebih maksimal
hasilnya.

DAFTAR RUJUKAN

Buku:
Kaiser, M.J., M.J.Attrill., S. Jennings.,D. N. Thomas., D. K. A. Barnes., A. S., Brierly., N. V.
Polunin.,D.G. Raffaelli and P. J.B.Williams, 2005. Marine Ecology. Oxford University Press
Inc. New York.
Odum, E.P. 1993. Fundamentals of Ecology.Third edition. W.B. Saunders Company, Philadelphia,
London,Toronto, 574 pp.
Mellawati, J., Susiati, H., SBS, Y. 2012. Pemetaan Awal Terumbu Karang Di Ekosistem Pantai Sekitar
Calon Tapak Pltn Bangka Selatan. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir V,
Pusat Pegembangan Energi Nuklir. Badan Tenaga Nuklir Nasional, Jakarta.
Nybakken and Bertness,2005. Marine Biology. Publishing as Benja min Cumming. San Fransisco

Artikel dalam jurnal atau majalah:

Rizkya, S., Siti, R., & Max, R.M. (2012). Studi Kelimpahan Gastropoda (Lambis spp.) pada Daerah
Makroalga di Pulau Pramuka Kepulauan Seribu.Journal of Management of Aquatic
Resources,1(1),1-7.
Litasari,L, dkk.2013. Kondisi Tutupan Terumbu Karang Keras dan Karang Lunak di Pulau Pramuka
Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu DKI Jakarta. Maspari Journal. Volume 5, Nomor 2,
Juli 2013: 111-118

Anda mungkin juga menyukai