Oleh:
Nia Nurfitriannih
11140150000090
i
ABSTRACK
Nia Nurfitriannih, Analysis of Social Studies Learning Process in Children
with Special Needs for the Blind in the Cilandak National Level Trustees in
South Jakarta. Thesis Department of Social Sciences, Faculty of Tarbiyah and
Educational Sciences, UIN Syarif Hidayatullah.
The objectives of this study were: (1) To find out the learning process of
children with special needs who were visually impaired at the Jakarta Level
SMALB-Pembina. (2) Knowing the factors that influence the social studies
learning process in children with special needs visually impaired. (3) To find out
what difficulties and efforts are made by the teacher in dealing with solving
problems of students with special needs visually impaired.
The method used in this research is qualitative method. Data collection
techniques used in this study were observation, interviews, and documentation. In
observations, carried out to obtain data about the condition of the object under
study see and observe several activities in the social studies learning process at
SMALB-A PTN carried out with questions provided by the researcher then the
researcher took documentation through internal and external documents at SLB-A
Level Builder Jakarta National.
The results of the study show that the social studies learning process at
SMALB-A Trustees uses the 2013 curriculum with a scientific approach that is
generally applied in public schools, except that there are adjustments to students,
taking into account the ability of blind students, the method used, most lectures
with a combination of methods others such as question and answer, learning
media used in social studies learning, namely media with easily accessible
teaching aids and media in braille. The influencing factor is that there are
supporting factors from the experience of the teachers in the school that are
qualified in educating blind students as well as the inhibiting factors, namely the
lack of learning media in the SMALB-A Trustees. The difficulties faced by
teachers in SMALB-A are the lack of learning media in the classroom so that
students experience difficulties in social studies learning, so the effort that must
be made is that the learning process in the classroom must be carried out to run
optimally through the use of existing media.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Selama penyelesaian skripsi ini, penulis dibantu oleh berbagai pihak yang
telah memberikan dorongan dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan.
2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial dan Bapak Drs. H. Syaripulloh M.Si selaku Sekretaris
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
3. Ibu Tri Harjawati, M.Si selaku Dosen Penasihat Akademik yang telah
membantu selama perkuliahan dari awal semester sampai akhir semester ini.
4. Bapak Muhammad Arif, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk terus membantu dalam
membimbing sampai selesainya penulisan skripsi.
5. Ibu Zaharah, M.Ed selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah membantu
peneliti selama perkuliahan dari awal semester sampai akhir.
6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menuntut
ilmu di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
iii
7. Orang tua yang penulis cintai, Jamil dan Ratih Nirmala, yang tidak pernah
henti membantu mendoakan, memotivasi, dan selalu siap dikala penulis
kesulitan.
8. Kakak, Adik dan keponakan yang penulis sayangi, Tikah Nurfitrah, Ilham
Saputra, Khalizah Nur Aini, Almira Ghaniyyu Syafa, dan Attar Ghaniyyu
Sabiq yang selalu setia membantu baik berupa moril ataupun materil dalam
penulisan skripsi ini.
9. Terima kasih kepada kepala sekolah SLB-A Pembina Tingkat Nasional
Jakarta serta guru-guru dan staff pengurus SLB-A PTN atas izin penelitian
yang telah diberikan serta segala informasi dan masukan selama penelitian.
Terima kasih untuk seluruh siswa dan siswi SMALB-A PTN yang telah
berpartisipasi.
10. Terima kasih kepada teman-teman di Balon yang penulis sayangi, Hindatul
Wardah, Zahra Nadhia, Lutviana Safitri, Silvia Kastaini yang telah membantu,
memotivasi dan menemani dalam penyelesaian penulisan skripsi ini serta
tidak lupa kepada Rani, Yunita, Aulia, Chairunnisa, Yayu, dan Vivi yang telah
menemani selama 9 semester dan saling mengingatkan, memberi dukungan
satu sama lain hingga saat ini.
11. Terima kasih kepada teman-teman dan sahabat kelas konsentrasi sosiologi dan
mahasiswa jurusan IPS angkatan 2014, yang mewarnai hari-hari selama
perkuliahan, dukungan, semangat dan doa yang diberikan.
12. Terima kasih kepada Vira sahabat kecilku dari sekolah dasar hingga sekarang
dan teman-teman dekat semasa sekolah madrasah aliyahku, yang selalu
memberikan warna-warni kehidupanku, motivasi semangat dan dukungan
penuh selama penulisan skripsi ini hingga terselesaikan.
13. Terima kasih kepada Aulia, Ega, Dina dan Sahara sahabatku selama sekolah
menengah yang telah bertahan menemaniku memberikan arahan, tujuan,
dukungan penuh dan selalu memberikan kecerian ditengah kesibukan
menyelesaikan skripsi ini.
iv
14. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu untuk
membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, semoga Allah SWT
membalas semua kebaikan.
Penulis
Nia Nurfitriannih
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
vi
7. Media Pembelajaran .............................................................. 25
8. Evaluasi Pembelajaran .......................................................... 26
B. Anak Berkebutuhan Khusus........................................................... 28
1. Pengertian ABK .................................................................... 29
2. Jenis-Jenis ABK .................................................................... 31
3. Pengertian ABK Tunanetra ................................................... 32
4. Sekolah untuk ABK Tunanetra ............................................. 40
C. Ilmu Pengetahuan Sosial ................................................................... 44
1. Pengertian IPS ....................................................................... 44
2. Ruang Lingkup Kajian IPS ................................................... 49
3. Tujuan Pembelajaran IPS ...................................................... 51
D. Penelitian Relevan ............................................................................. 52
E. Kerangka Berfikir.............................................................................. 56
vii
1. Proses Kegiatan Pembelajaran IPS ....................................... 101
2. Faktor yang Mempengaruhi Proses Kegiatan Pembelajaran 112
3. Kesulitan dan Upaya Menghadapi Pemecahan Masalah ...... 115
D. Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 122
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap anak berhak memiliki hak dan kewajiban. Salah satunya
adalah pendidikan, seorang anak berhak memiliki kesempatan belajar dan
memperoleh ilmu di sekolah manapun yang diinginkan. Pendidikan dapat
dilakukan tanpa mengenal batas usia, ruang dan waktu. Pendidikan juga
tidak mengenal pembatasan kegiatan dan bentuk, aktifitas apapun yang
berguna untuk menambah pengetahuan dan keterampilan tertentu,
sehingga setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan yang
bermutu yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun lembaga-lembaga
non pemerintah.
Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara1.
Di dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat 1, Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sisdiknas Bab III Ayat 5 yang
menyatakan bahwa setiap warganegara memiliki kesempatan yang sama
memperoleh pendidikan. Bunyi ayat ini sejalan dengan Konsep pendidikan
untuk semua (education for all) yang ditegaskan dalam deklarasi universal
Hak Asasi Manusia (HAM) dan slogan tersebut selayaknya mengawal kita
untuk bisa terus peduli dengan isu pendidikan karena hak pendidikan
adalah hak semua orang tanpa memandang kelas, ras, jenis kelamin,
agama, dan bentuk muka,
1
UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Lampiran 1
1
2
2
Mohammad Effendi. Pengantar Pdikopedagogik Anak Berkelainan. (Jakarta: Bumi
Aksara. 2009), h.1.
3
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka
penulis mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan judul yang akan
dibahas dalam tulisan ini, sebagai berikut :
1. Proses pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus tunanetra masih
belum berjalan dengan optimal.
2. Penggunaan metode pembelajaran belum relevan dengan kondisi anak
berkebutuhan khusus tunanetra.
3. Kurangnya penggunaan media pembelajaran bagi anak berkebutuhan
khusus tunanetra.
4. Interaksi dalam belajar antara guru dengan peserta didik belum
dilakukan secara maksimal.
5. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran IPS
pada anak berkebutuhan khusus tunanetra
6. Strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru belum relevan dengan
kondisi anak berkebutuhan khusus tunanetra.
7. Terdapat beberapa kesulitan belajar IPS pada anak berkebutuhan
khusus tunanetra.
8. Upaya pemecahan masalah terhadap kesulitan belajar IPS di
SMALB-A Pembina Tingkat Jakarta belum berjalan dengan optimal.
9. Sumber belajar yang digunakan peserta didik belum memadai.
6
10. Sarana dan prasana yang tersedia bagi anak berkebutuhan khusus
tunanetra belum memadai.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian identifikasi masalah tersebut, untuk lebih
memperjelas dan memberi arah yang tepat, maka diberikan batasan yang
berkaitan dan sesuai dengan judul yang ada, maka peneliti memberikan
pembatasan masalah pada kajian penelitiannya. Batasan masalah pada
penelitian ini adalah :
1. Proses pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus masih belum
berjalan dengan optimal
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran IPS pada anak
berkebutuhan khusus tunanetra
3. Kesulitan dan upaya yang dilakukan oleh guru dalam menghadapi
pemecahan masalah siswa berkebutuhan khusus tunanetra
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas,
maka perumusan masalah yang akan menjadi bahan penelitian adalah :
1. Bagaimana proses pembelajaran anak berkebutuhan khusus tunanetra
di SMALB-A Pembina Tingkat Jakarta?
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi proses kegiatan pembelajaran
IPS pada anak berkebutuhan khusus tunanetra?
3. Kesulitan dan upaya apa saja yang dilakukan oleh guru dalam
menghadapi pemecahan masalah siswa berkebutuhan khusus
tunanetra?
E. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian tentunya memiliki tujuan agar penelitian memiliki
arah yang jelas, yaitu hasil akhir yang hendak dicapai dari suatu penelitian.
7
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini
adalah :
1. Untuk mengetahui proses pembelajaran anak berkebutuhan khusus
tunanetra di SMALB-A Pembina Tingkat Jakarta.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pembelajaran IPS pada anak berkebutuhan khusus tunanetra.
3. Untuk mengetahui kesulitan dan upaya apa saja yang dilakukan oleh
guru dalam menghadapi pemecahan masalah siswa berkebutuhan
khusus tunanetra.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan wawasan, dapat memperoleh informasi, masukan
tentang proses kegiatan pembelajaran IPS di SMALB-A Pembina
Tingkat Jakarta bagi anak berkebutuhan khusus.
b. Menambah dan memperkaya keilmuan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial bagi anak berkebutuhan khusus.
c. Dapat memberikan sumbangan untuk perkembangan ilmu
pendidikan dan memperkuat wacana untuk meningkatkan kualitas
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.
2. Manfaat Praktis
1. Bagi Siswa
a. Bagi siswa di SLB-A Pembina Tingkat Jakarta, hasil penelitian
ini diharapkan dapat meningkatkan upaya berinteraksi sosial
dengan baik khususnya dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial.
b. Siswa dapat mengaplikasikan pembelajaran IPS dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Bagi Sekolah
8
A. Proses Pembelajaran
Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata pembelajaran
berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang
supaya diketahui atau diturut, sedangkan pembelajaran berarti proses, cara,
perbuatan menjadikan orang atau mahkluk hidup belajar. Menurut Kimble
dan Garmezy pembelajaran adalah suatu perubahan perilaku yang relatif tetap
dan merupakan hasil praktik yang diulang-ulang.1
Proses pembelajaran sering pula disebut proses belajar mengajar.
Belajar mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu
sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh seseorang
sebagai subyek yang menerima pelajaran, sedang mengajar menunjuk pada
apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar.
Proses pembelajaran betujuan agar siswa mampu mengembangkan
kemampuan fisik maupun psikis ke dalam tiga ranah. Sehingga pembelajaran
yang berlangsung akan lebih bermakna. Tidak hanya sebatas pengetahuannya
saja, namun lebih pada pengamalan ilmu dan ketrampilan menciptakan
sesuatu sebagai hasil pemahaman ilmu tertentu. Optimalnya proses
pembelajaran dipengaruhi oleh rencana pelaksanaan pembelajaran dan
optimal atau belum metode pembelajaran inquiri dapat dilihat melalui hasil
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Pembelajaran memiliki makna bahwa subjek belajar harus
dibelajarkan bukan diajarkan. Subjek belajar yang dimaksud adalah siswa
atau disebut juga pembelajar yang menjadi pusat kegiatan belajarn. Siswa
sebagai subjek belajar dituntut untuk aktif mencari, dan menyimpulkan suatu
masalah. Selain itu Rombepajung juga berpendapat bahwa pembelajaran
1
M.Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar Ruzz Media,
2011), h. 18.
9
10
2
Roheli, Peranan Perpustakaan dalam Menunjang Proses Pembelajaran, Skripsi Pada
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005, h. 24
3
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), h. 87-88
4
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004),
h. 84
11
5
Ibid., h. 85
6
M.Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar Ruzz Media,
2011), h. 19
7
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013),
h. 7
13
8
M.Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar Ruzz Media,
2011), h. 18
14
9
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencama Prenadamedia Group, 2006), h. 95-96
10
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), h. 179
15
11
Dian Relitawati, Analisis Implementasi Proses Pembelajaran Terhadap Kualitas
Lulusan di SMAN 13 Medan, Tesis Pada Universitas Sumatera Utara, 2009, h. 20
16
12
Sunhaji, Strategi Pembelajaran dan Konsepnya, Jurnal Pemikiran Alternatif
Pendidikan, Vol. 13, No. 3, 2008, h. 1
17
13
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencama Prenadamedia Group, 2006), h. 125
14
Ibid., h. 126
18
5. Metode Pembelajaran
Metode secara bahasa berasal dari kata “Metha” yang berarti balik
atau belakang, dan hadas yang berarti melalui atau melewati. Dalam
bahasa Arab diartikan sebagai thariqah atau jalan.Dengan demikian,
metode berarti jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.Kata metode selanjutnya dihubungkan dengan kata “logos”
yang berarti ilmu. Dengan demikian metodologi berarti ilmu tentang
cara-cara atau jalan harus ditempuh untuk mencapai tujuan.15
Metode secara harfiah berarti “cara”. Dalam pemakaian yang
umum, metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara
melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep
secara sistematis. Dalam dunia psikologi, metode berarti prosedur
sistematis (tata cara yang berurutan) yang biasa digunakan untuk
menyelidiki fenomena (gejala-gejala) kejiwaan seperti metode klinik,
metode eksperimen, dan sebagainya.16
Upaya mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal, ini
yang dinamakan dengan metode. Ini berarti, metode digunakan untuk
merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, bisa
terjadi satu strategi pembelajaran digunakan untuk beberapa metode.
Misalnya, untuk melaksanakan strategi ekspositori bisa digunakan
metode ceramah sekaligus metode tanya jawab atau bahkan diskusi
dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia termasuk menggunakan
media pembelajaran. Oleh karenanya strategi berbeda dengan metode.
Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu,
sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melakukan
15
Irma Listianti, Pengaruh Metode Pembelajaran Demonstrasi terhadap Hasil Belajar
Siswa pada Materi Jama’ Qasar kelas VII MTS, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2014, h.10
16
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), h. 198
19
17
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencama Prenadamedia Group, 2006), h. 126-127
18
Irma Listianti, Pengaruh Metode Pembelajaran Demonstrasi terhadap Hasil Belajar
Siswa pada Materi Jama’ Qasar kelas VII MTS, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2014, h.11
20
19
Muhhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), h. 200
20
Ajrine Rahmah, Pendidikan Agama Islam bagi Anak Tunarungu Studi Kasus di SLB
Bina Insani Depok, Skripsi Pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017, h. 21
21
2) Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang sangat erat
hubungannya dengan belajar memecahkan masalah (problem
solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok
(group discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation).
Aplikasi metode diskusi biasanya melibatkan seluruh siswa atau
sejumlah siswa tertentu yang diatur dalam bentuk kelompok-
kelompok. Tujuan penggunaan metode diskusi ialah untuk
memotivasi (mendorong) dan memberi stimulasi (memberi
rangsangan) kepada siswa agar berpikir dengan renungan yang
dalam (reflective thingking)
Pada umumnya, metode diskusi diaplikasikan dalam proses
pembelajaran untuk :
1. Mendorong siswa berpikir kritis
2. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara
bebas
3. Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk
memecahkan masalah bersama
4. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif
jawaban untuk memecahkan masalah bedasarkan
pertimbangan yang seksama.
3) Metode Ceramah Plus
Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam memodifikasi atau
menyesuaikan metode ceramah, antara lain ialah kiat pemaduan
(kombinasi) antara metode tersebut dengan metode-metode lainnya.
Dari kiat pemaduan ini kita dapat memunculkan ragam metode
ceramah baru yang berbeda dari aslinya atau sebut saja “metode
ceramah plus”. Metode ceramah plus tersebut dapat terdiri atas
banyak metode campuran yaitu Metode Ceramah Plus Tanya Jawab
dan Tugas (CPTT), Metode Ceramah Plus Diskusi dan Tugas
22
peneliti dan masih banyak lagi, bahkan termasuk peserta didik itu
sendiri.
c. Bahan adalah merupakan perangkat lunak (software) yang
mengandung pesan-pesan pembelajaran yang biasanya disajikan
melalui peralatan tertentu ataupun oleh dirinya sendiri.
Contohnya, buku teks, modul, transparasi (OHP), kaset program
audio, kaset program video, program slide suara, pembelajaran
berbasis komputer, film dan lain-lain.
d. Alat adalah perangkat keras (hardware) yang digunakan untuk
menyajikan pesan yang tersimpan dalam bahan. Contohnya,
OHP, proyektor slide, tape recorder, video/CD player, komputer,
proyektor film dan lain-lain.
e. Teknik adalah prosedur atau langkah-langkah tertentu yang
disiapkan dalam menggunakan bahan, alat, lingkungan dan orang
untuk menyampaikan pesan. Misalnya demonstrasi, diskusi,
praktikum, pembelajaran mandiri, sistem pendidikan
terbuka/jarak jauh, tutorial tatap muka dan sebagainya.
f. Latar/lingkungan adalah situasi di sekitar terjadinya proses
pembelajaran tempat peserta didik menerima pesan pembelajaran.
Lingkungan dibedakan menjadi dua macam, yaitu lingkungan
fisik dan lingkungan nonfisik. Lingkungan fisik contohnya,
gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, aula, bengkel dan
lain-lain. Sedangkan lingkungan nonfisik contohnya, tata ruang
belajar, ventilasi udara, cuaca, suasana lingkungan belajar dan
lain-lain.
Sumber belajar ini juga memiliki manfaat yang dapat
memfasilitasi kegiatan belajar agar proses pembelajaran dapat
berjalan dengan efektif dan efisien. Oleh karena itu, manfaat dari
sumber belajar adalah sebagai berikut : 22
22
Eveline Siregar, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011),
h. 128-129
24
7. Media Pembelajaran
Secara umum media merupakan kata jamak dari “medium”,
yang berarti perantara atau pengantar. Istilah media digunakan juga
dalam bidang pengajaran atau pendidikan sehingga istilahnya menjadi
media pendidikan atau media pembelajaran.
Ada beberapa konsep atau definisi media pendidikan atau media
pembelajaran. Rossi dan Breidle mengemukakan bahwa media
pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk
mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran,
majalah, dan sebagainya. Menurut Rossi alat-alat semacam radio dan
televisi kalau digunakan dan diprogam untuk pendidikan maka
merupakan media pembelajaran.23
Menurut Azhar Arsyad, “pengertian media dalam proses belajar
mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau
elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali
informasi visual atau verbal”. Media pembelajaran merupakan salah satu
unsur dalam keberhasilan sebuah proses pembelajaran di dalam kelas.
Bagaimana strategi, dan metode yang dilakukan di dalam kelas akan
mempengaruhi media apa yang digunakan.24
Rowntree mengelompokkan media pembelajaran menjadi tiga
macam dan disebut Modes yaitu: 25
1. Interaksi insani. Media ini merupakan komunikasi langsung
antara dua orang atau lebih. Dalam komunikasi tersebut
kehadiran sesuatu pihak secara sadar atau tidak sadar
mempengaruhi perilaku lainnya.
2. Simbol tertulis. Simbol tertulis merupakan media penyajian
informasi yang paling umum, tetapi tetap efektif. Beberapa
23
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencama Prenadamedia Group, 2006), h. 163
24
Ajrine Rahmah, Pendidikan Agama Islam bagi Anak Tunarungu Studi Kasus di SLB
Bina Insani Depok, Skripsi Pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017, h. 21
25
Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 108-109
26
26
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013),
h. 191
27
juga evaluasi hasil belajar mengajar. Dalam evaluasi ini disusun butir-
butir soal untuk mengukur pencapaian tiap tujuan khusus yang telah
ditentukan. Kompenen yang dievaluasi dalam pengajaran bukan hanya
hasil belajar mengajar tetapi keseluruhan pelaksanaan pengajaran yang
meliputi evaluasi komponen tujuan mengajar, bahan pengajaran, strategi
dan media pengajaran serta komponen evaluasi mengajar sendiri.27
Pada prinsipnya, evaluasi memiliki ragam yang banyak mulai dari
sederhana sampai paling kompleks diantaranya :28
1. Pre-test dan Post-test
Kegiatan pretest dilakukan guru secara rutin pada setiap akan
memulai penyajian materi baru. Tujuannya untuk
mengidentifikasi saraf pengetahuan siswa mengenai bahan yang
akan disajikan. Kegiatan post test kebalikan dari pretest yaitu
evaluasi yang dilakukan oleh guru pada setiap akhir penyajian
materi. Tujuannya untuk mengetahui taraf penguasaan siswa atas
materi yang telah diajarkan.
2. Evaluasi Prasyarat
Evaluasi ini sangat mirip dengan pretest. Tujuannya untuk
mengidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang
mendasari materi baru yang akan diajarkan.
3. Evaluasi Diagnostik
Evaluasi ini dilakukan setelah penyajian sebuah satuan pelajaran
dengan tujuan mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang
belum dikuasi oleh siswa.
4. Evaluasi Formatif
Evaluasi jenis ini kurang lebih sama dengan ulangan yang
dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran atau
modul. Tujuannya untuk memperoleh umpan balik yang mirip
27
Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 111-112
28
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), h. 142-143
28
29
UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
29
f. Anak di daerah terpencil seperti anak rimba, suku Badui dan lain-lain
1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menunjukkan keadaan
anak berkebutuhan khusus. Istilah anak berkebutuhan khusus merupakan
istilah baru yang digunakan, ada beberapa istilah lain yang pernah
digunakan diantaranya anak cacat, anak tuna, anak berkelainan, anak
menyimpang dan anak luar biasa, ada satu istilah yang berkembang
secara luas telah digunakan yaitu difabel. Maka sejalan dengan dengan
perkembangan pengakuan hak asasi manusia saat ini, digunakan istilah
anak berkebutuhan khusus bagi anak-anak yang memiliki keterbatasan
dan berkelainan khusus.
Anak berkebutuhan khusus dapat diartikan sebagai anak yang
lambat (slow) atau mengalami gangguan yang tidak akan pernah berhasil
di sekolah umum. Anak berkebutuhan khusus (ABK) juga diartikan
sebagai anak yang mengalami gangguan fisik, mental, inteligensi serta
emosi sehingga diharuskan pembelajaran secara khusus. Pada dasarnya
kelainan pada anak memiliki tingkatan, yaitu dari yang paling ringan
hingga yang paling berat, dari yang kelainan tunggal, ganda hingga
kompleks yang berkaitan dengan emosi, fisik, psikis dan sosial.30
Anak berkebutuhan khusus (ABK) dianggap berbeda dengan anak
normal. Anak berkebutuhan khusus dianggap sebagai anak yang tidak
berdaya dan sering mengalami kesulitan sehingga mereka perlu dibantu
dan dikasihani. Namun pandangan tersebut tidak sepenuhnya benar.
Setiap anak memiliki kekurangan dan juga kelebihan. Oleh karena itu
dalam melihat anak berkebutuhan khusus kita harus melihat dari segi
kemampuan dan tidak kemampuannya. Anak berkebutuhan khusus
memerlukan perhatian yang lebih dengan demikian, mereka akan dapat
mengembangkan potensi yang dimiliknya secara optimal.
2. Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus
30
Jati Rinakri, Pendidikan dan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2018), h.6
30
31
Mohammad Effendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h.11
31
32
Agustyawati dan Solicha, Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 4-6
33
Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung: Refika Aditama, 2006) h. 65
33
34
Mohammad Effendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), h.31
34
4. Buta 0,05
Jumlah 100,00
35
Mohammad Effendi, , Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), h.30
36
Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus, (Bandung: PT Refika
Aditama, 2006), h. 116
36
b. Low Vision
Bila anak masih mampu menerima rangsang cahaya dari luar,
tetapi ketajamannya lebih dari 6/21 atau bedasarkan tes anak
hanya mampu membaca huruf pada jarak 6 meter yang oleh
orang awas dapat dibaca pada jarak 21 meter
Selain dua klasifikasi besar tersebut, tunanetra juga dapat
diklasifikasikan menjadi empat yaitu :
1) Bedasarkan waktu terjadinya penglihatan
a. Tunanetra sebelum dan sejak lahir, yakni mereka yang sama
sekali tidak memiliki pengalaman penglihatan
b. Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil; mereka telah
memiliki kesan-kesan serta pengalaman visual tetapi belum
kuat dan mudah terlupakan
c. Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja; mereka
telah memiliki kesan-kesan visual dan meninggalkan
pengaruh yang mendalam terhadap proses perkembangan
pribadi
d. Tunanetra pada usia dewas; pada umumnya mereka yang
dengan segala kesadaran mampu melakukan latihan-latihan
penyesuaian diri
e. Tunanetra dalam usia lanjut; sebagian besar sudah sulit
mengikuti latihan-latihan penyesuaian diri
2) Bedasarkan kemampuan daya penglihatan
a. Tunanetra ringan (defective vision/low vision) yakni mereka
yang memiliki hambatan dalam penglihatan akan tetapi
mereka masih dapat mengikuti progam-progam pendidikan
dan mampu melakukan pekerjaan/kegiatan yang
menggunakan fungsi penglihatan
b. Tunanetra setengah berat (partially sighted) yakni mereka
yang kehilangan sebagian daya penglihatan, hanya dengan
37
37
Agustyawati dan Solicha, Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 10-12
38
40
Donna Sitta Ariyanti, Perilaku Pencarian Informasi Pemustaka Berkebutuhan Khusus
Pada Perpustakaan Sekolah Luar Biasa-A Pembina Tingkat Nasional Jakarta, Skripsi pada UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015, h. 16-17
42
41
Ibid., h. 17-18
43
42
Jati Rinakri, Pendidikan dan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2018), h. 48-49
44
43
Ibid., h. 49-50
45
44
Sapriya, Pendidikan IPS, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017), h. 6-7
45
Nadhir dkk, Konsep Dasar IPS, (Bandung: UPI Press, 2006), h. 3
46
Sapriya, Pendidikan IPS, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017), h. 8
47
Nadhir dkk, Ilmu Pengetahuan Sosial 1, (Learning Assistance Program for Islamic
Schools Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 2009), h. 1- 9
46
48
Nadhir dkk, Konsep Dasar IPS, (Bandung: UPI Press, 2006), h. 7
47
49
Miftahuddin, Revitalisasi IPS dalam Perspektif Global, Jurnal Tribakti, Vol. 27, 2016,
h. 270
48
50
Nadhir dkk, Ilmu Pengetahuan Sosial 1, (Learning Assistance Program for Islamic
Schools Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 2009), h. 1- 10
51
Syafrizal Febriawan, Pembelajaran IPS Terpadu (Studi Kasus di Tiga SMP Negeri
Kota Semarang), Skripsi pada Universitas Negeri Semarang, 2013, h. 15
49
juga pada jenjang pendidikan tinggi: bobot dan keluasan materi dan
kajian semakin dipertajam dengan berbagai pendekatan.
Sebagaimana telah dikemukakan di depan, bahwa yang dipelajari
IPS adalah manusia sebagai anggota masyarakat dalam konteks
sosialnya, ruang lingkup kajian IPS meliputi (a) substansi materi ilmu-
ilmu sosial yang bersentuhan dengan masyarakat dan (b) gejala, masalah,
dan peristiwa sosial tentang kehidupan masyarakat. Kedua lingkup
pengajaran IPS ini harus diajarkan secara terpadu karena pengajaran IPS
tidak hanya menyajikan materi materi yang akan memenuhi ingatan
peserta didik tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan sendiri sesuai
dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Oleh karena itu, pengajaran
IPS harus menggali materi-materi yang bersumber pada masyarakat.
Dengan kata lain, pengajaran IPS yang melupakan masyarakat atau yang
tidak berpijak pada kenyataan di dalam masyarakat tidak akan mencapai
tujuannya.52
Ruang lingkup IPS dibagi menjadi beberapa aspek yaitu :
a. Ditinjau dari ruang lingkup hubungan mencakup hubungan
sosial, hubungan ekonomi, hubungan psikologi, hubungan
budaya, hubungan sejarah, hubungan geografi, dan hubungan
politik.
b. Ditinjau dari segi kelompoknya adalah dapat berupa
keluarga, rukun tetangga, kampung, warga desa, organisasi
masyarakat dan bangsa.
c. Ditinjau dari tingkatannya meliputi tingkat lokal, regional
dan global.
d. Ditinjau dari lingkup interaksi dapat berupa kebudayaan,
politik dan ekonomi.53
52
Nadhir dkk, Ilmu Pengetahuan Sosial 1, (Learning Assistance Program for Islamic
Schools Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 2009), h. 1- 11-12
53
Rahmad, “Kedudukan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada Sekolah Dasar”, Jurnal
Madrasah Ibtidaiyah, Vol. 2, No. 1, 2016, h. 68-69
51
54
Henni Hendayani, “Pengembangan Materi Ajar Ilmu Pengetahuan Sosial”, Jurnal
Progam Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Vol. 1, No. 1, 2017, h. 7-8
52
55
Nadhir dkk, Ilmu Pengetahuan Sosial 1, (Learning Assistance Program for Islamic
Schools Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 2009), h. 1- 12
53
bersekolah di Sekolah Luar Biasa tidak bersama dengan anak normal pada
umumnya.
E. Kerangka Berfikir
Bedasarkan latar belakang dan landasan teori yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka dapat diambil suatu kerangka berfikir
sebagai berikut. Dapat diketahui bahwa proses pembelajaran IPS yang
diterapkan di Sekolah Menengah Atas Luar Biasa tidaklah mudah dan
mengalami kesulitan khususnya pada anak berkebutuhan khusus tunanetra.
Karena terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau
kegagalan dalam proses pembelajaran IPS pada anak berkebutuhan khusus
tunanetra khususnya guru IPS yang menangani proses pembelajaran di
kelas agar terciptanya suasana pembelajaran yang maksimal.
Sekolah Menengah Atas Luar Biasa-A (SMALB-A) Pembina
Tingkat Nasional Jakarta merupakan salah satu bagian dari jenjang
sekolah di SLB-A Pembina Tingkat Nasional Jakarta yang memang
khusus menangani bagian A atau siswa-siswi yang mengalami gangguan
penglihatan (tunanetra). Sekolah ini umumnya sama dengan sekolah
formal umum lainnya hanya saja akan lebih terfokus kepada kemampuan
peserta didik yang berbeda-beda dalam menerima suatu pembelajaran.
Pengajar pada tingkatan SMALB-A ini diharapkan dapat
mengetahui kesulitan dan upaya yang dilakukan dalam menghadapi
masalah-masalah yang dihadapi ketika proses pembelajaran IPS di kelas
sedang berlangsung agar tercipta suasana pembelajaran di kelas bisa
berjalan dengan maksimal.
57
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir
Tabel 3.1
Waktu Kegiatan Penelitian
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul Skripsi
2 Pengumuman Judul
Skripsi
3 Penyusunan Proposal
Skripsi
4 Pengumpulan Proposal
(Gelombang I)
5 Seminar Proposal
(Gelombang I)
6 Revisi Proposal Skripsi
58
59
B. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. karena sumber
data utama ialah penelitian yang berupa kata-kata dan tindakan orang yang
diamati atau diwawancarai, sedangkan penelitian kualitatif ini bersifat
deskriptif karena penelitian ini dimaksudkan menggambarkan keadaan
yang terjadi.
Metode penelitian kualitatif bersifat deskriptif artinya hasil
eksplorasi atas subjek penelitian atau para partisipan melalui pengamatan
dengan semua variannya, dan wawancara mendalam serta dideskripsikan
dalam catatan kualitatif yang terdiri dari catatan lapangan, catatan
wawancara, catatan pribadi, catatan metodologis, dan catatan teoretis,
karena itu deskripsi yang dibuat harus dapat mengungkap bukan saja apa
yang terlihat tetapi juga bisa memberi keterangan ada apa di balik yang
terlihat.1
Penelitian ini dilakukan dengan tahapan pertama yaitu
menganalisis urgensi pembelajaran IPS bagi anak berkebutuhan khusus
tunanetra dan dikaitkan kepada kesulitan belajar serta pemecahan masalah
dalam menghadapi kesulitan tersebut bagi anak berkebutuhan khusus
tunanetra dalam proses pembelajaran dikelas. Analisis tersebut
1
Nusa Putra. Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2013) h. 71
60
2
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013), h.72
3
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 69
61
4
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012),
h.222
5
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana, 2007), h.115
62
6
Haris Herdiansyah, Wawancara, observasi, dan Focus Groups sebagai Instrumen
Penggalian Data Kualitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), h.132
63
C. Penguasaan Materi
1. Menunjukkan penguasaan
materi pembelajaran
2. Mengaitkan materi pembelajaran
dengan materi lain yang relevan
D. Metode Pembelajaran
1. Menggunakan metode
pembelajaran sesuai dengan
kompetensi yang ingin
dicapai
2. Melaksanakan pembelajaran
secara runtut
3. Menguasai kelas
4. Melaksanakan pembelajaran
yang dapat memacu kebiasaan
posistif peserta didik
5. Melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan alokasi waktu
E. Pemanfaatan Media dan Sumber Belajar
1. Menunjukkan keterampilan
dalam memanfaatkan media dan
sumber belajar
2. Menggunakan media dan
sumber belajar yang menarik
3. Melibatkan peserta didik
dalam pemanfaatan media
dan sumber
belajar
64
2. Wawancara
Pengungkapan (enquiring) dilakukan melalui wawancara. Peneliti
mengadakan wawancara terhadap pihak-pihak terkait untuk
mendapatkan data yang diperlukan.7 Wawancara adalah sebuah proses
interaksi komunikasi yang dilakukan oleh setidaknya dua orang, atas
dasar kesediaan dan dalam setting alamiah, di mana arah pembicaraan
mengacu kepada tujuan yang telah ditetapkan dengan mengedepankan
trust sebagai landasan utama dalam proses memahami.8
Dalam penelitian ini, peneliti mewawancarai guru yang menangani
siswa tunanetra, Kepala Sekolah di SLB-A Pembina Tingkat Nasional
Jakarta dengan menggunakan bentuk wawancara formal terstruktur
disertai dengan instrumen wawancara yang berisi daftar pertanyaan,
serta dibantu dengan alat pencatat seperti buku catatn kecil dan alat
perekam suara berupa ponsel. Wawancara dilakukan di ruang kelas
dan di ruang kepala sekolah. Pada saat wawancara, penulis menggali
data melalui pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan rumusan
masalah, yaitu terkait dengan proses pembelajaran IPS bagi siswa
anak berkebutuhan khusus tunanetra di SLB-A Pembina Tingkat
Nasional Jakarta.
7
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013), h. 152
8
Haris Herdiansyah, Wawancara, observasi, dan Focus Groups sebagai Instrumen
Penggalian Data Kualitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), h. 31
66
Tabel 3.3
Kisi-kisi Pedoman Wawancara
No. ASPEK MASALAH SUB ASPEK MASALAH
1. Proses Pembelajaran
1. Pelaksanaan proses pembelajaran IPS
didalam kelas
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu,
dokumen biasanya berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dokumentasi merupakan pelengkap dari
penggunaan teknik observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif.9 Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang
bersifat dokumentatif. Untuk mendapatkan deskripsi dan pemahaman
mendalam atas fokus penelitian, peneliti akan mengumpulkan
dokumen-dokumen yang berkaitan dengan profil sekolah yang
dijadikan objek penelitian, juga dokumen-dokumen yang dijadikan
acuan dalam proses pembelajaran IPS, mulai dari perencanaan
pembelajaran sampai dengan tahap evaluasi.
Dokumen ini berguna sebagai pembuktian dokumenter dan sebagai
penguat keabsahan data kualitatif dalam penelitian. Setelah semua
9
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012),
h. 240
67
10
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung: Alfabeta, 2011),
h. 332
68
11
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012),
h. 245
12
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung: Alfabeta, 2011),
h. 332
69
jika ada jawaban yang belum paham atau kurang memuaskan maka
peneliti akan mengajukan pertanyaan lagi sampai memperoleh data
yang dianggap sudah akurat. Berikut adalah aktifitas yang dilakukan
pada saat analisis data:
a. Reduksi data
Menemukan data yang telah diperoleh dari lapangan
jumlahnya akan cukup banyak, maka perlu dicatat secara teliti
dan rinci. Semakin lama penelitian ke lapangan, maka jumlah
data akan semakin banyak, komplek dan rumit. Maka segera
melakukan analisis melalui reduksi data. Meruduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok dan menfokuskan
pada hal-hal yang penting serta dicari tema dan polanya.13
Dikarenakan data yang didapat di lapangan cukup banyak,
maka penulis menggunakan alat bantu untuk menyimpan
ataupun menyatat data yang didapatkan selama penelitian. Pada
saat wawancara, peneliti menggunakan ponsel untuk merekam
data hasil wawancara lalu mencatat garis-garis besar atau
kesimpulan yang menyeluruh dari data yang diperoleh pada saat
melakukan pengamatan. Data yang sudah didapatkan kemudian
direduksi dengan cara mengelompokkan atau memilih dan
meramu data yang sesuai dengan penelitian, sesudah data itu
terangkum kemudian disusun supaya lebih teratur.
b. Penyajian data
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan
dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori
dan sejenisnya namun yang paling sering digunakan menurut
Miles dan Huberman adalah menyajikan data dalam penelitian
kualitatif dengan menggunakan teks yang bersifat naratif.14
13
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012),
h. 247
14
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung: Alfabeta, 2011),
h. 339
70
15
Ibid., h. 343
71
20
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012),
h. 273
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
73
74
Pada tahun 2000 SLB-A PTN yang awalnya dikelola oleh pemerintah
pusat Republik Indonesia kini dengan adanya otonomi daerah terjadi peralihan
kewenangan namun seiring berkembangnya zaman tujuan otonomi daerah
mulai menyebar ke berbagai aspek, salah satunya ialah pendidikan. Dengan
adanya otonomi darah hal itu menjadikan SLB-A PTN yang pada awalnya
76
Visi:
Terwujudnya pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus dengan gangguan penglihatan menjadi pribadi yang
mandiri, taqwa, cerdas dan trampil dalam masyarakat inklusif.
79
Misi:
a. Mengurangi dampak gangguan penglihatan melalui intervensi dini
(baik usia maupun kemampuan) dan rehabilitasi.
b. Meningkatkan/memperluas pengetahuan,wawasan, pengalaman
dan sikap percaya diri melalui pendidikan inklusif.
c. Meningkatkan ketrampilan dan memperluas peluang kerja melalui
pendidikan inklusif.
d. Mendorong terwujudnya kesamaan hak dan kesempatan melalui
kesetaraan perlakuan.
B. Hasil Penelitian
Dalam penelitian, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif,
penulis menggunakan beberapa teknik yang digunakan saat melakukan
penelitian di lapangan diantaranya yaitu teknik observasi, wawancara dan
dokumentasi. Penggunaan metode tersebut diharapkan dapat membantu penulis
dalam pencarian data di lapangan khususnya pada proses pembelajaran IPS di
SMALB-A Pembina Tingkat Nasional Jakarta.
Bedasarkan informasi yang didapatkan dengan melakukan observasi,
wawancara dan dokumentasi, diharapakan penulis dapat mengungkapkan
bagimana proses pembelajaran IPS di SLB-A Pembina Tingkat Nasional
Jakarta khususnya pada jenjang SMALB-A Pembina Tingkat Nasional.
Melalui observasi, penulis melakukan pengamatan yang bertujuan mengetahui
kondisi sekolah, guru, siswa-siswi dan proses pembelajaran IPS dikelas. Selain
observasi penulis menggali informasi lebih dalam secara langsung melalui
wawancara dengan Kepala SLB-A Pembina Tingkat Nasional Jakarta, Guru
IPS sebanyak 2 orang dan siswa-siswi SMALB-A PTN Jakarta sebanyak 3
orang. Hasil dari data yang diperoleh melalui narasumber yang telah dilakukan
melalui wawancara, observasi dan dokumentasi kemudian dituangkan kedalam
bentuk deskripsi dan analisis data. Dapat dijelaskan pada Tabel berikut:
80
Tabel 4.1
Narasumber Kepala Sekolah dan Guru SMALB-A PTN
No Nama Status/Jabatan Tempat L/P Agama Pendidikan
Narasumber Tgl Lahir
1 Drs. Triyanto Kepala Sekolah Klaten, 13- L Islam Pascasarjarna/S2 PLB
Murjoko Juli-1967 tahun 2005
2 Dra. Cucu Guru IPS SMALB- Bandung, P Islam Sarjan/S1 PLB tahun
Nuraeni A 21-Maret- 1987
1963
3 Yani, S.Pd Guru IPS SMALB- Jakarta, 01- P Islam Sarjana/S1 PLB tahun
A dan SMPLB-A Januari- 2011
1974
Tabel 4.2
Narasumber Siswa-Siswi SMALB-A PTN
N Nama Kelas Tempat Agama Asal Sekolah Alamat Status Saudara yang
o Narasumber (P/L) Tgl Lahir Penglihatan dimiliki
1 Karolina Duma X/Sepu Bekasi, 30- Kristen SLB Rawinala Komplek. Totaly Blind 3 (Tiga)
Priskilla luh September Jakarta Timur CitraGrand (Dari sejak lahir Anak pertama
Nasution (P) -2001 (Jenjang TKLB- Cluster pada saat usia 7 kakak laki-laki
(17 Tahun) SDLB kelas 2) Westpoin bulan berumur 18
SLB Bontang Blok H/7, dikandungan tahun
Kalimantan Cibubur, sudah dilahirkan (Normal/Awas
Timur (Jenjang Jakarta secara prematur) tidak mengalami
SDLB kelas 3- gangguan
4) penglihatan)
SLB Bahasa Anak kedua
Hati Kalimantan kakak
Timur (Jenjang perempuan
SDLB kelas 5- sekaligus
SMPLB kelas 3) saudara kembar
berumur 17
tahun (Total
Blind
mengalami
81
gangguan
penglihatan)
2 Awan Aditya XI/Seb Bekasi, 21- Islam SLB As-Syafa Villa Dago, Low Vision 2 (dua)
elas Juli-2002 Jakarta (Jenjang Jl.ParangTrit (Dari sejak Anak kedua
(L) (16 Tahun) SDLB-SMPLB) is C8 No.3 berumur 4 tahun adik perempuan
Tangerang mulai berkurang berumur 13
Selatan penglihatan) tahun
(Normal/Awas
tidak mengalami
gangguan
penglihatan)
3 Alfathulloh XI/Seb Jakarta, Islam SLB-A Pembina Komp Puri Totaly Blind 3 (Tiga)
Radiya elas 05-Januari- Tingkat Cirendeu (Dari sejak Anak kedua
(L) 2000 Nasional Jakarta Permai lahir) adik laki-laki
(18 Tahun) (Jenjang TKLB- KAV.B3 berumur 17
SDLB-SMPLB) RT.009/005. tahun
Pisangan, (Normal/Awas
Ciputat tidak mengalami
Timur gangguan
penglihatan)
Anak ketiga
adik laki-laki
berumur 3 tahun
(Normal/Awas
tidak mengalami
gangguan
penglihatan)
siswa dan kelas XII-A yang berjumlah 4 orang siswa. Dapat dijelaskan pada
Tabel berikut:
Tabel 4.3
Siswa Kelas X (Sepuluh)
Wali Kelas: Dra. CUCU NURAENI
No No. Lv./T L/ Tgl AGAM NAMA
NISN NAMA ALAMAT
INDUK otal P LAHIR A ORANG TUA
Kp. Sawah Rt.05/01,
Jakarta
1 RIO SUYATNO/S Petukangan,
0010108795 7842336 Total L 15/08/20 Islam
PRASETYO UYANTI Pesanggrahan
02
Tabel 4.4
Siswa Kelas XI (Sebelas)
Wali Kelas: Drs. YUHANA
No No. Lv./T L/ Tgl AGAM NAMA
NISN NAMA ALAMAT
INDUK otal P LAHIR A ORANG TUA
Jl.H Kamang Bawah
Jakarta Rt.001/10, Pd.Labu
1 DESI FITRI AGUS
0006048342 7842332 Total P 24/12/20 Islam (Tomang Tinggi III,
PURWANTI P/ARYATI
00 Rt.008/06, Grogol,
Petamburan)
JIHAN Jakarta TAUFIK Palmerah Barat I
2 7842333 ANIISA Lv P 19/12/20 Islam HIDAYAT/PU Rt.08/07/14,
0003763412 FITRIYANI 00 JI ANNA Palmerah
83
BUNGAH
AGUS Jl. Kemuning II/39
MANGGALI Jakarta
3 SUHENDRA/ Rt.004/04, Utan
0017806829 7842334 H Total P 20/12/20 Islam
NURMAYA Kayu Utara,
SUHENDRA 01
DEWI Matraman
DIPUTRI
ENDRA
Bekasi VILLA DAGO, JL.
4 AWAN WARDHANA/
7842335 Lv L 21/07/20 Islam PARANGTRITIS C8
ADITYA PRIMA DEWI
02 No. 3
S.
Tabel 4.5
Siswa Kelas XII (Dua Belas)-A
Wali Kelas: AMANAH, M.Pd
No No. Lv./T L/ Tgl AGAM NAMA
NISN NAMA ALAMAT
INDUK otal P LAHIR A ORANG TUA
NURUL Kamp. Pulo
1 Tangerang ASNAWI/SITI
9996841656 7842326 ALFATH Lv P Islam Nyamuk, Desa
13/11/1999 HAROH
SABILA P.Serab
Cipinang Besar
2 Jakarta Selatan RT.001/010.
9993326613 7842327 FIRDAUS Lv L Islam IDHAM/ERNI
14/09/1999 Cipinang Besar
Selatan, Jatinegara
Komp Puri Cirendeu
ALFATHU HANDHI Permai KAV.B3
3 Jakarta
0003347505 7842331 LLOH Total L Islam W./DYAH RT.009/005.
05/01/2000
RADIYA AJOE WS. Pisangan, Ciputat
Timur
RYAN
YUMAR
4 FATURRA Jakarta Jl. Nurul Ihsan
0003347506 7842328 Total L Islam SUBRI/YEES
HMADIA 15/10/2000 No.83x. RT.002/003
MA L
SUBRI
Tabel 4.6
Siswa Kelas XII (Dua Belas)-B
Wali Kelas: BUDI HARDININGSIH, S.Pd
Lv./
No No. L/ Tgl AGAM NAMA
NISN NAMA Tot ALAMAT
INDUK P LAHIR A ORANG TUA
al
RIZKIE Komp. Selapa
1 Jakarta SUTRISNO/S
0010108791 7842329 JOKO Lv L Islam POLRI No. 124 Tlp.
13/01/2001 RI REJEKI
LEGOWO 7512223
Jl. Nangka no. 41 ,
2 ANANDA Jakarta ZAINUDIN/M
9993326612 7842330 Lv P Islam Lewbak Bulus, Jak-
UTAMI 30/08/1999 INTARI
Sel
1
Hasil obervasi pembelajaran IPS pada siswa-siswi tunanetra SMALB-A Pembina Tingkat
Nasional Jakarta tahun pelajaran 2018/2019 pada hari Selasa tanggal 18 September 2018 pukul
07.33 WIB di kelas XII
2
Hasil obervasi pembelajaran IPS pada siswa-siswi tunanetra SMALB-A Pembina Tingkat
Nasional Jakarta tahun pelajaran 2018/2019 pada hari Selasa tanggal 18 September 2018 pukul
07.33 WIB di kelas XII dan hari Selasa tanggal 25 September 2018 pukul 07.59 WIB kelas XI
86
Gambar 4.2
Guru mulai membuka pelajaran IPS di kelas XII
dengan baik sehingga dalam hal ini guru lebih sabar dalam
mengkondisikan kelas.3
Pada kegiatan proses belajar mengajar di Kelas XI materi yang
diajarkan mengenai negara-negara yang ada dunia. Dalam materi ini
pemanfaatan media yang digunakan yaitu globe, namun bentuk globe
yang digunakan umumnya sama dengan globe biasa yang
membedakan hanya globe ini dimodifikasi dengan tulisan atau huruf
braille dan gambar-gambar yang ditimbulkan sehingga siswa-siswi
dapat membaca dengan meraba globe tersebut.
Gambar 4.3
Media pembelajaran globe timbul4
3
Hasil wawancara dengan guru IPS, Ibu Yani, pada hari Jum’at, 07 September 2018 pukul
11.18 WIB di ruang kelas X
4
Hasil Dokumentasi di SMALB-A Pembina Tingkat Nasional Jakarta
89
Gambar 4.4
Penggunaan media globe timbul di kelas XI
Gambar 4.5
Penggunaan media globe timbul di kelas XI
atlas timbul. Atlas ini tidak seperti atlas pada umumnya, atlas ini
dimodifikasi dengan memunculkan tulisan dan gambar yang ada di
atlas tersebut sehingga siswa-siswa mudah merba dan menebak apa
yang telah diraba.
Pada tahap inti di kelas X siswa-siswi mengikuti pelajaran dengan
baik namun masih ada beberapa siswa-siswi belum paham mengenai
penjelasan materi yang disampaikan oleh guru oleh karena itu guru
harus lebih sabar dalam proses pengajaran di dalam kelas.5
Gambar 4.6
Penggunaan media atlas timbul di kelas X
5
Hasil obervasi pembelajaran IPS pada siswa-siswi tunanetra SMALB-A Pembina Tingkat
Nasional Jakarta tahun pelajaran 2018/2019 pada hari Kamis tanggal 04 Oktober 2018 pukul 08.32
WIB di kelas X
91
Gambar 4.7
Media Pembelajaran atlas timbul
6
Hasil obervasi pembelajaran IPS pada siswa-siswi tunanetra SMALB-A Pembina Tingkat
Nasional Jakarta tahun pelajaran 2018/2019 pada hari Selasa tanggal 18 September 2018 pukul
08.32 WIB di kelas XII
92
Gambar 4.8
Penggunaan media peta timbul di kelas XII
7
Hasil wawancara dengan guru IPS, Ibu Cucu, pada hari Kamis, 05 September 2018 pukul
10.38 WIB di ruang guru
94
8
Hasil wawancara dengan guru IPS, Ibu Yani, pada hari Jum’at, 07 September 2018 pukul
11.46 WIB di ruang kelas X
95
9
Hasil wawancara dengan guru IPS, Ibu Yani, pada hari Jum’at, 07 September 2018 pukul
11.46 WIB di ruang kelas X
96
10
Hasil wawancara dengan guru IPS, Ibu Cucu, pada hari Kamis, 05 September 2018 pukul
11.12 WIB di ruang guru
97
11
Hasil wawancara dengan guru IPS, Ibu Cucu, pada hari Kamis, 05 September 2018 pukul
10.38 WIB di ruang guru
98
12
Hasil wawancara dengan guru IPS, Ibu Cucu, pada hari Kamis, 05 September 2018 pukul
10.50 WIB di ruang guru
99
sambil belajar. Jadi tidak ada waktu khusus untuk bimbingan wicara,
bimbingan belajar, bimbingan sikap, dsb.
Upaya yang dilakukan agar terciptanya pembelajaran yang
maksimal dikelas karena alokasi yang sedikit maka guru perlu
memberikan tugas kepada siswa-siswi dirumah agar mereka lebih
memahami materi yang telah dipelajari. Dengan diberikan pekerjaan
rumah mereka diharapkan dapat memahami secara baik serta dibantu
oleh orangtua dirumah dalam mendorong siswa-siswi memahami
pembelajaran yang ada dikelas.
Upaya yang dilakukan akibat kurangnya keterlibatan dari orangtua
maka guru harus lebih banyak mulai berkomunikasi dengan orangtua
murid. Melibatkan orangtua murid dan masyarakat untuk mendukung
dan terlibat secara optimal dalam berbagai kegiatan sekolah bukanlah
hal mudah untuk dilakukan. Maka perlu usaha yang maksimal bagi
keduanya antara guru atau sekolah dengan orangtua peserta didik agar
terciptanya suatu timbal balik yang baik, bermanfaat dan motivasi serta
dukungan bagi siswa-siswi di sekolah.
Upaya yang ditawarkan jika melihat dari segi lulusan para pengajar
di SMALB-A PTN memang tidak terlalu dipermasalahkan karena dari
pemerintah sendiri mempunyai aturan jika memang para pengajar tidak
berasal dari lulusan PLB maka akan terganggu di sistem Dapodik
namun tidak menutup kemungkinan jika kedepan nanti ada banyak
pengajar yang memang berlulusakan dari PLB ditambah dengan
lulusan khusus mata pelajaran oleh karena itu walaupun para pengajar
kurang menguasai mata pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa-
siswi maka diharapkan para pengajar setidaknya menguasai dasar-
dasar mata pelajaran tersebut dan mempelajari serta mendalami secara
individu agar sudah mengetahui serta menguasai jika proses
pembelajaran di kelas sedang berlangsung.
100
C. Pembahasan
SMALB-A Pembina Tingkat Nasional Jakarta ini merupakan salah satu
jenjang pendidikan yang berada di SLB-A PTN Jakarta. Data siswa pada tahun
pelajaran 2018/2019 di jenjang SMALB-A yaitu sebanyak 17 siswa. Pada
jenjang SMALB-A memiliki tiga tingkatan seperti sekolah formal pada
umumnya yaitu kelas X, kelas XI, dan Kelas XII. Untuk kelas XII sendiri
memiliki dua rombel yaitu ada kelas XII-A dan kelas XII-B.
Namun ada yang berbeda, di SLB-A PTN ini memiliki ruang belajar yang
disebut Multiple Disabilities with Visual Impairment (MDVI). MDVI
merupakan kelas yang sama pada umumnya namun di kelas ini terdapat
beberapa anak yang mengalami hambatan ganda. Ruang MDVI juga sama
dengan ruang belajar lainnya hanya saja ruang tersebut memiliki kemampuan
multidisabilitas dimana anak-anak yang berada dikelas MDVI tidak hanya
memiliki hambatan kelainanan mata saja tetapi ditambah dengan kelainan yang
lain seperti hambatan tunanetra dengan tunarungu, tunanetra dengan
tunagrahita.13
Dari segi kemampuan kognitif anak MDVI memiliki tingkat kognitif yang
bevariasi ini bergantung kepada kelainan yang di sandangnya, ini dikarenakan
keterbatasan fungsi penglihatan anak serta keterbatasan lain menyebabkan anak
MDVI mengalami kesulitan dalam mengembangkan potensi pada berbagai
aspek kehidupan. Sama seperti permasalahan yang dialami anak dengan
hambatan ganda lainnya, anak-anak MDVI juga mengalami hambatan di
bidang fisik, intelektual, dan sosial, ataupun gabungan dari berbagai bidang
tersebut membuat anak tunaganda cenderung tumbuh, berkembang, dan belajar
jauh lebih lamban daripada anak yang mengalami ketunaan lain, ada juga
kesulitan itu berupa keterbatasan dalam kemampuan berkomunikasi, hambatan
perkembangan fisik dan motorik, keterbatasan dalam kemampuan bina-bantu
diri, jarangnya menampilkan perilaku konstruktif dan berinteraksi dengan
orang lain, dan seringnya menampilkan perilaku yang tidak sesuai di
masyarakat.Salah satu permasalahan yang sangat menarik adalah komunikasi.
13
Hasil Dokumentasi di SMALB-A Pembina Tingkat Nasional Jakarta
101
14
Hasil wawancara dengan guru IPS, Ibu Cucu, pada hari Kamis, 05 September 2018 pukul
10.02 WIB di ruang guru
102
15
Jenny Thompson, Memahami Anak Berkebutuhan Khusus, (Jakarta: Erlangga, 2012), h.
118
103
memang harus lebih dekat dengan siswa agar guru juga bisa
memperhatikan kemampuan anak dalam hal pembelajaran IPS di
dalam kelas.
Pada tahap pendahuluan, guru memulai pembelajaran dengan
membaca doa sebelum belajar secara bersama-sama kemudian guru
melakukan apersepsi didalam kelas dengan menanyakan materi
sebelumnya yang telah dipelajari disertai dengan tujuan pembelajaran
materi yang akan dipelajari selanjutnya. Dalam kegiatan proses
pembelajaran IPS pada anak berkebutuhan khusus tunanetra di
SMALB-A PTN untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan maka
guru harus menggunakan metode, media dan evaluasi yang sesuai
dengan materi yang akan disampaikan.
Sesuai dengan tugas pendidik dalam proses pembelajaran dan
penyesuaian sosial anak tunanetra yaitu membina dan mengarahkan
pengetahuan anak tunanetra tentang kenyataan yang ada di sekitarnya,
menumbuhkan kepercayaan diri, menanamkan perasaan bahwa dirinya
dapat diakui dan diterima oleh lingkungannya.16
Maka proses pembelajaran harus berlangsung secara aktif, kondusif
dan menyenangkan. Selain harus kondusif dan komunikatif proses
pembelajaran di kelas harus memerhatikan pengelolaan kelas seperti
pengalokasian waktu yang tersusun rapi, pemanfataan media dalam
kelas dan menggunakan metode yang bervariatif serta strategi
pembelajaran dalam pendidikan didasarkan kepada upaya
memodifikasi lingkungan agar sesuai dengan kondisi anak dan upaya
pemanfataan secara optimal indera-indera yang masih berfungsi.
Dalam proses pembelajaran harus disertai sistem pembelajaran
yang lengkap dan sesuai. Sistem pembelajaran adalah suatu kombinasi
terorganisasi yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
16
Mohammad Effendi, Pengantar Psikopendagogik Anak Berkelainan, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), h. 53
104
17
Dian Relitawati, Analisis Implementasi Proses Pembelajaran Terhadap Kualitas
Lulusan di SMAN 13 Medan, Tesis Pada Universitas Sumatera Utara, 2009, h. 20
18
Hasil wawancara dengan Kepala SLB-A PTN Jakarta, Drs. Triyanto, pada hari Kamis, 20
September 2018 pukul 09.45 di ruang kepala sekolah
105
19
Nana Syaodih, “Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek”, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 7
106
20
Hasil wawancara dengan guru IPS, Ibu Yani, pada hari Jum’at, 07 September 2018 pukul
11. 26 WIB di ruang kelas X
21
Hasil wawancara dengan guru IPS, Ibu Cucu, pada hari Kamis, 05 September 2018 pukul
10.34 WIB di ruang guru
107
Gambar 4.1
Salah satu cara penggunaan metode ceramah di kelas XII
22
Hasil wawancara dengan guru IPS, Ibu Cucu, pada hari Kamis, 05 September 2018 pukul
10.54 WIB di ruang guru
108
23
Mohammad Effendi, Pengantar Psikopendagogik Anak Berkelainan, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), h. 49
109
24
Hasil wawancara dengan guru IPS, Ibu Cucu, pada hari Kamis, 05 September 2018 pukul
11.04 WIB di ruang guru
25
Hasil obervasi pembelajaran IPS pada siswa-siswi tunanetra SMALB-A Pembina Tingkat
Nasional Jakarta tahun pelajaran 2018/2019 pada hari Kamis tanggal 04 Oktober 2018 pukul 08.45
WIB di kelas X
110
Gambar 4.3
Reglet (alat bantu menulis siswa)
d. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi yang dilakukan pada pembelajaran IPS bagi siswa
tunanetra sama dengan yang dilakukan di sekolah biasa, yaitu dilakukan
pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Evaluasi yang
dilakukan pada pembelajaran IPS bagi siswa tunanetra sama dengan
yang dilakukan di sekolah biasa, yaitu dilakukan penilaian pada aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Evaluasi pembelajaran IPS di SLB-A Pembina pada aspek kognitif
dilakukan dengan test penilaian hasil belajar, pada aspek afektif
penilaian dilakukan dari bagaimana siswa membiasakan berdoa dan
membiasakan diri untuk memberi salam, dan evaluasi pada aspek
psikomotorik dilakukan.
Evaluasi pembelajaran merupakan suatu proses untuk menentukan
jasa, nilai atau manfaat kegiatan pembelajaran melalui kegiatan
pengukuran. Evaluasi pembelajaran mencakup pembuatan
pertimbangan tentang jasa, nilai, atau manfaat progam, hasil dan proses
pembelajaran.26
Evaluasi dilakukan di akhir pembelajaran dengan sesuai materi
yang telah diajarkan oleh guru. Biasanya evaluasi yang dilakukan oleh
guru menggunakan test tulis dengan klasifikasi ketunaan yang mereka
miliki. Terkadang evaluasi dilakukan diakhir pembelajaran dengan lisan
juga yaitu menguji tingkat kepahaman siswa-siswi dalam memahami
materi pembelajaran yang telah diajarkan. Dengan evaluasi
pembelajaran mengakibatkan siswa dan siswi dengan gangguan
penglihatan tidak merasa kesulitan dan guru dengan mudah mengetahui
tingkat pemahaman siswa-siswi pada pembelajaran IPS karena telah
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran serta kondisi siswa-siswi.
Dari keseluruhan proses pembelajaran IPS yang telah dipaparkan
diatas dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran IPS bagi anak
26
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013), h.
221
112
27
Rini Hildayani dkk, Penanganan Anak Berkelainan, (Jakarta:Universitas Terbuka, 2009),
h.8.10
28
Jati Rinakri, Pendidikan dan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2018), h.40
114
29
Mohammad Effendi, Pengantar Psikopendagogik Anak Berkelainan, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), h. 48-49
115
30
Ratih Listyaningtyas, Pembelajaran Menulis Braille dengan Reglet pada Anak Tunanetra
kelas I SD di SLBN A Bandung, Jurnal Untirta, 2016, h. 81
116
31
Hasil wawancara dengan guru IPS, Ibu Cucu, pada hari Kamis, 05 September 2018 pukul
10.38 WIB di ruang guru
118
32
Hasil wawancara dengan guru IPS, Ibu Cucu, pada hari Kamis, 05 September 2018 pukul
11.28 WIB di ruang guru
119
33
Hasil wawancara dengan guru IPS, Ibu Yani, pada hari Jum’at, 07 September 2018 pukul
10.32 WIB di ruang kelas X
34
Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung: Refika Aditama, 2006) h. 88-89
35
Hasil wawancara dengan Kepala SLB-A PTN Jakarta, Drs. Triyanto, pada hari Kamis, 20
September 2018 pukul 10.20 di ruang kepala sekolah
120
Gambar 4.14
Hasil Penelitian
Kurangnya Media
Faktor Pendukung Faktor Penghambat Pembelajaran di Kelas
Keterlibatan peran orang Alokasi waktu yang
Kurangnya media
tua yang turut membantu tersedia sangat minim
pembelajaran yang
proses belajar dengan Karakteristik anak
berbentuk alat peraga
mendidik siswa di rumah tunanetra yang berbeda-
peraba
dan menerapkan nilai-nilai beda
Karakteristik kemampuan
yang sudah dipelajari di Terdapat sedikit pengajar
dari siswa-siswi yang
sekolah yang berlulusan sarjana
berbeda-beda
khusus mata pelajaran
D. Keterbatasan Penelitian
A. Kesimpulan
123
124
B. Implikasi
C. Saran
1. Bagi Penulis
Nadhir dkk. Ilmu Pengetahuan Sosial 1. Learning Assistance Program for Islamic
Schools Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 2009.
127
128
Somantri, Sutjihati. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama, 2006.
Miftahuddin. Revitalisasi IPS dalam Perspektif Global, Jurnal Tribakti, Vol. 27,
2016.
Rahmad. Kedudukan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada Sekolah Dasar. Jurnal
Madrasah Ibtidaiyah, Vol. 2, No. 1, 2016.
Rahmah, Ajrine. Pendidikan Agama Islam bagi Anak Tunarungu Studi Kasus di
SLB Bina Insani Depok. Skripsi. Ciputat: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2017.
PEDOMAN OBSERVASI
Lokasi : ..........
Hari/Tanggal : ..........
Waktu : ..........
PEDOMAN WAWANCARA
Hari/Tanggal : ..........
Narasumber : ..........
Waktu : ..........
Alamat : ..........
I Pra Pembelajaran
B. Pendekatan/Strategi Belajar
C. Pemanfaatan Media
Pembelajaran/Sumber Belajar
D. Penilaian Proses
IV PENUTUP
I Pra Pembelajaran
3. Interaksi antara siswa-guru, Interaksi guru dan siswa cukup baik pada
siswa-materi pelajaran saat membahas materi pelajaran.
B. Pendekatan/Strategi Belajar
C. Pemanfaatan Media
Pembelajaran/Sumber Belajar
D. Penilaian Proses
IV PENUTUP
I Pra Pembelajaran
B. Pendekatan/Strategi Belajar
C. Pemanfaatan Media
Pembelajaran/Sumber Belajar
D. Penilaian Proses
IV PENUTUP
TRANSKIP WAWANCARA
Keterangan:
P : Peneliti
T : Triyanto Murjoko
P : “Pak ini yang sudah saya liat observasi kemarin dalam satu gerbang ini
ternyata dibelakang juga ada sekolah luar biasa lainnya lagi, boleh tau
pak apa itu masih dalam satu lingkup SLB-A pembina tingkat Nasional
Jakarta ini atau beda lagi ya pak ?”
TM : “Beda, nomenklaturnya tuh beda jadi dia adalah sekolah yang awalnya
dulu ada sekolah milik sudah dinas pendidikan punya DKI Jakarta gitu,
makanya kemudian dia sekarang namanya SLB Negeri 1 kalau dulu
namanya SLB Negeri Bagian A Jakarta nah sekarang SLB Negeri 1 gitu
karena bersejajar sekarang negeri 1 negeri 2 negeri 3 negeri 4 kan begitu
tuh,
TM : “Sudah empat tahun, satu periodenya 4-5 tahun ya. Sebelum jadi kepala
sekolah disini yah menjadi guru biasa aja di SLB Pembina ini.”
TM : “Jumlah siswanya dirinci aja ya dari TKLB ada 6 siswa, SDLB ada 46
siswa, kemudian SMPLB ada 19, SMALB ada 17, jadi semua totalnya
ada 88.”
P : “Itu jumlah siswa yang untuk tahun ajaran baru ini ya pak?”
P : “Berarti untuk asal daerah siswa itu sendiri tidak yang untuk tinggal
deket-deket daerah sini aja ya pak karena ini kan katanya Pembina
Tingkat Nasional ya jadi bisa dari daerah-daerah lain juga pak?”
TM : “Ya, kita kan ngikut kan sekali lagi ini kan sekarang udah punyanya
DKI sebetulnya gitu, nah ada yang datang dari mana mana.”
TM : “Iya benar kelas 6 SD kalau enggak salah. Kalau tahun lalu itu Zizi
kelas 4 SD Juara I gitu terus Nabil itu setelah terus yang olahraga itu
tahun 2017/2018 itu tadi ada menyanyi, kalau taun sekarang belum ada
lagi kayaknya.”
P :“Berarti kalau untuk jenjang SMALB itu sendiri pak, apa ada
keunggulannya dari siswa/siswinya itu tersendiri?”
TM : “Kita ada yang lulus S1 pendidikan luar biasa itu kampusnya kan disini
ada Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Solo gitu. Rata-rata UNS, UNJ atau
UPI asal dari perguruan tingginya ada juga yang dari swasta dan memang
tidak hanya guru pendidikan khusus atau pendidikan luar biasa, disni
juga ada sarjana musiknya ada juga sarjana apa itu bahasa Indonesia,
sarjana bahasa Inggris kayak gitu ada juga.”
P : “Tetapi pak berarti mereka juga guru lulusan dari PLB juga enggak
ya?”
TM : “Enggak juga, jadi dia memang punya S1. Contohnya pak Bambang
Setiawan, beliau itu tunanetra tapi beliau lulusan S1 Bahasa Indonesia.
Ada juga pak Hamid, Pak Dadang, Bu Wahyu itu pak Hamid S1nya
Musik kemudian Pak Dadang Bu Wahyu itu S1nya dari PAI kan gitu.”
P : “Berarti tenaga pendidikan untuk SLB itu tidak hanya dari lulusan PLB
aja ya pak?”
TM : “Iya bukan hanya PLB saja apalagi SMA yang sudah menggunakan
mapel kan gitu, mapel itu butuhn gurunya banyak bukan hanya dari PLB
saja tapi karena nggak ada juga jadi seperti itu.”
TM : “Itu gimana ya pertanyaan yang bagaimana ya, itu sama aja kalau
ditanya bagaimana pembelajaran Matematika, Bagaimana pembelajaran
IPA, bagaimana pembelajaran Bahasa Indonesia, Bagaimana
pembelajaran IPS umpamanya seperti itu, iya pembelajarannya tidak
gimana ya, khususnya disekolah kita ini ya gurunya tidak berasal dari
jurusan IPS dari perguruan tinggi, gurunya adalah berasal dari PLB itu
yang pertama. Kalau materinya semuanya sesuai dengan kurikulum yang
berlaku kan gitu, ada pengayaan demi untuk menambah apa itu
pengetahuan dari anak-anak ini bukan hanya dari buku saja tapi juga ada
dari lingkungan sekitar atau juga dari sumber belajar yang lain, yah
prinsipnya pelajaran IPS yah IPS untuk anak-anak tunanetra tapi dengan
buku-buku tertulis dengan braile, buku-buku braile.”
P : “Apakah ada metode khusus yang diterapkan atau buku panduan bagi
siswa?”
TM : “Buku pegangannya ada, yah semestinya kalau ada buku pegangan guru
ada, kemudian buku siswa buku pelajaran gitu ada, untuk siswa itu
sekarang udah ada untuk SMA ada bukunya udah ada kelas X, XI, XII,
buku pegangan gurunya juga ada sendiri.”
P : “Bukunya itu dicetak dari sekolah ini sendiri apa dapat dari
pemerintah?”
TM : “Bukunya dapat dari pemerintah, kita mencetak yah cetak juga artinya
cetak juga dananya dari pemerintah. Buku itu dananya dari pemerintah
jadi tidak sekolah membebankan membeli buku tidak nggak begitu.”
P : “Disekeliling sekolah ini tadi ada ruangan yang bernama ruang MDVI?
Itu ruangan apa ya pak?”
TM : “Itu ruangan MDVI itu hanya untuk apa ya begini itu ruangan yang
hanya layanan anak yang berat, artinya anak-anak yang punya hambatan
ganda lebih pokoknya adalah hambatan penglihatan dulu contohnya itu
anak siswa kami bernama jain, itu tidak bisa berjalan tidak bisa berbicara
tidak bisa melihat kan gitu, jadi ini kan butuh layanan khusus. Anak-anak
yang baru datang nangis, dari datang sampai pulang nangis kan gitu tuh
yah dia memang ada disitu seperti anak TK masih bermain masih nyanyi
supaya anak-anaknya betah dulu kan gitu walaupun tetap naik yah naik,
dia ini udah SMA kelas 1 ini dari tk sudah begitu sampai sekarang masih
begitu sehingga jalan tidak bisa, melihat tidak bisa, berbicara juga tidak,
kalau untuk pendengarannya tidak tau seberapa tapi kalau disetelin musik
goyang-goyang sih kepalannya kan gitu.
P : “Berarti yang khusus ruangan MDVI itu pelayanan siswa dari TK-SMA
ada ya pak?
TM : “Iya, ada TK SD SMP SMA cuman dia kalau disatukan nih satu kelas
muridnya cuman dua atau tiga yang satu masih bisa jalan mandiri masih
jalan ini kalau digabung dengan dia akhirnya kita banyakan ngurusin dia
kan sehingga kita pisah layanan yang muridnya ada delapan gurunya juga
ada delapan, muridnya ada empat gurunya ada empat.
P : “Lulusan atau alumni dari SLB disini apa ada yang melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi pak?”
Keterangan:
P : Peneliti
CN : Cucu Nuraeni
Keterangan:
P : Peneliti
Y : Yani
Keterangan:
P : Peneliti
KD : Karolina Duma
Keterangan:
P : Peneliti
AA : Awan Aditya
Wawancara dengan Guru IPS yaitu ibu Yani, S.Pd di ruang kelas X SMALB-A PTN
pada hari Jum’at, 07 September 2018 pukul 12.09 WIB
Wawancara dengan Guru IPS yaitu ibu Dra. Cucu Nuraeni di ruang guru SMALB-A
PTN pada hari Rabu, 05 September 2018 pukul 11.13 WIB
Suasana belajar di kelas X SMALB-A bersama murid (Achmad Abdur
Rozak) dan guru (Dra,Cucu Nuraeni) pada hari Selasa, 18 September 2018
pukul 08.32 WIB
Wawancara dengan salah satu siswa SMALB-A Pembina yaitu Alfathulloh Radiya siswa kelas
XII (dua belas) pada hari Senin, 01 Oktober 2018 pukul 13.45 WIB di depan ruang MDVI
Wawancara dengan salah satu siswa SMALB-A Pembina yaitu Karolina Duma Priskilla
Nasution siswa kelas X (sepuluh) pada hari Senin, 01 Oktober 2018 pukul 13.45 WIB di ruang
kelas X SMALB-A PTN
KI 3 : Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya terkait fenomena dan kejadian nyata
KI 4 : Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam
sudut pandang/teori
Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Materi Indikator Pencapaian Kegiatan Peembelajaran Penilaian Sumber
Pembelajaran Kompetensi Belajar
Mengidentifikasi, membandingkan,
dan menyajikan data
kependudukan (sebaran dan
pertumbuhan) berdasarkan ruang
dan waktu yang disajikan dalam
bentuk tabel dan grafik di depan
kelas.
Mengadakan pameran keragaman
etnik dan budaya berupa makanan,
pakaian, tarian, rumah adat, dan
sejenisnya di kelas.
Menganalisis dampak
positif dan negatif interaksi
ruang dengan teknik
jigsaw.
Mengidentifikasi masalah, mencari
data/informasi, dan mengajukan
solusi terhadap dampak interaksi
antarruang dengan berbasis pada
pendekatan saintifik.
Siswa mampu:
3.1. Memahami konsep Kondisi geografis Indonesia (letak dan luas, iklim, Mensimulasikan interaksi antarruang dengan bentuk Penilaian
ruang (lokasi,
geologi, rupa bumi, tata air, tanah, flora dan fauna) kelompok yang menunjukan saling ketergantungan pengetahuan
distribusi, potensi,
iklim, bentuk muka melalui peta rupa bumi. dalam bentuk simulasi pengiriman barang kebutuhan mengunakan jenis tes
bumi, geologis, flora, a. Pengertian ruang dan interaksi antarruang penduduk antara kelompok satu dengan yang lain. Setiap pilihan ganda dan
dan fauna) dan (saling melengkapi dan persebaran). kelompok dianggap sebagai daerah atau uraian.
interaksi antarruang di b. Letak dan luas Indonesia (pemahaman lokasi wilayah yang berbeda. Misalnya kelompok A yang Penilaian
Indonesia serta melalui peta, letak dan luas Indonesia. surplus beras mengirimkan ke kelompok B. Sebaliknya keterampilan
pengaruhnya terhadap c. Kondisi alam Indonesia (keadaan fisik wilayah kelompok B mengirim ikan dan garam kepada mengunakan jenis
kehidupan manusia
dan flora dan fauna). Kelompok A. Kelompok C mengirim barang alat-alat non tes yaitu
dalam aspek ekonomi,
sosial, budaya, dan Potensi sumber daya alam (jenis sumber daya, elektronik ke kelompok B dan kelompok A. Sebaliknya observasi pada
pendidikan. penyebaran di darat dan laut). Kelompok C mendapat kiriman beras dari A dan ikan kegiatan diskusi,
4.1. Menjelaskan konsep a. Potensi sumber daya alam Indonesia. b. Potensi dari B. Guru dapat membentuk tiga atau empat simulasi, dan
ruang (lokasi, kemaritiman Indonesia. kelompok dengan jenis komoditas yang berbeda. presentasi.
distribusi, potensi, Sumber daya manusia (jumlah, sebaran, dan Mengamati peta kondisi geografis di Indonesia dengan Penilaian aspek sikap
iklim, bentuk muka komposisi; pertumbuhan; kualitas (pendidikan, cara berdiskusi untuk menganalisis letak, luas, kondisi mengunakan jenis non
bumi, geologis, flora
kesehatan, kesejahteraan; keragaman etnik (aspek- alam, flora dan fauna Indonesia. tes yaitu observasi dan
dan fauna) dan
interaksi antarruang di aspek budaya)). a. Jumlah penduduk Membuat peta persebaran sumber daya alam di jurnal.
Indonesia serta
pengaruhnya terhadap b. Persebaran penduduk c. Indonesia secara berkelompok baik potensi sumber
kehidupan manusia Komposisi penduduk daya alam di darat maupun di laut sehingga
Indonesia dalam aspek d. Pertumbuhan dan kualitas penduduk e. menarik untuk dipresentasikan di depan kelas.
ekonomi, sosial, budaya, Keragam etnik dan budaya Mengidentifikasi, membandingkan, dan menyajikan data
dan pendidikan. Interaksi antarruang (distribusi potensi kependudukan (sebaran dan pertumbuhan) berdasarkan
wilayah Indonesia). ruang dan waktu yang disajikan dalam bentuk tabel dan
a. Berkembangnya pusat-pusat grafik di depan kelas.
pertumbuhan. Mengadakan pameran keragaman etnik dan budaya
b. Berkembangnya sarana dan berupa makanan, pakaian, tarian, rumah adat, dan
Prasarana. sejenisnya di kelas.
c. Berubahnya komposisi penduduk.
Menganalisis dampak positif dan negatif
Dampak interaksi antarruang
interaksi ruang dengan teknik jigsaw.
(perdagangan, mobilitas penduduk). a.
Mengidentifikasi masalah, mencari data/informasi, dan
Perubahan penggunaan lahan.
mengajukan solusi terhadap dampak interaksi antarruang
b. Perubahan orientasi mata pencaharian. c.
dengan berbasis pada pendekatan saintifik.
Adanya perubahan sosial dan budaya.
Keterangan:
* Dikutip dari Permendikbud 24/2016.
** Materi Pokok dan rinciannya menggambarkan struktur keilmuan.
*** Implementasi pembelajaran materi pembelajaran dirancang sesuai dengan ketersediaan jam pelajaran.
**** Penilaian kompetensi.
B. Kelas XI
Mata pelajaran : IPS
Alokasi Waktu : 40 Jam Pelajaran
Siswa mampu: Pengaruh interaksi sosial (mobilitas sosial) Mengidentifikasikan jenis, faktor, dan saluran mobilitas Penilaian
3.2. Menganalisis pengaruh terhadap kehidupan sosial budaya. a. Mobilitas melalui diskusi yang menghasilkan peta konsep, bagan, pengetahuan
interaksi sosial dalam ruang
vertikal dan horisontal. atau bahan tayang sehingga menarik untuk mengunakan jenis tes
yang berbeda terhadap
kehidupan sosial dan b. Faktor pendorong dan penghambat dipresentasikan di depan kelas. pilihan ganda, isian
budaya serta mobilitas sosial. Pemberian tugas contoh-contoh pengaruh dan dampak singkat, dan uraian.
pengembangan kehidupan c. Saluran mobilitas sosial. mobilitas sosial terhadap status sosial dalam bentuk Penilaian
kebangsaan. d. Pengaruh mobilitas sosial terhadap pameran, mading, atau diunggah di internet. keterampilan
perubahan status sosial. Mengidentifikasi pluralitas kehidupan sosial budaya mengunakan jenis
4.2. Menyajikan hasil analisis e. Dampak positif dan negatif mobilitas sosial.
masyarakat Indonesia dalam bentuk tabel berdasarkan non tes yaitu
tentang pengaruh interaksi Pluralitas (agama, budaya, suku bangsa, observasi, penugasan,
agama, budaya, suku bangsa, pekerjaan hasil
sosial dalam ruang yang pekerjaan) masyarakat Indonesia. dan portofolio.
pengamatan kondisi di sekitar sekolah.
berbeda terhadap a. Jenis pluralitas di Indonesia. b.
kehidupan sosial dan Mengidentifikasi jenis konflik dengan mengumpulkan Penilaian aspek sikap
Faktor munculnya pluralitas
budaya serta berbagai kasus yang diperoleh dari berbagai media, mengunakan jenis non
masyarakat Indonesia.
pengembangan kehidupan kemudian diselidikan faktor-faktor pendorong dan tes yaitu observasi,
c. Sikap warga negara dalam pluralitas bangsa.
kebangsaan. Konflik dan integrasi penghambat munculnya konflik jurnal, dan penilaian
a. Faktor- faktor pendorong dan Mengajukan solusi pada studi kasus pluralitas yang antar teman.
penghambat munculnya konflik. menuntut sikap bijak warga negara. Contohnya toleransi
b. Faktor- faktor pendorong dan dalam perayaan hari besar keagamaan atau budaya
penghambat integrasi nasional. tertentu.
d. Membina persatuan/integrasi dalam Menganalisis jenis integrasi dengan mengumpulkan
masyarakat plural/majemuk di Indonesia. berbagai kasus yang diperoleh dari berbagai media,
kemudian diselidikan faktor-faktor pendorong dan
penghambat integrasi nasional.
Mengkomunikasikan berbagai cara dalam membina
persatuan (integrasi) sosial dalam masyarakat plural
(majemuk) di Indonesia.
Keterangan:
* Dikutip dari Permendikbud 24/2016.
** Materi Pokok dan rinciannya menggambarkan struktur keilmuan.
*** Implementasi pembelajaran materi pembelajaran dirancang sesuai dengan ketersediaan jam pelajaran.
**** Penilaian kompetensi.
C. Kelas IX
Mata Pelajaran : IPS
Alokasi Waktu : 40 Jam Pelajaran
Siswa mampu: Ketergantungan antarruang berdasarkan konsep Membuat alur bagan ketergantungan antarruang dalam Penilaian
3.3. Menganalisis ekonomi (produksi, distribusi, konsumsi, harga, kegiatan ekonomi. Peserta didik secara berkelompok pengetahuan
ketergantungan antarruang
pasar). membuat alur bagan produksi barang yang ada di sekitar mengunakan jenis tes
dilihat dari konsep
ekonomi (produksi, a. Faktor produksi berdasarkan jenis dan tempat tinggal, misalnya pengawetan ikan asin, produksi pilihan ganda, isian
distribusi, konsumsi, persebaran bahan baku. tahu dan tempe, dan kue. Bagan alur dipresentasikan di singkat, dan uraian.
harga, pasar) dan b. Faktor pendorong dan penghambat distribusi depan kelas. Penilaian
pengaruhnya terhadap barang dan jasa antar daerah. Mengamati proses distribusi dan karakteristik keterampilan
migrasi penduduk, c. Karakteristik konsumen berdasarkan konsumen pada komoditas barang di sekitar tempat mengunakan jenis
transportasi, lembaga perbedaan wilayah. tinggal hingga produsen menentukan harga barang non tes yaitu
sosial dan ekonomi, d. Penentuan harga berdasarkan lokasi dan berdasarkan lokasi dan jarak. Pengamatan dilakukan penugasan,
pekerjaan, pendidikan, dan
jarak. secara berkelompok, didiskusikan, dan portofolio, dan
kesejahteraan masyarakat.
Pengaruh ketergantungan antar ruang terhadap dipresentasikan. observasi.
3.4. Menyajikan hasil analisis migrasi penduduk, transportasi, lembaga Mengidentifikasi permasalahan, pengaruh Penilaian aspek sikap
tentang ketergantungan sosial,ekonomi, pekerjaan, pendidikan, dan ketergantungan antarruang tentang migrasi penduduk, mengunakan jenis non
antarruang dilihat dari kesejahteraan masyarakat. transportasi, lembaga sosial, ekonomi, pekerjaan, tes yaitu observasi,
konsep ekonomi a. Faktor pendorong dan penarik migrasi pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat. Peserta didik jurnal, dan penilaian
(produksi, distribusi, penduduk berdasarkan aspek secara berkelompok diminta untuk merumuskan solusi antar teman.
konsumsi, harga, ekonomi. untuk setiap masalah seperti urbanisasi, pengangguran,
b. Peranan transportasi untuk distribusi barang kemiskinan, kejahatan, penurunan minat untuk jadi
dan jasa. petani dan nelayan.
c. Peranan lembaga pendidikan, dan
pasar) dan pengaruhnya lembaga ekonomi dalam mewujudkan Peserta didik menciptakan suatu produk keunggulan
terhadap migrasi kesejahteraan masyarakat. sebagai kegiatan ekonomi kreatif secara berkelompok
penduduk, transportasi,
Mengembangkan ekonomi kreatif berdasarkan yang selanjutnya dipamerkan dengan teknik shoping
lembaga sosial dan
ekonomi, pekerjaan, potensi wilayah untuk meningkatkan (kunjungan tiap kelompok).
pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat. a. Pengertian Mengidentifikasi keuntungan sebuah kota sebagai
kesejahteraan masyarakat. ekonomi kreatif dan jenis tempat penyelenggaraan Pekan Olah Raga Nasional
jenisnya. (PON). Peserta didik diminta untuk membuat tabel
b. Pengembangan ekonomi kreatif tentang keuntungan pengusaha hotel, transportasi,
berdasarkan potensi wilayah. makanan, cenderamata, di kota tempat
c. Contoh ekonomi kreatif yang berhasil penyelenggaraan. Kota penyelenggara PON adalah
menyejahterakan masyarakat. pusat pertumbuhan ekonomi bagi daerah sekitarnya.
Pengembangan pusat-pusat keunggulan ekonomi Mengumpulkan data potensi dan kegiatan ekonomi di
untuk kesejahteraan masyarakat a. Wilayah daerah setempat dalam menghadapi pasar bebas. Peserta
pusat-pusat keunggulan didik diminta untuk menjelaskan tentang proses produksi
ekonomi Indonesia. dan pemasaran sehingga dapat laku di pasaran
b. Manfaat pengembangan pusat-pusat
internasional. Kegiatan belajar dilakukan dengan teknik
keunggulan ekonomi untuk kesejahteraan
masyarakat. jigsaw
Pasar Bebas (Masyarakat Ekonomi Peserta didik membuat peta konsep tentang tujuan dan
manfaat MEA, AFTA, APEC, Uni Eropa secara
ASEAN, AFTA, APEC, Uni Eropa). a.
Latar belakang pembentukan berkelompok.
kerjasama ekonomi dan keanggotan
(Masyarakat Ekonomi ASEAN, AFTA,
APEC, Uni Eropa).
b. Manfaat kerjasama Masyarakat Ekonomi
ASEAN, AFTA, APEC, Uni Eropa bagi
Indonesia.
Keterangan:
* Dikutip dari Permendikbud 24/2016.
** Materi Pokok dan rinciannya menggambarkan struktur keilmuan.
*** Implementasi pembelajaran materi pembelajaran dirancang sesuai dengan ketersediaan jam pelajaran
**** Penilaian kompetensi.
KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR
SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA TUNANETRA
(SMALB TUNANETRA)
MATA PELAJARAN
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
KELAS: X
Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi yaitu, (1) sikap spiritual, (2)
sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut
dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau
ekstrakurikuler.
Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual adalah “Menghargai dan menghayati
ajaran agama yang dianutnya”. Adapun rumusan Kompetensi Sikap Sosial
adalah “Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli,
santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaanya”. Kedua
kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect
teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah, dengan
memperhatikan karakteristik mata pelajaran, serta kebutuhan dan kondisi
siswa.
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang
proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai
pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter siswa lebih lanjut.
Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai
berikut ini.
42 TRI ANANDA AGUSTINA GW, S.Psi, 196908042000032007 162054 Bandung 04-08-1969 P Islam Psiklog 2010 Sarjana Staf TU
43 M ZAINUDDIN GAFFAR, A.Md. 195912311986101013 161942 Enrekang 31-12-1959 L Islam D.III 2000 Sarmud Kaur TU
44 ZAENAL ABIDIN 196001111992031003 162090 Bogor, 11-01-1960 L Islam SMA 1982 SLTA Staf TU
45 ARI HARYANTO - - Jakarta, 27-03-1981 L Islam SMLB 1995 SLTA UMP
46 IYUS HARIAWAN - - Jakarta, 07-07-1972 L Islam SMLB 2001 SLTA UMP
47 SITI MAEMUNAH Magelang, 24-06-1972 P Islam SMA 2017 SMA UMP
48 BACHRUM 195811301983122002 162026 Klaten 30-11-1958 P Maret 2017 SMA
Jakarta, 2018
Ruang/Kelas : I (Satu)
Jakarta 2018
Jakarta, 2018
Jakarta, 2018
Jakarta, 2018
Jakarta, 2018
Jakarta, 2018
Ruang/Kelas : IV (Empat)
Ruang/Kelas : V (Lima)
Jakarta, 2018
Jakarta, 2018
Jakarta, 2018
Jakarta, 2018
Ruang/Kelas : IX (Sembilan)
Jakarta, 2018
Ruang/Kelas : X (Sepuluh)
Jakarta, 2018
Jakarta, 2018
Jakarta, 2018
Jakarta, 2018
Ruang/Kelas : Keterampilan
Jakarta, 2018
Ruang/Kelas : MDVI
Jakarta, 2018
Jakarta, 2018
Ruang/Kelas : Komputer
Jakarta, 2018
Jakarta, 2018
Jakarta, 2018
Ruang/Kelas : Musik
Jakarta, 2018
Ruang/Kelas : Olahraga
Jakarta, 2018
Ruang/Kelas : Mushola
Jakarta, 2018
Jakarta, 2018
Lv./
NO KELAS NISN No. INDUK NAMA L/P TEMPAT Tgl LAHIR USIA AGAMA NAMA ORANG TUA ALAMAT No.TELEPON
Total
1 KELAS X ( Sepuluh ) 0010108795 7842336 RIO PRASETYO Total L Jakarta 15/08/2002 Islam SUYATNO/SUYANTI Kp. Sawah Rt.05/01, Petukangan, Pesanggrahan Hp.085695575940
2 0016908255 7842337 KAROLINA DUMA PRISKILA NASUTION Lv P Bekasi 30/09/2001 Kristen DOHAR A.P. NASUTION/MARIA MAGDALENA Komplk. CitraGrand Cluster Westpoin Blok H/7, Cibubur 082151691090
3 0013943015 7842338 KEZIA DAME EMMANUELA NASUTION Lv P Bekasi 30/09/2001 Kristen DOHAR A.P. NASUTION/MARIA MAGDALENA Komplk. CitraGrand Cluster Westpoin Blok H/7, Cibubur 082151691090
4 Dra. CUCU NURAENI 0026812538 7842339 ACHMAD ABDUR ROZAK L Jakarta 31/01/2002 Islam AGUS R./DAROJAH Jl. Jati Padang Putra Rt 007/Rw 09 No. 8, Pasar Minggu Tlp. 78837125
5 0026812541 7842340 MUNAWAR SALIM L Jakarta 27/06/2001 Islam MUH. IKHWAN/SITI NURJANAH Jl. Pertanian Raya, Komp. Serenia Lebak Bulus
6 0026812542 7842341 ZEIN WIRANATA ( MDVI ) L Jakarta 20/07/2002 Islam AGUS WINARTO/SITI SARKIYAH Jl. Taman Margasatwa Rt 010 Rw 5 GG. H.Saabun,Jati Padang, PS. Minggu, Jak-Sel.12540
7 0026812540 7842342 LOLA HAMSAH MELINA ( MDVI ) Lv P Jakarta 05/05/2002 Islam ABDUL RAHHMAN/MUSRIPAH Jl. Jagakarsa Raya RT 007/004. Jagakarsa, Jakarta Selatan Hp. 081213707978,081283304743
Lv./
NO KELAS NISN No. INDUK NAMA L/P TEMPAT Tgl LAHIR USIA AGAMA NAMA ORANG TUA ALAMAT No.TELEPON
Total
1 KELAS XI ( Sebelas ) 0006048342 7842332 DESI FITRI PURWANTI Total P Jakarta 24/12/2000 Islam AGUS P/ARYATI Jl.H Kamang Bawah Rt.001/10, Pd.Labu (Tomang Tinggi III, Rt.008/06, Grogol, Petamburan) 087880259588
2 Drs. YUHANA 0003763412 7842333 JIHAN ANIISA FITRIYANI Lv P Jakarta 19/12/2000 Islam TAUFIK HIDAYAT/PUJI ANNA Palmerah Barat I Rt.08/07/14, Palmerah
3 0017806829 7842334 BUNGAH MANGGALIH SUHENDRA DIPUTRI P Jakarta 20/12/2001 Islam AGUS SUHENDRA/NURMAYA DEWI Jl. Kemuning II/39 Rt.004/04, Utan Kayu Utara, Matraman 085789260685
4 7842335 AWAN ADITYA L Bekasi 21/07/2002 Islam ENDRA WARDHANA/PRIMA DEWI S. VILLA DAGO, JL. PARANGTRITIS C8 No. 3 021-7444129
Lv./
NO KELAS NISN No. INDUK NAMA L/P TEMPAT Tgl LAHIR USIA AGAMA NAMA ORANG TUA ALAMAT No.TELEPON
Total
1 KELAS XII ( Dua belas ) - A 9996841656 7842326 NURUL ALFATH SABILA P Tangerang 13/11/1999 Islam ASNAWI/SITI HAROH Kamp. Pulo Nyamuk, Desa P.Serab 021 7379946
2 AMANAH, M.Pd 9993326613 7842327 FIRDAUS Lv L Jakarta 14/09/1999 Islam IDHAM/ERNI Cipinang Besar Selatan RT.001/010. Cipinang Besar Selatan, Jatinegara
3 0003347505 7842331 ALFATHULLOH RADIYA L Jakarta 05/01/2000 Islam HANDHI W./DYAH AJOE WS. Komp Puri Cirendeu Permai KAV.B3 RT.009/005. Pisangan, Ciputat Timur
4 0003347506 7842328 RYAN FATURRAHMADIA SUBRI L Jakarta 15/10/2000 Islam YUMAR SUBRI/YEESMA L Jl. Nurul Ihsan No.83x. RT.002/003 021- 70744568
Lv./
NO KELAS NISN No. INDUK NAMA L/P TEMPAT Tgl LAHIR USIA AGAMA NAMA ORANG TUA ALAMAT No.TELEPON
Total
1 KELAS XII ( Dua belas ) - B 0010108791 7842329 RIZKIE JOKO LEGOWO L Jakarta 13/01/2001 Islam SUTRISNO/SRI REJEKI Komp. Selapa POLRI No. 124 Tlp. 7512223
2 BUDI HARDININGSIH, S.Pd 9993326612 7842330 ANANDA UTAMI Lv P Jakarta 30/08/1999 Islam ZAINUDIN/MINTARI Jl. Nangka no. 41 , Lewbak Bulus, Jak-Sel 75917229 , 081514681705
Keterangan : Laki-laki :9
Perempuan :8
Islam : 15 Jakarta,
Kristen :2 Kepala SLB - A Pembina Tingkat Nasional,
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran selesai, peserta didik diharapkan mampu:
1. Menganalisis latar belakang pembentukan kerjasama ekonomi pada masyarakat ekonomi
ASEAN, AFTA, APEC, Uni Eropa menggunakan berbagai referensi
dan mampu menyajikan bagan kronologinya dengan teliti dan rasa ingin tahu\
2. Memahami Keanggotaan dan ruang lingkup kerjasama ekonomi pada masyarakat ekonomi
ASEAN, AFTA, APEC, Uni Eropa dengan menyajikan skemanya dengan teliti
3. Menganalisis manfaat kerjasama Masyarakat Ekonomi ASEAN, AFTA, APEC, Uni Eropa bagi
Indonesia dan mengomunikasikannya dengan percaya diri
C. Materi Pembelajaran
1. Latar belakang pembentukan kerjasama ekonomi pada masyarakat Ekonomi
ASEAN, AFTA, APEC, Uni Eropa.
1. Latar belakang pembentukan ASEAN, AFTA, APEC, Uni Eropa
2. Tujuan pembentukan ASEAN, AFTA, APEC, Uni Eropa
2. Keanggotaan dan ruang lingkup kerjasama ekonomi pada masyarakat Ekonomi
ASEAN, AFTA, APEC, Uni Eropa
a. Keanggotaan ASEAN, AFTA, APEC, Uni Eropa
b. Ruang lingkup ASEAN, AFTA, APEC, Uni Eropa
3. Manfaat kerjasama Masyarakat Ekonomi ASEAN, AFTA, APEC, Uni Eropa bagi Indonesia
a. Lingkup kerja sama ASEAN, AFTA, APEC, Uni Eropa b. Manfaat
kerjasama ASEAN, AFTA, APEC, Uni Eropa
D. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran :ceramah, diskusi, jigsaw dan presentasi
Pendekatan/model :inquiry dan problem based learning
E. Media Pembelajaran
2. Media Pembelajaran
Menggunakan LCD dari PC atau laptop untuk menampilkan :
Peta Konsep
Gambar
Video Pembelajaran
Slide Presentation
3. Alat/Bahan
Modul
Lembar kerja
Spidol papan dan penghapus papan
F. Sumber Belajar
1. Buku teks pelajaran, ensiklopedia, dan peta
2. Media cetak/massa, internet
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Pendahuluan
1) Guru mengecek kesiapan peserta didik dengan meminta peserta didik untuk menata kondisi kelas
seperti meja, bangku, dan membersihkan papan tulis, kerapian diri, absensi, dan mempersiapkan alat
dan bahan pembelajaran
2) Peserta didik (ketua kelas) memimpin doa sebelum pelajaran dimulai.
3) Guru menyampaikan tujuan dan materi pembelajaran kepada peserta didik.
4) Guru menyampaikan rencana kegiatan pembelajaran.
5) Guru memberi motivasi untuk membangkitkan minat belajar IPS.
6) Guru memberikan tebak kata berupa pertanyaan-pertanyaan pembuka seputar materi
pembelajaran
Kegiatan Inti
1) Guru meminta peserta didik untuk mengamati video pembelajaran yang ditayangkan mengenai
perdagangan pasar bebas, baik masyarakat maritim dan agraris pada tingkat
regional/internasional melalui LCD.
2) Peserta didik diarahkan untuk mengajukan pertanyaan tentang ragam potensi, komoditi, dan
kegiatan ekonomi di daerah setempat dalam menghadapi pasar bebas dan tentang proses
produksi dan pemasaran sehingga dapat laku di pasaran internasional.
3) Guru membentuk kelompok (jumlahnya disesuaikan dengan jumlah topik ASEAN, AFTA, APEC,
Uni Eropa). Jumlah kelompok maupun anggotanya disesuaikan. Masing-masing kelompok itu
disebut kelompok asal. Pada kelompok asal ada yang mempelajari latar belakang, keanggotaan,
tujuan, dan manfaat ASEAN, AFTA, APEC, Uni Eropa).
4) Masing-masing anggota kelompok disebar membentuk menjadi kelompok baru dengan 1 anggota
berasal dari kelompok asal. Kelompok baru ini diberi nama kelompok ahli. Kelompok ahli dibagi
empat yaitu ahli kerjasama ASEAN, AFTA, APEC, Uni Eropa.
5) Peserta didik melakukan diskusi dalam waktu yang ditentukan dalam kelompok ahli. Setelah
memahami tugas atau materi, Peserta didik kembali pada kelompok asal dan mereka
berdiskusi dengan saling menyampaikan apa yang diperoleh dari kelompok ahli sebelumnya.
Dengan demikian, setiap peserta didik dalam kelompok tersebut mempelajari 4 topik yang
berbeda-beda.
6) Setelah selesai diskusi, guru memberikan tugas kelompok untuk menyusun bagan kronologi
latar belakang pembentukan kerjasama ekonomi, skema hasil analisis keanggotaan dan ruang
lingkup kerjasama, manfaat kerjasama bagi Indonesia pada masyarakat ekonomi ASEAN, AFTA,
APEC, Uni Eropa. Terutama manfaat dari kegiatan perniagaan pada masyarakat maritim dan
agraris di Indonesia.
7) Ketua kelompok mengomunikasikan hasil pekerjaan kelompoknya. Setiap peserta didik dapat
mengajukan pertanyaan kepada kelompok yang tampil di depan kelas.
8) Guru sesekali memberikan informasi tambahan, motivasi atau inspirasi.
9) Guru memberikan penguatan tentang materi yang kurang atau belum dikuasai peserta didik.
Kegiatan Penutup
1) Peserta didik dibantu oleh guru membuat kesimpulan.
2) Guru memberikan evaluasi di akhir pertemuan.
3) Guru memberikan tugas untuk pertemuan berikutnya.
4) Guru dan peserta didik mengakhiri pembelajaran dengan membaca doa.
Teknik Waktu
No Aspek yang dinilai
Penilaian Penilaian
1. Pengetahuan Pilihan ganda Akhir
a. Latar belakang pembentukan dan uraian pembelajaran
kerjasama ekonomi pada masyarakat
Ekonomi ASEAN, AFTA, APEC,
Uni Eropa.
Latar belakang pembentukan
ASEAN, AFTA, APEC, Uni
Eropa
Tujuan pembentukan ASEAN,
AFTA, APEC, Uni Eropa
b.Keanggotaan dan ruang lingkup
kerjasama ekonomi pada masyarakat
Ekonomi ASEAN, AFTA, APEC,
Uni Eropa
Keanggotaan ASEAN, AFTA,
APEC, Uni Eropa
Ruang lingkup ASEAN,
AFTA, APEC, Uni Eropa
3. Manfaat kerjasama Masyarakat
Ekonomi ASEAN, AFTA,
APEC, Uni Eropa bagi Indonesia
Lingkup kerja sama ASEAN,
AFTA, APEC, Uni Eropa
Manfaat kerjasama ASEAN,
AFTA, APEC, Uni Eropa
2 Keterampilan Observasi dan Proses pengerjaan
1. Menyajikan bagan kronologi latar penugasan tugas
belakang pembentukan kerjasama
ekonomi.
2. Menyajikan skema hasil analisis
Keanggotaan dan ruang lingkup
kerjasama ekonomi.
3. Mengomunikasikan manfaat
kerjasama pada masyarakat
Ekonomi bagi Indonesia.
Scanned by CamScanner
BIODATA PENULIS
Penulis juga pernah mengajar di PAUD Yasmi Jakarta selama 6 bulan pada
tahun 2014. Sekarang penulis tercatat aktif sebagai Tutor Bimbel di salah satu
Selain itu penulis juga aktif menjadi Tutor Pusat Kegiatan Belajar
belajar tetapi dengan kondisi keadaan ekonomi yang terbatas dan kurang
mampu. Mengisi waktu senggang dengan menulis, jika ada yang ingin