Hipertrofi (dari bahasa Yunani ὑπέρ "berlebihan" + τροφή "pengayaan gizi") adalah peningkatan
volume organ atau jaringan akibat pembesaran komponen sel. Ia harus dibedakan
dengan hiperplasia, yang dalam kondisi ini ukuran sel tetap akan tetapi jumlah sel yang bertambah.
Meskipun hipertropi dan hiperplasia adalah dua proses yang berbeda, seringkali muncul bersamaan,
seperti dalam kasus proliferasi yang dirangsang hormon serta perbesaran sel
pada rahim saat kehamilan.
University of California Muscle Physiology Home Page: Hypertrophy
Hiperplasi adalah peristiwa meningkatnya jumlah sel yang terjadi pada organ tertentu akibat
peningkatan proses mitosis.
Metaplasia adalah perubahan satu jenis sel normal menjadi jenis sel normal lainnya. Metaplasia
sering terjadi sebagai suatu proses maturasi sel atau sebagai mekanisme adaptasi terhadap
stimulus dari luar tubuh. Contoh metaplasia pada epitel bronkus terjadi akibat paparan terhadap
asap rokok menyebabkan metaplasia skuamosa pada epitelium bronkial. Proses ini dapat berbalik
sepenuhnya bila rangsangan seperti aktivitas merokok dihentikan.[1] Pada wanita metaplasia juga
terjadi pada sel epitel mulut rahim (serviks) akibat perubahan pH vagina yang semakin asam.
Metaplasia skuamosa yang terjadi berguna untuk mempertahankan sel sel serviks dari bahaya
infeksi.
Metaplasia perlu dibedakan dari Displasia, di mana sel normal berubah menjadi sel tidak normal,
yang menjadi awal terjadinya perubahan sel menjadi kanker.
Displasia adalah merujuk kepada pembentukan dan perkembangan sel secara tidak beraturan.
fenomena ini mungkin diiringi dengan metaplasia skuama seperti
dalam bronkus atau serviks dan hiperplasia epitelium skuama hasil dari pengasalan kepada cahaya
matahari. antara perubahan yang berlaku termasuklah peningkatan mitosis, penghasilan sel yang
tidak normal dan sel bercenderung menyimpang daripada susunan asal. pembentukan dan
bagaimana displasia terjadi masih tidak diketahui tetapi sentiasa berasosiasi dengan
bermulanya malignan dan displasia seringkali ditemui dalam epitelium serviks uterus.[1]
Diffusion adalah pergerakan netto segala sesuatu (mis., atom, ion, molekul) dari
daerah dengan konsentrasi lebih tinggi ke daerah dengan konsentrasi lebih rendah.
Difusi didorong oleh gradien dalam konsentrasi. Konsep difusi banyak digunakan di
banyak bidang, termasuk fisika (difusi partikel), kimia, biologi, sosiologi, ekonomi, dan
keuangan (difusi orang, gagasan, dan nilai harga). Akan tetapi, gagasan sentral difusi
adalah umum untuk semua ini: sebuah objek (mis. Atom, ide, dll.) Yang mengalami
difusi menyebar dari titik atau lokasi di mana terdapat konsentrasi objek yang lebih
tinggi.
Osmosis adalah perpindahan molekul pelarut (misalnya air) melalui selaput semipermiabel dari
bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat atau dari bagian yang konsentrasi pelarut
(misalnya air) tinggi ke konsentrasi pelarut (misalnya air) rendah. Membran semipermeabel harus
dapat dilewati oleh pelarut, tetapi tidak oleh zat terlarut, yang mengakibatkan gradien tekanan
sepanjang membran.
Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tetapi dapat dihambat secara buatan dengan
meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan
konsentrasi yang lebih cair. Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya
pelarut melalui membran permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih
pekat sebanding dengan tekanan turgor.
Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi
zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri.
Osmosis adalah suatu topik yang penting dalam biologi karena fenomena ini dapat menjelaskan
mengapa air dapat ditransportasikan ke dalam dan ke luar sel.
Transpor aktif adalah pergerakan atau pemindahan yang menggunakan energi untuk
mengeluarkan dan memasukkan ion –ion dan molekul melalui membran sel yang
bersifat permeabel dengan tujuan memelihara keseimbangan molekul kecil di
dalam sel. [1] [2] Transpor aktif dipengaruhi oleh muatan listrik di dalam dan di luar sel, di mana
muatan listrik ini ditentukan oleh ion natrium (Na+), ion kalium (K+), dan ion klorin (Cl-).[1] Keluar
masuknya ion Na+ dan K+ diatur oleh pompa natrium-kalium.[1] Transpor aktif dapat berhenti jika sel
didinginkan, mengalami keracunan, atau kehabisan energi.[2]
Transpor aktif memerlukan molekul pengangkut berupa protein integral pada membran, di mana di
dalam molekul ini, terdapat situs pengikatan.[1] Proses transport aktif dimulai dengan pengambilan
tiga ion Na+ dari dalam sel dan menempati situs pengikatan pada protein integral.[1] Energi
diperlukan untuk mengubah bentuk protein integral pada membran yang sebelumnya membuka ke
arah dalam sel menjadi membuka ke bagian luar sel.[1] Selanjutnya, ion Na+ terlepas dari situs
pengikatan dan keluar dari protein integral menuju ke luar sel.[1] Kemudian dari luar sel, dua ion K+
menempati situs pengikatan di protein integral.[1] Bentuk protein integral berubah, dari sebelumnya
membuka ke arah luar menjadi membuka ke arah dalam sel dan ion kalium dilepaskan ke dalam
sel.[1]
1. ^ a b c d e f g h i Karmana O. 2008. Biologi. Indonesia: Grafindo Media Pratama. Hal 22. ISBN 978-979-
758-583-9.
2. ^ a b Setiowati T, Furqonita D. 2007. Biologi Interaktif. Jakarta: Azka Press. Hal 20. ISBN 979-1211-25-
6.
Kemotaksis (bahasa Inggris: chemotaxis) adalah gerakan
dari sel tubuh, bakteri atau organisme sebagai respon akibat terpapar zat kimiawi tertentu dalam
lingkungannya. Kemotaksis merupakan hal yang sangat penting bagi mikroorganisme untuk
menemukan makanannya, seperti glukosa dengan bergerak menuju konsentrasi tertinggi molekul
makanan, atau bergerak menjauhi zat toksik, seperti fenol. Pada organisme multiselular, kemotaksis
merupakan proses awal yang sangat penting pada fertilisasi dan fase perkembangan, seperti
migrasi neuron dan limfosit.
Kemampuan sel untuk melakukan kemotaksis akan menurun jauh pada saat terjadi
proses metastasis, seperti yang terjadi pada kanker.
respon sel tergantung dari tipe cidera ,konsekuensi cidera sel tergantung tipe adaptasi dari sel
yg cedera .
beberapa sel lebih rapuh dari sel lain
penting dalam merespon cidera sel otak, dan sel ginjal sangat berbeda,’kebutuhan metabolis
dan respon untuk cidera,
bila saat sel atau jaringan tubuh mengalami cidera atau mati, Tetap ada respon yang menyolok
pada jaringan disekitarnya respon cidera ini dinamakan peradangan yg lebih khusus peradangan
adalah reaksi faskuler yg hasilnya merupakan pengirim cairan, zat2 yg larut dalam sel sel dalam
sirkulasi darah kejaringan. Jaringan interstisial pada daerah cidera atau nekrosis reaksi dari
peradangan itu seharusnya adalah peristiwa yg dikordinasikan dengan baik. Dan untuk
menimbulkan reaski peradangan maka jaringan harus memiliki mikro sirkulasi fungsional jika.
Jaringan nekrosis luas maka raksi peradangan tidak ditemukan ditengah jaringan tetapi pada
tapi nya yaitu antara jaringan mati dan jaringan hidup dengan sirkulasi yg utuh