Anda di halaman 1dari 4

Nama : Filman Purwadinata

NIM : Ace 116 079

1. Menurut saya, permasalahan dalam pembelajaran yang umum terjadi di lingkup


prodi pendidikan teknik mesin, UPR adalah micro teaching (proses pembelajaran
terkadang Cuma berjalan searah, sebagian mahasiswa malu untuk bertanya
meskipun tidak mengerti tentang materi yang diajakan dosen) dan E-learning
(Minimnya jaringan internet)

2. Solusinya adalah perlu adanya strategi khusus untuk menumbuhkan minat serta
motivasi mahasiswa agar tidak malu mengemukakan pendapat atau bertanya.
Sedngkan untuk E-learning perlu adanya pengarahan (bimbingan) cara
pemamfaattan mediasosial sebagai pembelajaran serta penyediaan koneksi internet
dari instansi terkait untuk memudahkan proses pembelajaran.

3. Menurut saya, penilaiyan yg baik adalah penilaiyan yang meliputi penilaian


Kokgnitif, Afektif, dan Pisikomotorik
a. Koknitif (pengetahuan)
b. Afektif (sikap)
c. Pisikomotorik (keterampilan)
4. Permasalahan dalam profesi guru yang terjadi di indonesia
Kualifikasi Guru
Kurangnya kemauan guru untuk mengubah perilaku mengajarnya yang
dipengaruhi keterbatasan sarana prasarana dan rendahnya tingkat kesejahteraan,
rasanya menjadi masalah utama. Di luar masalah itu, banyak guru yang masih senang
bertugas di kota dan sulit mencari guru yang mau mengajar di daerah adalah faktor
yang membuat tidak meratanya kualitas guru.
Padahal harus diakui, banyak guru-guru berprestasi dan sudah menjadi mentor
nasional, masalahnya adalah pada sebaran. Banyak sekolah di Jakarta dengan guru-
guru di atas rata-rata, kondisi berbeda ditemukan di desa-desa.
Dalam UU sisdiknas kualifikasi minimum pendidikan guru ditingkatkan. Guru
TK berkualifikasi minimal D-II, sementara SD hingga SLTA minimal berkualifikasi
S1. Kualifikasi itu menuntut guru harus menyesuaikan, dan bagi yang belum memenuhi
kualifikasi harus kembali menempuh pendidikan. Guru dituntut kembali belajar di
tengah beban tugas mengajar sehari-hari.
Khusus untuk guru SMK, UU Sisdikas menempatkan guru mata pelajaran
kejuruan untuk memiliki pegalaman industri. Hal itu untuk mengatasi masalah
minimnya pengalaman industri para guru SMK, sayang masih banyak guru yang
direkrut tanpa pegalaman industri yang cukup.

Mencari Akar Masalah


Tenaga kependidikan harusnya dihasilkan oleh lembaga pendidikan tenaga
kependidikan /keguruan (LPTK), sayang UU Sisdiknas yang dianut sekarang tidak
demikian halnya. UU sisdiknas hanya memberikan rambu bahwa guru pada jenjang
pendidikan mulai dari prasekolah, dasar hingga menengah dihasilkan dari perguruan
tinggi yang terakreditasi.
UU sisdiknas menganut “sistem terbuka” dalam rekrutmen guru, karena tidak
hanya bagi lulusan sarjana kependidikan, guru juga berasal dari sarjana non-
kependidikan, padahal guru adalah insan khusus yang menjalankan profesi mencetak
insan masa depan.
Dengan semua bisa melamar menjadi guru, kini semua orang merasa bisa jadi
guru, tanpa harus tersertifikasi atau menempuh ujian kompetensi khusus guru, mereka
merasa bisa mengajar, bahkan kini sudah banyak yang berdiri di ruang kelas mengajar
mata pelajaran yang tidak sesuai dengan latar pendidikannya.
Celakanya lagi sebagian dari mereka hanya memosisikan diri sebagai pegawai
(bermental pekerja), bukan guru yang memberikan teladan, menginspirasi dan
menggerakan siswa untuk maju.
Tingginya kebutuhan nasional akan guru juga masalah. Di kota-kota banyak lahir
sekolah baru yang butuh guru yang cukup, akhirnya kota menjadi pusat guru-guru,
sementara kondisi berbeda terjadi di daerah, luasnya wilayah Indonesia membuat
masih banyak daerah dengan sekolah tanpa guru yang memadai.
Soal kesenjangan yang masih terjadi, seperti fasilitas, ketidakteraturan
penempatan guru, kualifikasi dan pembinaannya adalah faktor utama dari tentangan
sistem pendidikan yang menjadi penyebab belum berhasilnya pendidikan.
Underinvestment dalam pendidikan termasuk soal mutu guru merupakan refleksi dari
ketidakpahaman para pengambil keputusan dalam supra-sistem pemerintahan.

Audit Guru
Pemerintah harus berani melakukan langkah besar, yakni melakukan “audit”
guru. Bukan hanya soal pendataan kuantitatif tapi lebih jauh ke personal secara
kualitatif. Konsekuensinya, saat banyak guru tidak layak ditemukan, mereka harus
segera dirumahkan, tapi mampukah pemerintah menyiapkan tenaga pendidik baru yang
benar-benar kompeten?, termasuk memenuhi angka ideal rasio guru dan murid.
Sementara bagi guru yang masih bertahan, kebijakan pembinaan harus mengarah pada
meningkatkan mutu dan profesionalisme.
Meningkatkan Kompetensi GuruMenjadi seorang guru memang berat, tidak
hanya soal keikhlasan mengajar, profesi ini harus menjadi tugas mulia yang paling
membanggakan. Untuk itu, dibutuhkan usaha nyata melakukan pembangunan guru
demi pembangunan pendidikan.
Perangkat kompetensi guru itu meliputi, kebijakan penyelengaraan pendidikan,
kepribadian dan keterampilan sosial, pemahaman tentang wawasan pendidikan,
manajemen pembelajaran, manajemen bimbingan dan konseling, manajemen
admistrasi sekolah, pengembangan diri, manajemen kegiatan ekstra-kulikuler, hakikat
struktur keilmun yang diajarkan, penguasaan materi keilmuan mata pelajaran yang
diajarkan, pemahaman karakter atau gaya belajar siswa dan prinsip pembelajaran,
keterampilan dalam mengevaluasi hasil serta menyusun laporan dan mengembangkan
sumber belajar.
Pemerintah juga perlu melakukan penguatan lembaga pendidikan guru, yang
dapat menyelenggarakan pendidikan pre-service (pendidikan pra jabatan) dan in-
service (pendidikan dalam jabatan). Agar tidak terjadi kerancuan antara guru yang
sudah berpengalaman dengan yang baru lulus. Berikan perhatian serius kepada
lembaga pendidikan pencetak guru, menjadikannya sebagai kampus bergengsi, yang
melahirkan pendidik unggul, yang bisa menjawab jaman, meramalkan jaman dan
mempersiapkan masa depan.
Jika hari ini, soal wacana ganti kurikulum masih membuat resah, atau lebih jauh
lagi soal tantangan pendidikan di era disrupsi saat ini, namun ditangan guru-guru
handal, tidak ada satu hal yang mengkahwatirkan. Pendidkan sebagai salah satu faktor
sosial terpenting harus tercermin dari kebijakan yang diambil Pemerintah Pusat, juga
Pemerintah Daerah. Kebijakan yang muliakan guru untuk Indonesia Maju.

Sumber: iNews, 25 November 2019 “Membangun Guru, Membangun Pendidikan”.

Anda mungkin juga menyukai