Adhd
Adhd
PENDAHULUAN
1
jangka panjang dan berulang untuk dapat menilai keberhasilan terapi. Penanganan
ADHD biasanya berupa terapi obat, terapi perilaku, dan perbaikan lingkungan.1,2
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
Istilah Attention Deficit Disorder (ADD) pertama sekali diperkenalkan pada
tahun 1980an dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
(DSM) III edisi ketiga yang menjadi panduan psikiatris. Pada tahun 1994 istilah
tersebut diganti Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan
gangguan perilaku yang paling banyak didiagnosis pada anak-anak dan remaja.2,3
Prevalensi ADHD pada anak usia sekolah adalah 8-10%, hal tersebut
menjadikan ADHD sebagai salah satu gangguan yang paling umum pada masa
kanak-kanak. Bradley dan Golden pada tahun 2005 mengatakan hal yang sama,
yaitu ADHD merupakan masalah psikologis yang paling banyak terjadi akhir-
akhir ini, sekitar 3-10% terjadi di Amerika Serikat, 3-7% di Jerman, 5-10% di
Kanada dan Selandia Baru. Di Indonesia angka kejadiannya masih belum
ditemukan angka yang pasti, meskipun kelainan ini tampak cukup banyak terjadi
dan sering dijumpai pada anak usia pra sekolah dan usia sekolah. Saputro 2005 di
Indonesia, populasi anak Sekolah Dasar adalah 16,3% dari total populasi yaitu
25,85 juta anak mengalami ADHD. Berdasarkan data tersebut diperkirakan
3
tambahan kasus baru ADHD sebanyak 9000 kasus. Terdapat kecenderungan lebih
sering pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Secara epidemiologis
rasion kejadian dengan perbandingan 4 : 1.2,5
4
Gambar 2.1 Dopamin di otak
5
penderita ADHD terdapat kelemahan aktifitas otak bagian korteks prefrontal
kanan bawah dan kaudatus kiri yang berkaitan dengan pengaruh proses editing
prilaku, menurunnya kesadaran diri, dan dalam penghambatan respon otomatis
terhadap rangsangan pada otak.2,5
Perilaku ADHD adalah efek dari kecemasan yang tinggi yang dialami oleh
anak sewaktu kecil, karena anak cemas maka pikirannya bekerja sangat aktif,
memunculkan berbagai mental atau buah pikir, dengan tujuan agar anak bisa
sibuk memikirkan gambar mental atau buah pikir itu sehingga dengan sendirinya
kecemasan mereka akan berkurang. Berdasarkan gambaran diatas, maka nampak
bahwa penyebab ADHD cukup kompleks, antara lain neurologis, herediter dan
lingkungan.2,5
2.4 Diagnosis
Gejala ADHD lebih jelas terlihat pada aktivitas-aktivitas yang
membutuhkan usaha mental yang terfokus.Agar dapat didiagnosa dengan ADHD,
tanda dan gejalanya harus muncul sebelum usia 7 tahun dan kadang sampai usia 2
-3 tahun. Gejala ADHD terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu kurang perhatian,
hiperaktivitas dan perilaku impulsif. Gejala akan meringan seiiring pertumbuhan
anak, tetapi tidak akan menghilang semuanya.2
Adapun tandadan gejala inatensi, yaitu :
1) Seringkala gagal memperhatikan perincian atau membuat kecerobohan
dalam mengerjakan tugas dari sekolah ataupun aktivitas lainnya, serta
berganti-ganti kegiatan dengan cepat.
2) Sering mengalami kesulitan untuk menjaga tingkat atensi yang sama selama
mengerjakan tugas atau bermain atau kesulitan berkonsentrasi pada satu
kegiatan saya.
3) Terlihat seperti tidak mendengar walaupun diajak berbicara langsung
4) Mengalami kesulitan untuk mengikuti perintah dan sering gagal
menyelesaikan tugas dari sekolah, pekerjaan rumah ataupun tugas-tugas
lainnya
6
5) Menghindari atau tidak menyukai atau mengalami kesulitan tugas-tugas
yang membutuhkan usaha mental yang lama, seperti tugas dari sekolah atau
pekerjaan rumah
6) Seringkali kehilangan barang yang diperlukan seperti buku, pensil, mainan
atau peralatan
7) Mudah bosan pada suatu tugas atau kegiatan kecuali melakukan sesuatu
yang disukai
8) Kesulitan untuk mengikuti instruksi
9) Seperti tidak mendengar ketika diajak berbicara
10) Pelupa
7
5) Menyebabkan masalah dalam hubungannya dengan orang dewasa dan anak-
anak lainnya
6) Pada bayi, adapun perilaku yang dapat digolongkan dengan ADHD, yaitu:
7) Sensitif terhadap bunyi, cahaya, suhu dan perubahan lingkungan
8) Aktif biasanya saat di buaian dan tidur sangat sedikit
9) Sering menangis
10) Bahkan perilaku bias sebaliknya, tenang dan lemas, tidur berlebihan dan
berkembangannya sangat lambat pada bulan pertama.
8
tingkat yang maladaptive dan tidak konsisten dengan tingkat perkembangan
Hiperaktivitas
a. Sering gelisah dengan tangan dan kaki atau sering mengeliat-ngeliatkan tubuh di
tempat duduk
b. Sering meninggalkan tempat duduk dikelas atau didalam situasi yang
diharapkan anak untuk tetap tenang
c. Sering berlari –lariatau memanjat secara berlebihandalam situasi yang tidak tepat
d. Sering mengalami kesulitan bermain dan terlibat dalam aktivitas waktu luang
secara tenang
e. Sering “siap-siap pergi” atau seakan –akan “didorong oleh sebuah gerakan”
f. Sering berbicara berlebihan impulsivitas
g. Sering menjawab pertanyaan tanpa berfikir lebih dahulu sebelum pertanyaan
selesai
h. Sering sulit menunggu gilirannya
i. Sering menyela atau menggangu orang lain
B. Beberapa gejala hiperaktivitas-impusif yang menyebabkan gangguan telah ada
sebelum usia 7 tahun
C. Beberapa gangguan akibat gejala terdapat dalam dua atau lebih situasi
D. Harus terdapat bukti yang jelas adanya gangguan yang bermakna secara klinis
dalam fungsi sosial, akademik dan fungsi pekerjaan
2.5 Penatalaksanaan
Terapi standar anak dengan ADHD terdiri dari medikasi (farmakologi) dan
konseling (non farmakologi). Terapi lainnya adalah untuk meringankan efeksi
gejala ADHD. Mengobati ADHD merupakan gabungan dari kerjasama antara
pemberi pelayanan kesahatan, orang tua atau pengasuh dengan anak itu sendiri.2
1) Terapi farmakologis
9
Terdapat tiga obat untuk terapi ADHD yang biasa digunakan di Amerika
Serikat yaitu methylphenidate hydrochloride, dexamphetamine sulfat dan
atomoxetine. Obat – obatan di gunakan biasanya untuk anak usia 6 tahun atau
lebih sedangkan utuk dexamphetamine untuk usia 3 tahun atau lebih. Medikasi
tidak direkomendasikan pada anak untuk usia pre sekolah. Terapi farmakologis
untuk ADHD dibagi dua obat pskiostimulan dan non psikostimulan.
a) Obat Psikostimulan
Obat psikostimulan merupakan obat yang sering digunakan untuk
mengobati ADHD. Obat ini bekerja dengan meningkatkan dan menyeimbangkan
keadaan neurotransmitter otak, sehingga dapat memperbaiki gejala-gejala inti.
Obat ini hanya bekerja dengan waktu terbatas, dapat bekerja dalam jangka waktu
panjang dan waktu pendek. Penggunaan obat psikostimulan jangka panjang dapat
berfungsi 6-12 jam sedangkan jangka pendek kurang lebih 4 jam. Selain itu untuk
dosis sangat diberikan berbeda pada tiap anak, sehingga membutuhkan waktu
yang lama untuk mendapatkan dosis yang optimal.Adapun contoh obat
psikostimulan ini adalah Amfetamin-dekstroamfetamin, Deksmetilfenidat,
Dekstroamfetamin, Lisdeksamfetamin dan Metilfenidat. Obat – obatan yang
terdapat di Indonesia adalah Metilfenidat dan Dekstroamfetamin.
b) Obat Non Psikostimulan
Obat ini diberikan pada anak- anak yang tidak memiliki respon pada obat
psikostimulan atau memiliki efek samping pada penggunaan obat psikostimulan.
Salah satu contoh golongan obat non psikostimulan ada Atomoksetine dengan
cara kerja sebagai stimulant tetapi kemungkinan penyalahgunaannya rendah,
sayangnya obat ini tidak terdapat di Indonesia.
c) Antidepressan trisiklik
Penggunaan obat ini diberikan pada gejala behavioral ADHD dan gangguan
hiperkinetik, Pada penggunaan terapi ini tidak boleh diberikan sebagai obat rutin
untuk terapi ADHD karena obat ini memiliki efek samping seperti anoreksia,
letargi, insomnia. Adapun obat – obat yang termasuk golongan ini yaitu
imipramine, desipramine, amitriptiline, noretriptiline dan clomipramine.
10
Untuk menemukan kriteria diagnosisnya, penting untuk mengetahui gejala
dibwah ini :
1. Onsetnya sebelum usia 7 tahun (ADHD) atau 6 tahun (HKD)
2. Sudah jelas nampak minimal selama 6 bulan
3. Harus pervasif (ada pada lebih dari 1 setting, missal : rumah, sekolah,
lingkungan sosial)
4. Menyebabkan gangguan fungsional yang signifikan
5. Tidak ada penyebab gangguan mental lainnya
6. Morbiditas penyerta meliputi kegagalan akademis, perilaku antisosial dan
peningkatan resiko kecelakaan lalu lintas pada remaja.Sebagai tambahan,
dapat pula timbul pengaruh yang dramatis di kehidupan keluarga.
2) Terapi non farmakologis
a) Intervensi Psikososial
Intervensi psikososial berdasarkan klinis
b) Intervensi psikososial keluarga
Salah satu cara dengan menggunakan terapi keluarga yang dapat membantu
orang tua agar dapat mengembangkan cara untuk mengarahkan dan
memahani perilaku anaknya
c) Intervensi individual
- Intervensi psikososial berdasarkan sekolah
- Intervensi Diet
- Intervensi Komplementer dan Alternatif
- Intervensi Sosial dan Komunitas
- Intervensi Multimodal
2.6 Prognosis
Perjalanan ADHD itu bervariasi, ada yang mengalami remisi dan menetap.
1) Persisten atau menetap. Pada 40-50% kasus, gejala akan persisten hingga
masa remaja atau dewasa.Gejala akan lebih cenderung menetap jika terdapat
riwayat keluarga, peristiwa negatif dalam hidupnya, komobiditas dengan
gejala-gejala perilaku, depresi dan gangguan cemas. Dalam beberapa kasus,
hiperaktivitasnya akan menghilang, tetapi tetap mengalami inatensi dan
11
kesulitan mengontrol impuls (tidak hiperaktif, tetapi impulsif dan ceroboh).
Anak ini rentan dengan penyalahgunaan alkohol dan narkoba, kegagalan
disekolah, sulit mempertahankan pekerjaan, serta pelanggaran hukum.
2) Remisi. Pada 50% kasus, gejalanya akan meringan atau menghilang pada
masa remaja atau dewasa muda. Biasanya remisi terjadi antara usia 12
hingga 20 tahun. Gejala yang pertama kali memudar adalah hiperaktivitas
dan yang paling terakhir adalah distractibility.
a. Remisi total. Anak yang mengalami remisi total akan memiliki masa remaja
dan dewasa yang produktif, hubungan interpersonal yang memuaskan, dan
memiliki gejala sisa yang sedikit.
b. Remisi parsial. Pada masa dewasanya, anak dengan remisi parsial mudah
menjadi antisosial, mengalami gangguan mood, sulit mempertahankan
pekerjaan, mengalami kegagalan disekolah, melanggar hukum, dan
menyalahgunakan alkohol dan narkoba.
Prognosa anak dengan ADHD tergantung dari derajat persistensi
psikopatologi komorbidnya, terutama gangguan perilaku, disabilitas sosial, serta
faktor-faktor keluarga. Prognosa yang optimal dapat didukung dengan cara
memperbaiki fungsi sosial anak, mengurangi agresivitas anak, dan memperbaiki
keadaan keluarganya secepat mungkin
12
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan referat ini adalah
1) Gejala inti Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) meliputi
tingkat aktivitas dan impulsivitas yang tidak sesuai perkembangan serta
kemampuan mengumpulkan perhatian yang terganggu.
2) Penyebab ADHD dipahami sebagai disregulasi neurotransmiter tertentu
didalam otak yang membuat seseorang lebih sulit untuk memiliki atau
mengatur stimulus-stimulus internal dan eksternal. Beberapa
neuorotransmiter, termasuk dopamine dan norepinephrine, mempengaruhi
produksi, pemakaian, pengaturan neurotransmiter lain juga beberapa
struktur otak.
3) Gejala ADHD terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu kurang perhatian,
hiperaktivitas dan perilaku impulsif.
4) Terapi standar anak dengan ADHD terdiri dari medikasi (farmakologi) dan
konseling (non farmakologi).
1.2 Saran
1) Perlunya pemahaman orang tua dan guru terhadap anak dengan Attention
Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
2) Pada petuga medis diharapakan memberikan terapi yang bersifat holistic
dan menyeluruh. Modifikasi perilaku merupakan pola penanganan yang
paling efektif dengan pendekatan positif dan dapat menghindarkan anak dari
perasaan frustasi, marah, dan berkecil hati menjadi suatu perasaan yang
penuh percaya diri.
13
DAFTAR PUSTAKA
14