Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN WAHAM

DAN HALUSINASI

Disusun Oleh :
1. Dwi Utami
2. Erna Khuswatun.F
3. Nur Anisa
4. Intan Henidar.P

STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP

TAHUN AJARAN 2019


LAPORAN PENDAHULUAN
WAHAM

A. Pengertian
Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien yang
tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah
secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang
sudah kehilangan kontrol (Direja, 2011).
Waham curiga adalah keyakinan seseorang atau sekelompok orang
berusaha merugikan atau mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan (Kelliat, 2009).
Gangguan isi pikir adalah ketidakmampuan individu memproses stimulus
internal dan eksternal secara akurat. Gangguannya adalah berupa waham
yaitu keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau dibuktikan dengan
realitas. Keyakinan individu tersebut tidak sesuai dengan tingkat intelektual
dan latar belakang budayanya, serta tidak dapat diubah dengan alasan yang
logis. Selain itu keyakinan tersebut diucapkan berulang kali (Kusumawati,
2010).
Gangguan orientasi realitas adalah ketidakmampuan menilai dan
berespons pada realitas. Klien tidak dapat membedakan lamunan dan
kenyataan sehingga muncul perilaku yang sukar untuk dimengerti dan
menakutkan. Gangguan ini biasanya ditemukan pada pasien skizofrenia dan
psikotik lain. Waham merupakan bagian dari gangguan orientasi realita pada
10 isi pikir dan pasien skizofrenia menggunakan waham untuk memenuhi
kebutuhan psikologisnya yang tidak terpenuhi oleh kenyataan dalam
hidupnya. Misalnya : harga diri, rasa aman, hukuman yang terkait dengan
perasaan bersalah atau perasaan takut mereka tidak dapat mengoreksi dengan
alasan atau logika (Kusumawati, 2010).

B. Klasifikasi Waham
Waham dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, menurut
Direja (2011) yaitu :
Jenis Waham Pengertian Perilaku klien
Waham kebesaran Keyakinan secara “Saya ini pejabat di
berlebihan bahawa kementrian semarang!”
dirinya memiliki “Saya punya perusahaan
kekuatan khusus atau paling besar lho “.
kelebihan yang berbeda
dengan orang lain,
diucapkan berulang-
ulang tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan
Waham agama Keyakinan terhadap “ Saya adalah tuhan yang
suatu agama secara bisa menguasai dan
berlebihan, diucapkan mengendalikan semua
berulang-ulang tetapi makhluk”.
tidak sesuai dengan
kenyataan.
Waham curiga Keyakinan seseorang “ Saya tahu mereka mau
atau sekelompok orang menghancurkan saya,
yang mau merugikan karena iri dengan
atau mencederai kesuksesan saya”.
dirinya, diucapkan
berulang-ulang tetapai
tidak sesuai dengan
kenyataan
Waham somatik Keyakinan seseorang “ Saya menderita kanker”.
bahwa tubuh atau Padahal hasil pemeriksaan
sebagian tubuhnya lab tidak ada sel kanker
terserang penyakit, pada tubuhnya.
diucapkan berulang-
ulang tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan
Waham nihlistik Keyakinan seseorang “ ini saya berada di alam
bahwa dirinya sudah kubur ya, semua yang ada
meninggal dunia, disini adalah roh-roh nya
diucapkan
berulangulang tetapi
tidak sesuai dengan
kenyataan

C. Etiologi
Gangguan orientasi realitas menyebar dalam lima kategori utama fungsi otak
Menurut Kusumawati, (2010) yaitu :
1. Gangguan fungsi kognitif dan persepsi menyebabkan kemampuan
menilai
2. dan menilik terganggu.
3. Gangguan fungsi emosi, motorik, dan sosial mengakibatkan
kemampuan
4. berespons terganggu, tampak dari perilaku nonverbal (ekspresi dan
5. gerakan tubuh) dan perilaku verbal (penampilan hubungan sosial).
6. Gangguan realitas umumnya ditemukan pada skizofrenia.
7. Gejala primer skizofrenia (bluer) : 4a + 2a yaitu gangguan asosiasi,
efek,
8. ambivalen, autistik, serta gangguan atensi dan aktivitas.
9. Gejala sekunder: halusinasi, waham, dan gangguan daya ingat.

D. Rentang Respon Neurobiologi

Adaptif Maladaptif
 Pikiran logis  Pikiran kadang  Gangguan
 Persepsi akurat menyimpang proses pikir:
 Emosi konsisten illusi Waham
dengan  Reaksi  Halusinasi
pengalaman emosional  Kerusakan
 Perilaku sosial berlebihan dan emosi

kurang Perilaku tidak

Perilaku tidak

sesuai
 Hubungan kurang  Perilaku tidak
sosial  Perilaku tidak sesuai
sesuai
 Ketidakteratur
 Menarik diri
an isolasi
sosial

E. Tanda dan Gejala


Menurut Kusumawati, (2010) yaitu :
1. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat)
Cara berfikir magis dan primitif, perhatian, isi pikir, bentuk, dan
pengorganisasian bicara (tangensial, neologisme, sirkumtansial).
2. Fungsi persepsi
Depersonalisasi dan halusinasi.
3. Fungsi emosi
Afek tumpul kurang respons emosional, afek datar, afek tidak sesuai,
reaksi berlebihan, ambivalen.
4. Fungsi motorik.
Imfulsif gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme, stereotipik gerakan
yang diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi stimulus yang
jelas, katatonia.
5. Fungsi sosial kesepian.
Isolasi sosial, menarik diri, dan harga diri rendah.
6. Dalam tatanan keperawatan jiwa respons neurobiologis yang sering
muncul adalah gangguan isi pikir: waham dan PSP: halusinasi.
Tanda dan Gejala Menurut Direja, (2011) yaitu :
Tanda dan gejala pada klien dengan Waham Adalah : Terbiasa menolak
makan, tidak ada perhatian pada perawatan diri, Ekspresi wajah sedih dan
ketakutan, gerakan tidak terkontrol, mudah tersinggung, isi pembicaraan tidak
sesuai dengan kenyataan dan bukan kenyataan, menghindar dari orang lain,
mendominasi pembicaraan, berbicara kasar, menjalankan kegiatan
keagamaan secara berlebihan.
F. Pathways
Gangguan emosi, Defuse persecutory (diri
psiko, faktor sosial, menyalahkan atau
kegaduhan dan faktor halusinasi
sosial yang lain

Ketidakstabilan Ketidakstabilan
harga diri : harga diri :
positif, negative,
frutuaasi fruktuasi
Cognitive biases, ToM
Impairment (
penurunan nilai
Waham
pikiran), Ascent
Behaviour
(peningkatan/penyimpa
ngan pelaku Ketidakefekti
Penyangkalan,
fan Koping melindungi diri dari
mengenal impuls yg tdk
dpt diterima didalam
Terjadinya pemikiran yg dirinya sendiri
besar-besaran
&mengesankan

Harga
Tidak percaya rendah diri
pada orang lain situasional
Risiko Risiko
ketidakberda membahayakan
yaan diri orang lain
Hambatan
interaksi sosial

G. Pengkajian
1. Faktor predisposisi
a. BiologI
Waham dari bagian dari manifestasi psikologi dimana abnormalitas
otak yang menyebabkan respon neurologis yang maladaptif yang
baru mulai dipahami, ini termasuk hal-hal berikut :
1) Penelitian pencitraan otak sudah mulai menunjukkan
keterlibatan otak yang luas dan dalam perkermbangan
skizofrenia. Lesi pada area frontal, temporal dan limbik paling
berhubungan dengan perilaku psikotik.
2) Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia. Hasil
penelitian sangat menunjukkan hal-hal berikut ini :
a) Dopamin neurotransmitter yang berlebihan
b) Ketidakseimbangan antara dopamin dan neurotransmitter
lain
c) Masalah-masalah pada sistem respon dopamin
Penelitian pada keluarga yang melibatkan anak kembar dan
anak yang diadopsi telah diupayakan untuk mengidentifikasikan
penyebab genetik pada skizofrenia.
Sudah ditemukan bahwa kembar identik yang dibesarkan
secara terpisah mempunyai angka kejadian yang tinggi pada
skizofrenia dari pada pasangan saudara kandung yang tidak identik
penelitian genetic terakhir memfokuskan pada pemotongan gen
dalam keluarga dimana terdapat angka kejadian skizofrenia yang
tinggi.
b. Psikologi
Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologik
yang maladaptif belum didukung oleh penelitian. Sayangnya teori
psikologik terdahulu menyalahkan keluarga sebagai penyebab
gangguan ini sehingga menimbulkan kurangnya rasa percaya
(keluarga terhadap tenaga kesehatan jiwa profesional).
c. Sosial budaya
Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan
skizofrenia dan gangguan psikotik tetapi tidak diyakini sebagai
penyebab utama gangguan.Seseorang yang merasa diasingkan dan
kesepian dapat menyebabkan timbulnya waham (Direja, 2011).
2. Faktor Presipitasi
a. Biologi
Stress biologi yang berhubungan dengan respon neurologik yang
maladaptif termasuk:
1) Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur
proses Informasi
2) Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi rangsangan.
b. Stres lingkungan
Stres biologi menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang
berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan
terjadinya gangguan perilaku.
c. Pemicu gejala
Pemicu merupakan prekursor dan stimulus yang yang sering
menunjukkan episode baru suatu penyakit. Pemicu yang biasa
terdapat pada respon neurobiologik yang maladaptif berhubungan
dengan kesehatan. Lingkungan, sikap dan perilaku individu (Direja,
2011).

H. Manifestasi klinik
Perilaku yang dapat ditemukan pada klien dengan Waham antara lain
melakukan percobaan bunuh diri, melakukan tindakan, agresif, destruktif,
gelisah, tidak biasa diam, tidak ada perhatian terhadap kebersihan diri, ada
gangguan eliminasi, merasa cemas, takut. Kadang-kadang panik perasaan
bahwa lingkungan sudah berubah pada klien depersonalisasi (Stuart,2007).

I. Mekanisme Koping
Menurut Direja (2011), Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri
sendiri dari pengalaman berhubungan dengan respon neurobioligi :
1. Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
menanggulangi ansietas, hanya mempunyai sedikit energi yang tertinggal
untuk aktivitas hidup sehari-hari
2. Projeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.
3. Menarik diri
J. Pohon Masalah
Perilaku kekerasan
Waham

Menarik Diri

Harga diri rendah


HALUSINASI

A. Pengertian
Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa
adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan
dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh /baik (Hawari, Dadang.
2001).
Halusinasi adalah persepsi tanpa adanya rangsangan apapun pada
panca indera seorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar /terbangun,
dasarnya fungsional psikotik maupun histerik (Maramis, 2004).
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami suatu
perubahan dalam jumlah atau pola rangsang yang mendekati (baik yang
dimulai secara eksternal maupun internal) disertai dengan respon yang
berkurang dibesar-besarkan, distorsi atau kerusakan rangsangan tertentu
(Toesend, 1998).
Halusinasi adalah persepsi yang timbul tanpa stimulus eksternal serta
tanpa melibatkan sumber dari luar meliputi semua sistem panca indera

B. Tanda dan Gejala


Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah
sebagai berikut :
1. Berbicara, senyum dan tertawa sendiri
2. Mengatakan mendengar suara, melihat, menghirup, mengecap dan
merasa sesuatu yang tidak nyata.
3. Menggerakan bibir tanpa suara
4. Pergerakan mata cepat
5. Respon vebal lambat
6. Menarik diri dari orang lain
7. Berusaaha untuk menghindari orang lain dan sulit berhubungan dengan
orang lain
8. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan
9. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan hal yang tidak nyata
10. Tidak mampu melakukan perawatan diri secara mandiri seperti mandi,
sikat gigi, memakai pakaian dan berias dengan rapi
11. Sikap curiga, bermusuhan, menarik diri sulit membuat keputusan
ketakutan, mudah tersinggung, jengkel, mudah marah, ekspresi wajah
tegang, pembicaraan kacau dan tidak masuk akal dan banyak keringat
12. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik
13. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat
14. Biasa terdapat orientasi waktu, tempat dan orang
Sedangkan menurut Stuart dan Sundeen (1998) yang dikutip oleh Nasution
(2003), seseorang yang, mengalami halusinasi biasanya memperlihatkan
gejala-gejala yang khas yaitu :
1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
2. Menggerakan bibir tanpa menimbulkan suara
3. Gerakan mata abnormal
4. Respon verbal yang lambat
5. Diam
6. Bertindak seolah-olah dipenuhi sesuatu yang menyakitkan
7. Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukan ansietas misalnya,
peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah
8. Penyempitan kemampuan konsentrasi
9. Dipenuhi dengan pengalaman sensori
10. Mengkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halisinasi
dengan realitas
11. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya
dari pada menolaknya.
12. Menarik diri atau katatonik
13. Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik
14. Tremor
15. Perilaku menyerang teror atau panik
16. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain
17. Kegiatan fisik yang mereflesikan isi halusinasi seperti amuk atau agitasi
18. Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks
19. Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang

C. Jenis-Jenis Halusinasi
Menurut Stuart 2007 jenis halusinasi terdiri dari:
1. Halusinasi pendengaran Yaitu klien mendengar suara atau bunyi yang
tidak ada hubungannya dengan stimulus yang nyata / lingkungan dengan
kata lain orang yang berada disekitar klien tidak mendengar suara / bunyi
yang didengar klien.
2. Halusinasi penglihatan Yaitu klien melihat gambaran yang jelas atau
samar tanpa adanya stimulus yang nyata dari lingkungan, stimulus dalam
bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun, bayangan yang
rumit atau kompleks.
3. Halusinasi penciuman Yaitu klien mencium sesuatu yang bau yang
muncul dari sumber tertentu tanpa stimulus yang nyata.
4. Halusinasi pengecapan Yaitu klien merasa merasakan sesuatu yang tidak
nyata, biasanya merasakan rasa yang tidak enak.
5. Halusinasi perabaan Yaitu klien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa
stimulus yang nyata.
6. Cenestetik Merasakan funisi tubuh seperti aliran darah dari vena dan
arteri, pencernaan makan atau pembentukan urine.
7. Kinistetik Merasakan gerakan sementara berdiri tegak.
8. Halusinasi seksual, ini termasuk halusinasi raba Penderita merasa diraba
dan diperkosa, sering pada skizoprenia dengan waham kebesaran
terutama menjadi organ-organ.
9. Halusinasi viseral Timbulnya perasaan tertentu pada tubuhnya.

D. Tahapan Halusinasi
Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase menurut Stuart Lardia (2001)
dan setiap fase memiliki karakteristik yang berbeda yaitu :
1. Fase I Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian,
rasa bersalah serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang
menyenangkan untuk meredakan ansietas. Disini kliuen tyersenyum
atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakan lidah tanpa suara,
pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik sendiri. Jika kecemasan
datang klien dapat mengontrol kesadaran dan mengenal pikirannya
namun intensitas persepsi meningkat.
2. Fase II Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan klien mulai
lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya
dengan sumber yang dipersepsi. Disini terjadi penin gkatan tandatanda
sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan tandatanda
vital. Asyik dengan pengalaman sensori danb kehilangan kemampuan
untuk membedakan halusinasi dengan realita. Ansietas meningkat dan
berhubungan dengan pengalaman internal dan eksternal, individu
berada pada tingkat listening pada halusinasinya. Pikiran internal
menjadi menonjol, gambaran suara dan sensori dan halusionasinya
dapat berupa bisikan yang jelas, klien membuat jarak antara dirinya dan
halusinasinya dengan memproyeksikan seolaholah halusinasi datang
dari orang lain atau tempat lain.
3. Fase III Klien menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan
menyerah pada halusinasi tersebut. Disini klien sukar berhubungan
dengan orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan
terutama jika akan berhubungan dengan orang lain. Halusinasi lebih
menonjol, menguasai dan mengontrol. Klien menjadi lebih terbiasa dan
tidak berdaya dengan halusinasinya. Kadang halusinasi tersebut
memberi kesenangan dan rasa aman sementara.
4. Fase IV Pengalaman sensori menjadi mengancamjika klien mengikuti
perintah halusinasi. Disini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik
diri, tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak
mampu berespon lebih dari satu orang. Kondisi klien sangat
membahayakan. Klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain
karena terlalu sibuk dengan halusinasinya. Klien hidup dalam dunia
yang menakutkan yang berlangsung secara singkat atau bahkan
selamanya.
E. Level Of Intensity Of Halusinations (Stuart & Sundeen, 1998)
Level Characteristic Observable Patien behaviora
I. comporting Non psikotik Tersenyum / tertawa sendiri, Cemas sedang
Halusinasi merupakan kesenangan
II. comdemning Cemas berat Halusinasi menjadi repulsif
III. controlling Cemas berat Halusinasi tidak dapat ditolak Merasa cemas,
bicara tanpa suara, pergerakan kesepian, bersedih, mata cepat, bicara
pelan, diam sehingga mencoba dan asyik sendiri. berfikir hal-hal yang
menyenangkan Halusinasi masih dapat dikontrol Non psikotik
Peningkatan aktivitas saraf Pengalaman sensori otonom : peningkatan
TTV menjadi menakutkan, Perhatian terhadap lingkungan klien merasa
hilang menyempit dan tidak dapat kontrol dan merasa membedakan
halusinasi dilecehkan oleh dengan realita pengalaman sensori tersebut
serta menarik diri dari orang lain. Psikotik Mengikuti perintah Klien
menyerah halusinasinya terhadap halusinasinya Sulit berhubungan
dengan Halusinasi menjadi orang lain lebih mengancam dan Perhatian
terhadap lingkungan klien merasa hanya beberapa detik / menit
IV. conquering Panik Klien dikuasai oleh halusinasi kehilangan jika
halusinasinya berakhir Psikotik Pengalaman sensori menjadi
menakutkan dan mengancam jika klien tidak mengikuti perintahnya
Halusinasi dapat bertahan berjam-jam / berhari-hari jika tidak segera di
intervensi Gejala fisik cemas berat seperti berkeringat, tremor, tidak
dapat mengikuti perintah. Perilaku panik Resti mencederai diri sendiri /
orang lain Aktivitas menggambarkan isi halusinasi seperti perilaku
kekerasan, gelisah, isolasi sosial, atau katatonia

F. Rentang Respon (Stuart dan Lardia, 2001)


Respon Respon Adaptif Maladaptif Pikiran Logis Pikiran kadang Kelainan
pikiran / Persepsi akurat menyimpang delusi Emosi konsisten Ilusi Halusinasi
dengan pengalaman Reaksi emosional Ketidakmampuan Perilaku sesuai
berlenihan atau untuk mengalami Hubungan sosial kurang emosi Perilaku
ganjil atau Ketidakteraturan tak lazim Isolasi sosial Menarik diri Pikiran logis
yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.
Persepsi akurat yaitu proses diterimanya rangsangan melalui panca indera
yang didahului oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang
sesuatu yang ada didalam maupun diluar dirinya
 Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu manifestasi perasaan yang
konsisten atau afek keluar disertai banyak komponen fisiologik dan
biasanya berlangsung tidak lama.
 Perilaku sesuai : perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
penyelesaian masalah masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
budaya umum yang berlaku
 Hubungan sosial harmonis : hubungan yang dinamis menyangkut
hubungan antar individu dalam bentuk kerjasama.
 Proses pikir kadang terganggu (ilusi) : manifestasi dari persepsi impuls
eksternal melalui alat panca indera yang memproduksi gambaran
sensorik pada area tertentu di otak, kemudian diinterpretasi sesuai dengan
kejadian yang telah dialami sebelumnya.
 Emosi belebihan atau kurang : manifestasi perasaan atau afek keluar
berlebihan atau kurang
 Perilaku tidak sesuai atau biasa : perilaku individu berupa tindakan nyata
dalam penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial
atau budaya umum yang berlaku
 Perilaku aneh atau tidak biasa : perilaku individu berupa tindakan nyata
dalam penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial
atau budaya umum yang berlaku
 Menarik diri : percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain
Halusinasi merupakan respon persepsi yang paling maladaptif. Jika klien
sehat, persepsinya akurat mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan
stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera,
sedangkan klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca
indera walaupun sebenarnya stimulus tidak ada.
G. Faktor Predisposisi
1. Biologis Abnormalitas otak dapat menyebabkan respon neuro biologik
yang maladptif, misal adanya lesi pada area frontal, temporal dan
limbik yang paling berhubungan dengan munculnya perilaku psikotik.
Perubahanperubahan kimia di otak juga dapat dikaitkan dengan
skizoprenia seperti kelebihan neurotransmiter dopamin,
ketidakseimbangan dopamin dengan neurotransmiter lain dan masalah
pada reseptor.
2. Psikologis Selama lebih dari 20 tahun skizoprenia diyakini sebagai
penyakit yang dapat disebabkan oleh keluarga dan sebagian oleh
karakter individu itu sendiri. Ibu yang selalu cemas, over protektif,
dingin dan tidak berperasaan ayah yang tidak dekat dengan anaknya
atau terlalu memanjakan, konflik pernikahan juga dapat menyebabkan
gangguan ini. Skizoprenia juga dipandang sebagai kaegagalan
membangun tahap awal perkembangan psikososial. Skizoprenia
dipandang sebagsi contoh paling berat dari ketidakmampuan mengatasi
stress. Gangguan identitas, ketidakmampuan untuk mengontrol insting-
insting dasar diduga sebagai teori kunci dari skizoprenia.
3. Sosial budaya Beberapa ahli menyimpulkan bahwa kemiskinan,
ketidakmampuan sosial budaya dapat menyebabkan skizoprenia.
Ilmuan lain menyatakan bahwa skizoprenia di sebabkan terisolasi
dikota atau segera tempat tinggalnya. Walaupun stress yang
terakumulasi berhubungan dengan faktor lingungan berkontribusi untuk
munculnya skizoprenia dan untuk kekambuhannya, penemuan
neurobiologis mengembangkan proses terjadinya gangguan psikotik ini.

H. Faktor Presipitasi
Faktor sosial budaya : teori ini mengatakan bahwa stress lingkungan dapat
menyebabkan terjadinya respon neurobiologis yang maladaptif misalnya
lingkungan yang penuh kritik (rasa bermusuhan), kehilangan kemandirian
dalam kehidupan atau kehilangan harga diri, kerusakan dalam hubungan
interpersonal, kesepian, tekanan dalam pekerjaan dankemiskinan. Teori ini
mengatakan bahwa stress yang menumpuk dapat menunjang terhadapa
terjadinya gangguan psikotik tetapi tidak diyakini sebagai penyebab utama
gangguan.

I. Mekanisme koping (Stuart dan Sundeen, 1998)


1. Regresi : merupakan upaya klien untuk menanggulangi ansietas
2. Proyeksi : sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi
mengalihkan tangguang jawab
3. Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus
internal

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/8318743/LP_Halusinasi
http://eprints.umm.ac.id/26044/2/jiptummpp-gdl-idafebrian-38103-2-babi.pdf

Anda mungkin juga menyukai