Anda di halaman 1dari 4

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Ekosistem berasal dari kata oikos dan system. Oikos berarti rumah atau rumah
tangga sedangkan system berarti suatu kesatuan yang teratur antara bagian-bagian di
dalamnya. Ekosistem dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara makhluk
hidup, diantaranya manusia, hewan, tumbuhan dengan lingkungan sekitarnya. Sedangkan
ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik tersebut adalah ekologi. Sehingga ekologi
dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk
hidup dan lingkungannya maupun antar makhluk hidup. Ekosistem merupakan konsep
paling penting dalam ilmu ekologi, sehingga ekosistem menjadi bagian dari ekologi
(Siahaan, 2004).
Secara umum terdapat dua komponen ekosistem, yaitu komponen abiotik dan
biotik. komponen abiotik adalah segala sesuatu yang bersifat non hayati, seperti air,
cahaya, tanah, udara, dan lainnya. Sedangakan komponen biotik merupakan komponen
hayati atau yang bersifat hidup seperti manusia, tumbuhan, hewan, maupun organisme-
organisme lainnya. Komponen biotik bisa memiliki sifat individu maupun kelompok.
Contohnya kebanyakan ikan atau harimau hidup secara berkelompok, namun juga ada
hewan yang bersifat individu seperti beruang. Manusia juga bisa digolongkan sebagai
makhluk hidup yang hidup berkelompok. Secara lebih rinci, komponen ekosistem antara
lain sebagai berikut:
1. Bahan - bahan organik seperti C, N, CO2, H2O, dan lainnya
2. Senyawa organik seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, humus
3. Unsur iklim atau cuaca (temperatur, tekanan udara, kelembapan, dan lain-lain)
4. Organisme yang mampu memproduksi makanan (produsen)
5. Organisme konsumen (Siahaan, 2014).
Secara garis besar ekosistem dapat dibagi menjadi ekosistem darat dan ekosistem
perairan. Ekosistem darat meliputi wilayah yang sangat luas dan biasa disebut bioma.
Contohnya ada bioma gurun, bioma tundra, bioma sabana, bioma taiga, bioma hutan
hujan tropis, dan lainnya. Sedangkan ekosistem perairan bisa dibedakan menjadi
beberapa jenis, seperti ekosistem air laut, ekosistem air payau, ekosistem rawa, ekosistem
danau, dan ekosistem sungai.
Sungai adalah bagian dari permukaan bumi yang lebih rendah dari tanah di
sekitarnya dan menjadi tempat air tawar mengalir ke laut, danau, atau sungai lainnya.
Sungai juga dapat diartikan sebagai bagian dari daratan yang menjadi tempat mengalirnya
air mulai dari mata air hingga muara, yang dibatasi bagian kanan dan kirinya sepanjang
aliran oleh garis sempadan. Garis sempadan adalah daerah sepanjang kiri kanan sungai
(termasuk sungai buatan), yang sangat penting untuk menjaga kelestarian fungsi sungai.
Daerah sempadan ini berada 100 meter di kiri kanan sungai untuk sungai besar.
Sedangkan untuk sungai kecil di kawasan non pemukiman sebesar 50 meter dan di
kawasan pemukiman cukup 10-15 meter di kiri kanan sungai. Pada daerah sempadan
sungai ini juga dilakukakan penataan. Fungsi dari penataan daerah sempadan sungai ini
antara lain agar fungsi sungai tidak terganggu oleh aktivitas yang ada di sekitarnya,
kegiatan pemanfaatan dan peningkatan nilai manfaat sumber daya pada sungai bisa
optimal, menjaga kelestarian fungsi sungai, serta agar daya rusak air terhadap sungai dan
lingkungan sekitarnya dapat dibatasi (Fadililah, 2017).
Bagian - bagian sungai bisa dikatekorigan menjadi tiga, yaitu bagian hulu, tengah,
dan hilir. Bagian hulu mempunyai arus deras, daya erosinya besar, arah erosi vertikal
kadang terdapat air terjun, serta tidak terjadi pengendapan. Bagian tengah memunyai ciri
yaitu arusnya tidak terlalu deras, erosi mulai berkurang, arah erosi ke bagian dasar dan
samping, serta terdapat kelokan sampai 180 derajat. Sedangkan bagian hilir berciri
arusnya tenang sehingga daya erosi kecil, arah erosi datar, banyak terjadi pengendapan,
serta kadang terjadi delta di muara sungai. Sungai dibedakan menjadi beberapa jenis
berdasar macam – macam hal, salah satunya berdasar sumber airnya. Sungai dibedakan
menjadi tiga macam berdasar sumber airnya, antara lain sungai hujan, sungai gletser, dan
sungai campuran. Sungai hujan adalah sungai yang airnya berasal dari hujan atau sumber
mata air. Sungai gletser adalah sungai yang berasal dari pencairan es. Sungai yang airnya
murni dari pencairan es sebenarnya tidak ada. Namun, pada bagian hulu sungai Gangga
di India dan hulu sungai Phein di Jerman bisa digolongkan sebagai contoh sungai jenis
ini. Sedangkan sungai campuran adalah sungai yang airnya berasal dari hujan, sumber
mata air, dan dari pencairan es. Berdasar debit airnya, sungai dibedakan menjadi empat
macam, yaitu sungai permanen, sungai periodik, sungai episodik, dan sungai ephemeral.
Sungai permanen adalah sungai yang sepanjang tahun debit airnya relatif tetap. Sungai
periodik yaitu sungai yang pada saat musim hujan airnya banyak tetapi pada musim
kemarau airnya sedikit. Sedangkan sungai yang kering saat musim kemarau dan airnya
banyak saat musim hujan disebut sungai episodik. Sungai ephemeral adalah sungai yang
memiliki air hanya saat musim hujan (Fadililah, 2017).
Pada kenyataan saat ini kebanyakan sungai terutama di Indonesia telah tercemar,
dapat dilihat dari airnya yang keruh. Kualitas air sungai dapat ditentukan dari suhu, zat
tersuspensi total, kekeruhan dan padatan terlarut, derajat keasaman (pH), konsentrasi
BOD (Biochemical Oxygen Demand), kebutuhan oksigen kimiawi (COD/Chemical
Oxygen Demand), oksigen terlarut, serta kandungan fosfat. Suhu berperan
mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Peningkatan suhu menyebabkan peningkatan
dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Suhu yang optimum bagi pertumbuhan
fitoplankton antara 20oC-30oC. Padatan tersuspensi mempengaruhi kekeruhan air.
Semakin tinggi padatan tersuspensi semakin tinggi nilai kekeruhan. Bila kekeruhan tinggi
akan menyebabkan kandungan oksigen dalam air menurun. Intensitas cahaya matahari
yang masuk ke air terbatas menyebabkan fitoplankton tidak bisa berfotosintesis sehingga
tidak dapat menghasilkan oksigen. Bila kandungan oksigen dalam air sedikit maka
makhluk hidup dalam air juga bisa menjadi berkurang jumlahnya. Buangan limbah
organik dan anorganik berpengaruh pada nilai pH, yang pada akhirnya bisa berdampak
pada ekosistem di sungai. Air normal atau tidak tercemar yang memenuhi syarat untuk
suatu kehidupan termasuk organisme air adalah 6,5-7,5. pH yang terlalu asam atau terlalu
basa bisa jadi tidak baik bagi dan tidak cocok bagi makhluk hidu yang tinggal di air.
Oksigen terlarut bisa dijadikan indikator tingkat kesegaran air. Oksigen mempunyai peran
penting sebab oksigen terlarut berperan dalam oksidasi dan reduksi bahan organik dan
anorganik untuk membantu mengurangi pencemaran pada perairan secara alami. Suatu
perairan dikatakan memiliki tingkat pencemaran yang rendah bila kadar oksigen
terlarutnya lebih besar dari 5 mg/l. Penurunan konsentrasi oksigen terlarut bisa
disebabkan oleh aktivitas manusia seperti aktivitas pertanian dan pembuangan limbah
(Asrini dkk, 2017).
DAFTAR PUSTAKA

Asrini, Ni Ketut, I Wayan Sandi Adnyana, dan I Nyoman Rai. 2017. Studi Analisis Kualitas
Air di Daerah Aliran Sungai Pakerisan Provinsi Bali. Ecotrophic 2(11): 101-107.
Fadililah, R.S.A. 2017. http://eprints.umm.ac.id/36252/3/jiptummpp-gdl-adamfadili-48207-3-
babii.pdf.
Siahaan, N.H.T. 2008. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan. Edisi 2. Penerbit
Erlangga. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai