Anda di halaman 1dari 21

Nama : Eka Arya Putra.

P
NIM : A2A017005
Prodi : S1 Kesehatan Masyarakat

FAKTOR KIMIA

A. Definisi

Faktor kimia adalah faktor didalam tempat kerja yang bersifat kimia, yang
meliputi bentuk padatan (partikel, cair, gas, kabut, aerosol, dan uap yang berasal
dari bahan- bahan kimia, mencakup wujud yang bersifat partikel adalah debu,
awan, kabut, uap logam, dan asap, serta wujud yang tidak bersifat partikel adalah
gas dan uap (pasal 1, butir 11, dan butir 12. Permennakertransi No.PER.
13/MEN/X/2011, tentang NAB (Nilai Ambang Batas) Faktor Fisika dan Kimia di
Tempat Kerja). Sedangkan bahan kimia (chemical), adalah unsur kimia dan
senyawanya dan campurannya, baik yang bersifat alami maupun sintetis.

Bahaya kimia (chemical hazard) adalah bahan kimia yang digolongkan


kedalam bahan-bahan berbahaya atau memiliki informasi yang menyatakan
bahwa bahan tersebut berbahaya, biasanya informasi tersebut dalam “lembar data
keselamatan (chemical safety data sheet)”, yang memuat dokumen dan informasi
penting untuk para pengguna yang bertalian dengan sifat kandungan bahayanya
dan cara-cara penggunaan yang aman, ciri-ciri, supplier, penggolongan,
bahayanya, peringatan-peringatan, bahaya dan prosedur tanggap darurat (Arief,
2015).

B. Klasifikasi B3

1. Explosive (bersifat mudah meledak)

Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya „explosive“ dapat
meledak dengan pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala
lain bahkan tanpa oksigen atmosferik. Ledakan akan dipicu oleh suatu reaksi
keras dari bahan.

Energi tinggi dilepaskan dengan propagasi gelombang udara yang bergerak


sangat cepat. Resiko ledakan dapat ditentukan dengan metode yang diberikan
dalam Law for Explosive Substances Di laboratorium, campuran senyawa
Nama : Eka Arya Putra.P
NIM : A2A017005
Prodi : S1 Kesehatan Masyarakat

pengoksidasi kuat dengan bahan mudah terbakar atau bahan pereduksi dapat
meledak . Sebagai contoh, asam nitrat

Sifat eksplosif bahan kimia ditentukan oleh sifat reaksinya dengan senyawa-
senyawa tertentu, antara lain:

a. Menimbulkan panas reaksi sangat tinggi

b. Reaksinya disertai ledakan

Contoh reaksi antara gas metana (CH4) dengan oksigen (O2), jika metana dan
oksigen berada di suatu ruangan dengan konsentrasi oksigen lebih tinggi
dibandingkan metana, maka adanya api sedikit saja sudah bisa terbakar dan
timbulnya ledakan karena reaksi yang terjadi sangat eksotermis.

Kelas-kelas bahan kimia mudah meledak, terdiri dari:

a. Zat-zat peledak.

b. Benda peledak, kecuali alat-alat yang berisi zat peledak seperti jumlah atau
sifat yang tidak hati-hati atau pembakaran yang disengaja yang seharusnya tidak
menyebabkan efek luar apapun baik dari alat pengerasan, pembakaran, asap,
panas atau bunyi yang keras.

c. Zat dan benda yang tidak disebutkan pada poin a dan b di atas yang
dihasilkan dengan maksud untuk menghasilkan efek praktis mudah meledak atau
piroteknik.

Klasifikasi Bahan Kimia Mudah Meledak

a. Berdasarkan komposisi senyawa kimia:

1) Bahan peledak senyawa murni (tunggal):

a) Bahan peledak murni (primary explosive): merkuri, fulminate, timbal azida,


sianurat triazia (CTA), diazonitrofenol (DDNP), tetrasen, heksametilendiamin
peroksida (HMTD)
Nama : Eka Arya Putra.P
NIM : A2A017005
Prodi : S1 Kesehatan Masyarakat

b) Bahan peledak kuat (high explosive): trinitrotoluen (TNT), dinitrobenzene,


dinitrotoluen (DNT), dinitrofenol, ammonium pitrat, trinitro-m-xylen (TMX),
trinitroanisol (TNA), etilen gloikol dinitrat (EGDN), nitroselulosa (NG),
nitrogliserin (NG), ammonium nitrat, dipentaaeritritol (Dipen), dan lain-lain.

2) Bahan Peledak Campuran

a) Bahan peledak kuat (high explosive)

Memiliki kecepatan denotasi antara 1.000-8.500 m/s dan merupakan


campuran yang sering digunakan baik dalam bidang militer maupun sipil dengan
tujuan sebagai penghancur. Misalnya amatol, ammano, amonium nitrat fuel oil
(ANFO), siklotol, dinamit, oktol, pentolik, pikratol, dan bomplastik.

b) Bahan peledak lemah (low explosive)

Memiliki kecepatan detonasi antara 400-800 m/s. Digunakan sebagai bahan


isian pendorong pada amunisi (propelan). Misalnya bubuk hitam (black powder),
bubuk tak berasap (smokeless powder), bahan pendorong roket, dan bahan
pendorong cair.

b. Berdasarkan kegunaan

1) Bahan peledak blasting: yaitu bahan peledak yang digunakan untuk


pertambangan.
2) Bahan peledak catridge: digunakan sebagai pembentuk metal projectile
yang berkemampuan tembus atau potong.
3) Bahan peledak propellant: digunakan sebagai pembentuk gas pendorong
dalam peluru senjata atau motor roket.
4) Bahan peledak fuse: bahan peledak yang dipergunakan sebagai pembentuk
panas, gas, warna dan sebagainya.
5) Bahan peledak pyrotechnic: bahan peledak yang digunakan sebagai
pemula suatu rangkaian proses peledakan.
Nama : Eka Arya Putra.P
NIM : A2A017005
Prodi : S1 Kesehatan Masyarakat

c. Berdasarkan lingkungan penggunaan

1) Bahan peledak militer

2) Bahan peledak komersial

Penandaan dan pemberian label terhadap bahan kimia dengan karakter mudah
meledak diperlukan agar kita mengenal dan mengetahui sifat tersebut guna dalam
penanganannya serta penyimpanannya. Bahan kimia dengan notasi bahaya mudah
meledak (explosive) ditandai dengan benturan, gesekan, pemanasan, api, dan
sumber nyala lain. Ledakan dapat dipicu oleh suatu reaksi keras dari bahan
tersebut. Energi tinggi yang dilepaskan dengan propagasi gelombang udara yang
bergerak dengan sangat cepat. Apabila bekerja dengan bahan mudah meledak
jumlah pemakaian usahakan sedikit mungkin baik untuk penanganan maupun
persediaan. Frase “R” untuk bahan tersebut yaitu R1, R2, R3, R4, R5, R6, R9,
R16, R18, dan R19.

Penanganan bahan-bahan tidak stabil (seperti asetilen, diazo, nitroso, oksim,


n-halogen, hipohalida, perkloril, dan peroksida) harus berhati-hati, karena ada
beberapa faktor yang amat berpengaruh pada proses terjadinya ledakan, yakni:

a. Suhu penyimpanan: semakin tinggi suhu, semakin mudah terjadi reaksi


eksplosif.
b. Benturan, gesekan mekanik: dapat menimbulkan pemanasan lokal yang
eksplosif. Hal ini dapat terjadi saat proses pencampuran, penggerusan, dan
pengangkutan.
c. Kelembaban: kelembaban yang tinggi dalam penyimpanan akan
menyebabkan adsorpsi air yang memudahkan reaksi kimia terjadi. Dengan
sendirinya tempat penyimpan harus bebas dari atap yang bocor di waktu
hujan.
d. Listrik: yang mungkin dapat memberikan pemanasan dan atau loncatan
api.
Nama : Eka Arya Putra.P
NIM : A2A017005
Prodi : S1 Kesehatan Masyarakat

e. Pengaruh bahan kimia lain dalam penyimpanan: bahan kimia reduktor


akan berbahaya bila dicampur atau berdekatan dengan bahan oksidator
yang tidak stabil.

Adanya kemungkinan terjadinya ledakan di area dengan bahan-bahan yang


mudah meledak, maka dalam penyimpanannya beberapa hal perlu diperhatikan,
seperti:

a. Ruangan dingin dan berventilasi.


b. Jauhkan dari panas dan api.
c. Hindarkan dari gesekan atau tumbukan mekanis.
d. Berjarak minimal 60 meter dari sumber tenaga, terowongan, dll.
e. Ruang penyimpanan berupa bangunan kokoh dan tahan api.
f. Lantai terbuat dari bahan yang tidak menimbulkan loncatan api.
g. Sirkulasi udara yang baik.
h. Penerangan dari alam/lampu listrik yang dapat dibawa/bersumber dari luar
penyimpanan.
i. Bangunan tidak boleh dekat dengan oli, bensin, sisa zat yang terbakar, api.
j. Bebas rumput kering, sampah/material yang mudah terbakar.

2. Oxidizing (pengoksidasi)

Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “oxidizing“


biasanya tidak mudah terbakar. Tetapi bila kontak dengan bahan mudah terbakar
atau bahan sangat mudah terbakar mereka dapat meningkatkan resiko kebakaran
secara signifikan. Dalam berbagai hal mereka adalah bahan anorganik seperti
garam (salt-like) dengan sifat pengoksidasi kuat dan peroksida-peroksida
organik.Frase-R untuk bahan pengoksidasi : R7, R8 dan R9.

3. Flammable (mudah terbakar)

Jenis bahaya flammable dibagi menjadi dua yaitu Extremely flammable (amat
sangat mudah terbakar) dan Highly flammable (sangat mudah terbakar. Untuk
Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “extremely
Nama : Eka Arya Putra.P
NIM : A2A017005
Prodi : S1 Kesehatan Masyarakat

flammable “ merupakan likuid yang memiliki titik nyala sangat rendah (di bawah
0 0C) dan titik didih rendah dengan titik didih awal (di bawah +350C). Bahan
amat sangat mudah terbakar berupa gas dengan udara dapat membentuk suatu
campuran bersifat mudah meledak di bawah kondisi normal. Frase-R untuk bahan
amat sangat mudah terbakar adalah R12. Sedangkan untuk Bahan dan formulasi
ditandai dengan notasi bahaya ‘highly flammable’ adalah subyek untuk self-
heating dan penyalaan di bawah kondisi atmosferik biasa, atau mereka
mempunyai titik nyala rendah (di bawah +21 0C). Beberapa bahan sangat mudah
terbakar menghasilkan gas yang amat sangat mudah terbakar di bawah pengaruh
kelembaban.

4. Toxic (beracun)

Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘toxic’ dapat
menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada
konsentrasi sangat tinggi jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut
(ingestion), atau kontak dengan kulit.

5. Harmful Irritant (bahaya iritasi)

Ada sedikit perbedaan pada symbol ini yaitu dibedakan dengan kode Xn dan
Xi. Untuk Bahan dan formulasi yang ditandai dengan kode Xn memiliki resiko
merusak kesehatan sedangkan jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut
(ingestion), atau kontak dengan kulit. Frase-R untuk bahan berbahaya yaitu R20,
R21 dan R22 Sedangkan Bahan dan formulasi dengan notasi ‘irritant’ atau kode
Xi adalah tidak korosif tetapi dapat menyebabkan inflamasi jika kontak dengan
kulit atau selaput lendir. Frase-R untuk bahan irritant yaitu R36, R37, R38 dan
R41.

6. Corrosive (korosif)

Bahan dan formulasi dengan notasi ‘corrosive’ adalah merusak jaringan hidup.
Jika suatu bahan merusak kesehatan dan kulit hewan uji atau sifat ini dapat
Nama : Eka Arya Putra.P
NIM : A2A017005
Prodi : S1 Kesehatan Masyarakat

diprediksi karena karakteristik kimia bahan uji, seperti asam (pH <2)>11,5),
ditandai sebagai bahan korosif. Frase-R untuk bahan korosif yaitu R34 dan R35.

7. Dangerous for Enviromental (Bahan berbahaya bagi lingkungan)

Bahan dan formulasi dengan notasi ‘dangerous for environment’ adalah dapat
menyebabkan efek tiba tiba atau dalam sela waktu tertentu pada satu
kompartemen lingkungan atau lebih (air, tanah, udara, tanaman, mikroorganisma)
dan menyebabkan gangguan ekologi. Frase-R untuk bahan berbahaya bagi
lingkungan yaitu R50, R51, R52 dan R53.

C. Penyimpanan Bahan Kimia Berbahaya

Mengelompokkan bahan kimia berbahaya di dalam penyimpanannya mutlak


diperlukan, sehingga tempat/ruangan yang ada dapat di manfaatkan sebaik-
baiknya dan aman. Mengabaikan sifat-sifat fisik dan kimia dari bahan yang
disimpan akan mengandung bahaya seperti kebakaran, peledakan, mengeluarkan
gas/uap/debu beracun, dan berbagai kombinasi dari pengaruh tersebut.

Penyimpanan bahan kimia berbahaya sebagai berikut :

1. Bahan Kimia Beracun (Toxic)

Bahan ini dalam kondisi normal atau dalam kondisi kecelakaan ataupun dalam
kondisi kedua-duanya dapat berbahaya terhadap kehidupan sekelilingnya. Bahan
beracun harus disimpan dalam ruangan yang sejuk, tempat yang ada peredaran
hawa, jauh dari bahaya kebakaran dan bahan yang inkompatibel (tidak dapat
dicampur) harus dipisahkan satu sama lainnya.

Jika panas mengakibatkan proses penguraian pada bahan tersebut maka tempat
penyimpanan harus sejuk dengan sirkulasi yang baik, tidak terkena sinar matahari
langsung dan jauh dari sumber panas[8].

2. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)


Nama : Eka Arya Putra.P
NIM : A2A017005
Prodi : S1 Kesehatan Masyarakat

Beberapa jenis dari bahan ini mudah menguap sedangkan lainnya dapat
bereaksi dahsyat dengan uap air. Uap dari asam dapat menyerang/merusak bahan
struktur dan peralatan selain itu beracun untuk tenaga manusia. Bahan ini harus
disimpan dalam ruangan yang sejuk dan ada peredaran hawa yang cukup untuk
mencegah terjadinya pengumpulan uap. Wadah/kemasan dari bahan ini harus
ditangani dengan hati-hati, dalam keadaan tertutup dan dipasang label. Semua
logam disekeliling tempat penyimpanan harus dicat dan diperiksa akan adanya
kerusakan yang disebabkan oleh korosi.

Penyimpanannya harus terpisah dari bangunan lain dengan dinding dan lantai
yang tahan terhadap bahan korosif, memiliki perlengkapan saluran pembuangan
untuk tumpahan, dan memiliki ventilasi yang baik. Pada tempat penyimpanan
harus tersedia pancaran air untuk pertolongan pertama bagi pekerja yang terkena
bahan tersebut

3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)

Praktis semua pembakaran terjadi antara oksigen dan bahan bakar dalam
bentuk uapnya atau beberapa lainnya dalam keadaan bubuk halus. Api dari bahan
padat berkembang secara pelan, sedangkan api dari cairan menyebar secara cepat
dan sering terlihat seperti meledak. Dalam penyimpanannya harus diperhatikan
sebagai berikut :

a. Disimpan pada tempat yang cukup dingin untuk mencegah penyalaan tidak
sengaja pada waktu ada uap dari bahan bakar dan udara
b. Tempat penyimpanan mempunyai peredaran hawa yang cukup, sehingga
bocoran uap akan diencerkan konsentrasinya oleh udara untuk mencegah
percikan api
c. Lokasi penyimpanan agak dijauhkan dari daerah yang ada bahaya
kebakarannya
d. Tempat penyimpanan harus terpisah dari bahan oksidator kuat, bahan yang
mudah menjadi panas dengan sendirinya atau bahan yang bereaksi dengan
udara atau uap air yang lambat laun menjadi panas
Nama : Eka Arya Putra.P
NIM : A2A017005
Prodi : S1 Kesehatan Masyarakat

e. Di tempat penyimpanan tersedia alat-alat pemadam api dan mudah dicapai


f. Singkirkan semua sumber api dari tempat penyimpanan
g. Di daerah penyimpanan dipasang tanda dilarang merokok
h. Pada daerah penyimpanan dipasang sambungan tanah/arde serta
dilengkapi alat deteksi asap atau api otomatis dan diperiksa secara periodik

4. Bahan Kimia Peledak (Explosive)

Terhadap bahan tersebut ketentuan penyimpananya sangat ketat, letak tempat


penyimpanan harus berjarak minimum 60(meter) dari sumber tenaga, terowongan,
lubang tambang, bendungan, jalan raya dan bangunan, agar pengaruh ledakan
sekecil mungkin. Ruang penyimpanan harus merupakan bangunan yang kokoh
dan tahan api, lantainya terbuat dari bahan yang tidak menimbulkan loncatan api,
memiliki sirkulasi udara yang baik dan bebas dari kelembaban, dan tetap terkunci
sekalipun tidak digunakan. Untuk penerangan harus dipakai penerangan alam
atau lampu listrik yang dapat dibawa atau penerangan yang bersumber dari luar
tempat penyimpanan. Penyimpanan tidak boleh dilakukan di dekat bangunan
yang didalamnya terdapat oli, gemuk, bensin, bahan sisa yang dapat terbakar, api
terbuka atau nyala api. Daerah tempat penyimpanan harus bebas dari rumput
kering, sampah, atau material yang mudah terbakar, ada baiknya memanfaatkan
perlindungan alam seperti bukit, tanah cekung belukar atau hutan lebat.

5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)

Bahan ini adalah sumber oksigen dan dapat memberikan oksigen pada suatu
reaksi meskipun dalam keadaan tidak ada udara. Beberapa bahan oksidator
memerlukan panas sebelum menghasilkan oksigen, sedangkan jenis lainnya dapat
menghasilkan oksigen dalam jumlah yang banyak pada suhu kamar. Tempat
penyimpanan bahan ini harus diusahakan agar suhunya tetap dingin, ada
peredaran hawa, dan gedungnya harus tahan api. Bahan ini harus dijauhkan dari
bahan bakar, bahan yang mudah terbakar dan bahan yang memiliki titik api
rendah.
Nama : Eka Arya Putra.P
NIM : A2A017005
Prodi : S1 Kesehatan Masyarakat

Alat-alat pemadam kebakaran biasanya kurang efektif dalam memadamkan


kebakaran pada bahan ini, baik penutupan ataupun pengasapan, hal ini
dikarenakan bahan oksidator menyediakan oksigen sendiri.

6. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances)

Bahan ini bereaksi dengan air, uap panas atau larutan air yang lambat laun
mengeluarkan panas atau gas-gas yang mudah menyala. Karena banyak dari
bahan ini yang mudah terbakar maka tempat penyimpanan bahan ini harus tahan
air, berlokasi ditanah yang tinggi, terpisah dari penyimpanan bahan lainnya, dan
janganlah menggunakan sprinkler otomatis di dalam ruang simpan.

7. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances)

Bahan ini bereaksi dengan asam dan uap asam menghasilkan panas, hydrogen
dan gas-gas yang mudah menyala. Ruangan penyimpanan untuk bahan ini harus
diusahakan agar sejuk, berventilasi, sumber penyalaan api harus disngkirkan dan
diperiksa secara berkala. Bahan asam dan uap dapat menyerang bahan struktur
campuran dan menghasilkan hydrogen, maka bahan asam dapat juga disimpan
dalam gudang yang terbuat dari kayu yang berventilasi. Jika konstruksi gudang
trbuat dari logam maka harus di cat atau dibuat kebal dan pasif terhadap bahan
asam.

8. Gas Bertekanan (Compressed Gases)

Silinder dengan gas-gas bertekanan harus disimpan dalam keadaan berdiri


dan diikat dengan rantai atau diikat secara kuat pada suatu penyangga tambahan.
Ruang penyimpanan harus dijaga agar sejuk , bebas dari sinar matahari langsung,
jauh dari saluran pipa panas di dalam ruangan yang ada peredaran hawanya.
Gedung penyimpanan harus tahan api dan harus ada tindakan preventif agar
silinder tetap sejuk bila terjadi kebakaran, misalnya dengan memasang sprinkler.

9. Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive Substances)


Nama : Eka Arya Putra.P
NIM : A2A017005
Prodi : S1 Kesehatan Masyarakat

Radiasi dari bahan radioaktif dapat menimbulkan efek somatik dan efek
genetik, efek somatik dapat akut atau kronis. Efek somatik akut bila terkena
radiasi 200(Rad) sampai 5000(Rad) yang dapat menyebabkan sindroma system
saraf sentral, sindroma gas trointestinal dan sindroma kelainan darah, sedangkan
efek somatik kronis terjadi pada dosis yang rendah. Efek genetik mempengaruhi
alat reproduksi yang akibatnya diturunkan pada keturunan. Bahan ini meliputi
isotop radioaktif dan semua persenyawaan yang mengandung radioaktif.

D. Dampak Bahan Kimia


1) Korosi : Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada
permukaan tempat dimana terjadikontak. Kulit, mata dan sistem
pencernaan adalah bagain tubuh yang paling umum terkena. Contoh :
konsentrat asam dan basa , fosfor.
2) Iritasi : Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat
kontak. Iritasi kulit bisa menyebabkan reaksi seperti eksim atau dermatitis.
Iritasi pada alat-alat pernapasan yang hebat dapat menyebabkan sesak
napas, peradangan dan oedema (bengkak).
3) Reaksi Alergi : Bahan kimia alergen atau sensitizers dapat menyebabkan
reaksi alergi pada kulit atau organ pernapasan
4) Asfiksiasi : Asfiksian yang sederhana adalah inert gas yang mengencerkan
atmosfer yang ada, misalnya pada kapal, silo, atau tambang bawah tanah.
Konsentrasi oksigen pada udara normal tidak boleh kurang dari 19,5%
volume udara. Asfiksian kimia mencegah transport oksigen dan oksigenasi
normal pada darah atau mencegah oksigenasi normal pada kulit.
5) Kanker : Karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas
telah terbukti pada manusia. Kemungkinan karsinogen pada manusia
adalah bahan kimia yang secara jelas sudah terbukti menyebabkan kanker
pada hewan.
6) Efek Reproduksi : Bahan-bahan beracun mempengaruhi fungsi reproduksi
dan seksual dari seorang manusia. Perkembangan bahan-bahan racun
adalah faktor yang dapat memberikan pengaruh negatif pada keturunan
Nama : Eka Arya Putra.P
NIM : A2A017005
Prodi : S1 Kesehatan Masyarakat

orang yang terpapar, sebagai contoh :aborsi spontan. Contoh : Manganese,


carbondisulphide, monomethyl dan ethyl ethers dari ethylene glycol,
mercury. Organic mercury compounds, carbonmonoxide, lead,
thalidomide, pelarut
E. Bahaya Faktor Kimia

Risiko kesehatan timbul dari pajanan berbagai bahan kimia. Banyak bahan
kimia yang memiliki sifat beracun dapat memasuki aliran darah dan menyebabkan
kerusakan pada sistem tubuh dan organ lainnya. Bahan kimia berbahaya dapat
berbentuk padat, cairan, uap, gas, debu, asap atau kabut dan dapat masuk ke
dalam tubuh melalui tiga cara utama antara lain:

1) Inhalasi (menghirup): Dengan bernapas melalui mulut atau hidung, zat


beracun dapat masuk ke dalam paru-paru. Seorang dewasa saat
istirahatmenghirup sekitar lima liter udara per menit yang mengandung
debu, asap, gas atau uap. Beberapa zat, seperti fiber/serat, dapat langsung
melukai paru-paru. Lainnya diserap ke dalam aliran darah dan mengalir ke
bagian lain dari tubuh.
2) Pencernaan (menelan): Bahan kimia dapat memasuki tubuh jika makan
makanan yang terkontaminasi, makan dengan tangan yang terkontaminasi
atau makan di lingkungan yang terkontaminasi. Zat di udara juga dapat
tertelan saat dihirup, karena bercampur dengan lendir dari mulut, hidung
atau tenggorokan. Zat beracun mengikuti rute yang sama sebagai makanan
bergerak melalui usus menuju perut.
3) Penyerapan ke dalam kulit atau kontak invasif: Beberapa di antaranya
adalah zat melewati kulit dan masuk ke pembuluh darah, biasanya melalui
tangan dan wajah. Kadang-kadang, zat-zat juga masuk melalui luka dan
lecet atau suntikan (misalnya kecelakaan medis).

Guna mengantisipasi dampak negatif yang mungkin terjadi di lingkungan


kerja akibat bahaya faktor kimia maka perlu dilakukan pengendalian lingkungan
Nama : Eka Arya Putra.P
NIM : A2A017005
Prodi : S1 Kesehatan Masyarakat

kerja secara teknis sehingga kadar bahan-bahan kimia di udara lingkungan kerja
tidak melampaui nilai ambang batas (NAB).

Bahan-bahan kimia digunakan untuk berbagai keperluan di tempat kerja.


Bahan-bahan kimia tersebut dapat berupa suatu produk akhir atau bagian bentuk
bahan baku yang digunakan untuk membuat suatu produk. Juga dapat digunakan
sebagai pelumas, untuk pembersih, bahan bakar untuk energi proses atau produk
samping.

Banyak bahan kimia yang digunakan di tempat kerja mempengaruhi kesehatan


kita dengan cara-cara yang tidak diketahui. Dampak kesehatan dari beberapa
bahan kimia bisa secara perlahan atau mungkin membutuhkan waktu bertahun-
tahun untuk berkembang.

F. Pengendalian

Pengendalian bahaya yang bersumber daribahan kimia berbahaya dan beracun


atau B3 telah diatur oleh keputusan menteri, yakni Keputusan Menteri Tenaga
Kerja No. 187/MEN/1999. Dalam keputusan menteri (kepmen) ini dinyatakan
bahwa pengusaha atau pengurus yang menggunakan, menyimpan, memakai,
memproduksi dan mengangkut bahan kimia berbahaya di tempat kerja, wajib
mengendalikan bahan kimia berbahaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan
kerja danpenyakit akibat kerja.

a. Pengusaha wajib melaporkan daftar nama, sifat dan kuantitas (jumlah)


bahan kimia berbahaya yang ada di tempat kerja.
b. Potensi bahaya masing-masing perusahaan diklasifikasikan menjadi
bahaya besar dan bahaya menengah. Klasifikasi atau kategori ini
didasarkan pada kriteria dan Nilai Ambang Kuantitas (NAK) bahan kimia
berbahaya yang ada di perusahaan tersebut.
c. Kriteria bahan kimia berbahaya terdiri dari bahan beracun, bahan sangat
beracun, cairan mudah terbakar, cairan sangat mudah terbakar, gas mudah
terbakar, bahan mudah meledak, bahan reaktif dan bahan oksidator.
Nama : Eka Arya Putra.P
NIM : A2A017005
Prodi : S1 Kesehatan Masyarakat

d. NAK untuk masing-masing bahan berbahaya ditetapkan. Sebagai contoh


NAK untuk bahan kimia beracun adalah 10 ton.
e. Kewajiban-kewajiban perusahaan dengan potensi bahaya besar dan potensi
bahaya menengah.
f. Kewajiban-kewajiban tersebut meliputi pengadaan petugas K3 kimia, ahli
K3 kimia, dokumen pengendalian bahaya, pelaporan perubahan bahan
kimia dan instalasi, pengujian periodik faktor kimia, pengujian instalasi
secara berkala dan pemeriksaan berkala kesehatan tenaga kerja.
g. Kewajiban dan kualifikasi petugas dan ahli K3 kimia. Pada bagian
lampiran dijelaskan pula mengenai bentuk LDKB, form pelaporan daftar
bahan kimia berbahaya dan kuantitasnya, NAK untuk masing-masing
bahan kimia berbahaya dan kurikulum kursus teknis petugas K3 kimia

Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-187/MEN/1999, pada


Bab 1 Pasal 1, bahan kimia B3 adalah bahan kimia dalam bentuk tunggal atau
campuran yang berdasarkan sifat kimia atau fisika dan atau toksikologi berbahaya
terhadap tenaga kerja, instalasi dan lingkungan.

Salah satu upaya untuk mencegah atau mengurangi resiko akibat penggunaan
bahan kimia B3 adalah dengan memahami Lembar Keselamatan Bahan
atauMSDS (Material Safety Data Sheet) bahan kimia B3 tersebut. MSDS
merupakan salah satu bentuk pengendalian resiko berkaitan dengan bahan kimia
B3. Jadi sebelum menggunakan bahan kimia B3, hal pertama yang harus kita
lakukan adalah memahami dengan baik MSDS bahan kimia tersebut. Nah,
sekarang mari kita bahas secara singkat satu persatu hal-hal penting yang terkait
dengan MSDS.

Pelabelan merupakan pemberian tanda berupa gambar/simbol, huruf/tulisan,


kombinasi keduanya atau bentuk pernyataan lain yang disertakan pada bahan
berbahaya, dimasukkan ke dalam, ditempelkan, atau merupakan bagian kemasan
bahan berbahaya, sebagai keterangan atau penjelasan yang berisi nama sediaan
atau nama dagang, nama bahan aktif, isi/berat netto, kalimat peringatan dan tanda
Nama : Eka Arya Putra.P
NIM : A2A017005
Prodi : S1 Kesehatan Masyarakat

atau simbol bahaya, petunjuk pertolongan pertama pada kecelakaan. Pelabelan


bahan kimia merupakan salah satu cara penting untuk mencegah penyalahgunaan
atau penanganan yang dapat menyebabkan cedera atau sakit. Dalam transportasi,
bila kemungkinan terjadi kecelakaan, maka sangat penting dalam keadaan darurat
untuk mengetahui risiko dari zat-zat tersebut.

Sebagian besar negara memiliki sistem pelabelan untuk menginformasikan isi


yang ada di dalam wadah/kontainer dan untuk memperingatkan bahaya. Untuk
memastikan bahwa peringatan dimengerti oleh lintas batas dan termasuk
bahasanya, PBB telah mengembangkan Sistem Harmonisasi Global (Globally
Harmonized System - GHS) tentang klasifikasi dan pelabelan bahaya bahan
kimia. Idenya adalah bahwa setiap negara akan mengadopsi rambu yang
sama,meskipun hal ini tidak wajib. Ini telah diadopsi di 67 negara sejauh ini,
termasuk negara-negara Uni Eropa, Cina, Amerika Serikat, Kanada, Uruguay,
Paraguay, Vietnam, Singapura, Nigeria, Ghana, Federasi Rusia dan banyak
lainnya.

Sedangkan lembar data keselamatan bahan adalah lembar petunjuk yang berisi
informasi tentang sifat fisika, kimia dari bahan berbahaya, jenis bahaya yang
dapat ditimbulkan, cara penanganan dan tindakan khusus yang berhubungan
dengan keadaan darurat dalam penanganan bahan berbahaya. Di Indonesia, selain
lembar data keselamatan, penyediaan pelabelan bahan kimia merupakan salah satu
kewajiban pengusaha/pengurus dalam mengendalikan bahan kimia di tempat
kerja. Adapun lembar data keselamatan bahan dan pelabelan beserta klasifikasi
bahaya bahan kimia yang berdasarkan sistim global harmonisasi telah juga
diadopsi oleh Pemerintah Indonesia. Di pabrik Anda, atau ketika pengangkutan
bahan kimia, maka perlu di ikuti pedoman nasional tentang pelabelan. Jika tidak
ada, label GHS menyediakan cara yang jelasdan berguna dalam memberikan
peringatan dan informasi untuk semua pihak.
Nama : Eka Arya Putra.P
NIM : A2A017005
Prodi : S1 Kesehatan Masyarakat

Di bawah ketentuan Standar Komunikasi Bahaya, pengusaha bertanggung


jawab untuk memberi tahu karyawan tentang bahaya dan identitas bahan kimia di
tempat kerja tempat mereka terpapar.

Sekitar 32 juta pekerja bekerja dengan dan berpotensi terpapar pada satu atau
lebih bahaya kimia. Diperkirakan ada 650.000 produk kimia yang ada, dan ratusan
yang baru diperkenalkan setiap tahun. Ini menimbulkan masalah serius bagi
pekerja yang terpapar dan majikan mereka.

Paparan bahan kimia dapat menyebabkan atau berkontribusi terhadap banyak


efek kesehatan yang serius seperti penyakit jantung, sistem saraf pusat, kerusakan
ginjal dan paru-paru, kemandulan, kanker, luka bakar, dan ruam. Beberapa bahan
kimia mungkin juga merupakan bahaya keselamatan dan berpotensi menyebabkan
kebakaran dan ledakan serta kecelakaan serius lainnya.

Karena keseriusan masalah keselamatan dan kesehatan ini, dan karena banyak
pengusaha dan karyawan tidak tahu banyak tentang mereka, Administrasi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (OSHA) mengeluarkan Standar Komunikasi
Bahaya. Tujuan dasar dari standar ini adalah untuk memastikan pengusaha dan
karyawan tahu tentang bahaya kerja dan bagaimana melindungi diri mereka
sendiri; ini akan membantu mengurangi insiden penyakit dan cedera sumber
kimia.

Standar Komunikasi Bahaya menetapkan persyaratan yang seragam untuk


memastikan bahwa bahaya semua bahan kimia yang diimpor ke, diproduksi, atau
digunakan di tempat kerja A.S dievaluasi, dan bahwa informasi bahaya ini
ditransmisikan ke pengusaha yang terkena dampak dan karyawan yang terpapar.

Pengusaha dan karyawan yang dicakup oleh rencana keselamatan dan


kesehatan negara yang disetujui OSHA harus memeriksa dengan agen negara
mereka, yang mungkin menegakkan standar dan prosedur lain "setidaknya sama
efektifnya dengan," tetapi tidak selalu identik dengan, persyaratan federal. Lihat
juga halaman 13 dan 18 publikasi ini untuk informasi lebih lanjut tentang rencana
negara.
Nama : Eka Arya Putra.P
NIM : A2A017005
Prodi : S1 Kesehatan Masyarakat

Pada dasarnya, standar komunikasi bahaya berbeda dari aturan kesehatan


OSHA lain karena mencakup semua bahan kimia berbahaya. Aturan ini juga
memasukkan "aliran informasi ke hilir," yang berarti bahwa produsen bahan kimia
memiliki tanggung jawab utama untuk menghasilkan dan menyebarluaskan
informasi, sedangkan pengguna bahan kimia harus mendapatkan informasi dan
mengirimkannya ke karyawan mereka sendiri. Secara umum, ini berfungsi seperti
ini:

Pabrik / Pemasok Bahan Kimia Tentukan bahaya dari setiap produk.

Produsen / Pengimpor / Distributor Mengkomunikasikan informasi


Bahan Kimia bahaya dan tindakan perlindungan
terkait ke hilir kepada pelanggan
melalui label dan MSDS.

Pengusaha Identifikasi dan daftarkan bahan


kimia berbahaya di tempat kerja
mereka.
Dapatkan MSDS dan label untuk
setiap bahan kimia berbahaya, jika
tidak disediakan oleh pabrikan,
importir, atau distributor.
Mengembangkan dan menerapkan
program komunikasi bahaya tertulis,
termasuk label, MSDS, dan pelatihan
karyawan, pada daftar bahan kimia,
MSDS, dan informasi label.
Mengkomunikasikan informasi
bahaya kepada karyawan mereka
melalui label, MSDS, dan program
pelatihan formal.
Nama : Eka Arya Putra.P
NIM : A2A017005
Prodi : S1 Kesehatan Masyarakat

Kualitas program komunikasi bahaya tergantung pada kecukupan dan akurasi


penilaian bahaya di tempat kerja. Pabrik dan importir bahan kimia diharuskan
untuk meninjau bukti ilmiah yang tersedia mengenai bahaya bahan kimia yang
mereka hasilkan atau impor, dan untuk melaporkan informasi yang mereka
temukan kepada karyawan mereka dan kepada pengusaha yang mendistribusikan
atau menggunakan produk mereka. Pengusaha hilir dapat mengandalkan evaluasi
yang dilakukan oleh pabrik kimia atau importir untuk menetapkan bahaya bahan
kimia yang mereka gunakan.

Pabrik kimia, importir, dan setiap pengusaha yang memilih untuk


mengevaluasi bahaya bertanggung jawab atas kualitas penentuan bahaya yang
mereka lakukan. Setiap bahan kimia harus dievaluasi potensinya untuk
menyebabkan efek kesehatan yang merugikan dan potensinya untuk menimbulkan
bahaya fisik seperti mudah terbakar.

Program komunikasi bahaya tertulis memastikan bahwa semua pengusaha


menerima informasi yang mereka butuhkan untuk menginformasikan dan melatih
karyawan mereka dengan benar dan untuk merancang dan menerapkan program
perlindungan karyawan. Ini juga memberikan informasi bahaya yang diperlukan
kepada karyawan, sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam, dan mendukung,
tindakan perlindungan yang dilakukan di tempat kerja mereka.

Oleh karena itu pengusaha harus mengembangkan, menerapkan, dan


memelihara di tempat kerja program komunikasi bahaya tertulis yang
komprehensif yang mencakup ketentuan untuk label wadah, pengumpulan dan
ketersediaan lembar data keselamatan bahan, dan program pelatihan karyawan. Ini
juga harus memuat daftar bahan kimia berbahaya, cara yang akan digunakan
majikan untuk memberi tahu karyawan tentang bahaya tugas tidak rutin
(misalnya, pembersihan kapal reaktor), dan bahaya yang terkait dengan bahan
kimia dalam pipa yang tidak berlabel. Jika tempat kerja memiliki beberapa
pengusaha di tempat (misalnya, situs konstruksi), aturan mengharuskan pengusaha
untuk memastikan bahwa informasi mengenai bahaya dan langkah-langkah
Nama : Eka Arya Putra.P
NIM : A2A017005
Prodi : S1 Kesehatan Masyarakat

perlindungan dibuat tersedia untuk pengusaha lain di tempat, jika perlu. Selain itu,
semua pengusaha yang dilindungi harus memiliki program komunikasi bahaya
tertulis untuk mendapatkan informasi bahaya kepada karyawan mereka melalui
label pada wadah, MSDS, dan pelatihan.

Program tertulis tidak harus panjang atau rumit, dan beberapa pengusaha
mungkin dapat mengandalkan program komunikasi bahaya yang ada untuk
memenuhi persyaratan di atas. Program tertulis harus tersedia untuk karyawan,
perwakilan yang ditunjuk, Asisten Sekretaris Perburuhan untuk Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, dan Direktur Institut Nasional untuk Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (NIOSH).

Pabrikan dan importir bahan kimia harus menyampaikan informasi bahaya


yang mereka pelajari dari evaluasi mereka kepada pengusaha hilir melalui label
pada wadah dan lembar data keselamatan bahan (MSDS).

Selain itu, produsen, importir, dan distributor bahan kimia harus yakin bahwa
wadah bahan kimia berbahaya yang meninggalkan tempat kerja diberi label,
ditandai, atau ditandai dengan identitas bahan kimia, peringatan bahaya yang
sesuai, dan nama dan alamat pabrik atau pihak yang bertanggung jawab lainnya. .

Di tempat kerja, setiap wadah harus diberi label, ditandai, atau ditandai
dengan identitas bahan kimia berbahaya yang terkandung di dalamnya, dan harus
menunjukkan peringatan bahaya yang sesuai untuk perlindungan karyawan.
Peringatan bahaya dapat berupa semua jenis pesan, kata-kata, gambar, atau simbol
yang memberikan setidaknya informasi umum tentang bahaya bahan kimia dalam
wadah dan organ target yang terkena dampak, jika berlaku. Label harus dapat
dibaca, dalam bahasa Inggris (ditambah bahasa lain, jika diinginkan), dan
ditampilkan dengan jelas.

Pengecualian untuk persyaratan label wadah inpidual in-plant adalah sebagai


berikut:
Nama : Eka Arya Putra.P
NIM : A2A017005
Prodi : S1 Kesehatan Masyarakat

a. Pengusaha dapat memposting tanda atau plakat yang menyampaikan


informasi bahaya jika ada sejumlah wadah stasioner di dalam area kerja
yang memiliki konten dan bahaya serupa.
b. Pengusaha dapat mengganti berbagai jenis prosedur operasi standar,
lembar proses, tiket batch, tiket campuran, dan bahan tertulis serupa untuk
label wadah pada peralatan proses stasioner jika mengandung informasi
yang sama dan bahan tertulis mudah diakses oleh karyawan di area kerja.
c. Pengusaha tidak diharuskan untuk memberi label wadah portabel ke
tempat bahan kimia berbahaya ditransfer dari wadah berlabel dan yang
dimaksudkan hanya untuk penggunaan langsung karyawan yang
melakukan transfer.
d. Pengusaha tidak diharuskan memberi label pada pipa atau sistem
perpipaan.

MSDS adalah buletin informasi terperinci yang disiapkan oleh produsen atau
importir bahan kimia yang menggambarkan sifat fisik dan kimia, bahaya fisik dan
kesehatan, rute paparan, tindakan pencegahan untuk penanganan dan penggunaan
yang aman, prosedur pertolongan pertama dan pertolongan pertama, dan langkah-
langkah pengendalian.

Produsen dan importir bahan kimia harus mengembangkan MSDS untuk


setiap bahan kimia berbahaya yang mereka hasilkan atau impor, dan harus
menyediakan MSDS secara otomatis pada saat pengiriman awal bahan kimia
berbahaya ke distributor atau pengguna hilir. Distributor juga harus memastikan
bahwa pengusaha hilir juga diberikan MSDS.

Setiap MSDS harus dalam bahasa Inggris dan termasuk informasi mengenai
identitas kimia spesifik dari bahan kimia berbahaya yang terlibat dan nama-nama
umum. Selain itu, informasi harus diberikan mengenai karakteristik fisik dan
kimia bahan kimia berbahaya; diketahui efek kesehatan akut dan kronis dan
informasi kesehatan terkait; batas pajanan; apakah bahan kimia tersebut dianggap
sebagai karsinogen oleh NTP, IARC, atau OSHA; tindakan pencegahan; prosedur
Nama : Eka Arya Putra.P
NIM : A2A017005
Prodi : S1 Kesehatan Masyarakat

Daftar Pustaka

https://www.osha.gov/Publications/osha3084.html

Abu, B. dan David, T. 2005. Keselamatan dan Kesehatan Dalam Penggunaan


Bahan Kimia Ditempat Kerja. Jakarta: MDC Publishers.

Anonim, OHSAS 18001. 2007. Occupational health and safety management


system requirements 18001:2007.

Permennakertransi No.PER. 13/MEN/X/2011, tentang NAB (Nilai Ambang


Batas) Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja (pasal 1, butir 11, dan
butir 12).

Imamkhasani, S. 1990. Keselamatan Kerja Dalam Laboratorium Kimia.


Gramedia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai