Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PROYEK KOMUNITAS

COURSE

COMMUNITY HEALTH PROJECT – INTERPROFESSIONAL


EDUCATION

Disusun oleh :

KELOMPOK 5704

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


2019
IDENTITAS KELOMPOK

Nama Kelompok : 5704


Nama Mahasiswa :1 . Dian Santika Chandra (G0017223)
2. Aulia Farah Diba (G0017035)
3. Devi Amara Maritza (G0017051)
4. Meilani Laksita (G0017131)
5. Misha Elshaddai (G0017135)
6. Abi Prasetya (G0017001)
7. Dykall Naf’an Dzikri (G0017057)
8. Firda Sukma A (R0317026)
9. Tika Rahmawati (R0317060)
10. Alwan Hanif (M0616003)
Puskesmas : Kebak Kramat 1, Kab. Karanganyar
Dosen Pembimbing :1. Maryani, dr., M.Si, Sp. MK
2. Fea Prihapsara, S. Farm, M. Sc, Apt
HALAMAN PENGESAHAN

SOSIALISASI ROKOK DAN PEMBUANGAN SAMPAH TERHADAP


WARGA DUSUN TASGUNTING, DESA NANGSRI, KECAMATAN
KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR

Laporan proyek ini telah dipresentasikan di hadapan penguji dan disetujui

Surakarta, 20 November 2019

Kepala Puskesmas

Retno Sawartuti, dr., M. Kes


NIP 197303142002122003

Dosen Pembimbing Fakultas I Dosen Pembimbing Fakultas II

Maryani, dr., M.Si, Sp. MK Fea Prihapsara, S. Farm, M. Sc, Apt


NIP 196611201997022001 NIP 198706062019031010
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat menurut Kemenkes tahun 2016
adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan karena kesadaran pribadi
sehingga keluarga dan seluruh anggotanya mampu menolong diri sendiri pada
bidang kesehatan serta memiliki peran aktif dalam aktivitas masyarakat.
Aktivitas masyarakat yang dilakukan dilingkungan tanpa memerhatikan
PHBS dapat meningkatkan timbulan sampah, yang berakibat fatal pada
lingkungan. Adapun indikator besarnya masalah kesehatan di Indonesia yaitu
dengan kebiasaan merokok yang sangat berisiko bagi perokok maupun orang
terdekat.
Perkembangan penduduk dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.
Data Kemenkes RI jumlah penduduk Indonesia berdasarkan hasil estimasi
pada tahun 2018 sebesar 265.015.313 jiwa dan diwilayah Jawa Tengah tahun
2018 sebesar 34.490.835. Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil (Disdukcapil), Kabupaten Karanganyar tahun 2017 mempunyai
jumlah penduduk sebesar 896.991 jiwa (Profil Kesehatan Kab.Karanganyar
2017). Salah satu wilayah kecamatan Kebakkramat dengan jumlah penduduk
mencapai 62,819 jiwa.
Dengan sekian banyaknya jumlah penduduk sehingga didapatkan data
statistic presentase perokok pada penduduk di wilayah provinsi Jawa Tengah
tahun 2017 sebesar 27,69% dan mengalami peningkatan pada tahun 2018
sebesar 30,79% yang mana menjadi sorotan utama karena salah satu
kebiasaan yang dengan mudah ditangkap mata dan memberikan dampak
buruk bagi masyarakat apabila tidak kurangi jumlah penggunaannya. Terbukti
dengan timbulnya berbagai macam penyakit yang disebabkan karena
konsumsi rokok sampai terjadinya kematian.
Selain kebiasaan merokok, perilaku yang dapat meresahkan lingkungan
yakni adanya pemandangan sampah yang dapat mengganggu kenyamanan
dan mengancam kesehatan keluarga. Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK) menyampaikan jumlah timbulan sampah secara nasional
sebesar 175.000 ton per hari atau setara 64 juta ton per tahun jika
menggunakan asumsi sampah yang dihasilkan setiap orang per hari sebesar
0,7 kg. lalu dengan adanya Perpres 97 Tahun 2017 yang ditetapkan tanggal 23
Oktober 2017, menargetkan pengurangan sampah rumah tangga dan sampah
sejenis sampah rumah tangga sebesar 30 persen dan penanganannya sebesar
70 persen. Kondisi ini dapat mendorong untuk meningkatkan pengolahan
sampah yang lebih baik dan tepat.
Berdasarkan data di atas, maka penulis tertarik akan penerapan kembali
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat untuk meningkatkan taraf kesehatan
masyarakat, terutama yang disebabkan karena kebiasaan merokok dan
kurangnya pengelolaan sampah dilingkungan sekitar. Dengan melakukan
pendekatan kepada masyarakat, membagikan informasi mengenai bahaya dan
cara mengurangi efektivitas rokok, dan pengelolaan sampah yang tepat bagi
lingkungan diwilayah dukuh Tasgunting Rt 02 RW 11 Nangsri Kebakkramat.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat kita ketahui bahwa rumusan masalah
yang dapat diambil yakni “Bagaimana Cara Untuk Menurunkan Prevalensi
Perokok dan Bagaimana Cara Pengelolaan Sampah Agar Dapat Menciptakan
Lingkungan yang Sehat, Ramah, Aman dan Nyaman?”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi masalah kesehatan keluarga dan lingkungan
dengan tujuan dapat meningkatkan taraf dan kualitas hidup masyarakat
di dukuh Tasgunting Rt 02 RW 11 Nangsri Kebakkramat.
2. Tujuan Khusus
Melakukan intervensi dengan melakukan edukasi kesehatan secara
bertahap dari tingkat keluarga ke masyarakat di dukuh Tasgunting RT 03
RW 11 Nangsri, Kebakkramat mengenai gaya hidup merokok dan
memperbaiki kesehatan lingkungan dalam pengelolaan sampah di dukuh.
D. Manfaat
1. Bagi Keluarga dan Lingkungan Masyarakat
Dapat meningkatkan pengetahuan tentang bahaya merokok dan
kesehatan lingkungan pengelolaan sampah. Sehingga dapat mengurangi
prevalensi perokok dan menciptakan keluarga sehat yang berkualitas dan
dapat membentuk lingkungan yang ramah, aman, dan nyaman.
2. Bagi Puskesmas
Dapat mengetahui sasaran wilayah dengan masalah tertentu seperti
masalah lingkungan dan gaya hidup yang masih belum memenuhi target
untuk menjadi keluarga dan lingkungan yang sehat, ramah, aman, dan
nyaman.
3. Bagi Mahasiswa
Dapat mengetahui problematika atau masalah yang mungkin
terjadi disuatu wilayah tertentu dengan berpegang pada teori yang
dipelajari. Sehingga dapat memecahkan solusi permasalahan dengan
membagikan informasi maupun dapat mendorong masyarakat untuk
meningkatkan taraf kesehatan keluarga dan lingkungan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Merokok
Rokok adalah lintingan tembakau yang dibungkus dengan kertas, daun,
atau kulit jagung, dengan panjang sekitar 8-10 cm yang dihisap oleh seseorang
setelah dibakar ujungnya. Rokok diproduksi dengan lebih dari 4000 jenis
bahan kimia, dimana 400 diantaranya beracun dan 40 lainnya dapat
menyebabkan kanker (Gagan, 2017)
Adapun orang yang merokok atau menghisap asap rokok disebut perokok.
Perokok terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Perokok Aktif : Orang yang dengan sengaja menghisap rokok secara
langsung dan menghirup asap rokok yang dihembuskan dari mulutnya .
b. Perokok Pasif : Orang yang tidak memiliki kebiasaan merokok namun
menghirup asap rokok orang lain.
Merokok pada dasarnya adalah menikmati asap nikotin yang dibakar.
Selain nikotin, di dalam rokok juga terdapat senyawa gula, bahan aditif, saus,
pemberi rasa, aroma, dan lain-lain sehingga terbentuk rasa yang memenuhi
selera konsumen (perokok). Berikut akan dibahas satu-satu zat-zat berbahaya
yang terkandung dalam rokok, yaitu :
1. Nikotin
Merupakan senyawa organik spesifik yang terkandung dalam daun
tembakau. Apabila diisap senyawa ini akan menimbulkan rangsangan
psikologis bagi perokok dan membuatnya menjadi ketagihan. Dalam
asap, nikotin berpengaruh terhadap beratnya rasa isap. Semakin tinggi
kadar nikotin rasa isapnya semakin berat, sebaliknya tembakau yang
berkadar nikotin rendah rasanya enteng (hambar). Protein membuat
rasa isap amat pedas dan menggigit, sehingga selama prosesing
(curing) senyawa ini harus dirombak menjadi senyawa lain seperti
amida dan asam amino.
2. Karbon monoksida
Kuatnya ikatan senyawa ini dengan haemoglobin darah menyebabkan
berkurangnya tempat ikatan antara oksigen dengan hemoglobin darah.
3. Tar
Tar biasa digunakan untuk mengaspal jalan raya. Penggunaan jangka
panjang tar dapat menyebabkan kanker. Beberapa contohnya adalah
benzoa pyrene, nitrosamine, B-naphthylamine, dan nikel.
4. DDT
DDT merupakan racun serangga, yang biasanya digunakan untuk
membunuh nyamuk, semut, atau kecoa.
5. Aseton
Aseton adalah zat peluntur cat rumah.
6. Kadminum
Kadmium adalah bahan kimia yang biasanya terdapat pada accu atau
aki kendaraan bermotor.
7. Arsenik
Arsenik merupakan bahan kimia yang sering digunakan untuk
membasmi seranga-serangga pengganggu
8. Ammonia
Ammonia merupakan bahan aktif yang terdapat dalam pembersih
lantai.
9. Polonium-210
Bahan ini merupakan salah satu zat radioaktif, yaitu zat yang mampu
mengeluarkan radiasi aktif, yang bisa menyebabkan perubahan struktur
dan fungsi sel normal.
10. Hidrogen sianida
Merupakan bahan yang digunakan sebagai racun dalam bentuk gas.
11. Vinil klorida
Zat ini biasanya digunakan sebagai bahan baku pembuatan plastik
12. Naftalena
Bahan ini terdapat pada obat-obat pembasmi serangga.
B. Faktor Penyebab Perilaku Merokok
Merokok dilakukan untuk memperoleh efek psiologis yang
menyenangkan, diantaranya membuat badan menjadi lebih fresh dan lebih
berenergi meskipun sebenarnya ini adalah dampak dari ketergantungan
merokok. Selain itu masih banyak faktor dari luar individu yang berpengaruh
pada proses pembentukan perilaku merokok. Diantaranya mencakup pengaruh
teman sebaya, perokok lain, kurangnya pengawasan orang tua, pengaruh
media, dan lingkungan sosial.
C. Dampak Perilaku Merokok
Merokok merupakan suatu aktivitas yang merugikan. Dampak perilaku
merokok bagi kesehatan yaitu dapat menyebabkan stroke, penyakit janung
koroner, kanker paru dan saluran nafas atas, penyakit paru obstruksi kronis,
dan gangguan perkembangan janin (West, 2017). Merokok menyebabkan 87%
kematian akibat kanker paru. Pada wanita, kanker paru melampaui kanker
payudara yang merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Merokok
dapat mengganggu kerja paru-paru yang normal karena hemoglobin lebih
mudah membawa karbon dioksida membentuk karboksihemoglobin daripada
membawa oksigen. Orang yang banyak merokok (perokok aktif) dan orang
yang banyak mengisap asap rokok (perokok pasif), dapat berakibat paru-
parunya lebih banyak mengandung karbon monoksida dibandingkan oksigen
sehingga kadar oksigen dalam darah kurang lebih 15% daripada kadar oksigen
normal (Nururrahmah, 2014: 3). Bahkan di Amerika, rokok dapat
menyebabkan kematian lebih dari 400.000 orang, namun demikian setiap hari
lebih dari 3000 anak dan remaja menjadi perokok (Surani, 2011)
Perilaku merokok juga dapat menyebabkan kemiskinan karena
penggunaan sumber daya individu dan keluarga yang terbatas untuk
kebutuhan lain yang sebenarnya lebih penting, seperti pendidikan anak,
makanan yang berkualitas dan lain sebagainya. Berbagai studi empiris
menunjukkan bahwa masyarakat miskin cenderung menggunakan tembakau
lebih banyak (33,9%) dibandingkan masyarakat kaya (34,4%).
D. Pengertian Sampah
Sampah adalah tumpukan bahan bekas dan sisa tanaman (daun, sisa
sayuran, dan sisa buangan lain). Sedangkan definisi sampah berdasarkan UU
Nomor 18 Tahun 2008 adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau
proses alam yang berbentuk padat. Sampah spesifik adalah sampah yang
karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan
khusus.
E. Penggolongan Sampah
Sampah yang dikelola undang-undang terbagi menjadi :
1. Sampah rumah tangga
Sampah rumah tangga yang dimaksud adalah sampah yang berasal dari
kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga namun tidak termasuk tinja
dan sampah spesifik.
2. Sampah sejenis rumah tangga
Sampah sejenis rumah tangga yang dimaksud adalah sampah yang
berasal dari kawasan komersial, industri, khusus, fasilitas sosial,
fasilitas umum dan fasilitas lainnya.
3. Sampah spesifik
Sampah spesifik yang dimaksud adalah :
a. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun.
b. Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun.
c. Sampah yang timbul akibat bencana.
d. Puing bongkaran bangunan.
e. Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah.
f. Sampah yang timbul secara tidak periodik.
The American Public Works Association (APWA) telah
mengklasifikasikan jenis jenis sampah berdasarkan asalnya, karakternya, dan
bahan aslinya sebagai berikut :
1. Garbage didefinisikan sebagai sampah yang dihasilkan dari proses
penyiapan, pengolahan dan penyediaan makanan dan dapat dihasilkan
dari rumah tangga, institusi dan badan-badan komersial seperti hotel,
toko, restoran, dan pasar.
2. Rubbish merupakan barang-barang seperti kertas, kardus (cardboards),
karton, kotak kayu, plastik, kain-kain sisa, pakaian, seprei, selimut,
kulit, karet, rumput, daun dan sisa-sisa kebun. Non-combustible
rubbish termasuk kaleng, kertas timah (foils), tanah/lumpur, batu, bata,
keramik, botol kaca, tembikar, dan sampah mineral lainnya.
Menurut (Soemirat, 2000) penggolongan sampah berdasarkan lokasi, sifat
proses terjadinya dan jenisnya berdasarkan lokasi terdapatnya sampah,
dibedakan menjadi :
1. Sampah kota (urban) yaitu sampah yang terkumpul di kota-kota besar.
2. Sampah daerah sampah yang terkumpul dari luar kota seperti
pedesaan, permukiman dan pantai dan terdapat 2 macam sampah
berdasarkan sifat-sifatnya, yaitu:
a. Sampah organik adalah sampah yang tersusun dari unsur
karbon, hydrogen dan oksigen. Merupakan sampah yang dapat
terdegradasi oleh mikroba.
b. Sampah Anorganik, merupakan bahan yang tersusun dari
senyawa organik yang sulit terdegradasi oleh mikroba.
F. Sumber-sumber sampah
Pemahaman mengenai sumber dan jenis sampah, beserta keberadaan data
mengenai jumlah timbulan sampah dan komposisinya akan menjadi dasar
untuk merancang dan mengoperasikan elemen-elemen fungsional dalam
pengelolaan sampah. (Tchobanoglous et al. 1993). Sumber-sumber sampah
dalam suatu masyarakat umumnya terkait dengan penggunaan lahan (land
use), seperti:
1. Permukiman
2. Komersial
3. Perkantoran
4. Kegiatan konstruksi
5. Lokasi pengolahan sampah
6. Industri dan pertanian.
G. Pengaruh Sampah Terhadap Kesehatan
Soemirat (2000) mengemukakan, bahwa pengaruh sampah terhadap
kesehatan dapat dikelompokan menjadi efek yang langsung dan efek tidak
langsung. Efek langsung adalah efek yang disebabkan karena kontak langsung
dengan sampah tersebut. Misalnya sampah yang korosif terhadap tubuh yang
karsiogenik dan lainnya. Sampah rumah tangga yang cepat membusuk dapat
mengandung kuman patogen yang dapat menimbulkan penyakit. Sedangkan
efek yang tidak langsung adalah pengaruh tidak langsung dirasakan
masyarakat akibat proses pembusukan pembakaran, dan pembuangan sampah.
Efek tidak langsung lainnya dapat berupa penyakit bawaan vektor yang
berkembang biak di dalam sampah.
Menurut Wasito (1970), sampah sebagai media istirahat sekaligus
perindukan bagi lalat yang dapat menimbulkan penyakit Dysenterie basillaris
Dysenterie Amoebae, Typhus abdominalis, Cholera, dan Ascariasis.Disamping
itu sampah juga merupakan media yang disukai oleh tikus, sebagai sumber
pembawa penyakit Pest, Leptospirosis, Icterohaemorrhagica, dan Rate bite
Fever.
H. Pengelolaah Sampah
Apabila tidak dikelola dengan baik maka sampah dapat memberikan
dampak yang merugikan khususnya dibidang kesehatan, oleh karena itu untuk
mengurangi dampak tersebut maka diperlukan pengelolaan sampah yang baik.
Teknik pembuangan sampah menurut (Soemirat, 2000) dapat dilihat dari
sumber sampah hingga ke TPA. Usaha utama adalah mengurangi sumber
sampah dari segi kuantitas dan kualitas dengan:
1. Meningkatkan pemeliharan dan kualitas barang sehingga tidak cepat
menjadi sampah;
2. Meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku
3. Meningkatkan penggunaan bahan yang dapat terurai secara alamiah,
misalnya penggunaan pembungkus plastik diganti dengan kertas atau
daun, untuk itu diperlukan partisipasi dan kesadaran masyarakat.
Beberapa metode penyimpanan sampah menurut (Widyatmoko, 2002),
antara lain:
1. Menggunakan karung plastik (pada pemukiman);
2. Menggunakan bak penampung dari kayu atau bata yang mempunya
tutup, sehingga tidak tergenang saat hujan serta menghindari bau yang
keluar;
3. Penyimpanan dengan cara membiarkan menumpuk di tempat terbuka;
4. Penyimpanan menggunakan pengendali kelembaban dan tekanan udara
pada ruang tertutup, sehingga sampah tidak rusak (butuh biaya tinggi);
dan
5. Penyimpanan diruang tertutup menggunakan udara pendingin.
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor: 18 Tahun 2008
Tentang Pengolahan Sampah; pasal 1 ayat 5: Pengelolaan sampah adalah
kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi
pengurangan dan penanganan sampah. Pengelolaan sampah yang baik dapat
dilihat dari beberapa segi, yaitu:
1. Dari segi sanitasi, menjamin tempat kerja yang bersih mencegah
tempat berkembang biaknya vektor hama penyakit dan mencegah
pencemaran lingkungan hidup;
2. Dari segi ekonomi, mengurangi biaya perawatan dan pengobatan bagi
akibat yang ditimbulkan sampah;
3. Dari segi estetika, menghilangkan pemandangan tidak sedap
dipandang mata, menghilangkan timbulnya bau yang tidak enak
mencegah keadaan lingkungan yang kotor dan tercemar.
Pengurangan sampah akan mengurangi jumlah sampah dan secara alamiah
akan merubah komposisi sampah, namun demikian akan selalu ada sampah
yang masih harus dikelola. Untuk itu, selain pengurangan sampah, masih
diperlukan suatu konsep yang efektif dalam pengelolaan sampah. Konsep
tersebut adalah konsep pemnfaatan kembali (recycle), penggunaan kembali
(re-use) dan pemulihan energy (energy recovery) yang terkandung dalam
sampah.
1. Reuse
Reuse diartikan sebagai upaya memperpanjang penggunaan suatu
produk baik dalam bentuk semula maupun bentuk yang sudah
dimodifikasi. Reuse dapat dilakukan dengan cara memperbaiki produk
yang sudah rusak atau habis masa pakainya, missal vulkanisir ban.
Reuse juga dapat dilakukan dengan menggunakan kemasan suatu
produk untuk digunakan menjadi kemasan produk lain, misalnya botol
air mineral yang dipakai untuk menjadi botol cat. Pelaksanaan reuse
tidak mengembalikan produk tersebut ke industry. Upaya reuse lebih
dekat pada upaya mengurangi jumlah sampah (EL_Hagar, 2007).
2. Recycle
Sampah yang tidak dapat dipakai lagi mulai masuk ke aliran
pengelolaan sampah. Beberapa jenis sampah seperti plastic dan kertas,
dengan suatu teknologi tertentu, dapat dimanfaatkan kembali sebagai
bahan baku suatu produk. Proses yang mengubah sampah tersebut
menjadi bahan baku industry lain disebut recycle atau daur ulang
(EL_Hagar, 2007).
Aktivitas industry recycle terdiri dari 5 kesatuan usaha yang
bekerja secara serempak untuk menghasilkan material daur ulang yang
siap menjadi bahan baku kegiatan industry. Kesatuan usaha tersebut
adalah:
a. Pengumpulan dan transportasi. Usaha atau kegiatan ini
dimaksudkan untuk mengumpulkan dan mengangkut sampah dari
berbagai sumber sampah.
b. Material Recovery Facility. Usaha ini adalah suatu bentuk usaha
yang menyediakan fasilitas khusus yang didesain untuk menerima,
memisahkan dan memproses sampah menjadi bahan baku suatu
kegiatan industry.
c. Konsolidator dan depat. Kegiatan ini berfungsi seperti MRF namun
pada konsolidator tidak terdapat kegiatan pemilahan.
d. Broker material (pengumpul): broker material adalah jenis usaha
dengan aktivitas utama membeli produk usaha daur ulang,
khusunya dari MRF dan Konsolidator dan menjualnya ke industry
yang memanfaatkan hasil industry daur ulang tersebut sebagai
bahan baku.
e. Fasilitas pemrosesan: adalah industry penghasil barang-barang
yang berbahan baku dari produk-produk daur ulang
3. Recovery
Recovery (pemulihan kembali) material atau energy dapat dilakukan
melalui berbagai bentuk. Secara prinsip recycle dan recovery
mempunyai kesamaan yaitu mengembalikan kembali material ke suatu
industri sedangkan perbedaannya adalah recycle memerlukan
pemisahan material yang akan didaur ulang dari sampah, sedangkan
recovery tidak memerlukan upaya pemisahan tersebut (EL_Hagar,
2007)
BAB III
HASIL KUNJUNGAN LAPANGAN

Kegiatan observasi lapangan ini dimulai pada hari Rabu, 25 September 2019.
Sebelum melakukan kegiatan ini, penyusun terlebih dahulu melakukan koordinasi
dengan pihak Puskesmas Kebakkramat I mengenai wilayah yang akan dikunjungi
dalam rangka pengambilan data kesehatan keluarga. Setelah dilakukan diskusi,
Dusun Tasgunting RT 02/RW 11 desa Nangsri ditetapkan menjadi wilayah yang
akan dikunjungi penyusun dengan pertimbangan sebagai berikut :
1. Dusun Tasgunting RT 02/RW 11 desa Nangsri merupakan wilayah yang
belum tersentuh secara keseluruhan oleh Puskesmas Kebakkramat I
sehingga belum diketahui secara pasti apa saja masalah kesehatan keluarga
yang ada di desa tersebut
2. Dusun Tasgunting RT 02/RW 11 desa Nangsri belum melakukkan pendataan
kesehatan keluarga kembali setelah terakhir dilakukan pendataan pada bulan
Januari 2019

Setelah penentuan wilayah, selanjutnya penyusun berkoordinasi dengan


pihak Puskesmas Kebakkramat I untuk menentukan instrumen apa yang akan
digunakan untuk melakukakan pendataan ulang kepada warga tersebut. Penyusun
mulai melakukan pendataan kesehatan keluarga pada hari Rabu, 2 Oktober 2019
di Desa Nangsri, Dusun Tasgunting RT 02/RW 11 Kebak Jetis, Nangsri,
Kebakkramat. Pengambilan data dilakukan terhadap 87 Kepala Keluarga (KK)
yang bertempat tinggal di Desa Nangsri RT 02/RW 11 dibantu oleh pihak Nakes
Puskesmas Kebakkramat I beserta para ibu kader setempat. Pada tahap pendataan
ulang ini, penyusun menggunakan instrumen berupa form Profil Kesehatan
Keluarga (PROKESGA) yang dibuat oleh kemenkes RI. Dalam proses
pengambilan data, penyusun membagi menjadi 3 kelompok kecil dimana setiap
kelompok kecil didampingi oleh 1 orang kader dan 1 orang Nakes Puskesmas
Kebakkramat I.
Teknis pendataan dilakukan dengan cara setiap kelompok kecil mendatangi rumah
warga yang ada di dusun tersebut. Dimana dari total 87 KK dibagi menjadi 3, sehingga
setiap kelompok kecil berkesempatan untuk mengunjungi setidaknya kurang lebih 30
KK. Data kesehatan keluarga yang sudah dimiliki oleh pihak puskesmas kebakkramat
1, kita gunakan untuk mengecek atau memastikan bahwa data tersebut benar adanya
sesuai dengan kondisi masyarakat yang ada di dusun tasgunting tersebut. Selanjutnya
data yang telah diambil tersebut dimasukkan ke dalam website Kementrian Kesehatan
(Kemenkes) https://keluargasehat.kemkes.go.id untuk mengetahui masalah kesehatan
keluarga yang terdapat di Desa Nangsri. Dari data yang telah dimasukkan ke dalam
web Kemenkes, didapatkan hasil sebagai berikut:
Dari tabel hasil diatas, didapatkan 2 (dua) permasalahan kesehatan utama
yang terdapat di Desa Nangsri RT 02/RW11 yaitu merokok serta pengelolaan
sampah. Setelah mendapat hasil tersebut diatas, penyusun melakukan pemilihan
responden berdasarkan nilai Indeks Keluarga Sehat (IKS). Keluarga dinyatakan
sehat apabila nilai IKS lebih dari 0.800 (pada tabel hasil dinyatakan dengan warna
hijau). Keluarga dinyatakan prasehat apabila nilai IKS 0.500-0.800 (pada tabel
hasil dinyatakan dengan warna kuning), sedangan keluarga dinyatakan tidak sehat
apabila nilai IKS kurang dari 0.500 (pada tabel hasil dinyatakan dengan warna
merah).
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa keluarga yang dinyatakan sehat
berjumlah 25 KK, keluarga prasehat berjumlah 49 KK, dan keluarga tidak sehat
berjumlah 3 KK. (minta tolong ini jumlah2nya dihitungin ya dari data yang 87
KK). Maka dari itu penyusun melakukan pemilihan 30 responden berdasarkan
pada nilai IKS terendah untuk dilakukan pengambilan data mengenai PHBS serta
MMAS. 30 responden dengan nilai IKS terendah yaitu sebagai berikut :
Selanjutnya penyusun melakukan pengambilan data kesehatan terhadap 30 Kepala
Keluarga yang telah dipilih sebelumnya menggunakan instrumen berupa kuisioner
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan formulir kepatuhan dalam
penggunaan obat MMAS-8 yang disediakan oleh Puskesmas Kebakkramat 1
Karanganyar. Pengisian kuisioner ini dilakukan dengan mendatangi setiap KK
yang ada, dimana dari kami akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada
warga yang bersangkutan, sesuai dengan isi pertanyaan yang tertera dalam
masing-masing kuisioner tersebut. Dari hasil pengambilan data kesehatan
keluarga tersebut, didapatkan hasil akhir sebagai berikut :
 Belum memiliki tempat pembuangan akhir : 30 responden
 Riwayat merokok : 22 dari 30 responden
 Belum punya jaminan pelayanan kesehatan : 4/30
 Membakar sampah sembarangan : 15 dari 30 responden
 Riwayat mengonsumsi obat-obatan (bukan karena kasus penyakit) :
responden
 Belum memberikan ASI eksklusif : 7 dari 30 responden

Selanjutnya, dilakukan perencanaan proyek edukasi kecil yang akan


diberikan dengan metode home visit terhadap 3 responden dengan hasil IKS
terendah, dimana dari kami tim penyusun memberikan edukasi mengenai rokok
kepada 3 responden dengan nilai IKS terendah. Kemudian pada pekan berikutnya
kami memberikan edukasi secara luas yang diikuti oleh sebagian besar masarakat
dusun tasgunting dengan metode penyuluhan. Penyuluhan yang kami lakukan
yaitu mengenai 2 permasalahan utama yang kami temukan berdasarakan
intervensi yang sudah kami lakukakan, yaitu permasalahan mengenai rokok dan
pengelolaan pembuangan sampah. Hasil dari penyuluhan yang kami lakukan ini,
warga dusun tasgunting sepakat untuk membuat sistem pengelolaan pembuangan
sampah yang ada di setiap rumah, dimana warga aka diminta untuk iuran 1000-
5000 rupiah setiap pekannya, dari uang iuran tersebut akan digunakan untuk
membayar relawan yang akan menambil sampah di tiap rumah
BAB IV
PELAKSANAAN PROYEK

Pada tanggal 23 Oktober 2019 jam 08.30. Kami melakukan Edukasi ke


tiga keluarga yang berdasarkan data yang telah kami dapatkan memiliki risiko
penyakit paling tinggi. Bertempat di Desa Nangsri, Dusun Tasgunting. Edukasi
dilakukan dengan membagi kelompok besar menjadi Tiga kelompok kecil. Tiap
kelompok melakukan edukasi ke tiga anggota keluraga masing - masing. Edukasi
tersebut bertempat di rumah masing-masing warga yang sudah terpilih. Topik
edukasi yang kami angkat yaitu mengenai “Bahaya Merokok”.
Pada tanggal 30 Oktober 2019 jam 10.00 kami melakukan Sosialiasi
Edukasi kepada warga Desa Nangsri, Dusun Tasgunting. Yang bertempat di Aula
atau Balai desa tersebut. Ada sekitar 30 anggota keluarga yang hadir pada saat
Sosialisai tersebut. Sosialisai dilakukan Dengan kelompok besar dan sekitar 4
mahasiswa yang melakukan presentasi. Topik yang kami presentasikan yaitu
mengenai “Bahaya Merokok” dan “Cara Pengelolaan Sampah”.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari kegiatan field lab dan kunjungan lapangan di dusun tasgunting,
kebanyakan warga memiliki standard kesehatan yang cukup baik dan hanya 3
keluarga yang berada di bawah standard kesehatan yang baik. Masalah utama
di dusun tasgunting adalah masalah kebiasaan merokok yang berlebih di 3
keluarga dan masalah kebersihan lingkungan atau PHBS. Masalah PHBS
masih menjadi maslalah yang belum bisa diatasi karena kebanyakan warga
masih melakukan pembakaran sampah dan tidak melakukan pemiliahan
sampah. Dengan diadakannya pembakaran sampah akan meningkatkan resiko
penyakit paru dan saluran napas lainnya dan karena sampah yang di tumpuk
terlalu lama juga dapat menyebabkan penyakit-penyakit lain seperti DBD
maupun diare.
B. Saran
Untuk mengatasi masalah merokok peran dari pihak puskesmas sangat
diperlukan dalam membantu masyarakat untuk berhenti merokok. Dari hasil
wawancara pada para pengkonsumsi rokok di dusun tasgunting, masalah
utama ada pada komunitas dan lingkungan yang tidak mendukung. Maka
disini puskesemas bisa memabantu untuk membuat komunitas yang baik
untuk para perokok aktif agar lebih produktif dan keiningnan untuk merokok
bisa lebih dihindari.
Puskesmas bisa membentuk kader anti rokok di dusun tasguniting.
Dikomunitas ini bukan dipaksa untuk berhenti merokok melainkan untuk
lebih produktif dan bisa mengurangi pikiran untuk merokok. Karena masalah
di dusun tasgunting juga berkaitan dengan sampah, mungkin puskesmas bisa
mengadakan komunitas peduli sampah dan rokok. Puskesmas membentuk
suatu kelompok yang terdiri dari para perokok aktif untuk melakukan
pengelolaan sampah. Perokok di dusun tasgunting didominasi oleh pria, maka
mungkin bisa dibentuk suatu komunitas yang mengolah sampah menjadi
pupuk kompos untuk bisa menjadi pemasukan bagi warga sekitar juga.
Dengan ini, diharapkan kedua masalah yang ada dapat teratasi, yaitu warga
dusun yang merokok bisa lebih produktif dan mengurangi rokok dan sampah
yang ada di dusun tasgunting juga dapat diolah agar lebih bermanfaat.
Peran puskesmas dalam membentuk kader sangat dibutuhkan untuk terus
mengontrol keberjalanan komunitas ini terutama saat awal dibentuk, Setelah
warga sudah memiliki kesadaran yang baik barulah puskesmas bisa lebih
mensupervisi komunitas dan tidak perlu terlalu banyak intervensi karena
warga yang sudah lebih sadar dan mandiri.
Masalah sampah dan kebersihan yang menjadi masalah utama di dusun
Tasgunting perlu dilakukan secara bersama dan kooperatif oleh seluruh
warga, kepala dusun, puskesmas dan dinas kebersihan. Warga dapat
melakukan pemungutan sampah secara kolektif dan dikumpulkan disatu
tempat untuk diolah secara baik agar masih bisa digunakan sebagai pupuk
kompos maupun di daur ulang. Penting juga untuk melakukan pemilahan
sampah organik dan non organik agar lebih mudah melakukan daur ulang
sampah. Sangat perlu peran dari masyarakat untuk bersama melakukan
perilaku hidup bersih dan sehat agar tercipta desa yang lebih bersih dan jauh
dari penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Gresik. 2004. Kajian Pola


Penanganan Sampah di Luar Wilayah Perkotaan di Kabupaten Gresik.
Gresik Buku Putih Sanitasi Kabupaten Gresik 2010-2014, Kelompok Kerja
Sanitasi Kabupaten Gresik 2011. Gresik.
BPS Kabupaten Karanganyar. 2018. Kabupaten Karanganyar Dalam Angka
Karanganyar Regency in Figures 2018. Karanganyar. BPS Kabupaten
Karanganyar. Diunduh pada tanggal 18 November 2019 pukul 14.40 WIB
BPS Kabupaten Karanganyar. 2018. Kecamatan Karanganyar Dalam Angka
2018. Karanganyar. BPS Kabupaten Karanganyar. Diunduh pada tanggal 18
November 2019 pukul 14.52 WIB
Depkes, 2008. Dampak Kesehatan dan Ekonomi Perilaku Merokok di Indonesia.
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/hsr/article/view/1866
(Diakses pada tanggal 14 November 2019).
Dinas Kominfo Kabupaten Karanganyar. 2018. Profil Kabupaten Karanganyar
Profil Of Karanganyar Regency 2018. Karanganyar. Arief Media
Kabupaten Karanganyar. Diunduh pada tanggal 18 November 2019 pukul
14.34 WIB
Febrijanto Y dan Fikriyah S. 2012. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Merokok Pada Mahasiswa Laki-Laki di Asrama Putra.
Gagan. 2017. Pengertian Merokok dan Akibatnya.
https://dinkes.bantenprov.go.id/read/berita/488/PENGERTIANMEROKOK-
DAN-AKIBATNYA.html (Di akses tanggal 14 November 2019)
Kementerian Kesehatan RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta :
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Diunduh pada tanggal 12
Oktober 2019 pukul 14.23 WIB
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta :
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Diunduh pada tanggal 12
Oktober 2019 pukul 14.01 WIB
Kemenkes RI, 2018. WHO : Rokok Tetap Jadi Sebab Utama Kematian dan
Penyakit.
http://www.p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/pusat-/whorokok-tetap-
jadi-sebab-utama-kematian-dan-penyakit (Diakses pada tanggal 14
November 2019)
Safitri P.A, Purba W.S, dan Zulkifli M. 2018. Statistik Lingkungan Hidup
Indonesia 2018 Environment Statistics Of Indonesia 2018. Jakarta. BPS–
Statistics Indonesia. Diunduh pada tanggal 17 November 2019 pukul 21.03
WIB
Lampiran
FOTO KEGIATAN

Gambar 1: Foto dengan salah satu warga saat intervensi keluarga

Gambar 2: Foto saat sedang melakukan intervensi keluarga


Gambar 3: Foto saat sedang melakukan intervensi komunitas
Lampiran
TABEL IKS

Tabel 1: Keluarga yang terpilih untuk mengikuti sosialisasi komunitas berdasarkan hasil
IKS
Lampiran
INSTRUMEN YANG DIGUNAKAN
Instrumen 1: Formulir Prokesga bagian data keluarga
Instrumen 2: Formulir Prokesga bagian data Jamkes
Instrumen 3: Formulir Prokesga bagian keterangan kesehatan keluarga dan
individu
Instrumen 4: Kuesioner pendataan PHBS rumah tangga

Anda mungkin juga menyukai