OLEH:
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
pada Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
KATA PENGANTAR
[Gie]
Rasanya baru kemarin saya menonton film “Gie” untuk pertama kali saat masih
cepak-cepak tai cicak. Di bagian terakhir film nihilist-romantik itu, bait di atas
terdengar sederhana namun begitu pas untuk menjadi semacam ayat penutup yang
membuka kata pengantar ini. Bagian yang ketika menulisnya membuat saya sadar
Dan seperti lazimnya sebuah pengantar, saya ingin menuliskan beberapa ucapan
kematian.
: Kepada dua malaikat, Frenis Kau dan Ningsih Nasadie, yang selalu berhasil
menghujani saya dengan pertanyaan “kapan ujian, nak?”. Demi mereka gelarku
ku berikan. Bercerita lebih banyak tentang mereka hanya akan membuat tangan
dan mata saya tak henti bergetar. Sadar bahwa saya belum melakukan apa-apa
i
Kakek dan Nenek yang membuat ku tidak pernah kehilangan panutan. Tidak
pernah kehilangan keikhlasan dan rasa rindu. Kalian adalah pencipta masa kecil.
Mungkin dengan karya ini kalian bisa melihat bahwa cucu mu ini telah tumbuh
dewasa.
Ika, Noe, Gadis, Debon, dan Indri. Kalian selalu menjadi tempat pulang yang
Buat rumah kecil HIMAHI FISIP Unhas yang mengajariku segala hal. Senior-
senior keren dan junior-junior yang selalu memaksaku untuk terus mencintai
tempat ini. Hidupku akan sangat berbeda tanpa rumah ini. Saya sering tertawa
mengingat diriku yang dulu: seorang maba jabe yang sering lari-lari dari
pengkaderan. Sungguh merugi mereka yang tidak menjadi besar dengan rumah
para senior): anak HI. “Salam kreativitas” untuk semua angkatan yang pernah
membantu saya dengan segala cara untuk menunaikan amanah itu. Saya selalu
merasa berhutang buat kalian. Entah harus membayarnya dengan cara bagaimana.
ii
Juga teruntuk teman-teman Empire 07 yang tidak perlu ku sebut nama-
namanya.Saya tahu saya bukan ketua angkatan yang baik, maka melalui tulisan ini
saya mengajukan pengunduran diri. Atau, jika kalian masih mau saya menjadi
ketua angkatan. Saya ingin mengajukan usulan kenaikan tunjangan. Sudah lima
tahun tunjangan saya tidak naik-naik. Meski begitu, terima kasih untuk kenangan-
banyak dari kalian yang sudah mendahului saya untuk skripsi dan menikah.
tidak perlu menyebut siapa kalian. Saya ingin menguji apakah kalian merasa
Buat yang selalu menjadi penggemar setia ku: Atika. Dia selalu mengatakan
bahwa saya pria paling tampan dan itu berhasil membuat saya mengizinkannya
menonton film Korea. Bagiku dia adalah Su In Lee dalam versi berjilbab.
Segalanya akan terasa mungkin setiap kali dia mengatakan “bisa jiki itu..”. Skripsi
iii
baru. Ada diantara kalian yang akan selalu saya nantikan cerita dan sambutan
saya harus mengucapkan terima kasih tanpa hingga buat teman-teman LAW
Unhas. Gara-gara kalianlah saya harus menunda skripsi dan wisuda. Tapi
belajar merangkak ini menjadi cara terbaik untuk “mengakhiri” status sebagai
Buat semua warga Sospol. Teman-teman 07 FISIP yang meski tidak pernah
dikader sama-sama tapi sangat piwai dalam mengelola kebersamaan. Juga untuk
Mace Hanifa dan Alm. Pace yang menjadi “kakek dan nenek” ku di kampus.
Tak lupa kepada Kak Gego dan Pak Adi Suryadi Culla, pembimbing sekaligus
guru. Para dosen dan staff yang membantu saya merasakan bahwa dalam sistem
birokrasi kita yang ribet, selalu ada jalan keluar (ini terdengar begitu endonesia!
hahaha).
iv
Akhirnya di antara semua mahluk, saya harus berterima kasih atas petunjuk “jalan
pulang” yang begitu sempurna diajarkan Rasulullah SAW. Segala puji bagi Allah
Semoga karya ini bermanfaat untuk siapapun yang merasa bahwa pendidikan kita
hari ini sudah terlalu jauh dari apa yang seharusnya kita rasakan dari proses
v
ABSTRAKSI
Hasrul Eka Putra Kau, E13107055. Dengan judul Skripsi: “Bantuan Bank
Dibawah bimbingan H. Adi Suryadi Culla, sebagai pembimbing I dan Muh. Ashary
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memahami bagaimana bantuan bank dunia
Reform) IMHERE yang didanai oleh Bank Dunia terhadap penentuan arah kebijakan dan
(Unhas).
analisis dengan Unhas dan proyek IMHERE sebagai studi kasus. Metode penelitian
oleh Bank Dunia memiliki dampak yang signifikan dalam perubahan-perubahan yang
vi
terjadi pada sektor pendidikan tinggi di Indonesia. Melalui pendekatan ekonomi politik,
penelitian ini menggunakan model klasifikasi Martin Carnoy tentang bagaimana dampak
globalisasi-neoliberal di sektor pendidikan yang dibawa melalui bantuan luar negeri. Dari
analisa pada konteks Unhas, penelitian ini menyimpulkan bahwa model “reformasi
Kata Kunci: Bantuan Luar Negeri, Bank Dunia, Pendidikan Tinggi Indonesia
vii
ABSTRACT
Hasrul Eka Putra Kau, E13107055, in “World Bank Aid in Indonesia Higher
Education (Case Study: Hasanuddin University). With H. Adi Suryadi Culla as First
This thesis aim to discern the implementation of World Bank financial aid in
Management and Higher Education Reform) IMHERE project towards the policy making
orientation and it’s implementation in Indonesia and, in particular, Unhas. This thesis
project as the single case sampling. The descriptive method engaged to describe the
research utilize various datum from literature, books, official document, official reports,
by World Bank has a great impact in the shifting and changing of Indonesia higher
education. Thorough the political-economic approach, this research apply Martin Carnoy
carried through foreign aid. This research found that this model of competition-based
reforms, reform based on financial imperatives, and equity-driven reforms occur in Unhas
viii
DAFTAR ISI
Hal
Halaman Judul...................................................................................... i
Halaman Pengesahan............................................................................ii
Kata Pengantar.................................................................................... iv
Abstraksi...............................................................................................ix
Abstract.................................................................................................xi
Daftar Isi..............................................................................................xii
Daftar Tabel........................................................................................ xv
Daftar Gambar..................................................................................xvii
Daftar Lampiran..............................................................................xviii
Daftar Singkatan................................................................................xix
BAB I
Pendahuluan
1. Latar Belakang............................................................................ 1
2. Batasan Masalah........................................................................... 7
3. Pertanyaan Penelitian................................................................. 10
5. Kerangka Konseptual................................................................. 12
ix
5.1 Neoliberalisme...................................................................... 12
6. Metode Penelitian...................................................................... 29
BAB II
Tinjauan Pustaka
BAB III
Indonesia.......................................................................................... 52
x
2.2 Sejarah Bantuan Bank Dunia untuk Pendidikan
BAB IV
BAB V
Penutup
1. Kesimpulan.................................................................................... 162
Lampiran-Lampiran........................................................................ 174
xi
DAFTAR TABEL
Hal
52
1974/75-1988/89
.................................................................................................................
.................................................................................................................
56
57
Indonesia (1975–1997).
.................................................................................................................
.................................................................................................................
62
72
1969-1998.
xii
.................................................................................................................
.................................................................................................................
79
81
87
89
93
94
95
xiii
.................................................................................................................
.................................................................................................................
105
107
pemasukan mandiri
.................................................................................................................
.................................................................................................................
113
xiv
DAFTAR GAMBAR
Hal
72
111
149
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
173
175
xvi
DAFTAR SINGKATAN
AS : Amerika Serikat
Pendidikan Tinggi
xvii
HI : Hubungan Internasional
IT : Informasi Teknologi
MK : Mahkamah Konstitusi
xviii
OECD : Organization for Economic Co-operation and Development
PP : Peraturan Pemerintah
Rp. : Rupiah
S1 : Strata Satu
S2 : Strata Dua
S3 : Starta 3
xix
SDM : Sumber Daya Manusia
SK : Surat Keputusan
Project
UT : Universitas Terbuka
UU : Undang-Undang
xx
WHO : World Health Organization
xxi
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bantuan luar negeri merupakan inovasi politik di abad dua puluh. Belum
finansial mereka ke negara-negara miskin, secara unilateral dan tanpa saling balas.
Pasca Perang Dunia II, bantuan luar negeri telah menjadi alat yang digunakan oleh
aktor negara dalam menjalankan hubungan luar negerinya. Tercatat sejak akhir
bantuan yang tersalurkan selama tahun 2004 saja sudah bernilai 100 milyar Dolar
AS dan sejak tahun 1960 sampai 2004 telah mencapai 1,6 triliun Dolar AS.2
Tentu saja, distribusi modal tersebut tidak disalurkan tanpa maksud dan
syarat apa-apa. Menurut Steven Radelet dan Ruth Levine, pasca perang dingin,
bantuan luar negeri digunakan sebagai raison d’ếtre dan dukungan politis untuk
bantuan luar negeri telah begitu mengakar sebagai pilar hubungan negara utara-
1
Jean-Philipe Therien, Debating Foreign Aid: Right versus Left, 2002, Third World Quartly, Vol,
23, No.2, hal. 449.
2
Alain Noel Pratt dan Jean-Philippe Therein melalui Lancaster, Carol, Foreign Aid : Diplomacy,
Development, Domestic Politics, 2007, London: The University Chichago Press, hal 2.
3
William Easterly (ed), Reinventing Foreign Aid, 2008, Cambridge: The MIT Press, hal. 431.
1
selatan yang telah dianggap lazim sebagai bagian integral dalam hukum
internasional.4
Negosiasi dan transaksi bantuan luar negeri ini melibatkan berbagai aktor
dan lembaga serta mengambil tempat secara bersamaan pada berbagai tingkatan
menyalurkan modal dengan banyak bentuk (seperti bantuan, hutang, dan hibah) ke
pengambilan keputusan baik bagi negara donor maupun recipient atau penerima.6
tidak dapat dilepaskan begitu saja. Saat-saat awal Orde Baru berkuasa, sepertiga
pendapatan negara diperoleh dari dana hibah dan pinjaman luar negeri negara-
4
Lihat Stephen Zamora, 'Economic Development', dalam Christopher C. Joyner (ed), The United
Nation and International Law, 1997, Cambridge: Cambridge University Press, hal. 264.
5
Lihat penjelasan mendalam tentang Official Development Assistance (ODA) dan perannya dalam
pembangunan, penanggulangan kemiskinan, dan kondisi regional dalam Christian Schabbel, The
Value Chain of Foreign Aid, 2007, New York: Physica-Verlag Heidelberg, hal. 14
6
Lihat William Easterly (ed), Reinventing Foreign Aid, 2008, Cambridge: The MIT Press, hal. 286
7
Teeple, Gary, “What is Globalization?” dalam Stephen McBride dan John Wiseman, (eds.),
Globalization and its Discontents, 2002, Basingstoke: Macmillan, hal. 17.
2
negara Barat dan Jepang. Pada dekade 1990-an terjadi peningkatan yang sangat
1998, jumlah hutang pemerintah Indonesia mencapai 150 Miliyar Dollar AS.8
Setelah Orde Baru tumbang, arus reformasi yang terjadi di Indonesia tidak
merupakan public needs seperti air, listrik, kesehatan dan pendidikan. Terkhusus
Orde Baru. Reformasi tersebut mencakup dua hal utama yakni: reformasi
nasional dalam rangka relevansi dan perbaikan kualitas. Refomasi ini secara legal
BHP) sebagai lex specialis yang menjadi pijakan untuk proyek privatisasi
pendidikan di Indonesia.
ditekan seminim mungkin dan muncul peran lebih dari masyarakat atau pihak
8
Laporan International Crisis Group Asia No. 15 Jakarta/Brussel dalam International Crisis Group,
“Kredit Macet: Politik Reformasi Keuangan Indonesia”, 13 Maret 2001.
3
swasta dalam penyelenggaraan pendidikan, khususnya pendidikan tinggi. Kedua,
korporasi. Akhirnya, ketiga, sedikit demi sedikit negara berlepas tangan dari
pendidikan saja.
dengan Undang-Undang Dasar. Sejak Maret 2010, UU BHP tidak lagi memiliki
kebijakan yang melingkupinya menjadi sangat relevan dan urgen untuk diangkat.
pendidikan pada tahun 2010 mencapai Rp. 195,6 triliun, namun kualitas
Tenggara lainnya.9 Dalam laporan Education for All (EFA) Global Monitroring
Report 2011 yang dikeluarkan UNESCO dan diluncurkan di New York pada
9
Muhammad Rifai, Politik Pendidikan Nasional, 2011, Yogykarta : Ar-Ruzz Media, hal. 88.
4
Maret 2011, indeks pembangunan pendidikan Indonesia hanya berada pada urutan
69 dari 127 negara yang disurvei. Posisi ini berada dibawah Malayasia (65),
Brunai Darussalam (34), atau Kuba yang berada di posisi 14. 10 Fakta lain dari data
Indonesia untuk penduduk dengan umur 19-24 tahun hanya berkisar di 12.72 pada
tahun 2009 dan 13.77 di tahun 2010.11 Angka partisipasi sekolah yang rendah ini
pendidikan yang sangat rendah. Salah satu penyebabnya karena biaya masuk
satu sektor yang paling diminati oleh negara-negara pemberi hutang (kreditur).
Negara-negara kreditor seperti AS, Belgia, Belanda, Jepang, Jerman, Perancis, dan
bervariasi.
Di titik ini, bantuan luar negeri menjadi jalan keluar yang dilematis. Pada
satu pihak, kita dihadapkan pada fakta bahwa selama sejarah Indonesia modern
10
UNESCO, The Education for All Development Index 2011 diunduh melalui
http://www.unesco.org/new/en/education/themes/leading-the-international-
agenda/efareport/reports/2011-conflict/ pada 23 Desember 2011.
11
“Indikator Pendidikan Tahun 1994 – 2010” dalam http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?
tabel=1&daftar=1&id_subyek=28¬ab=1 diakses pada 12 Desember 2011.
5
bantuan luar negeri memiliki peran yang besar dalam membangun sistem
sebut saja ADB, USAID, AusAID, dan Bank Dunia. 12 Kiprah lembaga-lemabaga
pendidikan tinggi di Indonesia. Bank Dunia dalam peran globalnya sebagai “Bank
juta dolar untuk reformasi sistem pendidikan Indonesia. Jumlah ini merupakan
pendidikan tinggi. Di sinilah masalah bantuan luar negeri khususnya pada sektor
pendidikan tinggi perlu dilihat secara kritis. Bantuan luar negeri menjadi sebuah
politiknya.
12
Lihat introduksi Jo Bastiaens, International Assistance and State-University Relations, 2008,
New York: Routledge, hal. 2.
6
yang saat ini telah menerima dan sedang/telah menjalankan proyek-proyek
bantuan luar negeri dari Bank Dunia. Atas penjelasan dan alas berfikir diatas,
maka penelitian ini mengangkat judul “Bantuan Bank Dunia dalam Pendidikan
2. Batasan Masalah
dimulai sejak akhir 1960an dengan dibukanya cabang Bank Dunia di Jakarta pada
tahun 1968. Pada tahun 1975, Bank Dunia mulai bekerjasama dengan Pemerintah
1980an hingga 1995, Bank Dunia mengambil peran strategis dalam kebijakan
selama periode 1996 hingga 2004, Bank Dunia dan Dikti melakukan reformasi
kompetisi ke dalam enam proyek besar untuk pendidikan tinggi yang bertujuan
13
Dokumen Bank Information Center, Toolkit for Activist, hal. 1-2 diakses melalui
http://www.bicusa.org/toolkit
7
untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi institusi (proyek DUE, QUE, DUE-
dan Program Hibah Kompetisi (PHK) bagi departemen atau program studi sesuai
nasional dan tata kelola pendidikan tinggi di universitas. Oleh karenanya proyek
IMHERE inilah yang akan menjadi titik fokus dari penelitian ini. Penelitian ini
akan menganalisis dampak dari bantuan Bank Dunia ini terhadap kebijakan
sebagai kasus dan fokus analisa. Universitas Hasanuddin (Unhas) dipilih dengan
8
dalam segala tingkatan strata.14 Dengan kapasitas ini membuat Unhas
(KTI)”.
saat ini Unhas telah menjalankan proyek bantuan luar negeri baik baik
internasional.15
di Indonesia.
14
Data dan Informasi Unhas Tahun 2010 diunduh melalui http://unhas.ac.id/dataunhas/Ixan/Data
%20dan%20Informasi%20Unhas%20Tahun%202010/b.%20AKADEMIK/ pada 12 Desember
2011.
15
Kerjasama Internasional Universitas Hasanuddin, slide presentasi Dwia Aries Tina P., 2012.
9
4. Unhas merupakan salah satu universitas di Indonesia yang berhasil
periodeisasi data untuk dianalisis yakni tahun 2006 hingga tahun 2010. Tenggat
nasional pendidikan tinggi di Indonesia karena dalam tenggat masa ini, GATS
(General Agreement on Trade and Service) yang termaktub dalam PP no. 77 tahun
2007 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka
sudah mulai diberlakukan secara efektif. Adapun data lain yang diambil sebelum
tahun 2006 merupakan data suplemen sebagai bahan komparasi dan referensi
dalam menganalisa.
3. Pertanyaan Penelitian
10
1. Bagaimana implementasi bantuan Bank Dunia di Indonesia khususnya di
Universitas Hasanuddin?
Hasanuddin.
11
tinggi yang mana hal ini bersentuhan secara langsung dengan civitas
akademika
3. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
5. Kerangka Konseptual
Dalam menganalisis permasalahan tentang bantuan Bank Dunia di Unhas
ini maka penelitian ini menggunakan kerangka berpikir strukturalis yang melihat
hubungan variable ini sebagai pola hubungan struktural dimana perilaku aktor
(dalam hal ini pemerintah dan pengambil kebijakan di Unhas) dipengaruhi oleh
5.1. Neoliberalisme
antara politik dan ekonomi. Di samping itu, diakui pula bahwa perilaku
tujuan internasional dari elit ekonomi dominan di negara yang bersangkutan. Itu
sebabnya sejak satu dasawarsa lalu para ahli mulai menelaah konsep ekonomi
politik global sebagai sebagai salah satu unsur hubungan internasional yang paling
mendasar.16
16
Walter S. Jones, Logika Hubungan Internasional: Kekuasaan, Ekonomi Politik Internasional
dan Tatanan Dunia, 1993, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, hal. 248.
12
Suatu negara bisa saja mengabaikan motif keuntungan dan menggunakan
kerangka politik luar negeri yang biasanya dilakukan dengan tiga maksud, yaitu :
melihat bahwa motif ekonomi menjadi faktor yang determinan dalam hubungan
antar-negara.
17
Holsti, Politik Internasional Suatu Analisis, Bandung: Bina Cipta, 1987, hal. 303.
18
David Harvey, A Brief History of Neoliberalism, 2005, New York: oxford University Press, hal.
71-72
13
developmentalism ala Keynes yang dianggap gagal menyelamatkan negara-negara
industri maju dari krisis, inflasi tinggi, dan pertumbuhan ekonomi rendah di era
kemampuan negara karena menanggap pasa lebih serba bisa dan effisien
efisien dan efektif dibanding sektor-sektor publik dalam penyediaan layanan. Pada
14
menjelaskan bahwa neoliberalisme juga termanifestasikan menjadi sebuah bentuk
dalam khasanah filosofis neoliberalisme. Ide ini diterima sebagai kebenaran dan
Seperti dalam istilah seorang pemikir sosial asal Perancis, Michel Foucault, yang
dan diri ditata (pemerintah bagi diri sendiri), pemerintah bagi orang lain, dan
22
Op cit, hal. 11.
23
Lihat George Ritzer dan Douglass J. Goodman, terjemahan oleh Nurhadi, Teori Sosiologi, 2004.
Bantul: Kreasi Kencana, hal. 662
15
Sebuah pemerintahan yang bercorak neoliberal berakar pada nilai-nilai
antar institusi atau kekuasaan dalam negara. Untuk mendukung struktur tersebut,
kebijakan publik yang kongkrit yang dapat diringkas ke dalamm formula “D-L-
P”, yakni deregulasi (ekonomi), liberalisasi (sektor perdagangan dan industri), dan
suku bunga oleh bank sentral yang independen untuk menjaga tingkat inflasi
16
Dalam prakteknya, neoliberalisme tidak hanya dibawa melalui negara-
Perdagangan Dunia (WTO), Dana Moneter Internasional (IMF), dan Bank Dunia
(World Bank) turut menjadi pilar-pilar utama penyangga yang menjaga agar tujuan
berjalan dengan baik dan efektif.24 IMF dan Bank Dunia menjustifikasi program
ke dalam sebuah konsep dan program yang dikenal dengan Wahington Konsensus
(The Washington Consensus).25 Inti dari konsensus ini adalah formula D-L-P yang
berbasis permintaan.
24
David Harvey, A Brief History of Neoliberalism, 2005, New York: Oxford University Press, hal.
3.
25
Istilah ini dipopulerkan oleh John Williamson pada 1980an yang merujuk pada pengurangan
maksimal peran pemerintah dalam ekonomi (kebanyakan terjadi di Amerika Latin) yang didesak
oleh IMF, Bank Dunia, dan institusi ekonomi internasional dan think-tanks yang berbasis di
Washington DC, AS. Lihat Manfred B Steger dan Ravy K. Roy, Neoliberalism: A Very Short
Introduction, 2010, New York: Oxford University Press, hal. 19.
17
Sebagai pendekatan dalam penelitian tentang dampak bantuan Bank Dunia
yang terjadi di Eropa dengan OECD sebagai arsitek dari proses tersebut. Menurut
Teodoro perubahan dan perombakan yang terjadi dalam sistem pendidikan Eropa
merupakan agenda besar yang telah terstruktur secara global. Agenda global ini
level siswa, guru, maupun sekolah. Akuntabiltas juga merupakan salah satu
prinsip kunci dalam model ini. Usaha-usaha ini merupakan gelombang reformasi
prinsip neoliberalisme.
26
Lihat Antonio Teodoro, “Educational Policies and New Ways of Governance in a
Transnationalization Period.” Dalam Carlos Alberto Tores dan Ari Antikainen (editor), The
Internatinal Handbook on The Sociology of Education. 2003. Lanham, MD: Rowman and
Littlefield, hal. 198.
18
globalnya, maka penelitian ini memakai model konseptual yang menjadi
tipe pertama adalah desakan perubahan yang merespon evolusi permintaan tenaga
kerja dengan kualitas yang lebih baik dalam pasar tenaga kerja domestik maupun
internasional. Reformasi jenis ini berangkat dari ide baru untuk bagaimana
meningkatkan peran politis pendidikan sebagai faktor utama dari mobilitas dan
19
Indonesia sebagai tuntutan dari persyaratan bantuan luar negeri Bank Dunia dalam
menjadi kerangka analisis dalam melihat apakah model ini juga terjadi di
Indonesia dengan konteks hubungan dan kebutuhan aktor yang berbeda dan untuk
menguji hipotesa bahwa bantuan luar negeri merupakan alat yang digunakan oleh
bantuan luar negeri. Konsep bantuan luar negeri ini juga akan dipakai dalam
melihat pola hubungan antara bantuan Bank Dunia dan agenda globalisasi-
Development (OECD), bantuan luar negeri (atau biasa juga disebut ‘Overseas
Development Assistance’ atau ODA) merujuk pada “pinjaman” (loan) dan “hibah”
kriteria utama, yakni 1) pinjaman dan hibah harus berkaitan dengan sektor-sektor
publik, 2) tujuan dari pinjaman dan hibah tersebut haruslah berorientasi pada
20
pemeliharaan dan pembangunan ekonomi, 3) pinjaman dan hibah yang berikan
suatu negara tertentu ataupun pasar tertentu di luar negeri, memberikan bantuan
berupa pinjaman, memberi hibah atau penanaman modal mereka kepada pihak
tertentu di negara lainnya.30 Dalam prakteknya, bantuan luar negeri ini merupakan
jalinan konsep dan juga sebagai suatu teori yang berhubungan langsung dengan
mengalirnya modal atau nilai kebendaan atau jasa-jasa kepada pihak di luar negeri
politik tidak dapat dipisahkan dari hubungan antar aktor yang salah satunya
terjalin melalui mekanisme bantuan luar negeri ini. Keterkaitan antara ekonomi
politik dan bantuan luar negeri sukar terpisahkan karena berkaitan dengan agenda-
agenda ekonomi dan politik yang saling berkaitan di antara keduanya. Kesaling-
29
OECD, Twenty-five Yesrs of Development Co-operation: A Review, 1985, Paris: OECD, hal.
171-173
30
Stephen D. Krasner dalam Yanuar Ikbar. Ekonomi Politik Internasional 2, 2007, Bandung:
Refika Aditama, hal. 188.
21
pikiran yang serupa ekonomis dan politis ketika menerima bantuan
tersebut.
3. Jarang sekali dijumpai kasus bantuan luar negeri yang bercorak murni
yang diangkat dalam penelitian ini, perlu untuk memahami bagaimana peran yang
22
“permintaan” dari donor serta penerima. Terdapat dua faktor utama terkait
yang heterogen antara donor, atau antara donor dan penerima. Para negara
preferensi kepentingan yang berbeda antara donor dan penerima, atau bisa
sendiri.
31
Hawkins, D., Lake, D., Nielson, D., Tierney, M., “Delegation Under Anarchy: States,
International Organisations And Principal-Agent Theory”, 2003, Cambridge: Cambridge
University Press, hal: 10-35
23
gagalnya pelaksanaan program-program beresiko tinggi. Dengan
semua pihak.
24
lembaga-lembaga tersebut mengkhususkan diri dalam isu-isu spesifik
dalam kelompok pinjaman luar negeri33. Pinjaman bilateral adalah pinjaman yang
diberikan secara langsung dari suatu pemerintah (umumnya negara maju) kepada
Bank Dunia (World Bank Group), International Monetary Fund (IMF), PBB, dan
lain-lain.
Dari segi jenis bantuan luar negeri, menurut Michael Todaro, bantuan luar
33
Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum., Tanggung Jawab bank Dunia dan IMF sebagai Subjek Hukum
Internasional. 2009, Sofmedia: Jakarta, hlm. 2
34
Michael. P. Todaro, Ilmu Ekonomi Bagi Negara Sedang Berkembang, Buku I-II Terjemahan.
1987, Jakarta: Akademi Presindo, hal 90-91.
25
1. Bantuan berupa pinjaman atau hibah (grant);
darurat. Selain itu, ada juga pengelompokan bantuan dari negara-negara kaya
ii) Pemindahan secara multilateral, yaitu grants dan iuran modal kepada
Bantuan luar negeri jika dilihat dari sifat persyaratan pinjaman, maka
26
a. Pinjaman Lunak (Concessional Loan)
Pinjaman ini bercirikan tingkat bunga yang rendah (sekitar 3,5%), jangka
Pinjaman ini adalah pinjaman yang berasal dari bank atau lembaga
27
ii) Pinjaman Multilateral, yaitu pinjaman dalam jumlah besar yang
berbentuk sindikasi.
negeri, seperti:
Dari jenis hubungan yang diatur, pinjaman luar negeri masih memiliki
a. Pinjaman Terikat (tied aid), yaitu pinjaman yang terbatas hanya bisa
37
Rustian Kamaluddin, Perdagangan dan Pinjaman Luar Negeri, 1988, Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta, hlm. 33-34.
28
ke sektor pendidikan tinggi Indonesia, dengan studi kasus di Universitas
6. Metode Penelitian
6.1. Tipe Penelitian
analisis dengan studi kasus. Adapun penelitian studi kasus dapat dipahami sebagai
kajian intensif dari sebuah kasus tunggal (single case) dimana tujuan dari kajian
tipe penelitian studi kasus, penulis akan mencoba memfokuskan kajian pada salah
satu objek dalam hal ini Universitas Hasanuddin. Selanjutnya penulis akan
yang semakin tinggi, dan semakin menurunnya daya jangkau masyarakat terhadap
bantuan luar negeri menjadi faktor determinan dalam reformasi pendidikan tinggi
Jenis data yang diperoleh merupakan data sekunder dan primer. Data
sekunder berasal dari berbagai literatur baik berupa buku, buletin, jurnal, artikel,
38
John Gerring. Case Study Reserch, Principles and Practices. 2007. Cambridge : Cambridge
University Press, hal : 20.
29
surat kabar, website resmi, serta dokumen-dokumen lain yang berkaitan dengan
tempat berikut:
Makassar
Makassar
30
6.4. Teknik Analisa
antara fakta yang satu dengan yang lainnya, kemudian ditarik sebuah simpulan.
Ada pun data berupa angka merupakan data penunjang dalam mengkaji fakta-
fakta utama. Dengan menggunakan teknik ini, maka teknik analisa menggunakan
pola induktif yakni dari hal-hal yang sifatnya khusus (sampel) kemudian
menarikanya pada hal yang bersifat umum. Dalam hal ini Universitas Hasanuddin
yang diambil sebagai studi kasus menjadi cerminan realita perguruan tinggi di
Indonesia secara real dan spesifik. Kesimpulan dari kasus yang diangkat dalam
penelitian ini dapat dapat dijadikan sebagai parameter implementasi dan dampak
dari bantuan luar negeri tersebut terhadap kondisi pendidikan tinggi Indonesia.
31
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
berhubungan erat dengan bantuan luar negeri dalam bidang pendidikan. Karena
bantuan luar negeri dan pendidikan tidak dapat dilepaskan dari aspek
internasionalnya yang sangat determinan maka dalam bagian ini, penulis akan
memiliki korelasi langsung dengan bantuan luar negeri dalam pendidikan tinggi di
Indonesia yang dikategorikan dalam dua topik literature yaitu (1) globalisasi dan
reformasi pendidikan tinggi; (2) bantuan luar negeri dalam pendidikan tinggi.
Hingga saat ini, globalisasi tidak memiliki makna yang tunggal. Para ahli
dan praktisi terus berdebat masalah definisi, asal-usul, cakupan, dan dampak yang
ditimbulkan dari fenomena ini.39 Perdebatan sangat tajam karena para pendukung
32
korporasi besar yang dilindungi negara.40 Perdebatan-perdebatan tersebut yang
sebagai “the extention of social relations over the globe”42 yang dilihat telah
kelompok, dan sistem sosial yang melewati atau bahkan menghapus batas
Dari dua definisi tersebut dapat kita lihat bahwa globalisasi merupakan
sebuah proses yang merubah tatanan sosial masyarakat dari tingkatan terkecil
(individu) hingga hubungan antar negara. Perubahan ini tentu tidak hadir begitu
40
Lihat, Ha-joon Chang & Ilene Grabel. Membongkar Mitos Neolib. 2004, Yogyakarta:
INSISTPress, hal. 14-15
41
Ekstensif berarti bahwa proses perubahan cara befikir masyarakat tersebut menjangkau wilayah
geografis yang tidak terbatas dan intesif berarti bahwa perubahan tersebut juga terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Lihat Darmaningtyas, dkk. Tirani Kapital dalam Pendidikan. 2009, Jakarta:
Damar Press, hal. 18.
42
Lihat Anak Agung Banyu Perwita dan Yayan Mochamad Yani, Pengantar Hubungan
Internasional. 2005, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, hal. 136.
33
merupakan produk dari berbagai kebijakan yang dipilih secara sadar dari inisiatif
IMF dan WTO, juga memiliki besar dalam mendorong kebijakan yang
di negara-negara berkembang dewasa ini.43 Hal ini senada dengan yang diulas
oleh Stephen Germic dalam The Neoliberal University: theory and practice.
Germic menulis:
Capitalism: how it Looks from Latin America” melihat bahwa sistem kapitalisme
telah melewati sebuah “epochal shift” (pergeseran era) dalam evolusinya. Epochal
shift yang membawa perubahan ide-ide dalam struktur sosial yang merubah
banyak hal dalam fungsi sosial tersebut. Kapitalisme telah melalui merkantilisme,
dengan beberapa pergeseran yang fundamental dalam sistem ini. Lebih jauh, Ia
menjelaskan bahwa pada tahun 1970an akumulasi kapital telah memasuki krisis
43
Ha-joon Chang & Ilene Grabel. Membongkar Mitos Neolib. 2004, Yogyakarta: INSISTPress,
hal. 26.
34
yang tak terhindarkan. Sebuah krisis yang hanya bisa diatasi dengan “going
dan aparatus negara yang telah dipenetrasi serta ditransformasi oleh kekuatan
transnasional ini maka sistem negara-bangsa “tidak lagi merupakan prinsi utama
yang lebih besar dan melayani kepentingan global melalui proses akumulasi
kapital secara nasional. TNS ini yang kemudian mendorong model globalisasi
bahwa: relasi antara negara dan pasar bersifat asimetris karena bisnis pada
direduksi hingga hanya sebatas regulator dan fasilitator dari seluruh sistem
ekonomi. Oleh Mandel dalam Late Capitalism merincikan bahwa fungsi negara
dalam sistem kapitalisme, yaitu: a) menjamin kegiatan swasta dan anggota kelas
44
Bill Robinson, “The Crisis of Global Capitalism: how it Looks from Latin America”, dalam Alan
Freeman dan Boris Kagarlitsky (ed), The Politics of Empire: Globalisation in Crisis. 2004,
London: Pluto Press, hal. 156.
45
Coleman (1974, 1990) dalam A. Habibullah, Kebijakan Privatisasi BUMN: Relasi State,
Market, dan Civil Society. 2009, Malang: Averoes Press, hal.53.
35
production melalui tentara, polisi, kehakiman dan sistem penjara, dan terakhir c)
ciri utama dari globalisasi, yakni: pertama, peningkatan konsentrasi dan monopoli
dalam yurisdiksi suatu pemerintah dan masyarakat dalam suatu wilayah negara
atau pelaku ekonomi dan keuangan internasional. Dalam kondisi tersebut negara
dihadapkan pada dua pilihan yang berlawanan antara tekanan global untuk
kekuasaannya.
ini juga didukung oleh modal serta intensifikasi teknologi informasi yang sangat
pesat. Modal dari cadangan emas dan kemenangan dalam Perang Dunia II
46
Ibid, hal 54.
47
Martin Khor, Globalization Perangkap Negara-Negara Selatan (terjemahan), 2003, Yogyakarta:
Cinderalas Pustaka Rakyat Cerdas, hal. 68-70.
36
mengekspansi negara-negara berkembang untuk turut dalam kebijakan-kebijakan
secara halus maupun tekanan) untuk menerapkan free market economy atau
dan bea masuk. Begitu pun sebaliknya. Pasar bebas memungkinan setiap negara
melakukan jual-beli barang dan jasa secara bebas, zero tax, tanpa proteksi dari
masih pecaya pada doktrin klasik kapitalisme bahwa setiap negara memiliki
dapat dijadikan sebagai produk unggulan dan perdagangan bebas. Proteksi negara
dilihat sebagai penghambat aktivitas ekonomi karena sifatnya yang birokratis dan
perdagangan (barang dan jasa) yang berbasis keunggulan komparatif dan sektor
pasar bebas merupakan satu-satunya jalan yang cocok dengan kebebasan politik
37
dan demokrasi.48 Liberalisasi pasar dan moneter yang dibawa globalisasi inilah
masyarakat dan negara. Oleh Francis Fukuyama (2004), perubahan dratis ini
Dalam kondisi seperti ini dunia mengarah pada proses integrasi dan homogenisasi
Namun, dari sekian banyak aspek yang menjadi dampak dan kajian
globalisasi, penelitian ini memfokuskan diri dalam melihat globalisasi sebagai (1)
perdagangan internasional barang dan jasa serta (2) perpindahan kapital (capital
flow) yang melintasi batas negara, termasuk investasi luar negeri, hutang dan
yang begitu massif akhirnya menyentuh sektor yang pada era liberalisme klasik
masih dianggap “tabu” karena menyangkut public needs atau menyangkut hajat
48
Ibid.
49
“Ujung sejarah” dan “kemenangan” yang dimaksud bukan berarti bahwa tidak ada lagi
peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah, namun menurut Fukuyama, semua peristiwa besar seperti
perang hanya akan memodifikasi modernitas, rasionalitas, dan liberalisme Barat. Lihat Francis
Fukuyama, The End of History and the Last Man. 2004, Yogyakarta: Penerbit Qalam, hal 4.
38
based-society” yang merupakan anak kandung dari proses globalisasi.50 Karena
globalisasi, ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat yang mana hal ini secara
subyek untuk terus direvisi. Hal ini memerlukan apa yang disebutnya sikap
masalah pada tingkat lokal maupun global memiliki keterkaitan yang diametral.
Jadi sikap dan tindakan manusia memiliki dampak yang juga dirasakan oleh
manusia lain baik dalam skala lokal maupun global. Menurut Eve Coxon dan
kemiskinan dan pencegahan konflik yang dimaksud oleh Coxon dan Munce
adalah proses pendidikan yang mencetak peserta didik sehingga mereka memiliki
masyarakat. Hal ini berkorelasi dengan agenda besar internasional yang melihat
50
J. Soedjati Djiwandono. Menggagas Paradigma Baru Pendidikan, 2000. Yogyakarta: Kanisius,
hal 103.
51
Eve Coxon dan Karen Munce, The Global Education Agenda and the Delivery of Aid to Pasific
Education. 2008. Oxford: Comparative Education, Edisi 2 Mei 2008, Volume IV.
39
pendidikan sebagai investasi non-kapital yang dapat menjadi human resource bagi
sekolah dan perguruan tinggi asing. Hal ini seperti yang dibahas oleh Sudarwan
village, dan aplikasi proses fabrikasi dalam reformasi sekolah. Literatur ini
40
manusia, kebudayaan, dan sistem pendidikan Indonesia namun titik kritiknya
bahwa masalah utama dari ketertinggalan pendidikan Indonesia dalam era dan
antara lain adalah rendahnya tingkat inovasi pendidikan yang bermula dari
untuk pendidikan”.52 Secara umum, buku ini memaparkan pemaparan yang cukup
52
Lihat Arif Rohman, Pendidikan Komparatif. 2010. Yogyakarta: Laksbang Grafika, hal.271
41
komperhensif soal hubungan pendidikan dan kebijakan negara negara-
negara/kawasan di dunia.
dalam merespon tantangan dan ancaman global. Buku ini merupakan kumpulan
tulisan para peneliti pendidikan dari Afrika, Amerika Utara, Australia, dan Eropa.
Studi dalam buku ini juga memakai studi komparasi kebijakan pendidikan dalam
Dalam buku ini ditekankan bahwa pendidikan tinggi telah bertranformasi dari
kompleksitas globalisasi,
“On the one hand is the pull towards cooperation, social cohesion,
social harmony, transparency, equity and to enabling greater
numbers to participate in higher education. On the other hand are
the financial issues, the neo-liberal agenda that calls for
competition, free trade, the dominance of the market”.54
53
Heather Eggins, Globalization and Reform in Higher Education. 2008, Glasgow: Society for
Research into Higher Education & Open University Press, hal. 3.
54
Ibid, hal. 8.
42
Kesimpulan Eggins ini mencerminkan kekhawatiran terhadap globalisasi,
manusia.55
kritisme dan penolakan secara akademis maupun politik juga ada dalam porsi
“Tirani Kapital dalam Pendidikan” dan “Utang dan Korupsi Racun Pendidikan”
memaparkan kritik yang besar dalam melihat globalisasi, hutang, bantuan luar
55
Lihat dalam Heru Nugroho (Ed), McDonalisasi Pendidikan Tinggi. 2002, Yogyakarta: Kanisius.
56
Buku ini ditulis sebagai naskah akademik saat UU BHP belum dianulir oleh Mahkamah
Konstitusi pada tahun 2009. Lihat Darmaningtyas, dkk, Tirani Kapital dalam Pendidikan. 2009,
Yogyakarta: Pustaka Yashiba, hal.19-20.
43
dapat dipisahkan dari ideologi yang kini menjadi arus utama, yakni
neoliberalisme.57
Dari telaah literatur di atas, penelitian ini melihat proses globalisasi seperti
dalam pandangan Giddens dan Heater Eagins yang melihat globalisasi sebagai
reformasi besar dapat dilihat terjadi pada learning format yang mengutamakan
muka dan terikat dalam sistem kredit semester dengan konstitusi pembelajaran
formal. Hal lain yang juga juga mengalami reformasi adalah ditempatkannya
57
Ibid.
44
lebih diminati karena memberi kontribusi materil langsung terhadap pertumbuhan
dilihat dalam empat fenomena ini, yaitu (i) dibukanya cabang-cabang perguruan
tinggi di negara lain, seperti terlihat beberapa perguruan tinggi Amerika membuka
cabang di Asia, termasuk juga di Indonesia; (ii) kerjasama antara perguruan tinggi
dari suatu negara dengan perguruan tinggi di negara lainnya yang menawarkan
program gelar dalam bentuk double-degree atau twinning program: (iii) kuliah
jarak jauh baik melalui media cetak maupun secara virtual melalui internet.
menawarkan program gelar melalui model ini; dan (iv) terposisikannya institusi
class university.
dihasilkan, kualitas mahasiswa, dan prestasi para alumni yang dihasilkan. Tolok
ukur dari indikator ini dilihat dari beberapa hal antara lain kuantitas jumlah
mahasiswa asing yang ada di Perguruan Tinggi tersebut, jumlah staf pengajar
asing dan kualifikasi staf pengajar, rasio dosen dan mahasiswa, student selectivity,
45
besarnya akses ke internet, publikasi ilmiah di jurnal internasional dan publikasi
ini. Penelitian ini melihat globalisasi tidak pada kacamata “by nature” seperti
bidang sebagai bagian tak terpisahkan dari kebijakan pemerintah dan apparatus
titik itu kemudian akan dilihat apa motif dan “pintu masuk” dari globalisasi dalam
pendidikan tinggi di Indonesia secara lebih spesifik pada sampel yang diambil
Secara umum, studi mengenai bantuan luar negeri dan implikasinya secara
spesifik dalam pendidikan tinggi masih sangat sedikit ditemui. Salah satu karya
yang cukup komperhensif dan menjadi rujukan dalam membahas masalah bantuan
luar negeri pasca Perang Dingin adalah karya David Dollar dan Alberto Alesina,
Who Gives Foreign aid to Whom and Why (2000). Dalam karyanya ini, Alesina
ditentukan oleh pertimbangan politik dan strategis di kedua sisi, baik oleh
46
Lebih jauh, Alesina dan Dollar menjelaskan bahwa inefisiensi,
Sementara, dari sisi donor, terutama Negara-negara yang berasal dari kawasan
Nordic, bantuan luar negeri yang mereka berikan kepada Negara lain justru
sektor-sektor tertentu. Studi ini hanya memberikan gambaran umum atas motif-
Literatur lainnya yang secara khusus mengkaji dampak bantuan luar negeri
reformasi ini ke dalam tiga tipe reformasi. Reformasi tipe pertama adalah desakan
perubahan yang merespon evolusi permintaan tenaga kerja dengan kualitas yang
58
Alberto Alesina dan David dollar, Who Gives foreign Aid to Whom and Why, Journal of
Economic Growth, Volume 5, No.1 (Mar, 2000). Hal. 33-63
59
Negara-negara yang tergabung dalam Organization for Economic Co-operation and
Development (OECD) yaitu: Australia, Austria, Belgia, Kanada, Chili, Republik Ceko, Denmark,
Finlandia, Perancis, Jerman, Yunani, Hongaria, Islandia, Irlandia, Israel, Jepang, Korea,
Luksemburg, Meksiko, Negeri Belanda, Selandia Baru, Norwegia, Polandia, Portugis, Republik
Slowakia, Slovenia, Spanyol, Swedia, Swiss, Turki, Inggris dan Amerika Serikat.
47
lebih baik dalam pasar tenaga kerja domestik maupun internasional. Reformasi
jenis ini berangkat dari ide baru untuk bagaimana mengelola kembali sekolah-
reformasi jenis kedua yang hadir untuk merespon pengurangan anggaran dalam
reforms).60 Buku ini merupakan sebuah karya yang komperhensif dan teoritik dan
OECD. Dalam karya ini pun, teori Carnoy ini digunakan untuk menjelaskan
Dalam studi yang lebih spesifik, Philip W. Jones dalam World Bank
Bank Dunia ini membeberkan evolusi kebijakan, proyek, dan program pendidikan
Bank Dunia dari masa ke masa. Karya ini menggunakan aktor dalam melihat arah
60
Lihat Martin Carnoy. Globalization and Educational Reform: What Planners Need to Know.
1999. UN: Unesco, hal. 37-46
48
kebijakan pendidikan negara-negara yang dibawa oleh Bank Dunia. Jones
membagi arah dan karakter kebijakan pendidikan Bank Dunia ke dalam beberapa
periode, yakni (1) periode mendapatkan legalitas dan pengaruh yang dimuali dari
tahun 1940an hingga 1950an, (2) periode dimana Bank Dunia mulai memasukan
percobaan pertama dalam proyek pendidikan pada tahun 1963-1968, (4) kebijakan
banyak dana untuk masuk dan mengusai “world of idea”. Tidak terkecuali dalam
pendidikan, Bank Dunia berinvestasi sangat besar untuk membentuk opini global
cara berfikir mereka. Sementara, disis lain, kekuatan dan pengaruh iklim global
terkait kebijakan pendidikan dan pembangunan yang telah “dibentuk” oleh Bank
Dunia terlalu keras untuk dilawan.61 Literatur ini menjadi salah satu kerangka
berfikir dalam penelitian ini yang mana dilihat bahwa struktur internasional
61
Philip W. Jones, World Bank Financing of Education: Lending, learning, and Development.
2007. New York: Routledge, hal 258-259.
49
memaksa aktor untuk berperilaku sesuai dengan tatanan atau, dalam bahasa Jones,
iklim global.
Secara lebih spesifik, hubungan antara bantuan luar negeri dan dampaknya
dari bantuan internasional untuk pendidikan tinggi selama tiga dekade terakhir
hubungan antara negara dan universitas. Penelitian Bastianes ini berfokus pada
otonomi kelembagaan yang lebih besar. Melalui penggunaan sampel dari beberapa
internasional (Dutch Asistance dan Bank Dunia) dengan reformasi dalam negeri
50
kurang fasilitas dan tenaga akademis ahli, tidak terdesentralisasi, dan
kurang otonom dari pemerintah dan birokrasi negara.”62
tata kelola perguruan tinggi secara serentak dengan istilah “Paradigma Baru
Dunia bermain dengan peran yang berbeda yaitu pada perombakan tata kelola dan
merujuk pada perluasan core business Bank Dunia dalam menjadi “global
knowledge sharing”.
Karya Bastianes ini memiliki signifikansi dan relevansi yang sangat dekat
dengan apa yang dibahas dalam penelitian ini. Pendekatan aktor yang dipakai
Indonesia ini memberikan sebuah posisi literatur yang terang tentang bagaimana
Bank Dunia berpengaruh pada pergeseran tujuan dan tata kelola pendidikan tinggi
di Indonesia secara makro. Adapun penelitian yang penulis angkat, akan melihat
62
Jo Bastianes, International Assistance and State-University Relations, 2009. New York:
Routledg, hal. 147.
63
Ibid, hal. 148.
51
relasi tersebut secara mikro dengan tetap berfokus pada fakta bahwa sistem
Di lingkup yang lebih kecil, penelitian ini merujuk pada penelitian tesis
Arif Wicaksono dengan judul “Aktor Lokal dan Oda Jepang (analisis tentang
interaksi dan tindakan politik aktor yang terkait dengan ODA Jepang dalam kasus
Teknik Unhas oleh ODA Jepang, “sangat sarat dengan berbagai kepentingan
bisnis dan industry yang ada di Jepang, dan tidak dapat dilepaskan dari peran dan
internasional. Hal ini yang juga akan menjadi pertanyaan penelitian yang akan
diuraikan dalam penelitian ini. Studi-studi literatur ini memberikan pijakan dan
posisi pemikiran sebagai kerangka dalam melihat bantuan luar negeri dan
52
BAB III
Indonesia
beberapa penyebabnya antara lain: (1) pendapatan per kapita penduduk yang
produktif dan efisien untuk menunjang pengembangan usaha yang produktif; dan
65
Adwin Surya Atmadja, Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia: Perkembangan dan
Dampaknya, Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 2, No. 1, Mei 2000, hal. 86.
53
pendanaan lain yang dianggap mudah dan cepat. Solusi yang dianggap bisa
dengan mendatangkan modal dari luar negeri, yang umumnya dalam bentuk hibah
dan arus modal swasta, seperti bantuan bilateral dan multilateral; investasi swasta
lainnya; dan kredit perdagangan (ekspor/impor). Modal asing ini dapat diberikan
pembangunan Indonesia sejak tahun 1970an, dana dari luar negeri baik berupa
dana yang sifatnya bantuan ataupun hutang telah menjadi bagian yang tidak bisa
diperoleh dari dana hibah dan pinjaman luar negeri negara-negara barat dan
Jepang. Hanya dalam kurun waktu 10 tahun di awal kekuasaan Orde Baru, hutang
luar negeri Indonesia telah meningkat sepuluh kali lipat dari 2,4 miliyar Dollar AS
pada 1967 menjadi 11,529 miliar pada 1977. Pada dekade selanjutnya hutang
Indonesia menunjukan gejala peningkatan yang berarti dan pada dekade 1990-an
terjadi peningkatan yang sangat tajam dalam hutang luar negeri Indonesia. Di
mencapai 150 Miliyar Dollar AS.66 Perkembangan jumlah hutang luar negeri
Tabel 1 : Perkembangan jumlah hutang luar negeri selama Orde Baru 1966-
1998 (dalam milyar Dollar AS).
66
Laporan Interntional Crisis Group Asia No. 15 Jakarta/Brussel dalam International Crisis Group,
“Kredit Macet: Politik Reformasi Keuangan Indonesia”, 13 Maret 2001.
54
Jumlah Jumlah Jumlah
Tahun Tahun Tahun
Hutang Hutang Hutang
1966 - 1977 11.529 1988 50.720
Pada zaman Orde Baru ini, kebijakan ekonomi nasional masih sangat
berorientasi pada kestabilan makro ekonomi dan kestabilan politik. Pada masa ini
kebijakan publik diatur dengan skenario besar dalam Rencana Pembangunan Lima
67
Dominasi ini mulai dari sistem perekrutan guru dan dosen, penunjukan pejabat hingga guru
besar, kurikulum, sampai pada kultur riset dalam universitas. Sebagaimana yang dijelaskan oleh
Heru Nugroho dalam Ekonomi Politik Pendidikan Tinggi: Universitas Sebagai Arena Perebutan
Kekuasaan. Lihat Vedi R. Hadiz dan Daniel Dhakie (ed), Ilmu Sosial dan Kekuasaan di
Indonesia. 2006. Jakarta:
55
masalah pendidikan, menyusun prioritas kebijakan dan merancang alternatif
pemecahan dalam strategi pendidikan nasional. Dari hasil konferensi itu maka
5. Pembiayaan pendidikan
6. Sarana pendidikan
pada 1 Mei 1969 melalui SK Mendikbud tanggal 26 Mei 1969 Nomor 033/1969
yang berisi amanat untuk segera dalam jangka waktu dua tahun harus sudah
lepas dari campur tangan pendanaan luar negeri. Dari total pinjaman luar negeri
sebesar 195,9 Miliar Dollar AS pada 1974/1975, alokasi dana untuk sektor
pendidikan sebesar 7,8 juta Dolaar AS atau sekitar 4% dari total hutang. Dalam
68
Muhammad Rifai’i, Sejarah Pendidikan Nasional, 2011, Yogyakarta: Ar-ruz Media, hal. 196-
197.
56
Siregar Muchtarudin mengemukakan data jumlah pinjaman luar negeri untuk
Dari data diatas ditemukan bahwa jumlah hutang untuk pendidikan pada
masa Orde Baru terus mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke
tahun. kenaikan drastis terjadi pada periode 1979/1980 dan 1988/89. Rasio antara
jumlah hutang dan dana yang dialokasikan untuk pendidikan pun terlihat
meningkat dari tahun ke tahun, kecuali pada tahun 1979/80 dengan persentase
Selain itu dapat dilihat pula bahwa sektor pendidikan merupakan salah
satu sektor yang paling diminati oleh para kreditor. Negara-negara kreditor seperti
AS, Belgia, Belanda, Jepang, Jerman, Perancis, dan Swiss adalah negara-negara
sampai 40 tahun dengan beban bungan antara 0 hingga 11%. Kreditor hutang
57
untuk pendidikan ini masuk melalui persyaratan hutang yang bervariasi seperti
Masa Masa
Suku
Sumber Jenis Pinjaman Pengembalian Bebas
Bunga
(Maturity-Tahun) Bunga
Bilateral
AS ODA 40 10 2-3%
EXIM BANK 25 7 3–5%
Belanda ODA 30 8 2,5 %
Belgia ODA 30 10 0%
Jepang ODA 30 10 3%
Jerman ODA 30 10 2%
Perancis Campuran 20 5 5,5 %
Swiss ODA 50 10 1%
Multilateral
ADB 20-25 3-7 7 – 11 %
IBRD 20 5 8, 9,5 %
IDA 50 10 0 – 0,75 %
Sumber: Muchtarudin Siregar, Pinjaman Luar Negeri dan Pembiyaan
Pembangunan Indonesia melalui Darmaningtyas, Utang dan Korupsi Racun
Pendidikan, 2008, Jakarta: Pustaka Yashiba, hal.27
undang ini mendefinisikan misi Pendidikan Tinggi dan rincian Tri Dharma
58
Perguruan Tinggi (Tiga Pilar Perguruan Tinggi Nasional): pendidikan, penelitian
diakui sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional. Dengan adanya pertauran
ini maka Perguruan Tinggi swasta bersama dengan PTN distandarisasi dan
Perguruan Tinggi yang memuncak selama 1970-an dan 1980-an. 69 Nizam (2006)
Tinggi) meningkat dari sekitar 200.000 mahasiswa di tahun 1975 menjadi 2,5 juta
orang mahasiswa pada tahun 1995.70 Perkembangan yang signifikan ini kemudian
swasta yang sebagian besar tanpa kemampuan yang cukup untuk menjalankan
Sebagian besar mahasiswa masuk ke perguruan tinggi swasta setelah gagal untuk
Sementara itu, perguruan tinggi swasta cenderung untuk membuka fakultas sosial
69
Singgih Tri Sulistiyono, Higher Education Reform In Indonesia At Crossroad melalui
http://Dikti.go.id/files/atur/bhp/HEReform-Singgih.doc diakses pada 12 Juni 2012.
70
Nizam, ‘Indonesia: the need for higher education reform’, dalam Higher Education in South-
East Asia, UNESCO Asia and Pacific Regional Bureau for Education. 2006. Bangkok: Unesco,
Hal. 35–68.
59
pemerintah Orde Baru, kecenderungan ini dianggap tidak sesuai dengan prioritas
industri.71
HELTS I ini terdapat beberapa masalah yang akan menjadi prioritas program
yakni, pertama, pendidikan tinggi (baik negeri maupun swasta) harus menekankan
yang kuat dengan pembangunan daerah dan nasional. Sebagai akibat dari
Pertumbuhan pesat politeknik ini tidak lepas dari dukungan pinjaman luar
negeri seperti dari Jerman, Swiss, International Development Agency (IDA), Bank
Indonesia.72 Sekitar dua puluh tiga politeknik didirikan dan semuanya melekat
pada perguruan tinggi negeri yang ada. Relevansi yang masih lemah dari
(Pola Ilmiah Pokok / Pola Ilmiah Primer) sebagai pendekatan baru universitas dan
71
Buchori & Malik, “The Evolution of Higher Education in Indonesia”, dalam: Altbach &
Umakoshi (ed), Asian Universities, hal. 265.
72
Singgih Tri Sulistiyono , Higher Education Reform In Indonesia At Crossroad melalui
http://Dikti.go.id/files/atur/bhp/HEReform-Singgih.doc diakses pada 12 Juni 2012.
60
Prioritas kedua yakni Departemen Pendidikan melalui Direktorat Jenderal
dasar untuk membakukan sistem pendidikan nasional yang lebih tinggi. Ini
yang sama. Menurut kerangka kerja ini, program akademik terdiri dari gelar
empat tahun sarjana (strata 1-S1), tingkat dua tahun Guru (strata 2-S2) dan tiga
tahun program doktor (Strata 3-S3). Program kejuruan menawarkan satu sampai
Dapat dikatakan bahwa perubahan mendasar yang diambil oleh Dikti ini
termasuk sistem, akumulasi kredit poin dalam kurikulum. Seorang mahasiswa dari
program diploma tiga tahun disyaratkan untuk menyelesaikan 110 hingga 120 unit
kredit. Seorang mahasiswa gelar sarjana (S1) harus menyelesaikan 144-160 unit
kredit. Perubahan signifikan bisa ini bisa dikaitkan dengan sejumlah besar
anggota fakultas dan birokrat yang belajar di Amerika Serikat. Selai itu, sistem
kredit juga lebih diinginkan karena memonitor kinerja siswa dengan mudah dan
73
Teguh Yudo Wicaksono dan Deni Friawan , Recent Developments in Higher Education in
Indonesia: Issues and challenges dalam Shiro Armstrong dan Bruce Chapman (ed)
Financing Higher Education and Economic Development in East Asia, 2011, Australia:
ANU E Press, hal 160
61
pertanda bahwa pemerintah mulai mereorientasi peran Pendidikan Tinggi ke
dalam penciptaan pekerja terampil dan menanggapi perubahan pasar tenaga kerja.
ini bukan tugas yang mudah. Untuk meneruskan tuntutan pasar dan donatur yang
sepuluh tahun yang baru (1986-1995). Isi dari HELTS II ini secara umum hanya
HELTS I. Hal ini dapat dilihat studi yang dilakukan oleh Dikti dan JBID (Japan
internal pada tahun 2000. Sedangkan pada tahun 1980, belum ada universitas di
Dengan total dana sebesar 1.091.941.000 Dollar AS, pendidikan tinggi benar-
benar diarahakan untuk menjawab kebutuhan tenaga kerja pada era Orde Baru.
yang terfokus dan spesialisasi mengajar di beberapa bidang dan pada beberapa
74
Lihat Buchori & Malik, “The Evolution of Higher Education in Indonesia”, dalam: Altbach &
Umakoshi (ed), Asian Universities, hal. 259.
62
dan ilmu komputer) mendapat perhatian dan sokongan dana yang lebih dari donor
dibanding disiplin ilmu sosial atau humaniora (seperti filologi, filsafat, ilmu
pendanaan internsional.
63
1996 Development of Undergraduate Education IBRD 55.750.000
1997 Quality of Undergraduate Education IBRD 55.730.000
Total: 1.091.941.000,-
yang lebih tinggi atau otonomi kampus. Otonomisasi kampus yang sebelumnya
telah didesak untuk dilaksanakan sejak tahun 1994 namun terhambat oleh
Indonesia yang sejak 1995 telah menjadi anggota WTO dengan diratifikasinya
75
Revrisond Baswir, Bahaya Neoliberalisme, 2009, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal. 72.
64
transportasi, pertanian, listrik, dll.76 Terkhusus untuk reformasi pendidikan tinggi,
Paris pada bulan Oktober 1998, misalnya, mendesak kepada semua negara di
lainnya untuk membangun kerangka kerja legislatif, politik dan keuangan untuk
ekonomi dari ekonomi berbasis bahan baku menjadi ekonomi berbasis ilmu
didesak untuk membuka sektor-sektor jasanya. Tuntutan ini juga didukung oleh
enam negara lainnya yang telah meminta Pemerintah Indonesia untuk membuka
sektor jasa pendidikan yakni Australia, Amerika Serikat, Jepang, Cina, Korea dan
Selandia Baru. Adapun sub-sektor jasa yang ingin dimasuki adalah pendidikan
tinggi, pendidikan sumur hayat, dan pendidikan vocational dan profesi. Cina
Pada tahun 2000, melalui WTO Indonesia telah mengikat diri dan terlibat
Doha. Pada putaran tersebut telah diputuskan bahwa GATS mencakup 12 bidang
76
Eko Prasetyo, Orang Miskin Dilarang. 2006, Yogyakarta: Resist Book hal. 31.
77
“World Conference on Higher Education in the Twenty-first Century: Vision and Action”
dokumen lengkap dapat diakses melalui
http://unesdoc.unesco.org/images/0011/001164/116428e.pdf
78
Simon Marginson dalam Global Comparisons and the Univesity Knowledge Economy
menjelaskan bahwa untuk menjadi Universitas yang kompetitif di dunia global, Universitas harus
mentrasformasi dirinya menjadi universitas riset yang memadukan dua nilai utama yaitu economic
value dan status value. Menurut Marginson, kedua nilai ini dapat menjadi daya saing utama dalam
pasar global. Lihat, Laura M. Portnoi dkk (Ed), Higher Education, Policy, And Global
Competition The Phenomenon, 2010, New York: Palgrave Macmillan, hal. 29.
65
jasa, termasuk pendidikan. Selanjutnya pada Putaran Hong Kong (2005) dibahas
ditentang oleh banyak pihak termasuk Forum Rektor Indonesia79, Indonesia tetap
pariwisata, dan keuangan. Pada Putaran Hong Kong, Indonesia telah memasukkan
berikut:80
79
“Forum Rektor Tolak Liberalisasi Pendidikan” Kliping Koran Suara Pembaharuan
tanggal 1 Desember 2005 diakses melalui
http://www.ui.ac.id/download/kliping/021205/Forum_Rektor_Tolak_Liberalisasi_Pe
ndidikan.pdf
80
Prof. Dr. Sofian Effendi dalam “GATS dan Liberalisasi Pendidikan Tinggi” diakases melalui
http://sofian.staff.ugm.ac.id/artikel/Strategi-Menghadapi-Liberalisasi-Pendidikan-Tinggi.pdf pada
13 Juli 2012
81
N.V Varghese, Higher Education Aid: Setting Priorities and Improving effectiveness, 2010,
Journal of International Cooperation in Education, Vol. 13 No. 2, hal. 190.
66
1. Cross-border supply, institusi pendidikan tinggi luar negeri menawarkan
atau Mode 2.
langkah awal untuk menerapkan privatisasi pendidikan tinggi ini dianggap sejalan
kelembagaan dan akuntabilitas menjadi isu strategis dalam arah baru pendidikan
Dikti sebagai bagian dari tema utama KPPT-JP III [1996-2005]. Paradigma ini
Untuk mewujudkan icon ini, terdapat empat pilar utama yang harus dibangun
67
Menurut paradigma baru ini, otonomi perguruan tinggi harus senafas
hasil perguruan tinggi, diaktualisasi melalui proses akreditasi baik oleh Badan
Baru di atas, yaitu perubahan sistem akreditasi yang dilakukan BAN, pola
Semi- QUE, SP4, Program A1, Program A2, Program A3, Program B dan
68
akhir dari program penganggaran semacam ini adalah pendanaan dengan
sampai saat ini sistem block grant ini belum sepenuhnya dapat diwujudkan
tambahan. Untuk mencapai tujuan itu, dasar hukum reformasi pendidikan tinggi
No 61/1999 tentang Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara (PT BHMN).
sesuai lagi dengan UU Nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. Tuntutan
Nomor 23 tahun 2003 tentang sistem pandidikan nasional. Undang Undang No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ini merinci arah kebijakan
69
dan/atau kesenian sebagai suatu masyarakat ilmiah yang penuh cita-cita luhur,
(HELTS) disusun oleh Dikti. HELTS 2003-2010 ini difokuskan pada penguatan
Baru dan bergerak menuju sistem pendanaan berbasis kinerja. Secara singkat
cukup besar sebagai akibat dari pendekatan sentralistik di masa Orde Lama, juga
sistem tiered competition. Adapun jumlah perguruan tinggi di era reformasi ini
82
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Strategi Pendidikan Tinggi Strategi Pendidikan Tinggi
Jangka Panjang 2003 – 2010: Mewujudkan perguruan tinggi berkualitas, 2004. Jakarta: Dikti
70
terus meningkat. Hingga tahun 2004, jumlah perguruan tinggi di Indonesia telah
lurus dengan angka partisipasi kasar pendidikan tinggi di Indonesia. Tahun 2001
hingga tahun 2005 angka partisipasi hanya berkisar antara 14,9 % hingga 16,9 %.
Sumber: Modul Inti SUSENAS 2001-2008 dalam Naskah Kebijakan Bank Dunia,
Indonesia: Pembiayaan Pendidikan Tinggi. 2010. Jakarta: Bank Dunia, hal. 1
71
Kesenjangan akses, kuantitas, dan kualitas inilah yang menjadi fokus
tunggal yang berdiri sendiri, melainkan terdiri lima perpanjangan tangan yang
terpisah yang disebut Kelompok Bank Dunia atau The World Bank Group. Dua
dari tangan tersebut, The International Bank for Reconstruction and Development
secara umum dikenal sebagai “the World Bank” atau “Bank Dunia”. Kedua tangan
72
Internasional; dan the Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA)-
negara transisi. Sementara, tangan kelima adalah the International Center for
Investasi Internasional-, yang menjadi ajang arbitrase jika terjadi sengketa antara
investor asing dan pemerintah. Kelompok Bank Dunia ini setiap tahunnya
swasta di Afrika, Asia, Timur Tengah, Amerika Latin, serta Eropa Timur. Aktivitas
negara-negara diseluruh dunia83 karena pada prinsipnya, Bank Dunia adalah agen
Sejak berdirinya pada tahun 1946, Bank Dunia telah menjadi “sebuah
83
Bank Information Center toolkit for activist, hal. 1-2 diakses melalui
http://www.bicusa.org/toolkit
84
Peran Bank Dunia sebagai Bank dan agen kapitalisme global dijelaskan dalam Carlos Torres,
Education and Neoliberal Globalization, 2009, New York: Routledge, hal. 30-33.
85
James Bovard, “The World Bank and the Impoverishment of Nations” dalam Doug Bandow dan
Ian Vásquez (editors) melalui Carlos Torres, Education and Neoliberal Globalization, 2009, New
York: Routledge, hal. 30.
73
paling penting dari Bank Dunia, khususnya jika dibandingkan dengan, misalnya,
sisi lain, Bank Dunia mempunyai prioritas sendiri, yang dapat terlihat dari
pemerintah dari miskin atau berkembang dengan inisiatif dari Bank Dunia, yang
terkait. Strategi Bantuan Bank Dunia (Bank’s Country Assistance Strategy (CAS))
Dunia harus memiliki jaminan bahwa kepentingan mereka dapat tercapai melalui
adalah hasil dari interaksi berbagai kepentingan ini. Bank Dunia selalu
peminjam dan/atau publik seringkali tidak memiliki pengaruh yang cukup atas
86
Perubahan dramatis terjadi pada periode Robert McNamara sebagai presiden Bank Dunia
khususnya terkait pada kebijakan sektor pendidikan. McNamara membuka pinjaman yang lebih
untuk sektor pendidikan. McNamara melihat pendidikan sebagai faktor yang harus diperhatikan
dalam pembangunan, lihat bab “Education in the McNamara years 1968-80” dalam Phillip W.
Jones, World Bank Financing of Education, 2007, New York: Routledge, hal. 78-122
74
negaranya. Begitupun, pengaruh masyarakat sipil pada substansi dokumen-
dokumen kebijakan seperi PRSP dan CAS sangat terbatas. Padahal implementasi
kebijakan strategis Bank Dunia, melalui riset dan analisa, investasi proyek, serta
pinjaman, seperti:88
pinjamannya.
Perjanjian ini diadakan oleh Bank dengan negara anggota dimana negara
peminjam.
87
Ibid, hal. 12.
88
Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum., Tanggung Jawab bank Dunia dan IMF sebagai Subjek Hukum
Internasional. 2009, Jakarta: Sofmedia, hal. 172.
75
Perjanjian ini diadakan apabila negara peminjam meminjamkan lagi
g. Dalam hal tertentu, mungkin adanya suatu kontrak yang sangat kompleks
dibiayai oleh Bank Dunia. Bank Dunia di sini akan ikut mengawasi,
sedemikian ini.
76
2.2 Sejarah Bantuan Bank Dunia untuk Pendidikan Tinggi di Indonesia
dibawah pimpinan Belanda. Forum inilah yang selama lebih dari 30 tahun
untuk menutup defisit anggaran. Selain itu, seiring dengan bergabungnya kembali
Indonesia ke PBB, Indonesia juga bergabung ke IBRD, IDA, IMF dan ADB.
pemerintah Indonesia, yang akan segera ditindaklanjuti di berbagai sektor dan sub
sektor kegiatan Bank. Di awal kerjasama ini, dimulai dialog tentang perencanaan
tinggi) dan peluang pinjaman serta bantuan yang dapat dilakukan oleh kedua
kunci dalam pembangunan negara ekonomi dan sosial. Kemudian kegiatan hulu di
pemerintah tentang apa peran dan ambisi Bank Dunia terhadap kondisi pendidikan
77
di Indonesia.89 Bahkan sebelum bantuan pendidikan dari negara-begara donor lain
masuk ke Indonesia, Bank Dunia telah menyatakan bahwa fokus Bank Dunia
tidak hanya pada investasi atau “perpindahan uang”, tetapi juga akan berusaha
untuk memainkan peran utama dalam bidang-bidang yang lebih spesifik seperti
Keterlibatan lebih Bank Dunia dalam bidang pendidikan ini di dasarkan pada
Keterlibatan dan kepentingan Bank Dunia dalam sektor pendidikan ini terlihat
dari alokasi dana bantuan untuk sektor pendidikan yang menempati posisi ketiga
setelah investasi dalam di sektor infrastruktur dan pertanian seperti yang nampak
US $ M % % % %
Sektor
1969-98 1969-98 1969-79 1980-89 1990-98
78
Perubahan/Adjusment
Lainnya 1,351 5,3 8,3 3,7 6,1
Total 25,370 100 100 100 100
menyarankan garis besar program investasi sebagi masukan bagi REPELITA II,
ada (tingkat drop out yang tinggi, duplikasi program dan fasilitas, kurangnya
koordinasi antar fakultas dan lembaga induk) hingga sampai pada kesimpulan
bahwa "banyak sumber daya yang dihabiskan untuk pendidikan tinggi yang
terbuang".90
pemerintah Indonesia juga memiliki agenda dan tujuan pendidikannya. Hasil dari
negara dan universitas. Sejalan dengan semakin kuatnya tuntutan untuk reformasi
dan otonomisasi (yang dapat dilihat dari arus otonomi daerah pasca reformasi),
79
kontrol negara telah digeser menjadi mekanisme pengambilan keputusan yang
pemerintah dan Bank Dunia dalam hubungannya dengan hubungan kontrol negara
Standarisasi di
tingkat institusi
- Peraturan No. 5
tahun 1980
1985-94 Institutional Kontrol langsung Consolidation
Capacity Building negara yang kurang: (investasi pada
80
- Meningkatnya kualitas input)
- investasi Sumber daya - stabilisasi
pengembangan terdiversifikasi populasi
kapasitas nasional - Pengurangan biaya mahasiswa di
untuk dosen dan pendidikan secara universitas
penelitian di nyata negeri dan
sektor-sektor - Pemisahan- pertumbuhan
strategis (UDP II) pemisahan institusi universitas
-investasi dalam Peran baru negara: swasta yang
peningkatan - Menumbuhkan pesat
kualitas input kompetisi dan - dukungan untuk
(HEDP) selektifitas penelitian dan
- diversifikasi - Mendorong teknologi
sumber daya pendapatan - Rencana
(HEDP) - Mendukung Pengembangan
- perencanaan dan pembangunan Pendidikan
manajemen sektor swasta Tinggi (Higher
capacity building - Manajemen dan Education
di tingkat pusat Development
sistem informasi
dan daerah (HEDP, Plan) kedua
UDP, Politeknik) (1968-1995)
Di tingkat institusi
- kebutuhan untuk
- dekosentrasi
tenaga kerja Pengetatan anggaran
terlatih (S & T - Pengurangan
Project) anggaran
pendidikan
Pelegitimasian
otonomi financial
institusi (HED)
- Undang-Undang
pendidikan dasar
- Peraturan No. 30
tentang otonomi
financial
1995- Strategi Pengawasan negara: “Paradigma Baru”
98+ desentralisasi (reformasi
- Peningkatan - Pembentukan manajemen)
otonomi lembaga badan perantara
sebagai cara untuk yang bersifat semi- Menyarankan
mengembangkan otonom untuk peningkatan
kualitas dan akreditasi, evaluasi, otonomi dengan
81
relevansi seleksi, dan tujuan berikut:
- Peningkatan kebijakan
respon lembaga - Selektifitas melalui - Meningkatkan
secara eksternal kompetisi, hibah, kualitas
(akuntabilitas) dan dan pendanaan (performance
internal yang sesuai yang lebih baik)
(partisipasi dan - Otonomi ‘dalam - Membuat
kepemilikan) sistem hirarkis’ universitas lebih
- Peningkatan (Rencana Jangka akuntabel
selektifitas dalam Panjang) - Meningkatkan
keterjangkauan - Mendayagunakan efisiensi
dan pendanaan kerangka kerja - Memperkuat
publik melalui peraturan manejemen
mekanisme institusi
kompetisi dan Di tingkatan institusi: - Keseimbangan
pendanaan - Perencanaan yang yang lebih baik
alternatif tersentralisasi antara
- Untuk - Ketegangan antara universitas lokal
menfasilitasi keinginan untuk dan global
rencana desentralisasi dan - Rencana
desentralisasi sentralisasi Pengembangan
universitas Pendidikan
- Untuk Tinggi (Higher
menfasilitasi Education
mekanisme Development
penjamin mutu Plan) ketiga
yang independen (1996-2005)
dan transparan - Memperkenalka
n proyek ‘DUE-
Proyek kunci: like’ dan ‘QUE-
URGE/DUE/QUE like’.
Sumber: Jo Bastianes, International Assistance and State-University Relations,
2009. New York: Routledg, hal.50.
lembaga sebagai cara untuk mengembangkan kualitas dan relevansi juga mulai
mekanisme yang baru ini, memakai mekanisme hibah kompetisi. Dalam artian
82
bahwa setiap perguruan tinggi hanya akan diberikan bantuan sesuai dengan
ini pertama kali diterapkan di Amerika Serikat pada tahun 1980 oleh National
Science Foundation dan di Inggris pada tahun 1990 oleh Dewan Pendanaan
(URGE) Bank Dunia memperkenalkan mekanisme hibah kompetisi ini pada tahun
1994. Proyek ini diterapkan pada perguruan tinggi yang melaksanakan program
kapasitas individu atau riset, namun oleh Bank Dunia proyek ini dilihat tidak
memiliki efek pada pengembangan sumber daya manusia dan relevansi program
studi. Oleh karenannya pada tahun 1996, diluncurkan proyek hibah kompetitif
sebagai berikut:91
1. Persaingan
Untuk itu maka Bank Dunia dan Pemerintah menawarkan jumlah hibah
yang jauh lebih kecil dari jumlah institusi yang bersaing dalam kompetisi.
Adapun umlah hibah yang ditawarkan tidak boleh melebihi 20% dari
91
M. K. Tadjudin, Competitive funding as a tool of improving higher education management,
diakses melalui
http://portal.unesco.org/pv_obj_cache/pv_obj_id_666A6A45E155BC829D491155D515A81B4E9
90100/filename/M_K_Tadjudin.pdf pada 7 Juli 2012.
83
jumlah peserta. Jumlah pelamar yang memenuhi syarat harus kurang dari
jumlah hibah yang ditawarkan. Jumlah hibah yang lolos juga harus
berikutnya.
Dalam skema hibah kompetitif ini, setiap program harus memiliki tujuan
ini juga harus dijelaskan dalam indikator kinerja yang harus dicapai oleh
penerima calon yang menulis proposal untuk 500 juta rupiah pada saat
yang sama juga mendapat alokasi 1 milyar rupiah tanpa harus menulis
proposal dan akan melalui proses kompetitif yang sulit, ia akan kehilangan
84
5. Kompetisi berjenjang
ada kesempatan yang wajar untuk menang. Karena tingkat variasi dalam
tinggi yang sebanding harus ditempatkan dalam satu kelompok atau tier.
sebelum berperang”.
secara transparan dan akuntabel. Proses seleksi harus menjadi proses peer
85
8. Insentif dan disinsentif
disentif juga diberikan jika proyek tidak berjalan dengan baik. Dalam
hibah. Pada prakteknya, mulai tahun 1996 hingga sekarang Dikti dan Bank Dunia
tinggi di Indonesia. Selama periode 1996 hingga 2004, Bank Dunia dan Dikti
menerapkan mekanisme hibah kompetisi ini ke dalam enam proyek besar untuk
peningkatan kapasitas internal (seperti pada proyek Semi-QUE dan SP4). Tabel
dibawah ini menjelaskan secara detail tujuan, pelaksana, dan besar pendanaan dari
86
lulusan, Dollar AS/ Dunia &
2003 Studi bebas
efisiensi 5 tahun Dikti
Kualitas Perguruan Rp. 15
1999- Institusi
DUE-like lulusan, Tinggi/Pro Miliyar / 5 Dikti
2005 setingkat
efisiensi gram Studi tahun
Perguruan
Perguruan Rp. 500
1999- Kapasitas tinggi negeri
Semi-QUE Tinggi/Pro juta / 2 Dikti
2005 internal dan swasta
gram Studi tahun
yang setingkat
Perguruan
Kualitas 1,3 Juta Bank
2001- Program tinggi negeri
TPSDP lulusan, Dollar / 4 Dunia &
2007 Studi dan swasta
efisiensi tahun Dikti
yang setingkat
Sistem
Penda-
naan dan Kapasitas Perguruan Rp. 500
2003- Perguruan
Perenc- internal, Tinggi/Dep juta / 2 Dikti
2006 Tinggi negeri
anaan manajemen artemen tahun
Program
(SP4)
Di tahun 2004, ketika evaluasi Bank Dunia terkait kapastitas internal telah
menunjukan hasil yang cukup relevan, maka skema pendanaan kompetitif dan
eksternal, dan persaingan universitas dalam skala global. Dikti menerapkan skema
pendanaan. Total dana Rp. 9,5 Milyar digelontorkan oleh Dikti yang
menciptakan sistim persaingan yang “setara” maka program ini pun dibagi
87
internal, otonomi, dan kesehatan organisasi), A-2 (untuk peningkatan efisiensi
studi), dan tipe B (untuk departemen/program studi yang sudah siap untuk
bersaing di pasar global). Selanjutnya sejak tahun 2006, Dikti dan Bank Dunia
sangat fundamental dalam sistem pendidikan tinggi Indonesia termasuk arah dan
pola penyelenggaraan.
Indonesia yang dijalankan oleh Dikti dan Bank Dunia sejak tahun 2006 dapat
88
2008 external, PTS
kualitas
Hibah
lulusan,
Kompetisi)
performa
institusi
Sumber: M.K. Tadjudin, "Competitive funding as a tool of improving higher
education management" diakses melalui
http://portal.unesco.org/pv_obj_cache/pv_obj_id_666A6A45E155BC829D491155
D515A81B4E990100/filename/M_K_Tadjudin.pdf
Agreement No: 4077-IND and Loan Agreement No: 4789-IND, bahwa program
melalui pinjaman (Loan) dari Bank Dunia baik dari dana IBRD maupun dana dari
IDA. Sesuai dengan Loan Agreement (IBRD) no. 4789-IND dan Develeopment
lima kegiatan proyek dengan lima indikator utama. Indikator ini sebagai
parameter utama dalam mengukur keberhasilan misi bantuan Bank Dunia yang
89
1. Rancangan Undang-Undang mengenai Badan Hukum Pendidikan (BHP)
disetujui pada tahun 2010; hal ini ditujukan untuk memberikan landasan
3. Pada tahun 2010, akreditasi institusi harus sudah dapat diberikan kepada 5
line item, hibah kompetisi, dan kontrak berbasis kinerja dapat diselesaikan
pada tahun 2010. Melalui sistem evaluasi ini pemerintah diharapkan dapat
yang solid.
90
Indikator-indikator ini kemudian dipecah menjadi dua komponen utama,
yaitu: (1) Reformasi sistem pendidikan tinggi dan (2) Hibah untuk meningkatkan
kualitas akademik dan kinerja perguruan tinggi. Dengan total dana US$
98,267.000, investasi dan kegiatan yang dilakukan dalam proyek ini tentunya
Program (Programme Aid), karena dana pinjaman ini ditujukan untuk tujuan
Dana IMHERE berasal dari dana IBRD (dengan Loan Agreement (IBRD) no.
4789-IND) dan dana IDA melalui Develeopment Credit Agreement no. 4077-IND
berikut:
91
Sumber: Bank Dunia. Project Aprasial Document for IMHERE. 2005
Berdasarkan tujuan proyek dan alokasi dana dari Bank Dunia, proyek
bunga yang rendah (sekitar 3,5%), jangka waktu pengembalian yang panjang
(sekitar 25 tahun), dan masa tenggang (grace period) cukup panjang, yakni 7
tahun. Tipe pinjaman ini memang merupakan tipikal pinjaman yang seringkali
diterapkan Bank Dunia dan Asian Development Bank (ADB).92 Proyek ini akan
digulirkan secara bertahap selama 5 tahun anggaran dengan effective date mulai
92
Op.Cit., Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum., hlm. 2.
93
Closing Date adalah batas terakhir pembayaran dana pinjaman luar negeri oleh pihak Pemberi
Pinjaman Luar Negeri (PPLN) dalam rangka pengisian Rekening Khusus atau pengganti dana
telangan yang dikeluarkan pemrintah.
92
Estimasi Pembiayaan (Tahun Fiskal/US$m)
Thn Fiskal 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Tahunan 5.05 15.24 21.10 20.31 13.99 3.31 1.00
Kumulatif 5.05 20.29 41.39 61.70 75.69 79.00 80.00
Sumber: Bank Dunia. Project Aprasial Document for IMHERE. 2005
menyiapkan anggaran untuk memperoleh indikasi awal dari apa dan berapa besar
anggaran dimulai pada bulan Februari dan berlanjut sampai Juni dan
Dirjen Anggaran, yang berisi pedoman yang harus digunakan untuk penganggaran
biaya-biaya operasional.
94
Yakni Undang-Undang No 17/2003tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang No 1/2004
tentang Perbendaharaan Negara.
93
untuk isu-isu pembiayaan kemudian dilakukan antara Departemen/Kementerian
kemampuan dan daya saingnya. Adapun institusi yang memiliki kesempatan dan
menjadi sasaran untuk mendapatkan dana proyek ini, baik dari PTN maupun PTS
Perkiraan
Kelompok jumlah paket Institusi yang berhak
hibah
Sub-Komponen B.1 Hibah Kompetisi untuk PTN dan PTS
I 4 25 Politeknik Negeri
II 2 ISI Yogya, ISI Denpasar, STSI Bandung, STSI Solo
PTN dan PTS yang mempunyai program pendidikan
III 10
keguruan
IV 12 PTN lainnya (kecuali BHMN)
Sub-total 28
Sub-komponen B.2.b Hibah berbasis proposal untuk mengembangkan good
governance di PTN
I 3 25 Politeknik Negeri
II 2 ISI Yogya, ISI Denpasar, STSI Bandung, STSI Solo
III 7 UNSYIAH, UNJA, UNRI, UNAND, UNSRI, UNIB,
UNILA. UNPAD, UNSOED, UNEJ, UNDIP, UNS.
UNIBRAW, ITS, UNAIR, UNHAS, UNUD, UNTAN,
UNLAM, UNSRAT, UNHALU, UNRAM, UNTAD,
94
UNMUL, UNPAR, UNDANA, UNCEN, UNY, UNJ,
UNES, UNIMED, UNP, UNESA, UNM, UM,
UNIMA
U. Tirtayasa, U. Khairun, I. Trujoyo, U. Malikulsaleh,
IV 2
UNPATTI, UNIPA, U. Gorontalo, IKIP Singaraja
Sub-total 14
Sub-komponen B.2.b Hibah berbasis proposal untuk memperkuat manajemen
institusi PT otonomi bertaraf internasional
I 6 Perguruan Tinggi Otonomi bertaraf Internasional
Sub-komponen B.2.c Kontrak berbasis kinerja
I 4 Perguruan Tinggi Otonomi bertaraf Internasional
Total 52
Sumber: Diolah berdasarkan Dokumen Dikti, Workshop Sosialisasi IMHERE
Program B.1 , Slide presentasi. 2008
diserahkan kepada Bank Dunia sebagai Rencana Kerja Tahunan (annual work
supervisi dari proyek yang disepakati. Dikti secara periodik melakukan kunjungan
pengawasan anggaran.
95
Proses panjang mekanisme penganggaran yang dijelaskan di atas lalu
panduan, perlu kiranya sistematika analisa untuk bagian ini ditinjau seperti yang
berikut:
Pendidikan Tinggi
4,001,000 Dollar AS
96
Misi utama komponen ini adalah untuk menangani kendala utama
manajemen yang dihadapi oleh sistem pendidikan tinggi nasional. Komponen ini
kebijakan berdasarkan data informasi kinerja yang nyata, terutama dalam hal
Pendidikan (BHP) yang disahkan pada Desember 2008. UU BHP ini terdiri dari
negara seperti yang tertulis dalam Pasal 6 ayat (2) UU Sisdiknas yang menyatakan
97
formal yang didirikan oleh Pemerintah atau masyarakat berbentuk badan hukum
mengalami penolakan skala besar dari masyarakat karena dianggap sarat akan
komersialisasi pendidikan.95
BHP diantaranya adalah adanya tafsir yang berbeda tentang BHP dalam UU
mendirikan BHP, aset BHP yang berasal dari hutang, perangkat BHP,
penggabungan dan akuisisi BHP, kurang jelasnya pendanaan BHP dan banyak hal
lainnya. Melihat subtansi yang terkandung dalam UU BHP, banyak kalangan yang
memprediksikan tak kurang dari 60% satuan pendidikan yang akan mengalami
2010, UU BHP tidak lagi memiliki kekuatan hukum yang mengikat. Dari
menyadari bahwa UU yang diusulkan atas “desakan” Bank Dunia ini membawa
95
“Mendiknas Bantah UU BHP Komersialisasi Pendidikan” diakses melalui
98
golongan ekonomi lemah. Alasannya jelas, karena dalam UU BHP ini subsidi
Namun tidak hanya tentang aspek legal perundangan dalam UU BHP, sub-
nasional telah berfungsi dengan baik, namun beban kerja dirasakan sangat berat
karena akreditasi diberikan kepada program studi. Hal ini dikarenakan lingkup
kerja setiap tahunnya mencakup hampir 2.000 PTN dan PTS. Jumlah program
studi dan perguruan tinggi yang begitu besar ini tidak sesuai dengan kemampuan
akreditasi BAN-PT yang terbatas. Dengan bantuan ADB, BAN-PT dan Ditjen
dapat sejalan dengan prinsip otonomi perguruan tinggi serta mampu memberikan
profesi (seperti arsitek, insinyur, atau dokter). Melalui kerja sama dengan Ditjen
99
Dikti, ADB menggulirkan pinjaman sebesar US$ 880.000 untuk memulai kajian
transisi yang akan berlangsung dari tahun 2005 sampai tahun 2007.
program ADB selesai. Bagian yang perlu dicermati dalam kegiatan ini adalah
tinggi, karena BAN-PT mengakreditasi bukan saja PTN tetapi juga PTS.
dari syarat proyek IMHERE ini. Tidak terkecuali BAN-PT yang melalui sub-
3,330,000)
100
Untuk program reformasi ini, Bank Dunia juga mengincar Universitas
jarak jauh. Dalam laporan program ini disebutkan bahwa UT melayani 225.000
sebagian besar dari pekerja ini merupakan guru berstatus pegawai negeri sipil
(PNS).
tetap menyediakan dan membuka pendidikannya seberapa besar atau kecil pun
terpencil di mana opsi untuk pendidikan tinggi sangat terbatas. Sub-komponen ini
akan membiayai studi dan technical assistance untuk mengkaji beberapa opsi
keperluan technical assistance, training staff, dan komponen fisik lain untuk
101
Komponen proyek ini berangkat dari pemikiran bahwa pada umumnya
rendah, dan sebagian besar pengeluaran saat ini dilaksanakan berdasarkan line
item yang tersentralisasi dan dilakukan oleh Ditjen Dikti. Praktek pendanaan
tradisional seperti itu, oleh Bank Dunia dan Dikti dinilai telah menghambat
insentif penggunaan dana publik yang rasional, yaitu insentif yang dapat
bagi peningkatan mutu akademik dan kinerja institusi. Oleh karena itu, menurut
Bank Dunia dan Dikti, kebijakan pemerintah memberikan otonomi kepada PTN
102
Sub-komponen proyek-B.1 – Program Hibah kompetisi untuk PTN dan PTS
(US $60,816,000)
proposal. Perguruan Tinggi dapat menyerahkan proposal untuk satu atau dua jenis
prinsip external peer review dan dengan melibatkan sejumlah reviewer proposal
lintas Perguruan Tinggi dan dari luar negeri. Reviewer diatur dalam suatu code of
conduct yang ketat yang diharapkan menjamin, antara lain, bahwa reviewer wajib
dalam review terhadap institusi atau programnya sendiri. Panel review ini terdiri
103
sebagai tanda komitmen institusi. Untuk meningkatkan kesetaraan di antara
seluruh institusi pemenang hibah, seluruh proposal hibah harus mencakup rencana
Perguruan Tinggi yang mengusulkan program hibah harus menyetujui dan bekerja
diusulkannya. PTS hanya dapat mengikuti program hibah yang ditujukan untuk
adalah:
Jumlah Jumlah
Kelompok Nama PT/PTS
Target Pemenang
1 4 3 Politeknik Manufaktur Negeri
Bandung, Politeknik Jember,
Politeknik Pertanian Negeri Pangkep
2 2 1 ISI Denpasar
3 10 8 UNDIKSHA, UNISMA, UKWMS,
UNP, UNG, UNJ, UM, UNY
4 12 13 UNRI, UNPAD, UNCEN, UNLAM,
UNPAR, UNIMAL, UNSYAH
Jumlah 28 25
Sumber: Diolah berdasarkan Dokumen Dikti, Workshop Sosialisasi IMHERE
Program B.1 , Slide presentasi. 2008
104
Sub-komponen proyek-B.2 - Hibah untuk mengembangkan good governance
$26,522,000)
praktek good governance dan budaya organisasi yang fokus meningkatkan mutu
pendidikan, efisiensi manajemen. Terkait dengan hal ini, pada tahun 2000, enam
Perguruan Tinggi ini secara hukum otonom, Bank Dunia menilai mereka masih
kurang memiliki kemampuan untuk mengelola dana, sumber daya manusia, dan
pengadaan barang secara efektif. 75 PTN lainnya yang belum memperoleh status
mekanisme ini, Bank Dunia dan Dikti akan memberikan dana hibah dengan syarat
105
bahwa mereka memenuhi sasaran kinerja yang telah disepakati. Komponen hibah
BHMN.
Pada kategori B.2.b ini semua perguruan tinggi yang telah otonom (PT
komponen ini, yaitu: ITB, UI, UGM, IPB, UPI, dan USU. Ketujuh PT yang telah
106
daya dan manajemennya agar bisa meningkatkan “nilai jual”-nya secara domestik
maupun internasional.
kriteria tertentu.
diantara 5 PT BHMN awal yang meraih dana proyek komponen B.2c dengan tema
sebesar Rp 31 Milyar untuk tiga tahun dari Bank Dunia. 97 Selanjutnya UGM juga
memenangkan komponen B2c ini dengan nilai proyek sebesar 30 miliar rupiah
dan minimal 8% dari dana pendamping untuk memperkuat tiga pusat unggulan
(Center of Excellence, CoE) yang telah ada.98 Kemudian IPB dengan tema proyek
telah “matang” dan memiliki nilai jual serta nilai lebih dibanding PT lain.
97
UNAIR, Borang Akreditasi Program Studi Sarjana Farmasi FF Unair, 2010.
98
“UGM Menangkan Hibah IMHERE B2c” diakses melalui
http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=2369 pada 7 Juli 2012.
99
Penjelasan program IMHERE B.2.c oleh IPB ini dapat dilihat di http://imhere.ipb.ac.id diakses
pada 12 Juli 2012.
107
Mencermati tema yang diangkat oleh masing-masing universitas pemenang ini,
merupakan visi besar yang didorong oleh Bank Dunia. Tema “Enterpreneurship”,
IMHERE ini.
resmi berdiri, telah berdiri Fakultas Ekonomi yang merupakan cabang Fakultas
Jenderal Gubernur Pemerintah Hindia Belanda Nomor 127 tanggal 23 Juli 1947.
Makassar dan sekitarnya maka fakultas yang dipimpin oleh Drs L.A. Enthoven
(sebagai Direktur) ini dibekukan dan baru dibuka kembali sebagai cabang
Fakultas Ekonomi UI pada 7 Oktober 1953 di bawah pimpinan Prof. Drs. G.H.M.
dengan Prof. Drs. Wolhoff acting ketua dan Drs. Muhammad Baga sebagai
sekretaris.
Setelah fakultas ekonomi berdiri pada tahun 1947, maka satu persatu
fakultas menyusul didirikan oleh pihak Unhas, yakni Fakultas Hukum tahun 1952,
Fakultas Kedokteran tahun 1956, Fakultas Sastra tahun 1960, Fakultas Teknik
tahun 1960, Fakultas Ilmu Sosial Politik tahun 1961, Fakultas Pertanian tahun
108
Matematika dan Ilmu Pengetahuan alam (masih bergabung dengan Fakultas
Teknik dalam payung Fakultas Sains dan Teknologi) pada tahun 1976, Fakultas
Kesehatan Masyarakat tahun 1982, Fakultas Kedokteran Gigi tahun 1983, hingga
Tamalanrea di atas tanah seluas 220 Ha. Sebelumnya, Unhas berlokasi di Kampus
Barayya yang terletak dekat dengan pusat kota Makassar dengan letak fakultas
yang terpisah-pisah. Dengan kampus baru di Tamalanrea ini, maka lokasi fakultas-
fakultas telah disatukan ke dalam sebuah komplek yang berbentuk seperti huruf
“U”. Kampus Tamalanrea ini dirancang oleh Paddock Inc., Massachustts, AS dan
Bandung.
109
Sejak dikeluarkannya SK Menteri PP dan K No. 3369/S Tanggal 1 1 Juni
September 1956, Lembaran Negara No. 39 Tahun 1956 yang secara resmi dibuka
oleh Wakil Presiden RI Drs. Moh. Hatta pada tangggal 10 September 1956,
11. Prof. Dr.dr. Idrus A. Paturusi, Sp.BO 2006 – Sekarang (akan berakhir
tahun 2014)
110.189 alumni dari semua tingkat strata dan fakultas. Alumni ini terdiri dari 391
S3, 9670 S2, 22.856 Diploma, 6.129 S1 Ekstensi (regular sore), dan 71.243 orang
110
untuk S1 dengan lama masa studi untuk seluruh program dan strata bervariasi.
Pada tahun 2007, untuk program S1, lama masa studi umumnya masih di atas 4,5
100
tahun. Dalam perkembangannya, Unhas telah memiliki 14 fakultas dan satu
semua fakultas), 38 program studi untuk S2, dan delapan program studi untuk S3.
101
Hingga tahun 2010, tercatat ada 22.431 mahasiswa aktif untuk program S1.
doktoral 609 mahasiswa, dan program spesialis 992 mahasiswa. Sehingga total
kapasitas mahasiswa pada tahun 2010 adalah 25.949 orang dengan 12.565 laki-
laki dan 13.384 perempuan.102 Dengan kapasitas ini membuat Unhas sering
luar negeri tertinggi di Indonesia dalam kurun waktu 1980 hingga 1995. Unhas
tahun 1999. Hal ini memberikan gambaran kiprah Unhas dalam mengelola
institusi dan membentuk dirinya menjadi universitas yang memiliki “nilai jual”
untuk bantuan luar negeri. Tabel berikut menggambarkan posisi Unhas untuk
kategori tersebut.
Tabel 15: Penerima bantuan luar negeri tertinggi / Performa pemasukan mandiri.
100
Laporan Tahunan Rektor Universitas Hasanuddin tahun 2007, hal. 10.
101
Data bidang Pendidikan Unhas tahun 2010/2011.
102
Data bidang Pendidikan Unhas tahun 2010/2011 tabel 4.1.14. Jumlah mahasiswa aktif menurut
fakultas, jurusan, program studi strata pendidikan dan jenis kelamin semester akhir tahun
2009/2010
111
10 teratas penerima bantuan luar 10 teratas performa pemasukan
negeri 1980-1995 mandiri 1999
Institut Pertanian Bogor (IPB) Institut Teknologi Bandung (ITB)
Politeknik (3) Universitas Indonesia (UI)
Institut Teknologi Bandung (ITB) Institut Pertanian Bogor (IPB)
Universitas Gadjah Mada (UGM) Universitas Padjajaran (UNPAD)
Universitas Indonesia (UI) Universitas Gadjah Mada (UGM)
Institut Teknologi Sepuluh Universitas Brawijaya (UNIBRAW)
November (ITS)
Universitas Hasanuddin (UNHAS) Universitas Sumatera Utara (USU)
Universitas Syah Kuala (UNSYIAH) Institut Teknologi Sepuluh November
(ITS)
Universitas Sumatera Utara (USU) Universitas Diponegoro (UNDIP)
Universitas Diponegoro (UNDIP) Universitas Hasanuddin (UNHAS)
Pada tahun 1986 dan 1987 Unhas mendapat bantuan luar negeri melalui
dukungan untuk mendirikan Central Workshop Unhas pada tahun 1987). Program
ini pula yang mendorong didirikannya Fakultas Hukum dan Fakultas Ekonomi. 103
Unhas merupakan universitas pertama di luar pulau jawa yang terpilih untuk
mendapatkan program tersebut. Dalam proses seleksi PUO II, organisasi internal
dikategorikan sebagai "berbeda dari yang biasanya di Indonesia" 104 karena Unhas
103
Jo Bastianes, International Assistance and State-University Relations, 2009. New York:
Routledg, hal. 34
104
Van Olden, J. F., & Serpenti, L. M. (1983). Evaluation Report on the inter-university
cooperation between the Universitas Hasanuddin (Ujung Pandang/Indonesia) and Erasmus
112
telah dipilih oleh Departemen Pendidikan sebagai proyek percontohan untuk
mencari sebuah divisi baru terkait tanggung jawab antara fakultas (yaitu kontrol
sumber daya) dan program studi (yaitu pemrograman akademik) sesuai dengan
struktur matriks. Kerjasama awal dalam program ini diarahkan secara eksklusif
yang lebih bernuansa “lokalitas”. Visi Unhas yang tertulis dalam Rencana
yang tertulis dalam renstra tersebut, visi ini diangkat sebagai penegasan
senantiasa sesuai dengan spirit zaman (zeitgeist)”.105 Dengan posisi seperti ini,
dengan targetnya masing-masing. Adapun yang menjadi misi Unhas untuk tahun
2006-2010 adalah106:
113
nasional, yaitu memiliki landasan keimanan dan ketaqwaan serta berjiwa
dengan peningkatan nilai tambah dan pangsa pasar mataniaga dan jasa
pengembangan ipteks.
c. Mempromosikan dan mendorong terwujudnya nilai-nilai bahari dalam
proyek dana hibah kompetisi seperti TPSDP, DUE-Like, PHK, dan SP4. Sampai
tahun 2006, hampir 90% atau 40 dari 46 departemen program studi/ISS di Unhas
114
telah mendapatkan dana hibah kompetitif tersebut termasuk TPSDP (program
studi 5 dan 1 ISS), DUE-Like (2 program studi), QUE Semi (6 departemen) PHK
Program Studi Ilmu Kelautan, Program Studi Budidaya dan 4 ISS) dengan nilai
UNAIR, UNIB, dan UNSUD telah berhasil lolos sampai ke tahap visitasi.
Namun, hanya UNAIR dan UNIB berhasil lolos hingga tahap akhir.
107
BOOK I: Self Evaluation Report: Hasanuddin University dikeluarkan oleh DIKTI, 15 Juni
2006, hal. 39.
115
BAB IV
INDONESIA
dalam kompetisi proyek IMHERE sejak IMHERE Batch I diluncurkan pada awal
2005. Pada waktu itu, Unhas melibatkan Prodi Kelautan dan Perkapalan. Namun,
proposal tersebut gugur sejak tahap pertama. Kali kedua, Unhas memilih
Budidaya Perairan dan Jurusan Kelautan sebagai prodi yang diusulkan. Dalam
proses seleksi tersebut Unhas bersama dengan UNAIR, UNIB, dan UNSUD telah
berhasil lolos hingga ke tahap visitasi institusi. Namun, hanya UNAIR dan UNIB
yang memenangkan sub komponen proyek IMHERE B.1 dan B.2.a. Ketujuh
1. Universitas Hasanuddin
4. Universitas Brawijaya
6. Universitas Lampung
116
Unhas memenangkan proyek IMHERE B.1 (Improvement of Social
Quality and Social Responsibilty) sebesar 10 Milyar. Program IMHERE B.1 ini
untuk perbaikan manajemen mutu yang sehat bagi universitas. Dana untuk B.2.a
senilai Rp.3,9 Milyar dicairkan mulai Oktober 2007 dalam jangka 2 tahun.108
Program Studi Budi Daya Perairan Fakultas Kelautan dan Perikanan (BDP FKIP)
sebagai icon unggulan. Kedua jurusan ini dipilih oleh Unhas karena telah
berakreditasi A serta cakap dan jelas orientasi program kerjanya. 110 Selain itu,
kedua jurusan ini merupakan jurusan dan program studi yang paling sesuai
Dalam proyek ini, Unhas mendapatkan sebesar Rp. 10 milyar dalam jangka 3,5
Padjung, M.Sc.
108
Terkait tanggal pencairan dana ini terdapat perbedaan pendapat antara Direktur Eksekutif
Program IMHERE Unhas dan pihak jurusan Farmasi dan BDP. Perbedaan ini dapat dibaca di
“Mismanagement, I-MHERE Macet” diakses melalui http://www.identitasonline.net/2007/11/no-
673tahun-xxxiiiawal-november-2007.html pada 12 Juli 2012.
109
Saat memenangkan proyek ini Farmasi masih berbentuk jurusan dibawah Fakultas MIPA
Unhas. Jurusan Farmasi berubah menjadi Fakultas Farmasi pada 14 november 2007 dengan SK
Rektor Unhas Nomor : 441/H4/O/2007 tertanggal 14 Maret 2007. Diakses melalui
http://www.unhas.ac.id/content/fakultas-farmasi pada 12 Juli 2012.
110
“Umpan Tak Dilirik, Kuota Tak Terpenuhi” diakses melalui
http://www.identitasonline.net/2007/06/identitas-no-663-edisi-xxxiii-edisi.html pada 2 Juli
2012.
117
Sementara, untuk proyek IMHERE B.2.a digunakan untuk menciptakan
praktek good governance dan budaya organisasi yang fokus untuk meningkatkan
mutu pendidikan dan efisiensi manajemen. Seperti yang tertulis dalam Unhas Self
ini pun tertuang dalam Renstra Unhas 2003-2008 dimana dalam salah satu
program strategis untuk Citra Unhas 2013 adalah “memiliki struktur organisasi
dan manajemen sumberdaya yang efektif.” Program strategis ini terbagi ke dalam
lima program utama, yakni: (i) pergeseran dari organisasi struktural ke organisasi
paling berkaitan dengan tujuan proyek IMHERE komponen 2.2. Sejalan dengan
itu, maka proyek IMHERE untuk Unhas ini diarahkan untuk 4 program utama,
yakni:
diandalkan;
3. peningkatan sistem manajemen asset total universitas, dan;
111
Lihat dalam Dikti. Book I: Self Evaluation Report: Hasanuddin University. 2006. Jakarta: Dikti
118
4. revitalisasi sistem informasi manajemen akademik untuk mendukung
mendapat tugas tambahan dengan bergabung dalam suatu tim (Taskforce) yang
menyusun Sistem dan Prosedur Pengelolaan Sumber Daya pada aspek tersebut
Unhas. Sesuai dengan aspek yang dipelajari, peserta pelatihan terseleksi kemudian
dan evaluasi (monev). Design perubahan itu dituangkan dalam tiga langkah
implementasi yaitu:113
119
3. Meningkatkan kapasitas jaringan dan akses pengguna
Unhas telah meluncurkan program ICT Policy Studies sejak tahun 2007.
pemanfaatan system informasi di Unhas. Kebijakan ICT ini juga mencakup sistem
diri yang lebih baik serta pengambilan keputusan yang berbasis data. Harapannya,
obyektif.114
IMHERE bergulir, SIM Akdemik yang dipakai Unhas saat ini merupakan hasil
dikembangkan oleh tim Unhas. Periode kedua, dikembangkan oleh tim Dikti
dengan nama Sistem Informasi Akademik (SIAKAD) pada tahun 90-an. Periode
114
Ibid.
120
pangkalan data sedang dan dikembangkan menjadi informasi akademik melalui
akhirnya diterapkan pada proses belajar dengan dukungan teknologi dalam Sistem
System - LMS)
7. Proxy Library116
Melalui program IMHERE ini pengolahan data menjadi informasi pada masing-
masing SIM saling diterintegrasikan. Hal ini dilakukan untuk mendukung Sistem
Analisis Pengambilan Keputusan yang merupakan misi utama dari komponen ini.
Namun, dalam pengaplikasian di lapangan, masih belum menunjukan
fakultas yang belum memiliki infrastruktur jaringan (baik kabel maupun wireless)
sehingga pengajaran dan pelayanan berbasis online yang ingin dicapai dalam
program ini tidak berjalan. Pada prakteknya, beberapa fakultas seperti Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik serta Fakultas Sastra (Sekarang menjadi Fakultas
Ilmu Budaya) belum dapat menggunakan daftar nilai online dan absensi online
dalam proses pembelajarannya. Masih sangat jarang juga ditemukan dosen yang
115
Unhas, Draft Sitem Informasi Universitas Hasanuddin Standar 11 (PTIK dan I-MHERE).
Dokumen tidak diterbitkan. Makassar: Unhas
116
Dapat diakses melalui URL: http://10.0.1.7/proxylib/public_html/index.php?menu=home
121
memaksimalkan sistem informasi akademik untuk keperluan pembelajaran. Dari
belum sepenuhnya “online”. Dalam artian, mahasiswa yang mau mengurus KRS
Pembimbing Akademik (PA) secara “off-line” atau manual. Hal ini menimbulkan
untuk social quality dan social responsibility. Unhas mengangkat fokus untuk
khususnya petani tambak, bagaimana cara menggenjot produksi rumput laut dan
udang yang sempat terpuruk.117 Tema ini dipilih sebagai bentuk keprihatinan
Unhas melihat produksi udang Sul-Sel yang jauh di bawah standar nasional yakni
sekitar 98 ribu hektar lebih. Jumlah tersebut tertinggal jauh dari Thailand yang
dalam setahun bisa memproduksi 310 ton dengan luasan yang hampir sama.
117
“BDP dan Farmasi Menggaet I-MHERE” diakses melalui
http://www.identitasonline.net/2007/05/bdp-dan-farmasi-menggaet-i-mhere.html pada 2
Juli 2012.
122
Begitupun, Indonesia yang dikenal sebagai penghasil rumput laut terbesar kedua
yang efektif untuk menuntaskan permasalahan pada udang dan rumput laut,
produk tambak.119 Untuk hasil yang lebih optimal Unhas bekerjasama dengan
Dinas Provinsi Sulawesi Selatan, Pemda Pinrang, PT. Bantimurung Indah serta
memberi akses bagi pelajar dari keluarga miskin yang secara akademik tergolong
mampu, khususnya di daerah pesisir. Mahasiswa yang dipilih adalah anak petani
tambak, petani rumput laut yang bermukim didaerah pesisir seperti Takalar,
daerah di Sulawesi Barat.120 Program ini melalui jalur penelusuran minat dan
118
“Indonesia Penghasil Rumput Laut Terbesar” diakses melalui
http://www.tempo.co/read/news/2007/11/28/056112513/Indonesia-Penghasil-Rumput-Laut-
Terbesar pada 1 agustus 2012.
119
Dalam pelaksanaan proyek penelitian farmasi ini mengalami hambatan yang signifikan yaitu
kasus terbakarnya gedung lantai lima dan enam fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin, di
kawasan Tamalanrea Makassar, Minggu pagi (5/7/2009) yang menghanguskan sedikitnya 20
proyek penelitian IMHERE yang hampi rampung. Diakses melalui
http://www.tempo.co/read/news/2009/07/05/058185301/Kebakaran-Unhas-Ludeskan-20-Proyek-
Penelitian-Farmasi pada 1 agustus 2012.
120
“Unhas Mencari Mahasiswa Asal Pesisir” diakses melalui
http://www.tempo.co/read/news/2008/01/04/058114768/Unhas-Mencari-Mahasiswa-Asal-
Pesisir pada 12 Juli 2012.
123
bakat, mahasiswa yang terpilih menentukan program pilihannya namun tetap
diarahkan untuk mengisi program studi yang peminatnya berkurang. Untuk uang
SPP, Unhas akan menanggungnya, selain itu bagi yang berprestasi IMHERE
dipergunakan untuk dana 5 juta kepada mahasiswa dari semua fakultas yang ingin
mengadakan penelitian atau penyusunan skripsi dengan syarat topiknya tetap pada
tema besar yang diangkat oleh Unhas. Sebagai “kompensasi” BDP mendapat
“jatah” tiga mahasiswa dari BDP serta Farmasi sedangkan empat beasiswa lainnya
Pada tahap awal, mahasiswa yang mendaftarkan diri ada 15 orang. Ke 15 orang
proposal penelitian yang dianggap terbaik oleh Tim IMHERE. Namun dalam
kurangnya sosialisasi dan informasi seputar beasiswa ini. Kekecewaan lain adalah
pemenang grand beasiswa. Sebab, pada awal sosialisasi selalu ditekankan bahwa
dana hibah IMHERE ini harus berkaitan dengan rumput laut dan udang
bulan Agustus 2008, terdapat dua pemenang yang penelitiannya sama sekali tak
berkaitan dengan dua komoditas budidaya tersebut.122 Hal ini tentu menjadi
121
“BDP dan Farmasi Menggaet I-MHERE” diakses melalui
http://www.identitasonline.net/2007/05/bdp-dan-farmasi-menggaet-i-mhere.html pada 2 Juli 2012.
122
Idham Malik, “Anomali Grand Beasiswa Penelitian I-MHERE BDP” diakses melalui
http://akuakulturunhas.blogspot.com/2008/10/anomali-grand-beasiswa-penelitian-i.html pada 11
Juli 2012.
124
perhatian tersendiri bagi pelaksanaan proyek IMHERE di Unhas. Dari kejadian ini
manajemen dan koordinasi yang buruk membuat proyek ini berjalan lambat.123
proyek maka program dan strategi implementasi proyek IMHERE ini diawasi dan
dievaluasi secara ketat melalui mekanisme monitoring dan evaluasi internal dan
apa yang diharapkan oleh pemberi dana, dalam hal ini Dikti dan Bank Dunia.
Sistem monitoring dan evaluasi berbasis ICT ini telah diterapkan Unhas melalui
yang terukur. Sistem ini merupakan sistem yang dibuat untuk mempermudah
evaluasi diri yang terukur serta pengambilan keputusan yang berbasis data.
Universitas Hasanuddin
123
“Mismanagement, I-MHERE Macet” diakses melalui
http://www.identitasonline.net/2007/11/no-673tahun-xxxiiiawal-november-2007.html
pada 12 Juli 2012.
125
Implementasi proyek IMHERE di Unhas senilai Rp. 12 Miliyar ini tentu
memiliki dampak yang besar terhadap kebijakan pendidikan yang dijalankan oleh
penyelengara pendidikan di Unhas. Proyek ini tidak hanya berdampak pada hal-
hal yang sifatnya teknis saja, akan tetapi juga berdampak secara sistemik pada
Unhas dan Indonesia secara umum. Pergeseran ini tidak terjadi begitu saja atas
kemauan dari aktor penerima bantuan luar negeri. Namun, seperti yang ditulis
pihak pemberi dapat dilandasi oleh berbagai kepentingan biasanya ekonomis dan
dan politis ketika menerima bantuan tersebut. Dalam konteks penelitian ini, apa
dampak dari bertemunya kepentingan pihak pemberi dan pihak penerima proyek
IMHERE?
agen regulasi dari kapitalisme global. Argumen dasar Tores tentang peran Bank
Dunia adalah: sebagai bank, Bank Dunia adalah tempat pinjam-meminjam, bukan
sebuah lembaga donor. Oleh karenanya, seperti yang telah dijelaskan pada bab II
dan III, Bank Dunia sebagai institusi penyedia modal internasional tidak bisa
126
Pada bagian bab ini kita akan menganalisis guliran dana IMHERE dengan
klasifikasi Martin Carnoy seperti yang telah dijelaskan pada Bab I. Carnoy telah
berusaha untuk meningkatkan peran politis pendidikan sebagai faktor utama dari
(equity-driven reforms).124 Pada bagian ini kita akan menganalisis apakah model
Carnoy ini juga terjadi pada konteks implikasi bantuan Bank Dunia dalam
tinggi yang terjadi atas tuntutan globalisasi dan bantuan luar negeri (Carnoy
administrasi sekolah, penerapan standard dan norma pendidikan yang baru yang
biasanya diukur melalui test yang ketat (perubahan ke arah akuntabilitas dan
124
Lihat Martin Carnoy. Globalization and Educational Reform: What Planners Need to Know.
1999. UN: Unesco, hal. 37-46 dan Carlos Alberto Torres, Education and Neoliberal
Globalization, 2009, New York: Routledge, hal. 16
127
standard baru), pengenalan metode belajar mengajar baru yang diarahkan untuk
mendapatkan kualitas yang baik dengan pengeluaran dana yang sedikit (low-cost),
dan peningkatan proses seleksi dan pelatihan bagi guru dan dosen.
proyek.
Appraisal Stage Report No.: Ab1414 disebutkan bahwa permasalah utama sektor
200 PTS yang tersebar diseluruh Indonesia dengan berbagai macam jenis institusi.
128
Selain jangkauan, masalah kualitas merupakan masalah utama yang
diangkat dalam tujuan utama dan indikator keberhasilan proyek. Bank Dunia
Nasional, pada tahun 2000 hanya 9,1% dari 4.295 program sarjana yang
semakin dikukuhkan untuk membangun sistem dan tata kelola yang mendukung
sektor jasa pendidikan dan menyediakan tenaga kerja murah. Sejak Indonesia
meratifikasi untuk memasukan sektor pendidikan tinggi ke dalam sektor jasa yang
dapat diliberalisasi, Bank Dunia secara aktif menawarkan pinjaman untuk sektor
129
Indonesia haruslah mereformasi dan memoderenisasi sektor pendidikan tingginya
agar dapat bersaing dalam kacah perdagangan jasa pendidikan global. Jelaslah
bahwa alasan untuk menerapkan reformasi yang berbasis kompetisi terbaca jelas
Carnoy sebagai pilar utama competition-based reform juga terjadi, dapat kita lihat
administrasi
Hal ini terlihat jelas pada bagaimana usaha Bank Dunia untuk mendesak
BHP lahir. UU yang disahkan pada Desember 2008 ini terdiri dari 69 pasal. UU
BHP ini menjadi pijakan hukum untuk pengalihan status dari PTN menjadi PT
130
akademik institusinya. Hal ini membuka pintu bagi praktek penyelewengan
Dikti dan pada tahun 2006 gagal mendapatkan hibah kompetisi IMHERE untuk
status” dari PTN biasa menjadi BHMN. Karena kegagalan itu, maka Unhas
Pendidikan Tinggi (DPT) Dikti pada Januari 2006.127 Perubahan status ini
diperlukan agar Unhas bisa naik level ke tingkat Universitas BHMN. Pada level
ini, besar dana hibah yang akan didapat lebih besar dari level untuk PT yang
kesempatan kedua.
kampus, maka dengan menggunakan dana program tersebut, pada tanggal 4-19
126
Darmaningtyas, dkk. Tirani Kapital dalam Pendidikan. 2009. Jakarta: Damar Press, hal. 274
127
“Apa Kabar BHP ?” diakses melalui http://www.identitasonline.net/2006/10/apa-kabar-
bhp_116101835749941858.html pada 12 Juli 2012.
131
sistem dan prosedur manajemen SDM universitas. Pembahasan Davis Williams
pada waktu itu difokuskan pada otonomi universitas dan peran pimpinan dalam
menghela sebuah perubahan.128 Ini merupakan upaya pihak Unhas untuk memberi
universitas yang otonom. Disini nampak bahwa dana IMHERE sangat berperan
Diskusi oleh David Williams ini menjadi menarik untuk dicermati karena
program IMHERE di Unhas. Hal lain yang menarik adalah, dalam pembahasan
tersebut terbahasakan bahwa “change” yang harus diambil oleh Unhas merupakan
yakni: “pressure of change”, “clear shared vision””, “capacity for change”, dan
actionable first step”. Dari sini jelas bahwa perubahan dan reformasi yang harus
dilakukan oleh Unhas juga disebabkan oleh “pressure for change” atau dorongan
128
“Diskusi Filosofi Otonomi” diakses melalui
http://lantai6rektorat.blogspot.com/2008/08/diskusi-filosofi-otonomi.html pada 1 Agustus 2012
132
Saat UU BHP dibatalkan oleh MK sehingga tidak memiliki kekuatan
untuk “naik level”. Unhas menerapkan sistem pengelolaan Badan Layanan Umum
sejak tahun 2005 telah disahkan dan diterapkan melalui koordinasi Kementrian
Keuangan. Sistem BLU ini dapat diterapkan oleh semua badan pemerintah dengan
untuk institusi pendidikan tinggi.129 Melalui sistem ini Unhas mulai mengelola
asset dan sumber pemasukannya. Asset-asset yang dulu terbengkalai seperti hutan
lainnya didata kembali untuk dijadikan sebagai sumber penghasilan yang baru.
Arus protes sempat mencuat saat Unhas mulai memberlakukan tarif pakai untuk
gedung-gedung dan fasilitas kampus lainnya seperti Baruga AP. Pettarani, Gedung
IPTEKS, Gedung PKP, dan bus Unhas. Diberlakukannya tarif ini adalah
Sementara oleh mahasiswa, hal ini dinilai sebagai praktek komersialisasi fasilitas
kampus. 130 Logika sederhana yang dipakai oleh mahasiswa adalah “mengapa kita
harus menyewa kamar di rumah kita sendiri?”. Jika Unhas dianggap sebagai
129
Pengelolaan tersebut mencakup: pendapatan dan belanja, pengelolaan kas, pengelolaan piutang
dan utang, investasi, pengelolaan barang, akuntansi, remunerasi, surplus/deficit, status
kepegawaian pns dan non pns, dan nomenklatur kelembagaan dan pimpinan. Presentasi Direktorat
Pembinaan PK BLU Ditjen Perbendaharaan Departemen Keuangan RI, Implementasi Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum. Surakarta, 16 Februari 2009.
130
“Komersialisasi Terjadi, Mahasiswa Unhas Tolak BHP“ diakses melalui
http://news.okezone.com/read/2007/12/03/1/65385/komersialisasi-terjadi-mahasiswa-
unhas-tolak-bhp pada 12 Juli 2012
133
“rumah”, maka menggunakan fasilitas-fasilitas kampus sudah selayaknya menjadi
2. Penerapan standar dan norma pendidikan yang baru yang biasanya diukur
melalui test yang ketat (perubahan ke arah akuntabilitas dan standard baru)
Indikasi ini jelas terdapat pada sub-komponen A.2 yang bertujuan untuk
training, dan komponen fisik lain yang diperlukan juga dilaksanakan melalui sub-
komponen ini.
yang terukur. Dalam Renstra Unhas 2006-2010 disebutkan misalnya bahwa untuk
ratio dosen-mahasiswa dari 1:17 pada tahun 2002 ditingkatkan menjadi 1:10;
ratio dosen berpendidikan lanjut dari 6.61% (2002) menjadi 90%; tingkat
pemanfaatan internet 0,5 Kbps / mahasiswa; jumlah mahasiswa dengan IPK <
2.75 kurang dari 25%; persentase mahasiswa yang lulus tepat waktu minimal
60%.131 Standar-standar ini dipakai sebagai usaha untuk level mahasiswa Unhas
131
Rencana Strategi Unhas 2006-2010, hal. 53
134
dalam merespon tuntutan global dan nasional tentang kualitas lulusan. Untuk
lulusan juga menjawab tuntutan dunia kerja dan struktur industrial yang
akademis dan soft skill yang diperlukan. Namun satu hal yang menjadi perhatian
dan durasi masa kuliah sesingkat mungkin (14 semester maksimal dengan ukuran
pola pikir dosen dan mahasiswa yang hanya berlomba-lomba untuk mencetak
mahasiswa dengan IPK tinggi dan masa kuliah tercepat. Setiap wisuda, para
mahasiswa dengan nilai IPK dan masa kuliah tercepat diberikan “award” berupa
Pada ranah manajemen dan tata kelola, karena dana IMHERE menekankan
pada syarat dan indikator peningkatan mutu dan tata kelola maka setiap unit
135
pendidikan tinggi dituntut untuk memiliki standar pelayanan yang diukur dalam
ISO ini merupakan standar penjamin mutu yang memuat ukuran-ukuran dan
saat ini telah mulai menggunakan sistem penjamin mutu ini sejak 2009. Melalui
QEC26865). Sementara untuk fakultas, hingga saat ini baru dimiliki oleh Fakultas
Farmasi.
yang dikemas dalam tujuh standar akreditasi, yaitu: 132 1) Visi dan Misi; 2)
132
Dokumen BAN-PT, Naskah Akademik Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi. 2008. Jakarta:
BAN PT, hal. 6-7
136
Kerjasama; 6) Pendanaan, Sarana, dan Prasarana; dan 7) Sistem Penjaminan Mutu
transfer kredit perguruan tinggi, pemberian bantuan dan alokasi dana, serta
pengakuan dari badan atau instansi yang lain. Oleh karenannya, Unhas
standar akreditasnya. Hingga tahun 2011 telah ada 52 program studi yang telah
terakreditasi oleh BAN-PT dari total sebanyak 60 program studi di Unhas. 133
mendapatkan nilai akreditasi yang memadai. Hal ini terjadi karena nilai akreditasi
akan mempengaruhi besar alokasi pendanaan baik dari universitas maupun dari
baik.
mutu ini memiliki kelemahan mendasar yakni kondisi riil di lapangan bahwa
kondisi kemampuan fasilitas maupun sumber daya yang tidak sama. Dimana
terdapat program studi maupun fakultas yang lebih maju dibanding yang lainnya.
Seharusnya program studi atau fakultas yang masih “tertinggal” secara fasilitas
133
Dokumen KBK Dan Status Akreditasi Prodi Di Universitas Hasanuddin, diakses melalui
http://unhas.ac.id/lkpp/index.php?option=com_content&task=view&id=221&Itemid=108
pada 11 Juli 2012.
137
dan sumber daya (yang nilai akreditasnya rendah) mendapatkan porsi anggaran
yang lebih atau minimal sama dengan program studi yang telah “maju”, karena
program studi atau fakultas tersebut memiliki kebutuhan yang lebih besar untuk
ini berakibat pada semakin lebar kesenjangan antar fakultas atau jurusan. Pada
jangka panjang, kesenjangan ini berujung pada ditutup atau dileburnya jurusan-
skala nasional, secara mendasar juga terjadi perubahan kurikulum nasional dari
No. 232/2000). Dengan terbitnya Kepmen No. 232/U/2000 dan Kepmen No.
138
Pada konteks Unhas, telah disebutkan dalam Renstra Unhas 2006-2010,
(student-center learning).
peremajaan bahan ajar secara terus menerus karena mahasiswa juga dituntut untuk
lebih proaktif mencari ilmu pengetahuan. Dari 26 laporan evaluasi diri program
studi dalam lingkungan Unhas yang mengikuti program hibah kompetisi sejak
tahun 2004 hingga 2007, menunjukan bahwa presentase mata kuliah yang
memiliki bahan ajar terstruktur dan terbaharui pada setiap program studi kurang
139
dari 30%.135 Hal ini mencerminkan bahwa penerapan reformasi ini di Unhas
belum berjalan secara maksimal. Untuk mentaktisi hal ini, Unhas melaksanakan
program intensif bagi para dosen yang tingkat kehadirannya di kelas lebih dari
80% dan menyerahkan hasil ujian mahasiswanya tidak lebih dari batas waktu
yang ditentukan. Besar intensif itu adalah Rp. 25.000,-per SKS pertatap muka.
dana program IMHERE 2.2.a untuk memperkaya sistem informasi yang ada,
banyaknya dosen yang belum bisa mengadaptasi metoda belajar SCL dan masih
belum meratanya kapasitas TIK yang ada di setiap fakultas. Infrastruktur yang
mahasiswa dan dosen. Pada tingkat tertentu, metode belajar low-cost ini dapat
interaksi sosial face to face dan kematangan emosi yang terjalin dari relasi sosial
135
Laporan Tahunan Rektor Unhas 2007, hal. 8.
140
ketersediaan sumber daya manusia yang cakap dan mampu menjalankan sistem
tersebut. Pada tahun 2006, dari keseluruhan staf pengajar yang telah berjumlah
1.781 orang, telah terdapat 459 orang (25,77%) yang telah berkualifikasi S3, 941
S1. Dari data yang tertulis dalam Rencana Strategi Unhas 2006-2010 disebutkan
bahwa ratio dosen berpendidikan lanjutan (S2 dan S3) terhadap jumlah dosen
seluruhnya semakin baik, yaitu meningkat dari 66,61% (2003) menjadi 78,61%
(2007). Ratio ini bervariasi antar fakultas, yaitu berkisar 65–90%. 136
Pengelolaan ICT, serta Pengelolaan Akademik. Program ini juga dibiayai oleh
2007, jumlah dosen yang telah di training tentang learning telah mencapai 140
dan luar negeri masing-masing 15 dan 29 orang.138 Jumlah itu meningkat menjadi
136
Rencana Strategi Unhas 2006-2010, hal. 21
137
Dikti. Book I: Self Evaluation Report: Hasanuddin University. 2006. Jakarta: Dikti
138
Data Bag. Kerjasama Unhas. Jumlah Dosen Unhas yang Menyelesaikan Pendidikan S2,S3
Dalam Negeri dan Luar Negeri Tahun 2008. Makassar: Unhas
139
Data Bag. Kerjasama Unhas. Jumlah Dosen Unhas yang Menyelesaikan Pendidikan S2,S3
Dalam Negeri dan Luar Negeri Tahun 2009. Makassar: Unhas
141
Pada kebijakan skala nasional, UU Guru dan Dosen dan Permen Nomor
proyek IMHERE hadir sebagai suplemen untuk memastikan standar baru untuk
dosen ini berjalan dengan efektif. Di Unhas, jumlah dosen yang tersertifikasi
meningkat dari tahun 2008 hanya 159 dosen yang lulus sertifikasi, jumlah itu
meningkat menjadi 318 (pada 2009) dan pada tahun 2010 telah ada 837 dosen
yang telah ikut sertifikasi (807 lulus dan 30 orang belum lulus). 141 Sesuai dengan
prinsip kompetisi, sertifikasi ini berpengaruh pada besaran insentif yang diterima
oleh dosen. Peningkatan proses seleksi dan pelatihan ini merupakan konsekuensi
logis dari dibutuhkannya kualitas mahasiswa yang dapat bersaing di dunia kerja
memperbanyak jumlah dosen yang ada, pilihan yang dilakukan adalah dosen-
Secara umum, dari proses reformasi dan transfomasi yang dilakukan oleh
Unhas dan pola kebijakan yang telah dijelaskan diatas, reformasi berbasis
kompetisi ini menciptakan pola kompetisi dari level atas hingga level bawah. Pola
140
Kompetensi tersebut meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial dan kompetensi profesional. Lihat dalam Kemendiknas. Naskah Akademik Program
Sertifikasi Dosen 2007. 2007. Jakarta: Dikti
141
Data Bag. Kepegawaian Unhas. 4.2.10 : Data Dosen Universitas Hasanuddin yang Telah
Mengikuti Sertifikasi Keadaan 31 Oktober 2010. Makassar: Unhas
142
1. Kompetisi antar perguruan tinggi di dalam negeri (yang terbagi
level)
2. Kompetisi antara perguruan tinggi dalam negeri dengan perguruan
Jadi pola kompetisi yang didesak melalui proyek IMHERE, tidak hanya
Namun lebih jauh, basis kompetitif ini mengarah pada usaha-usaha untuk
pendidikan tinggi dilihat sebagai komoditas jasa yang memiliki nilai ekonomi
tinggi dan merupakan infrastruktur utama bagi penciptaan tenaga kerja global.
Pendidikan tinggi dianggap sebagai industri jasa yang harus dikelola sebagaimana
142
Webometric adalah suatu sistem yang memberikan penilaian terhadap seluruh universitas
terbaik di dunia melalui website universitas tersebut. Webometric melakukan pemeringkatan
terhadap lebih dari 20 ribu Perguruan Tinggi diseluruh dunia. Pada Januari 2010 Unhas menduduki
peringkat 3223 dunia dan 23 nasional. Sementara pada Juli 2010, Unhas pada peringkat 3092 dan
27 secara nasional. Lihat Ady Wahyudi Paundu, Laporan Webometric Unhas 2010. 2010.
Makassar: PTIK Unhas
143
Lihat, Laura M. Portnoi dkk (Ed), Higher Education, Policy, And Global Competition The
Phenomenon, 2010, New York: Palgrave Macmillan, hal. 29.
143
university as producer, wholesaler and retailer of knowledge cannot escape
prinsip ekonomi dan harus dapat menghasilkan luaran yang bernilai ekonomi
pula. Seperti analisis diatas, terlihat bahwa melalui proyek IMHERE dalam
menghasilkan tenaga kerja terdidik dengan biaya minimum (low cost) untuk
dengan harga murah ini sering diperbenturkan dengan kondisi pengangguran yang
masih sangat tinggi di Indonesia, yakni sekitar 7,41% (2010) dengan jumlah
angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2010 mencapai 116 juta orang. 145 Untuk
meningkatkan daya serap lulusan Unhas di dunia kerja, Unhas telah membentuk
UPT Job placement Center (JPC)146 dan sejak 2007 selalu mengadakan job fair
secara regular. UPT ini berfungsi sebagai wadah dalam meningkatkan kapasitas
kebutuhan kompetitif lulusan Unhas yang harus bersaing di dunia kerja. Pada Job
Fair / Bursa Kerja yang dilaksanakan pada 30-31 Maret 2011 jumlah alumni
yang ikut dalam seleksi selama Job Fair berlangsung mencapai 3000 alumni. 147
144
Clark Kerr, “The Uses of The University” dalam Buchari Alma dan Ratih Hurriyati (ed).
Manajemen Corporate dan Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan.2008. Bandung: Alfabeta, hal. 35
145
“BPS: Jumlah Pengangguran di Indonesia Berkurang” diakses malalui
http://www.tribunnews.com/2010/05/11/bps-jumlah-pengangguran-di-indonesia-
berkurang pada 10 Juli 2012.
146
Berdasarkan Surat Keputusan Rektor No. 427/H4/O/2007 tentang Pendirian UPT Job
Placement Centre sebagai organ yang secara teknis mengelola JPC
147
Prof.Dr.Hj.Farida Patittingi. UPT Job Placement Centre (JPC). Slide Presentasi. 2012.
Makassar: Unhas
144
Jumlah yang cukup besar ini merupakan cerminan bahwa faktor eksternal
merupakan wujud nyata dari implikasi masuknya paradigma dan tata kelola ala
korporasi. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, model korporasi
seperti ini merupakan bentuk manifestasi model neoliberalisme yakni model self-
mendasar dalam hal paradigma, kultur, kebijakan, dan tata kelola pendidikannya.
reformasi berbasis kompetisi namun juga reformasi jenis kedua yang hadir untuk
145
diistilahkan sebagai “reformasi berbasis financial” (reform based on financial
imperatives). Reformasi jenis ini biasanya didesak oleh IMF dan Bank Dunia
suatu negara.149
Indonesia hanya 1,3 persen dari PDB, dibandingkan dengan rata-rata pengeluaran
publik sebesar 3,2 persen di negara-negara Asia Timur. 21 persen dari anggaran
pengeluaran yang sangat rendah per siswa untuk pendidikan tinggi Indonesia
sebesar 18,5 triliun Rupiah atau sekitar US$ 1,8 miliar. Sekitar 85 persen dari
non-otonom, 11 persen untuk tujuh PT yang telah BHMN, dan 6 persen lainnya
149
Lihat Carlos Alberto Torres, Education and Neoliberal Globalization, 2009, New York:
Routledge, hal. 16.
150
Bank Dunia. IMHERE Project Information Document (Pid) Appraisal Stage Report No.:
Ab1414. 2005.
146
Dalam APBN 2009, sekitar Rp 4,7 triliun atau US$ 470 juta berasal dari
Gambar 3: Komposisi anggaran tahun 2009 untuk Dikti dengan total 18,5 Triliun
Sumber: Dokumen World Bank. Human Development East Asia and Pasific Region.
Indonesia : Higher Education Financing, 17 April 2012
Anggaran 18,5 triliun ini dianggap terlalu besar dan membebani kas negara karena
menghabiskan hampir seperempat dari total APBN.151 Oleh karena itu, pola-pola
bantuan seperti IMHERE ini menjadikan pengurangan subsidi sebagai syarat dan
oleh tuntutan pembayaran utang luar negeri yang harus dibayarkan setiap
151
Dokumen World Bank. Human Development East Asia and Pasific Region. Indonesia : Higher
Education Financing, 17 April 2012.
147
tahunnya. Pada tahun 2001 total pengeluaran kas negara untuk membayar bunga
dan cicilan pokok luar negeri mencapai Rp. 103,027 triliun, pada 2002 mencapai
Rp. 102,126 triliun, dan 2003 turun menjadi 99,293 triliun. Sementara pada kurun
waktu yang sama anggaran pendidikan hanya Rp. 9,339 triliun (2001), Rp. 10,513
(2002), dan Rp. 14,138 triliun (2003).152 Jadi memang terlihat bahwa
penganggaran untuk dana pendidikan dan pembayaran hutang luar negeri sangat
tidak imbang.
pemerintah terhadap bidang pendidikan masih rendah, maka menjadi alasan untuk
negara berkembang ini, intervensi pemerintah dalam sektor jasa tersebut harus
finansial ini sebagai keharusan yang harus diterapkan dari tingkat pusat hingga ke
unit-unit kerja PT. Untuk memfokuskan analisa, reformasi finansial ini dapat kita
152
Lihat Darmaningtyas. Utang dan Korupsi Racun Pendidikan. 2008. Jakarta: Pustaka yashiba,
hal. 225.
153
Dijelaskan oleh Prof. Dr. Sofian Effendi, "GATS dan Liberalisasi Pendidikan Tinggi" pada
Diskusi “GATS: Neo-imprialisme modern dalam Pendidkan” diselenggarakan oleh BEM-KM
UGM, Yogayakarta, 22 September 2005.
148
pahami dengan pendekatan Carnoy. Menurut Carnoy, terdapat 3 strategi utama
pendidikan tinggi adalah subsidi untuk orang kaya saja karena mayoritas dari
kelas menengah dan/atau kelas elit; dan privatisasi sektor pendidikan dasar
Tujuan MBS sebenarnya ingin membuat sekolah lebih otonom dan partisipatif,
tapi tujuan ini tidak tercapai karena pada prakteknya pihak sekolah dan komite
149
Bertaraf Internasional (RSBI) dihapuskan sehingga sekolah-sekolah itupun
Hal ini diperparah karena konsep MBS ini memang bukan gagasan dan
kehendak asli dari penentu kebijakan pendidikan, tapi dari dorongan Asian
Development Bank (ADB), Bank Dunia, Unicef, Unesco, dan beberapa negara
mahasiswa.
Di Unhas, untuk menambah angka pendaftaran mahasiswa maka pada tahun
mekanisme untuk Ujian Masuk Bersama (UMB) yang juga diikuti oleh
Negeri Jakarta (UNJ) dan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta. Dengan 7 jalur masuk ini, Unhas menerima 5.785 orang mahasiswa
baru. Masing-masing jalur berjumlah: JPPB 710, JNS 384, UMB 1.885,
SNMPTN 1.503, PMS 976, POSK 33, lainnya 324 orang. 156 Sangat jelas
bahwa mekanisme UMB menjadi cara yang ditempuh oleh Unhas untuk
Karena dalam UMB ini, biaya pendaftaran peserta dikelola langsung oleh
150
Pada tahun 2009, jumlah mahasiswa S1 yang masuk berjumlah total
4.971 orang dengan pembagian Jalur JPPB 697, JNS 428, SNMPTN 2.977,
POSK 55, dan lainnya 81 orang.157 Sementara pada tahun 2010 jumlah totoal
mahasiswa yang diterima adalah 4.554 orang dengan pembagian jalur JPPB
sebanyak 527 orang, POSK 322, SNMPTN 2.711, JNS 685, dan lainnya 309
orang mahasiswa.158
Hal yang menarik dari data penerimaan 2008-2010 ini adalah bahwa
Potensi Belajar) sedangkan jumlah mahasiswa yang lolos dari jalur JNS (Jalur
Non Subsidi) terus meningkat. Jika ditinjau dengan pendekatan yang sama,
maka hal ini merupakan akibat dari usaha Unhas untuk memaksimalkan
pemasukan melalui dana masyarakat. JNS yang pada awalnya dibuka untuk
menampung mahasiswa yang dibiayai oleh sponsor dan tidak disubsidi oleh
pemerintah, dari data ini telah menjadi jalur yang digunakan oleh masyarakat
(khususnya golongan menengah ke atas). Pada tahun 2006 saja, JNS telah
151
tinggi yang otonom penuh sementara BLU untuk perguruan tinggi yang masih
utama dari proyek IMHERE, juga diatur tentang pembiayaan pendidikan tinggi
kekayaan negara dan kekayaan universitas (badan hukum atau badan layanan
umum). Unhas telah menerapkan sistem pendataan dan pengelolan asset yang
dikelola oleh Wakil Rektor II dan Bagian Perlengkapan. Pengelolaan asset ini
dapat diakses melalui alamat online yang berisi laporan neraca dan pengelolaan
INHERENT dan IMHERE; (b) pembukaan unit-unit usaha yaitu unit usaha
akademik, unit usaha penunjang, dan unit usaha komersial. Adapun unit usaha
komersial ini dapat berbentuk perseroan terbatas atau jenis usaha komersial
PT tersebut. Hingga penelitian ini ditulis, pola ketenagakerjaan yang baru ini
kepada Majelis Wali Amanat. Sumber dari reformasi pendanaan dan tata kelola
160
Sistem Pengelolaan ini dapat dikunjungi di alamat:
http://www.unhas.ac.id/perlengkapan/index.php?
option=com_weblinks&view=category&id=2&Itemid=50
152
keuangan ini adalah pengurangan pengurangan bahkan penghapusan subsidi
penerimaan kas Unhas sangat bergantung pada alokasi dana dari pemerintah
walaupun persentasinya semakin diperkecil dari tahun ke tahun. Oleh Unhas, hal
penerimaan dari swasta (baik dari penerimaan SPP maupun dalam bentuk
kerjasama kemitraan). Pada tahun 2003, 69,2% dari total anggaran Unhas berasal
dari pemerintah yaitu berupa dana Anggaran Rutin sekitar 48,3% dan Anggaran
Pembangunan sekitar 20,9%. Anggaran yang berasal dari masyarakat relatif kecil,
yaitu hanya 30,8% dari total penerimaan Rp. 150,7 Miliyar. Dalam kurun waktu
178,9 M, dan Rp. 213,5 M. Pada tahun 2007, dana PNBP Unhas telah mencapai
Rp. 104 M.161 Di tahun 2009, jumlah pendapatan Unhas dari pendaftaran
Rp. 316,8 Milyar dengan biaya pengeluaran operasional Rp. 165,4 Miliyar.
yang ditawarkan oleh pemerintah sebagai salah satu sumber pendanaan utama.
Pada tahun 2006 Unhas memperoleh komitmen dana sebesar Rp. 91,623 milyar,
dengan realisasi Rp. 83,942 milyar.162 Program hibah seperti INHERENT dan
IMHERE juga menjadi salah satu penerimaan kas Unhas yang sangat signifikan.
161
Laporan Tahunan Rektor Unhas 2007, hal.19
162
Renstra Unhas 2006-2010, hal. 39
153
Maka tidak heran jika persyaratan yang dibawa oleh proyek ini berusaha untuk
dipenuhi. Secara ekonomi, ini menjadi pilihan rasional yang dimiliki oleh
dalam Renstra Unhas 2006-2010. Unhas harus berupaya untuk terus memperbaiki
dua prodi yang paling memiliki ”nilai jual” baik untuk pendidikan maupun hasil-
jual produksi dan nilai lebih komoditas. Dalam hal ini, BDP berperan untuk
dan rumput laut, terutama masalah penyakit, pelestarian lingkungan tambak, dan
154
diversifikasi produk tambak. Dua upaya ini dinilai sebagai icon produksi yang
memiliki nilai lebih dibanding yang lainnya. Jika tidak seperti itu, sebagai
Selain berimplikasi pada dua jenis perubahan yang telah dijelaskan di atas,
berdampak pada reformsi yang berorientasi keadilan. Tujuan utama dari reformasi
ekonomi. Sementara di sisi lain, pembiayaan untuk membuka akses yang lebih
biaya untuk keluarga berpenghasilan tinggi. Dalam kasus ini, pemerintah dituntut
dengan kualitas akademik yang tinggi pada jenjang pendidikan dasar, khususnya
163
Lihat Martin Carnoy. Globalization and Educational Reform: What Planners Need to Know.
1999. UN: Unesco, hal. 44.
155
untuk golongan muda dan dewasa yang tidak memiliki akses untuk ketrampilan-
outreach” bagi pelajar dari keluarga miskin yang memiliki kemampuan akademik
yang merupakan anak petani tambak, petani rumput laut yang bermukim didaerah
Sulawesi Selatan serta daerah di Sulawesi Barat.165 Beasiswa ini menanggung SPP
selama berkuliah di Unhas. Selain itu, juga terdapat grand-beasiswa sebesar 5 juta
kepada mahasiswa dari semua fakultas yang ingin mengadakan penelitian atau
penyusunan skripsi dengan syarat topiknya tetap pada tema besar yang diangkat
oleh Unhas.166 Program beasiswa ini dirancang untuk memberi keadilan (equity)
164
Ibid. hal. 45.
165
“Unhas Mencari Mahasiswa Asal Pesisir” diakses melalui
http://www.tempo.co/read/news/2008/01/04/058114768/Unhas-Mencari-Mahasiswa-Asal-
Pesisir pada 12 Juli 2012.
166
“BDP dan Farmasi Menggaet I-MHERE” diakses melalui
http://www.identitasonline.net/2007/05/bdp-dan-farmasi-menggaet-i-mhere.html pada 2 Juli 2012.
156
bagi masyarakat dan mahasiswa yang dianggap bersentuhan langsung dengan
Skema seperti ini mencerminkan pola yang sama seperti yang disebutkan
anggapan bahwa reformasi berbasis kompetisi dan reformasi finansial hanya akan
menahu soal beasiswa ini. Mis-managemen juga terjadi yakni pada penyaluran
polemik diantara pelaksana program di Unhas dan mahasiswa yang merasa tidak
mendapatkan haknya. Dari peristiwa ini dapat dilihat bahwa reformasi untuk
Pada lingkup yang lebih luas, selain beasiswa yang ditawarkan oleh
157
dengan jumlah penerima beasiswa mencapai 5.149 orang.167 Jumlah ini cukup
kemampuan akademik tinggi dan berasal dari keluarga tidak mampu. Seharusnya,
biaya yang sama karena pengeluaran dan biaya kebutuhan yang mereka keluarkan
juga sama.
alokasi beasiswa dana yang sangat sedikit dan penerapannya yang bermasalah.
Dari sisi lainnya, beasiswa ini malah mempertajam kultur kompetisi di lingkungan
167
Data dan informasi Unhas. Jumlah Mahasiswa Universitas Hasanuddin Penerima Beasiswa
Dirinci Menurut Fakultas Dan Sumber/Sponsor Untuk Strata 1 Tahun 2010. Makassar: Unhas
158
driven reforms dominate educational change in the new globalized
economic environment, and such reforms tend to increase inequity in
the delivery of educational service.
tidak sebanding dengan akibat dari reformasi finansial yang menciptakan praktek
45% berasal dari keluarga dengan penghasilan per bulan kurang dari Rp
Dari analisa dengan memakai model Carnoy ini nampak jelas bahwa Bank
perubahan mekanisme pendanaan dan tata kelola keuangan melalui reforms based
168
Renstra Unhas 2006-2010, hal. 21.
159
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perbincangan tentang bantuan luar negeri selalu tidak lepas dari untuk apa,
penerimaan bantuan luar negeri juga tidak bisa dilepaskan dari dimensi ekonomi-
politik yang melingkupinya. Begitupun dengan praktek bantuan luar negeri yang
dijalankan oleh Bank Dunia sebagai institusi multilateral yang menjadi agen
relevansi pendidikan tinggi atau IMHERE yang digulirkan oleh Bank Dunia untuk
Dunia. Misi tersebut terkait dengan peran Bank Dunia sebagai bank internasional
kerangka globalisasi-neoliberal.
merupakan bantuan luar negeri dalam bentuk pinjaman dari Bank Dunia kepada
ini sangatlah besar yang tercermin dalam Loan Agreement (IBRD) no. 4789-IND
dan Develeopment Credit Agreement (IDA) no. 4077-IND schedule 4. Syarat dan
160
substansi proyek ini sarat dengan visi dan strategi Bank Dunia untuk sektor
pengaruh dan peran besar baik dalam syarat pengajuan proposal, skema
bantuan ini melalui komponen yang dimenangkan oleh Unhas yakni proyek
pemerintah yang menjadi ciri reform based on financial imperatives dan berakibat
161
pada praktek komersialisasi yang mulai dijalankan oleh Unhas dengan beberapa
indikasi. Selain itu proyek IMHERE juga membawa pola equity-driven reforms
keadilan ini tidak terlaksana dengan baik dan maksimal karena adanya mis-
Hasanuddin. Secara singkat dapat dikatakan bahwa, bantuan Bank Dunia melalui
B. Saran
secara kritis atas apa yang menjadi motif pemberi bantuan dan apakah
motif tersebut kompatibel dengan kondisi dan kebutuhan kita atau tidak,
162
3. Pendidikan tinggi di Indonesia sebaiknya tidak terjebak ke dalam praktek
kepada masyarakat,
163
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Alma, Buchari dan Ratih Hurriyati (ed). Manajemen Corporate dan Strategi
Pemasaran Jasa Pendidikan, 2008. Bandung: Alfabeta
Armstrong, Shiro dan Bruce Chapman (ed). Financing Higher Education and
Economic Development in East Asia, 2011, Australia: ANU E Press
Chang, Ha-joon dan Ilene Grabel. Membongkar Mitos Neolib. 2004, Yogyakarta:
INSISTPress
Easterly, William (ed). Reinventing Foreign Aid, 2008, Cambridge: The MIT
Press
Freeman, Alan dan Boris Kagarlitsky (ed), The Politics of Empire: Globalisation
in Crisis. 2004, London: Pluto Press
Fukuyama, Francis. The End of History and the Last Man. 2004, Yogyakarta:
Penerbit Qalam
166
Gerring, John. Case Study Reserch, Principles and Practices. 2007. Cambridge :
Cambridge University Press
Hadiz, Vedi R. dan Daniel Dhakie (ed), Ilmu Sosial dan Kekuasaan di Indonesia.
2006. Jakarta: Equinox,
Holsti. K.J. Politik Internasional Suatu Analisis, Bandung: Bina Cipta, 1987
Joyner, Christopher C. (ed). The United Nation and International Law, 1997,
Cambridge: Cambridge University Press
Leviza, Jelly. Tanggung Jawab bank Dunia dan IMF sebagai Subjek Hukum
Internasional. 2009, Jakarta: Softmedia
McBride, Stephen dan John Wiseman (ed.), Globalization and its Discontents,
2002, Basingstoke: Macmillan
167
Nugroho, Heru (Ed), McDonalisasi Pendidikan Tinggi. 2002, Yogyakarta:
Kanisius
Perwita, Anak Agung Banyu dan Yayan Mochamad Yani. Pengantar Hubungan
Internasional. 2005, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Portnoi, Laura M. dkk (Ed), Higher Education, Policy, And Global Competition
The Phenomenon, 2010, New York: Palgrave Macmillan
Todaro, Michael. P. Ilmu Ekonomi Bagi Negara Sedang Berkembang, Buku I-II
Terjemahan. 1987, Jakarta: Akademi Presindo
Tores, Carlos Alberto dan Ari Antikainen (ed), The Internatinal Handbook on The
Sociology of Education. 2003. Lanham, MD: Rowman and Littlefield
Torres, Carlos Alberto. Education and Neoliberal Globalization, 2009, New York:
Routledge
World Bank, Indonesia Education Sector Survey Report. 1975. Washington D.C ;
World Bank
168
Tesis, Jurnal, dan Dokumen Resmi
Ady Wahyudi Paundu, Laporan Webometric Unhas 2010. 2010. Makassar: PTIK
Unhas
Alesina, Alberto dan David Dollar. Who Gives foreign Aid to Whom and Why,
Journal of Economic Growth, Volume 5, No.1 (Mar, 2000)
Arif Wicaksono. Aktor Lokal dan Oda Jepang. 2011. Thesis tidak diterbitkan.
Yogyakarta: UGM.
Coxon, Eve dan Karen Munce. The Global Education Agenda and the Delivery of
Aid to Pasific Education. 2008. Oxford: Comparative Education, Edisi 2
Mei 2008, Volume IV
Danang Kurniadi, RUU BHP Dalam Jeratan Privatisasi. Jurnal Mahasiswa UGM,
November 2007
169
Dikti. Strategi Pendidikan Tinggi Strategi Pendidikan Tinggi Jangka Panjang 2003
– 2010: Mewujudkan perguruan tinggi berkualitas, 2004. Jakarta: Dikti
Dokumen World Bank. Human Development East Asia and Pasific Region.
Indonesia : Higher Education Financing, 17 April 2012
170
Therien, Jean-Philipe. Debating Foreign Aid: Right versus Left, 2002, Third
World Quartly, Vol, 23, No.2
Internet
http://imhere.ipb.ac.id
171
“BPS: Jumlah Pengangguran di Indonesia Berkurang” diakses malalui
http://www.tribunnews.com/2010/05/11/bps-jumlah-pengangguran-di-indonesia-
berkurang pada 10 Juli 2012.
172
“Mismanagement, I-MHERE Macet” diakses melalui
http://www.identitasonline.net/2007/11/no-673tahun-xxxiiiawal-november-
2007.html pada 12 Juli 2012
“Overseas Non Degree Training (ONDT) dan Domestic Non Degree Training
(DNDT)” diakses melalui http://unhas.ac.id/peternakan/pengum.php?
57868104af3c0225183046a9307de888d03767b309bde91ed2773746e295d9fa
pada 5 Agustus 2012
173
Lampiran I: Program Studi Dan Nilai Akreditasi Badan Akreditasi Nasional (BAN) Universitas
Hasanuddin Tahun 2010/2011
173
174
Lampiran II: Simpulan eveluasi internal dan program yang diajukan untuk
Unhas menuju BHP, 2006
University
SELF EVALUATION PROGRAMS
FINANCE SE FINANCE: IMPLEMENTATION OF PERFORMANCE-BASED IMAGE
No integrated & clear regulation BUDGETING
No budgeting system Building university community commitment Having an
Lack of competent staff Capacity building on performance-based budgeting
No computer based information appropriate and
Establishment of standardized unit cost for academic program
system Development of computer software for performance-based reliable
Poor recording system costing education
Pilot project and evaluation at selected work units system
Program wide implementation
Performing high
HUMAN RESOURCES HRD: DEVELOP A HIGHLY CREDIBLE AND RELIABLE HUMAN quality research
DEVELOPMENTSE RESOURCE SYSTEM and community
No credible HR Department Skill inventory and mapping empowerment
No HRD strategy, operative function Enhancing capacity of potential candidates for HR Manager
and processes and TQM Writing HR handbook and manual
No HRD information system Implementation of IT-based HR management system
Implementation of HR management system in three selected Having
faculties effective
organization
structure and
INFRASTRUCTURE & FACILITIES I&F: ESTABILISHMENT OF TOTAL ASSET MANAGEMENT resource
SE Establishment of asset management task force management
No integrated system which is Development of asset management scheme and procedures
based on regulation Development of information system in asset management
Having a
No clear investment policy Updating asset data
Implementation of total asset management friendly and
No computer based information
system beautiful
campus
environment
175