Anda di halaman 1dari 11

VARICELLA

UNTUK TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER

ADISTY PUTRI MULYANDARI

PROGRAM KEAHLIAN KEPERAWATAN


TAHUN 2018-2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Varicella atau yang dikenal juga secara awam sebagai cacar air adalah
penyakit infeksi virus yang disebabkan oleh virus Varicella Zoster. Di Indonesia,
penyakit ini disebut sebagai cacar air karena gelembung atau bisul yang terbentuk
pada kulit apabila pecah mengeluarkan air. Penyakit ini sangat mudah untuk
menyebar kepada orang lain, terutama anak-anak, yang belum pernah terkena
varicella sebelumnya. Penyebaran dari virus Varicella Zoster terjadi melalui udara
dan kontak langsung dengan penderita. Varicella paling sering ditemukan pada
anak-anak berusia 1-9 tahun. Angka kejadian penyakit ini sudah banyak
berkurang terutama di negara-negara maju karena ditemukannya vaksinasi
terhadap virus Varicella Zoster.
Berdasarkan latar belakang diatas dalam makalah ini kami akan membahas
tentang bagaimana penyebab, tanda gejala, klasifikasi, pencegahan dan
penatalaksanaan atau pengobatan terhadap penyakit yang disebabkan oleh virus
tersebut, supaya kita dapat bertindak untuk pencegahan terhadap penyakit
varicella.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Memenuhi tugas Mata Pelajaran Tumbuh Kembang Manusia dan Menambah
pengetahuan tentang penyakit varicella
C. Rumusan Masalah
1. Apa definisi penyakit varicella ?
2. Apa penyebab penyakit varicella ?
3. Apa tanda dan gejala jika terserang penyakit varicella ?
4. Apa klasifikasi atau jenis penyakit varicella ?
5. Bagaimanan pengobatan terhadap penyakit varicella ?
6. Bagaimana cara pencegahan agar tidak terserang oleg penyakit varicella ?
BAB 2
TEORI PENYAKIT VARICELLA SIMPLEX

VARICELLA ADALAH
Varicella atau yang dikenal juga secara awam sebagai cacar air adalah penyakit
infeksi virus yang disebabkan oleh virus Varicella Zoster. Di Indonesia,
penyakit ini disebut sebagai cacar air karena gelembung atau bisul yang
terbentuk pada kulit apabila pecah mengeluarkan air. Penyakit ini sangat mudah
untuk menyebar kepada orang lain, terutama anak-anak, yang belum pernah
terkena varicella sebelumnya. Penyebaran dari virus Varicella Zoster terjadi
melalui udara dan kontak langsung dengan penderita. Varicella paling sering
ditemukan pada anak-anak berusia 1-9 tahun. Angka kejadian penyakit ini sudah
banyak berkurang terutama di 3ensit-negara maju karena ditemukannya
vaksinasi terhadap virus Varicella Zoster.
GEJALA & PENYEBAB
Infeksi primer dari virus Varicella Zoster akan menyebabkan terjadinya varicella
atau cacar air. Penyakit ini sering ditemukan pada anak-anak dan dengan cepat
dapat menyebar. Apabila infeksi primer terjadi saat dewasa atau pada orang tua,
umumnya gejala yang dirasakan lebih berat dan berbahaya.
Gejala yang dapat ditemui pada penyakit cacar air adalah:
1. Demam;
2. Timbul bisul mudah pecah yang berisi air, setelah pecah menjadi keropeng.
Bisul ini tumbuh mulai dari badan lalu ke tangan dan kaki. Di tubuh penderita
dapat terlihat variasi dari bisul ini, mulai dari yang mau membentuk bisul hingga
yang sudah pecah membentuk keropeng. Keropeng ini akan menghilang dalam
1-2 minggu;
3. Nyeri pada kepala, lemas, dan nafsu makan berkurang.

Pada beberapa kasus yang berat dapat menyebabkan infeksi pada otak dan
gangguan di pembuluh darah.

Setelah infeksi primer ini mereda, virus Varicella Zoster tidak akan hilang
sepenuhnya dari tubuh penderita. Virus tersebut akan dormant atau tidak aktif
dan menetap di bagian saraf, yaitu di akar ganglia dorsalis. Virus ini dapat aktif
kembali dan menyebabkan penyakit apabila 3ensit imun atau kekebalan tubuh
penderita rendah, terutama pada orang tua dan penderita penyakit kronik
lainnya. Virus yang aktif kembali dikenal dengan nama herpes zoster. Di
Indonesia, penyakit ini dikenal juga sebagai cacar api atau cacar ular.

Gejala yang dapat ditemui pada penyakit herpes zoster adalah:


1. Nyeri seperti rasa terbakar, gatal, atau kulit menjadi lebih 3ensitive selama
beberapa hari. Pada awal munculnya gejala ini, penderita sering tidak menyadari
mengalami herpes zoster sampai muncul ruam dan lepuhan;
2. Muncul ruam kemerahan yang berubah menjadi lepuhan hanya pada sebelah sisi
tubuh. Lepuhan yang timbul akan mengikuti pola dari persarafan yang terkena
sehingga dapat tampak seperti pita. Lokasi tersering dari lepuhan adalah di dada
dan wajah. Apabila lokasi lepuhan mengenai mata, dapat terjadi kelainan pada
kornea dan dapat menyebabkan kebutaan; Selama lepuhan di tubuh penderita
belum kering, penderita dapat menularkan virus ini kepada orang lain. Orang
yang belum terkena infeksi virus ini sebelumnya, terutama pada anak-anak,
rentan untuk menderita cacar air.

Normalnya, setelah lepuhan hilang, perlahan-lahan nyeri yang dirasakan juga


ikut menghilang. Pada beberapa kasus tertentu, nyeri tidak menghilang dan
menetap. Nyeri yang dirasakan berupa sensasi tertusuk-tusuk dan terbakar.
Nyeri ini dapat bertahan berbulan-bulan hingga menahun. Nyeri ini dikenal
sebagai nyeri setelah herpes. Sebenarnya nyeri ini tidak berbahay dan tidak
mengancam nyawa, tetapi sulit untuk di atasi dan penderita sering merasa
terganggu. Nyeri setelah herpes ini lebih sering ditemukan pada orang tua
daripada anak-anak atau orang muda.
Diagnosis dari kedua penyakit tersebut umumnya dibuat berdasarkan hasil
wawancara dan pemeriksaan fisik dari penderita. Pemeriksaan penunjang jarang
untuk dilakukan. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan berupa
tes Tzanck. Tes ini menggunakan mikroskop untuk melihat mencari sel khas
yang ada pada penyakit ini.
PENGOBATAN
Sebenarnya penyakit cacar air dapat sembuh sendiri tanpa pemberian
pengobatan apapun. Pemberian terapi bersifat supotif sesuai dengan gejala yang
dialami oleh penderita. Contohnya apabila pasien demam diberikan obat
penurun demam. Anti-virus juga diberikan. Menurut beberapa penelitian,
pemberian anti-virus dapat mempercepat penyembuhan, mencegah
perkembangbiakan dari virus, dan mengurangi gejala yang dialami penderita.
Antibiotik juga diberikan untuk mencegah infeksi sekunder yang masuk melalui
kulit yang sedang terluka. Penderita cacar air dapat mandi seperti biasa tetapi
harus berhati-hati agar tidak memecahkan bisul karena dapat menjadi sumber
infeksi sekunder.
Untuk pengobatan dari herpes zoster perlu diberikan obat-obatan anti nyeri
karena nyeri pada penyakit ini sering mengganggu. Selain itu juga dapat
diberikan anti-virus terutama pada orang-orang dengan imunitas atau kekebalan
tubuh yang rendah. Anti-virus bermanfaat untuk mempercepat penyembuhan,
mencegah perkembangbiakan virus, mengurangi gejala yang dialami penderita,
dan mengurangi resiko tejadinya nyeri setelah herpes. Untuk mengurangi
peradangan yang disebabkan oleh virus ini, dapat juga menggunakan steroid.
Untuk pengobatan pada nyeri setelah herpes, perlu dilakukan manajemen nyeri
yang baik. Oleh karena itu, dapat diberikan obat-obatan anti nyeri. Prinsipnya,
pemberian anti-nyeri dimulai dari jenis obat paling ringan dengan dosis terkecil
dan ditingkatkan perlahan hingga ke jenis obat yang lebih kuat. Selain obat-obat
anti nyeri dapat juga diberikan obat oles yang mengandung capcaisin dan obat
anti kejang. Kedua jenis obat tersebut terbukti dapat mengatasi nyeri setelah
herpes walaupun buka termasuk obat anti-nyeri.
Untuk pencegahan penyakit ini dapat dilakukan pemberian vaksinasi. Vaksin
varicella sudah dapat diberikan sejak anak berusia 12 bulan. Sebaiknya vaksin
ini diberikan sebelum anak mulai masuk sekolah. Apabila vaksin ini diberikan
setelah anak berusia 12 tahun, maka vaksin perlu diberikan 2 kali dengan jarak
minimal antara pemberian pertama dan kedua selama 4 minggu. Berdasarkan
penelitian, vaksin varicella dapat memberikan perlindungan hingga 20 tahun
seteleh divaksinasi. Di Indonesia sendiri, vaksin ini belum menjadi salah satu
vaksin yang disubsidi oleh pemerintah.
Pemberian vaksin efektif melindungi 80-85% terhadap penyakit varicella dan
efektif 95% mencegah varicella yang berat. Akan tetapi, sekitar 15-20% anak
sehat yang diberikan vaksin ini tetap terkena varicella. Jenis varicella yang
dialami jenis yang ringan di mana tidak ditemukan adanya demam, bisul pada
kulit yang lebih sedikit, dan keluhan lain juga lebih ringan. Selain
itu, varicella pada anak yang sudah divaksinansi juga jarang menular kepada
orang lain yang belum terkena varicella.
BAB 3
TEORI ASKEP VARICELLA SIMPLEX

1. Definisi Varisela
Varisela berasal dari bahasa latin, Varicella. Penyakit varisela di
Indonesia dikenal dengan istilah cacar air, sedangkan diluar negeri
terkenal dengan nama Chicken-pox.
Varisela adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
virus Varicella zoster, ditandai dengan erupsi yang khas pada kulit.
Varisela atau cacar air merupakan penyakit yang sangat menular,
dengan gejala-gejala demam dan timbul bintik-bintik merah yang
kemudian mengandung cairan.
Varisela adalah penyakit infeksi virus akut dan cepat menular, yang
disertai gejala konstitusi dengan kelainan kulit yang polimorf, terutama
berlokasi di bagian sentral tubuh. (Prof. Dr. Maswali Harahap, 2000 : 94)
Varisela merupakan penyakit akut menular yang ditandai oleh
vesikel di kulit dan selaput lendir yang disebabkan oleh virus varisella.
Varisela adalah infeksi akut prime yang menyerang kulit dan
mukosa secara klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorfi
terutama berlokasi di bagian sentral tubuh, disebut juga cacar air, chicken
pox (Kapita Selekta, 2000).

2. Etiologi
Virus Varicella zoster, termasuk family herpes virus. Menurut
Richar .E, varisela disebabkan oleh herpes virus varicella-zoster (virus V-
Z). Virus tersebut dapat pula menyebabkan herpes zoster. Kedua penyakit
ini mempunyai manifestasi klinis yang berbeda. Diperkirakan bahwa
setelah ada kontak dengan virus V-Z akan terjadi varisela; kemudian
setelah penderita varisela tersebut sembuh, mungkin virus itu tetap ada
dalam bentuk laten (tanpa ada manifestasi klinis) dan kemudian virus V-Z
diaktivasi oleh trauma sehingga menyebabkan herpes zoster. Virus V-Z
dapat ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita varisela
dapat dilihat dengan mikroskop elektron dan dapat diisolasi dengan
menggunakan biakan yang terdiri dari fibroblas paru embrio manusia.
3. Klasifikasi
Menurut Siti Aisyah (2003), klasifikasi varisela dibagi menjadi 2,
yaitu:
1. Varicella Conginetal
Varicella conginetal adalah sindrom yang terdiri atas parut
sikatrisial, atrofi ekstremitas, serta kelaian mata dan susunan
saraf pusat. Sering terjadi ensefalitis sehingga menyebabkan
kerusakan neuropatiki. Risiko terjadinya varicella congenital
sangat rendah (2,2%). Walaupun pada kehamilan trimester
pertama ibu menderita varisela. Varisela pada kehamilan paruh
kedua jarang sekali menyebabkan kematian bayi pada saat
lahir. Sulit untuk mendiagnosis infeksi varisela intrauterin.
Tidak diketahui apakah pengobatan dengan antivirus pada ibu
dapat mencegah kelainan fetus.
2. Varicella Neonatal
Varicella neonatal terjadi bila terjadi varisela maternal antara
5 hari sebelum sampai 2 hari sesudah kelahiran. Kurang lebih
20% bayi yang terpajan akan menderita varisela neonatal.
Sebelum penggunaan varicella-zoster immuneglobulin (VZIG),
kematian varisela neonatal sekitar 30%. Namun, neonatus
dengan lesi pada saat lahir atau dalam 5 hari pertama sejak
lahir jarang menderita varisela berat karena mendapat antibody
dari ibunya. Neonatus dapat pula tertular dari anggota keluarga
lainnya selain ibunya. Neonatus yang lahir dalam masa resiko
tinggi harus diberikan profilaksis VZIG pada saat lahir atau
saat awitan infeksi maternal bila timbul dalam 2 hari setelah
lahir. Varisela neonatal biasanya timbul dalam 5-10 hari
walaupun telah diberikan VZIG. Bila terjadi varisela progresif
(ensefalitis, pneumonia, varicella, hepatitis, diatesis,
pendarahan) harus diobati dengan acyclofir intravena. Bayi
yang terpajan dengan varisela neonatal dalam 2 bulan sejak
lahir harus diawasi. Tidak ada indikasi klinis untuk
memberikan antivirus pada varisela neonatal atau acyclofir
profilaksis bila terpajan varisela maternal.
4. Manifestasi Klinis
1. Masa tunas penyakit berkisar antara 8-12 hari.
2. Didahului stadium prodromal yang ditandai:
 Demam
 Malaise
 Sakit kepala
 Anoreksia
 Sakit punggung
 Batuk kering
3. Stadium: erupsi yang ditandai dengan terbentuknya verikula yang
khas, seperti tetesan embun (teardrops) vesikula akan berubah menjadi
pustule, kemudian pecah menjadi kusta, sementara proses ini
berlangsung, timbul lagi vesikel baru sehingga menimbulkan
gambaran polimorfi.
4. Penyebaran lesi terutama adalah di daerah badan kemudian menyebar
secara satrifugal ke muka dan ekstremitas (Prof. Dr. Marwali Harahap,
2000: 94-95).
5. Patofisiologi
Menyebar hematogen. Virus Varicella Zoster juga menginfeksi sel
satelit disekitar Neuron pada gang lion akar darsal sumsum tulang
belakang. Dari sini virus bisa kembali menimbulkan gejala dalam bentuk
herpes zoster. Sekitar 250-500 benjolan akan timbul menyebar diseluruh
bagian tubuh, tidak terkecuali pada muka, kulit kepala, mulut bagian
dalam, mata, termasuk bagian tubuh yang paling intim. Namun dalam
waktu kurang dari seminggu, lesi tersebut akan mengering dan
bersamaan dengan itu terasa gatal. Dalam waktu 1-3 minggu bekas pada
kulit yang mengering akan terlepas. Virus varicella zoster penyebab
penyakit cacar air ini berpindah dari satu orang ke orang lain melalui
percikan ludah yang berasal dari batuk atau bersin penderita dan
diterbangkan melalui udara atau kontak langsung dengan kulit yang
terinfeksi. Virus ini masuk ke tubuh manusia melalui paru-paru dan
tersebar ke bagian tubuh melalui kelenjar getah bening.
Setelah melewati periode 14 hari virus ini akan menyebar dengan
pesatnya ke jaringan kulit. Memang sebaiknya penyakit ini dialami pada
masa kanak-kanak dan pada kalau sudah dewasa. Sebab seringkali orang
tua membiarkan anak-anaknya terkena cacar air lebih dini.
Varisela pada umumnya menyerang anak-anak; di negara-negara
bermusim 4, 90% kasus varisela terjadi sebelum usia 15 tahun. Pada
anak-anak, pada umumnya penyakit ini tidak begitu berat, namun di
negara-negara tropis seperti Indonesia lebih banyak remaja dan orang
dewasa yang terserang varisela. 50% kasus varisela terjadi di atas usia 15
tahun. Dengan demikian semakin bertambahnya usia pada remaja dan
dewasa, gejala varisela semakin bertambah berat.

6. Komplikasi
1. Komplikasi tersering terjadi secara umum:
 Pnemonia
 Kelainan ginjal
 Ensefalitis
 Meningiti
2. Komplikasi yang langka:
 Radang sumsum tulang
 Hepatitis
 Sindrom reye
- Komplikasi yang biasa terjadi pada anak-anak hanya berupa infeksi
varisela pada kulit, sedangkan pada orang dewasa kemungkinan
terjadinya komplikasi berupa randang paru-paru atau pnemonia 10-
25 lebih tinggi dari anak-anak.
7. Treatment
Karena umumnya bersifat ringan, kebanyakan penderita tidak
memerlukan terapi khusus selain istrahat dan pemberian asupan cairan yang
cukup. Yang justru sering menjadi masalah adalah rasa gatal yang menyertai
erupsi. Bila tidak ditahan-tahan, jari kita tentu ingin segera menggaruknya.
Masalahnya, bila jari tergaruk sampai hebat, dapat timbul jaingan parut pada
bekas gelembun yang pecah. Tentu tidak menarik untuk dilihat.
Umum:

1.Isolasi untuk mencegah penularan


2.Diet bergizi tinggi (tinggi kalori dan protein)
3.Bila demam tinggi, kompres dengan air hangat
4.Upayakan agar tidak terjadi infeksi pada kulit, misalnya pemberian
antiseptik pada air mandi
5. Upayakan agar vesikeltidak pecah
- Jangan menggaruk vesikel
- Kuku jangan diberikan panjang
- Bila hendak mengeringkan badan, cukup tepal-tepalkan handuk
pada kulit, jangan digosok.
8. Farmakoterapi
- Antivirus dan Asiklovir
Biasanya diberikan pada kasus-kasus yang berat, misalnya pada
penderita leukimia atau penyakit-penyakit lain yang melemahkan daya
tahan tubuh.
- Antipiretik dan untuk menurunkan demam
Parasetamol atau ibuprofen
Jangan berikan aspirin pada anak anda, pemakaian aspirin pda infeksi
virus (termasuk virus varisela) telah dihubungkan dengan sebuah
komplikasi fatal, yaitu syndrom reye
- Salep antibiotik
- Untuk mengobati ruam yang terinfeksi
- Antibiotik
- Bila terjadi komplikasi pnemonia atau infeksi bakteri pada kulit

9. Hindari kontak dengan penderita


- Tingkatkan daya tahan tubuh
- Imunoglobulin Varicella Zoster
- Dapat mencegah atau setidaknya meringankan terjadinya cacar air.
Bila diberikan dalam waktu maksimal 96 jam sesudah terpapar
- Dianjurkan pula bagi bayi baru lahir yang ibunya menderita cacar air
beberapa saat sebelum atau sesudah melahirkan
BAB 4
WEB OF COUSATION VARICELLA

Anda mungkin juga menyukai