Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

Pelayanan kesehatan di Puskesmas merupakan bagian integral yang tidak

dapatdipisahkan dari pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Pada saat ini

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan semakin meningkat

dan sudah mengarah pada spesialisasi dan subspesialisasi. Semakin pesat laju

pembangunan, semakin besar pula tuntutan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan

kesehatan yang lebih baik.

A. Latar Belakang

Pelayanan Ramah Anak di Puskesmas (PRAP) adalah Puskesmas yang dalam

menjalankan fungsinya berdasarkan 4 (empat) prinsip perlindungan anak yakni: 1) non

diskriminasi, 2) kepentingan terbaik bagi anak, 3) hak untuk hidup, kelangsungan hidup

dan perkembangan, dan 4) penghargaan terhadap pendapat anak. Hal utama untuk

menciptakan pelayanan ramah anak di Puskesmas dimulai dari Sumber Daya Manusia

(SDM), Sarpras dan lingkungan, pelayanan, pengelolaan, partispasi anak dan

pemberdayaan masyarakat, (DP3KB Kabupaten Brebes). Berdasarkan Kementerian

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, Pelayanan Puskesmas Ramah

Anak adalah upaya protektif yang diberikan Puskesmas berdasarkan pemenuhan,

penghargaan dan perlindungan hak asasi anak atas kesehatan dengan prinsip hak anak.

Puskesmas ramah anak akan terwujud apabila sumber daya manusia, pelayanan, sarana

prasarana dan pengelolaan ramah anak. 1Pembangunan kesehatan bertujuan untuk

mewujudkan derajat kesehatan yang optimalbagi masyarakat. Salah satu yang tertuang

dalam Undang – undang No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan bertujuan melindungi

pemberi dan penerima jasa pelayanan kesehatan serta memberi kepastian hukum dalam

rangka meningkatkan, mengarahkan dan memberi dasar bagi pembangunan kesehatan.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak,

1
Pasal 1 ayat (1) menyebutkan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan

belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Anak Indonesia sebagai

generasi penerus bangsa, sudah sepatutnya anak-anak Indonesia mendapatkan haknya

sebagai anak. Hak anak perlindungan, pendidikan dan kesehatan wajib disediakan oleh

pemerintah. Pemerintah telah mengakomodir hak anak melalui Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Namun melihat realita yang terjadi saat ini,

kita tidak bisa memungkiri anak-anak Indonesia justru berada dalam situasi yang

memprihatinkan. Data Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) menyebutkan

pengaduan pelanggaran hak anak terus meningkat dari tahun ke tahun. Data

menyebutkan bahwa capaian indikator pelayanan kesehatan anak balita pada tahun

2014 sebesar 75,82%, yang berarti belum mencapai target rencana strategis pada tahun

2014 yaitu sebesar 85%. Namun, meningkat dibandingkan tahun 2013 yang sebesar

70,12%, Mahendra (2017). Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia Kemenkes tahun

2016, upaya pemeliharaan kesehatan anak ditujukan untuk mempersiapkan generasi

akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan angka

kematian anak. Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak janin masih 2

dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18 tahun. Upaya

kesehatan anak antara lain diharapkan mampu menurunkan angka kematian anak.

Indikator angka kematian yang berhubungan dengan anak yakni Angka Kematian

Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA).

Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal (0-28 hari) menjadi

penting karena kematian neonatal memberi kontribusi terhadap 59% kematian bayi.

B. Tujuan

Untuk meningktkan kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan serta pemulihan

kesehatan fisik dan mental termasuk pemberian informasi yang sesuai dengan usia

kematangan anak, yang dilakukan melalui upaya kesehatan masyarakat maupun upaya

kesehatan perseorangan.

2
C.Sasaran pedoman internal

D. Ruang Lingkup

E. Batasan Operasional

1. MTBM

Adalah salah satu sarana penunjang medis yang memberikan layanan untuk bayi muda

dimana bayi muda itu adalah yang berumur 1 hari sampai 2 bulan.

2. MTBS.

Adalah salah satu sarana penunjang medis yang memberikan layanan untuk balita sakit

dimana balita ini adalah yang berusia 2 bulan sampai dengan 5 tahun.

3. Tenaga Profesional / Formal MTBS

Tenaga Profesional / Formal yang bertugas di MTBS adalah tenaga yang mencakup :

Tenaga MTBS yang telahlulus pendidikan D III Kebidanan dan D III Keperawatan yang

memahami prosedur pelayanan di bidang MTBS sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan.

4. Standar Prosedur Operasional ( SOP )

adalah kumpulan instruksi, langkah – langkah yang telah dibakukan untuk menyelesaikan

proses kerja rutin tertentu.

5. Ruangan

Luas ruangan setiap kegiatan cukup menampung semua kegiatan yang dipergunakan

sesuai dengan standar ruangan MTBS, aktifitas dan jumlah petugas yang berhubungan

dengan pasien untuk kebutuhanpelayanan MTBS. Semua ruangan harusmempunyai tata

3
ruang yang baik sesuai alur pelayanan dan sesuai dengan peraturansarana dan

prasarana Puskesmas.

6. Bahan/peralatan diMTBS

a. Timer atau arloji dengan jarum detik.

b. Tensimeter dan manset anak ( bila ada )

c. Gelas, sendok dan teko tempat air matang dan bersih (digunakan di pojok oralit)

d. Timbangan bayi dan timbangan anak

e. Termometer

f. Penlight

7. Metode Pemeriksaan

Tujuan melakukan suatu pemeriksaan antara lain untuk meningkatkan mutu pelayanan

MTBS. Tiap tujuan pemeriksaan memerlukan sensitivitas dan spesifitas yang berbeda –

beda, sehingga perlu dipilih metode yang sesuai karena setiap metode mempunyai

sensitivitas dan spesifitas yang berbeda – beda pula.

Bila memerlukan pemeriksaan dan tindakan nebulezer, infus dan lain-lain maka

dilakukan di unit UGD.

8. Pemantapan Mutu ( quality assurance ) MTBS adalah semua kegiatan yang

ditujukan untuk menjamin mutu pelayanan terutama dibidang MTBS. Pemantapan Mutu

terbagi menjadi 3 indikator :

a. Indicator proses : indicator yang mengukur elemen pelayanan yang disediakan oleh

institusi yang bersangkutan.

b. Indicator struktur : indicator yang menilai ketersediaan dan penggunaan fasilitas,

peralatan, kualifikasi professional, struktur organisasi yang berkaitan

denganpelayanan yang diberikan.

4
c. Indicator outcome : indicator untuk menilai keberhasilan intervensi MTBS yang

diberikan.

9. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di MTBS

Kesehatan dan Keselamatan Kerja ( K3 ) MTBS merupakan bagian dari pengelolaan

MTBSsecara keseluruhan. MTBS adalah unit pelayanan dimana tempat kerjanya harus

terjamin dan aman dalam proses penyelenggaraan pelayanan MTBS . Petugas harus

memahami keamanan MTBS dan tingkatannya, mempunyai sikap dan kemampuan

untuk melakukan pengamanan sehubungan dengan pekerjaannya sesuai SOP, serta

mengontrol obat dan alat-alat secara baik menurut standar pelayanan MTBS yang benar.

10. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan Pelaporan kegiatan MTBS diperlukan dalam perencanaan, pemantauan

dan evaluasi serta pengambilan keputusan untuk peningkatan pelayanan MTBS. Untuk

itu kegiatan ini harus dilakukan secara cermat dan teliti, karena kesalahan dalam

pencatatan dan pelaporan akan mengakibatkan kesalahan dalam menetapkan suatu

tindakan.

E. Landasan Hukum

1. UU No. 23 / 1992 tentang kesehatan menjadi landasan hukum yang kuat untuk

pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Sebagai penjabaran dari

undang-undang tersebut salah satunya adalah Surat Keputusan Direktur Jendral

Pelayanan Medik Nomor HK 006.06.3.5.00788 tahun 1995 tentang pelaksanaan

akreditasi Puskesmas untuk mengukur mutu pelayanan kesehatan di

Puskesmas.

2. Depertemen Kesehatan RI.Sekretariat Jenderal. Pusat Sarana, Prasarana dan

Peralatan Kesehatan. 2007. Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana PuskesmasKelas

C. Departemen Kesehatan RI.

5
3. Kementerian Kesehatan RI.2012. Standar Akreditasi Puskesmas. Jakarta

4. Undang – undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

5. PeraturanMenteriKesehatanRepublik Indonesia Nomor 25 Tahun 2014

TentangUpayaKesehatanAnak

BAB II

STANDAR KETENAGAAN PELAYANAN MTBS

Untuk menjalankan pelayanan MTBS didukung oleh tenaga profesional MTBS dan

tenaga penunjang MTBS.

A .Kualifikasi Sumber Daya Manusia

1. Ketua/Kepala Unit MTBS

Kepala Unit MTBS bertindak sebagai koordinator palaksanaan dan pengembangan

pelayanan MTBSPuskesmas dan pelayanan pendidikan serta memfasilitasi penelitian di

unit MTBS yang memiliki uraian tugas sebagai berikut :

a. Memimpin dan mengelola Unit MTBS untuk pencapaian Visi dan Misi Puskesmas.

b. Mengembangkan pelayanan Unit MTBS sehingga mampu memberikan pelayanan

sesuai dengan standart MTBS

c. Mengatur, mengawasi dan mengevaluasi kegiatan rutin dan berkala manajemen dan

administrasi Unit MTBS

e. Mengembangkan fungsi pengawasan dan evaluasi terhadap pengelolaanobatdanalat

di MTBS

f. Memimpin dan mengembangkan SDM di poli Mtbs


g. Membina hubungan baik intern dan ekstern Puskesmas.

6
h. Penyelenggaraan tugas-tugas lain agar pelayanan MTBS berjalan baik dan lancar

2. Administrasi MTBS

Administrasi MTBS adalah staf dibawah kepala unit MTBS yang memiliki uraian tugas

sebagai berikut :

a. Mencatat pelayanan di buku register MTBS

b. Mencatat, merekap dan membuat laporan penyakit LB1 dll

c. Merapikan ruangan dan semua barang selesai pelayanan

Kualifikasi Ketua Unit MTBS :

1. Memiliki persyaratan kemampuan dibidang teknis, manajerial dan fisik

2. Memiliki pengetahuan dan pengalamam dibidangnyaminimal 2 tahun dengan

pendidikan minimal D III Keperawatan

B. Distribusi Ketenagaan

1) Uraian Pekerjaan

Kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh petugas MTBS tiap harinya adalah sebagai

berikut :

a. Mempersiapkan ruangan untuk pelayanan pasien.

b. Mengecek obatdanalat-alat untuk pelayanan.

c. Mempersiapkan obat-obatan dan peralatan di pojok oralit.

d. Mempersiapkan register MTBS , ATK dll untuk pelayanan.

e. Memulai pelayanan dengan pemeriksaan sampai selesai.

f. Mencatat hasil pemeriksaan di Status KartuAnak dan buku register MTBS

g. Merapikan semua obat, alat dan ruangan selesai pelayanan

7
2) Analisa Beban Kerja

- Diketahui : Jumlah pasien rata – rata : 10 pasien

- Waktu efektif kerja : 6 jam

- Waktu rata – rata yang dibutuhkan untuk melaksanakan pemeriksaan :

- Administrasi pasien : 5 menit/pasien

- Anamnesa pasien: 5 menit/pasien

- Pemeriksaan : 10 menit/pasien

- Pemeriksaan penunjang : 40 menit / pasien.

- Penyuluhan : 10 menit/pasien

- Kegiatan lain : 5menit/pasien

3) Perhitungan

Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan :

- Administrasi pasien : 5menit x 10 = 50

- Anamnesa pasien: 5menit x 10 = 50

- Pemeriksaan pasien : 10 menit x 10 = 100

- Pemeriksaan penunjang : 40 menit x 10 = 400

- Penyuluhan Ibu pasien : 10 menit x 10 =100

- Kegiatan lain : 5 menit x 10 = 100

Total waktu = 800 menit = 13,3 jam

Jikawaktuefektifkerjaadalah6,5 jam makapetugasmtbsadalah : 13,3 jam : 6,5 jam = 2

orang

C. Jadwal Kegiatan / Pengaturan Pelayanan.

8
MTBS merupakan salah satu penunjang medis terpenting di dalam Puskesmas, sehingga

MTBS harus melayani setiap hari kecuali hari libur. Jadi setiap jam kerja senin sampai

dengan sabtu wajib melayani pasien MTBS terkecuali hari libur.

Hari Senin : jam 07.30 s/d jam 14.00

Hari Selasa : jam 07.30 s/d jam 14.00

Hari Rabu : jam 07.30 s/d jam 14.00

Hari Kamis : jam 07.30 s/d jam 14.00

Hari Jum’at : jam 07.30 s/d jam 11.30

Hari Sabtu : jam 07.30 s/d jam 12.00

Diluar semua itu yaitu pada saat hari libur dan diluar jam kerja bila ada pasien MTBS

yang darurat tetap dilayani oleh petugas jaga di Unit Gawat Darurat.

BAB III

STANDAR FASILITAS MTBS

A. Denah Unit MTBS

9
RUANG MTBSRUANGMTBS

Mulaidari:

- Pintu masuk

- Meja Periksa.

- Kursi petugas dan Ibu pasien

- Meja Adm

- Meja Pojok Oralit.

- Tempat Cuci tangan

B. Fasilitas

Instalasi MTBS memiliki fasilitas ruangan yang terdiri dari :

a. Meja dan kursi kerja

b. Computer dan CPU

c. AC dan Kipas angin

d. Tempat tidur periksa.

10
e. Tempat cuci tangan.

f. Dua pintu depan dan belakang.

BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A.LINGKUP KEGIATAN

 Petugas MTBS menerima pasien dari petugaspendaftaran

 Petugas mengecek nama,umr,alamat serta semua identitas pasien.

 Pasien dari loket bisa pasien MTBM atau pasien MTBS.

 Pasien dari loket bisa pasien baru atau pasien kunjungan ulang

 Petugas MTBS memberikan penyuluhan kepada Ibu pasien( bilaperlu)

 Petugas MTBS merujuk pasien ke unit UGDbila di perlukan

 Petugas MTBS merujuk pasien ke Laborat bila diperlukan.

 Petugas MTBS merujuk ke Rumah Sakit bila diperlukan

 Petugas MTBS merujukkepozokgizidansanitasibila di perlukan

B.LANGKAH KEGIATAN

a.Pasien bayi atau balita dari loket pendaftaran menuju ruang pelayanan MTBS.

b.Pasien ditimbang berat badannya

c. Petugas melakukan anamnesa :

- Keluhan Utama.

- Keluhan Tambahan.

- Lamanya sakit.

- Pengobatan yang telah diberikan.

- Riwayat penyakit lainnya.

11
- Status ImunisasidanpemberianVit A

e. Petugas melakukan pemeriksaan :

- Keadaan Umum.

- Respirasi.

- Derajat dehidrasi.

- Suhu tubuh.

- Telinga.

- Status gizi.

f. Petugas menulis hasil anamnesa dan pemeriksaan serta mengklasifikasikan

dalam form klasifikasi dan memberikan penyuluhan(bilaperlu)

g. Petugas memberikan pengobatan sesuai buku pedoman MTBS bila ada kesulitan

pengobatan langsung konsultasi dokter

h. Petugasmengisi status kartuanakdanmenulis di buku register

BAB V

LOGISTIK

Keperluan logistik di unit MTBS meliputi bahan peralatan perlengkapan :

1.Buku Register MTBS.

2. Family forder atau Status KartuAnak

3. Timbangan.

12
4. Papan pengukur panjang badan/Metelin

5. Timer (Penghitung RR)

6. Bagan MTBM/MTBS

8. ATK.

Keperluan Logistik untuk pojok oralit meliputi :

1.Meja untuk mencampur oralit dan meletakkan peralatan yang diperlukan.

2.Rak untuk meletakkan barang.

3.Kursi dengan sandaran agar ibu dapat duduk dengan nyaman waktu memangku

anaknya.

4.Meja kecil untuk meletakkan gelas berisi larutan oralit.

5.Gelas minum

6.Sendok untuk meminumkan larutan oralit.

8.Sabun untuk cuci tangan.

9.Keranjang sampah

Pengadaan bahan MTBS harus mempertimbangkan hal – hal sebagai berikut :

a) Tingkat Persediaan

Pada umumnya tingkat persediaan harus selalu sama dengan jumlah

persediaan yaitu jumlah persediaan minimum ditambah jumlah safety stock.

Tingkat persediaan minimum adalah jumlah bahan yang diperlukan untuk

memenuhi kegiatan operasional normal, sampai pengadaan berikutnya dari

13
pembekal atau ruang penyimpanan umum.

Safety stock adalah jumlah persediaan cadangan yang harus ada untuk bahan –

bahan yang dibutuhkan atau yang sering terlambat diterima.

Buffer stock adalah stock penyangga kekurangan bahan di MTBS.

Reserve stock adalah cadangan bahan atau sisa.

b) Perkiraan jumlah kebutuhan

Perkiraan kebutuhan dapat diperoleh berdasarkan jumlah pemakaian dalam periode 6-

12 bulan yang lalu dan proyeksi jumlah pemeriksaan untuk periode 6-12 bulan untuk

tahun yang akan datang.Jumlah rata– rata pemakaian bahan untuk satu bulan perlu

dicatat.

c) Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan bahan ( delivery time )

Lamanya waktu yang dibutuhkan mulai dari pemesanan sampai bahan diterima perlu

diperhitungkan, terutama untuk bahan yang sulit didapat.Perencanaan dimulai dari

petugas administrasi dan Logistik yang mendatakebutuhan barang – barang medis dan

non medis habis pakai setiap bulan, mencekbarang dan kebutuhan yang diperlukan dan

membuat bon permintaan barang yang

kemudian diserahkan kepada kepala unit untuk ditandatangani untuk kemudian diberikan

kepada bagian pengadaan atau kebagian logistic farmasi (untuk barang medis) dan

logistic umum (untuk barang non medis) sesuai dengan kebutuhan.

3) Permintaan

Permintaan barang tersebut dilakukan sesuai kebutuhan permintaan, kebagianlogistic

farmasi (untuk barang medis) dan logistic umum (untuk barang non medis)atau kebagian

pengadaan dengan menggunakan formulir bon permintan barang.Dalam keadaan

mendesak dan stock barang di MTBS kosong, maka permintaanbarang bisa dilakukan

sewaktu – waktu pada jam kerja sesuai kebutuhan.

14
4) Penyimpanan

Bahan medis atau non medis diMTBS yang sudah ada harus ditangani secara

cermatdenganmempertimbangkan :

a) Perputaran pemakaian dengan menggunakan kaidah :

- Pertama masuk – petama keluar ( FIFO – first in – first out ), yaitu bahwa

barang yang lebih dahulu masuk persediaan harus digunakan lebih dahulu.

- Masa kadarluarsa pendek dipakai dahulu ( FEFO – first expired – first out )

Hal ini adalah untuk menjamin barang tidak rusak akibat penyimpanan yangterlalu

lama.

b) Tempat penyimpanan

Harus terhindar dari kemungkinan kontaminasi baik oleh bakteri, serangga, tikusdan

hewan lainnya maupun bahan berbahaya.Tempat/wadah penyimpanan harus sesuai

dengan jenis bahannya.

c) Kelembaban, untuk bahan yang tidak cair sesuai suhu ruangan.

5) Penggunaan

Penggunaan bahan obat-obatan yang lebih dahulu masuk persediaan harus

digunakan lebih dahulu.Sedangkan yang memiliki Masa kadarluarsa pendek juga

dipakai terlebih dahulu.

BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian

Keselamatan pasien ( patient safety ) Puskesmas adalah suatu sistem dimana

Puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :

15
assesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risikpasien,

pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindaklanjutnya serta

implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistemtersebut diharapkan

dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan olehkesalahan akibat

melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya

dilakukan.

B. Tujuan

1) Terciptanya budaya keselamatan pasien di Puskesmas

2) Meningkatnya akuntabilitas Puskesmas terhadap pasien dan masyarakat

3) Menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di Puskesmas

4)Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan

kejadian tidak diharapkan

C. Tatalaksana Keselamatan Pasien

Keselamatan pasien merupakan salah satu kegiatan Puskesmas yang dilakukan melalui

assasmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko

pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak

lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Di Puskesmas

Tambakboyo, kegiatan ini dilakukan melalui monitoring indikator mutu pelayanan tiap unit

kerja terutama yang terkait dengan pelaksanaanpatient safety, tindakan preventif,

tindakan korektif.

1) Monitoring indikator mutu pelayanan

Kegiatan ini merupakan kegiatan assesmen risiko. Indikator mutu

pelayananPuskesmasdan unit kerja secara rinci dijelaskan pada Pedoman Mutu

Pelayanan,Pedoman Mutu Pelayanan unit MTBS secara rinci ada pada BAB VIII

PengendalianMutu. Indikator mutu pelayanan yang menyangkut patient safety secara

rinci dapat dilihat pada format indikator mutu pelayanan pada pedoman mutu pelayanan.

16
Indikator tersebut merupakam milik unit kerja, ditentukan periode pengambilan data dan

analisisnya. Bila terjadi penyimpangan atau terjadi kejadianyang tidak diinginkan

pimpinan unit melaporkan pada pertemuan manajemen seperti diatur pada tindakan

preventif.

2) Tindakan Preventif

Tindakan Preventif sebenarnya adalah sistem yang diharapkan dapat mencegah

terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan

atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.Tindakan preventif dilakukan

melalui pencegahan kejadian tidak diinginkan.

3) Tindakan Korektif

Tindakan Korektif adalah pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden

dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko

Tindakan Korektif dilakukan terhadap laporan yang diputuskan dalam pertemuan tertutup

oleh kepala bidang melalui inspeksi dan verifikasi.Hasil inspeksi harus menunjukan telah

dilakukannya tindakan koreksi.

BAB VII

KESELAMATAN KERJA

A. Pedoman Umum

Kesehatan dan Keselamatn Kerja ( K3 ) MTBS merupakan bagian dari pengelolaan

MTBS secara keseluruhan. MTBS melakukan berbagai tindakan dan kegiatan terutama

berhubungan dengan tindakan medis . Bagi petugas MTBS yang selalu kontak dengan

pasien, maka berpotensi terinfeksi kuman patogen. Potensi infeksi juga dapat terjadi dari

17
petugas ke petugas lainnya, atau keluarganya dan ke masyarakat. Untuk mengurangi

bahaya yang terjadi, perlu adanya kebijakan yang ketat. Petugas harus memahami

keamanan MTBS dan tingkatannya, mempunyai sikap dan kemampuan untuk melakukan

pengamanan sehubungan dengan pekerjaannya sesuai SOP, serta mengontrol bahan-

bahan medis dan non medis secara baik menurut pelayanan MTBS yang benar.

1) Petugas / Tim K3 MTBS

Pengamanan kerja di MTBS pada dasarnya menjadi tanggung jawab setiap petugas

terutama yang berhubungan langsung dengan pemeriksaan pasien. Untuk

mengkoordinasikan, menginformasikan, memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan

keamanan MTBS, terutama untuk MTBS yang melakukan berbagai jenispelayanan dan

kegiatan pada satu sarana, diperlukan suatu Tim fungsional keamanan MTBS.

Kepala MTBS adalah penanggung jawab tertinggi dalam pelaksanaan K3 MTBS.Dalam

pelaksanaannya kepala MTBS dapat menunjuk seorang petugas atau membentuk tim

K3 MTBS.

Petugas atau tim K3 MTBS mempunyai kewajiban merencanakan dan

memantaupelaksanaan K3 yang telah dilakukan oleh setiap petugas MTBS, dengan

tujuan :

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan

b. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran

atau kejadian lain yang berbahaya

c. Memberi pertolongan pada kecelakaan

d. Member perlindungan pada pekerja

e. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik/psikis, infeksi

dan penularan

f. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup

18
g. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban

h. Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan

proses kerjanya

i. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan

j. Mencegah terkena aliran listrik

k.Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya

kecelakaannya menjadi bertambah tinggi. Setiap tim MTBS sebaiknya membuat pokok

– pokok K3 MTBS yang penting dan ditempatkan di lokasi yang mudah dibaca oleh

setiap petugas MTBS.

2) Kesehatan Petugas MTBS

Pemantauan Kesehatan

Kesehatan setiap petugas MTBS harus selalu dipantau, untuk itu setiap petugasharus

mempunyai Kartu Kesehatan yang selalu dibawa setiap saat dandiperlihatkan kepada

dokter bila petugas tersebut sakit. Minimal setiap tahundilaksanakan pemeriksaan

kesehatan rutin termasuk pemeriksaan laboratorium.Bila petugas MTBS sakit lebih dari

3 hari tanpa keterangan yang jelas tentangpenyakitnya maka petugas yang bertanggung

jawab terhadap K3 MTBS harusmelapor pada kepala unit MTBS tentang kemungkinan

terjadinya pajanan yangdiperoleh dari saat pemeriksaan pasien dan menyelidikinya.

3) Sarana dan Prasarana K3 MTBS umum yang perlu disiapkan di MTBS adalah :

a. Baju kerja, masker.

b. Tersedia alat sanitasi yang sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih dan

jumlah yang cukup, sabun, alat pengering dsb

c. Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik ditempat yang mudah

dijangkau

19
4) Pengamanan pada keadaan darurat

a. Sistem tanda bahaya

b. Sistem evakuasi

d. Alat komunikasi darurat baik didalam atau keluar MTBS

f. Pelatiahan khusus berkala tentang penanganan keadaan darurat

g. Alat pemadam kebakaran, masker, pasir dan sumber air terletak pada lokasi

yang mudah dicapai

5) Memperhatikan tindakan pencegahan terhadap hal – hal berikut :

a. Mencegah kecelakaan di ruang pelayanan misal :

- Tidak diperkenankan merokok di ruang MTBS

- Lampu harus dimatikan bila tidak dipergunakan

- Tidak mengangkut barang berat, bila tidak sesuai dengan kemampuan anda

- Membersihkan bahan yang tumpah atau keadaan licin diruang pelayanan.

B. Penanganan Kecelakaan di MTBS

Kecelakaan yang paling sering terjadi di MTBS disebabkan oleh daun pintu yg otomatis

menutup juga ketinggian lantai didepan pintu yg tidak rata.

Untuk mencegah timbulnya bahaya yang lebih luas, wajib di sediakan informasi

mengenai potensial kecelakaan tersebut. Agar mudah terbaca, informasi ini hendaknya

dibuat dalam bentuk tulisan dan dipasang pada dinding dalam ruang MTBS. Selain itu,

harus pula di sediakan peralatan untuk menangani keadaan tersebut seperti :

a. Dipasang Automatic door seller

b. Lampu Ruangan yang terang.

c. Tersedia alat sanitasi yang sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih dan jumlah

20
yang cukup, sabun, alat pengering

C. Penanganan Limbah

MTBSwalau tidak potensial menghasilkan limbah baik cair, padat, atau gas yang

berbahaya tetap harus ditangani secara benar. Karena itu pengolahan limbah

harusdilakukan dengan semestinya agar tidak menimbulkan dampak negatif.

a. Penanganan

Prinsip pengolahan limbah adalah : pemisahan dan pengurangan volume.Jenis limbah

harus diidentifikasi dan dipilah – pilah dan mengurangi keseluruhanvolume limbah secara

kontinue.

b. Penampungan

Harus diperhatikan serana penampungan limbah harus memadai, diletakkanpada tempat

yang pas, aman dan hygienis.

c. Pemisahan limbah

Untuk memudahkan mengenal berbagai jenis limbah yang akan dibuangadalah dengan

cara menggunakan kantong berkode ( umumnya menggunakankode warna ). Namun

penggunaan kode tersebut perlu perhatian secukupnyauntuk tidak sampai menimbulkan

kebingungan dengan sistem lain yang mungkinjuga menggunakan kode warna

d. Standarisasi kantong dan kontainer pembuangan limbah

Keberhasilan pemisahan limbah tergantung kepada kesadaran, prosedur yangjelas serta

keterampilan petugas sampah pada semua tingkat.

BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

21
Agar upaya peningkatan mutu di Puskesmas Tambakboyodapat dilaksanakan secara

efektif dan efisien maka diperlukan adanya kesatuan bahasa tentang konsep dasar

upaya peningkatan mutu pelayanan.

A. Mutu Pelayanan

1) Pengertian mutu

a. Mutu adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa

b. Mutu adalah expertise, atau keahlian dan keterikatan ( komitmen ) yang selalu

dicurahkan pada pekerjaan.

c. Mutu adalah kepatuhan terhadap standar

d. Mutu adalah kegiatan tanpa salah dalam melakukan pekerjaan

2) Pihak yang berkepentingan dengan Mutu

a. Konsumen

b. Pembayar / perusahaan / asuransi

c. Manajemen

d. Karyawan

e. Masyarakat

f. Pemerintah

g. Ikatan profesi

Setiap kepentingan yang disebut diatas berbeda sudut pandang dankepentingannya

terhadap mutu. Karena itu mutu adalah multi dimensional.

3) Dimensi Mutu

a. Keprofesian/kompetensi tenaga

22
b. Efisiensi

c. Keamanan Pasien

d. Kepuasan/kenyamanan Pasien

e. Efektifitas.

f. Akses pada layanan.

g. Kelangsungan pelayanan

h. Aspek sosial budaya/hubungan antar manusia.

4) Mutu terkait dengan Input, Proses, Output

Menurut Dinadebian, pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur dengan

menggunakan 3 variable,yaitu :

a. Input ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan

pelayanankesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan,

teknologi,organisasi, informasi dan lain – lain. Pelayanan kesehatan yang

bermutu.memerlukan dukungan input yang bermutu pula. Hubungan struktur

denganmutu pelayanan kesehatan adalah perencanaan dan peggerakan

pelayanankesehatan.

b. Proses ialah interaksiprofesional antara pemberi pelayanan dengan konsumen (Pasien

/ Masyarakat ). Proses ini merupakan variable penilaian mutu yang penting.

c. Output ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang terjadi pada

konsumen ( pasien / masyarakat ), termasuk kepuasan dari konsumen tersebut.

B. Upaya Peningkatan Mutu

Upaya peningkatan mutu pelayanan dilakukan melalui upaya peningkatan mutu

pelayanan Puskesmas Tambakboyosecara efektif dan efisien agar tercapai derajat

kesehatan yang optimal.

23
Upaya ini dilakukan melalui :

a. Optimasi tenaga, sarana dan prasarana

b. Pemberian pelayanan sesuai dengan standar profesi dan standar pelayananyang

dilaksanakn secara menyeluruh dan terpadu sesuai dengan kebutuhan pasien

c. Pemanfaatan teknologi tepat guna, hasil penelitian dan pengembanganpelayanan

kesehatan setiap petugas harus mempunyai kompetensi bidangprofesinya, sehingga

mutu pelayanan dapat ditingkatkan, angka kesalahan tindakan dapat diperkecil sesuai

dengan target mutu MTBS dan kepuasan pelanggan dapat meningkat.

Fungsi dari pengendalian mutu adalah

1. Mengawasi setiap tahapan proses

2. Menjamin keamanan pelayanan yang dihasilkan

3. Menghasilkan pelayanan yang bermutu

BAB IX

PENUTUP

Pedoman Pelayanan InternalPoliMTBS yang sudah kita susun bersama, hendaknya

menjadi dasar setiap SDM di PoliMTBS khususnya dan SDM Puskesmas Tambakboyo

dan menjalankan organisasi demi tercapainya kinerja yang optimal.

Dalam perjalanan waktu, sesuai perkembangan dan tuntutan Pedoman Pelayanan

Organisasi ini akan kita revisi bila diperlukan.

24

Anda mungkin juga menyukai