Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH PENGGANTIAN SEBAGIAN TEPUNG TERIGU DENGAN

TEPUNG JAGUNG TERHADAP PRODUKSI NUGGET DAGING AYAM

(The Effect of Corn Flour as A Partial Replacement of Wheat Flour on


Production of Chicken Nuggets)

Anin Fauzanin (E10010107), Haris Lukman1) dan Pudji Rahayu²)


Program Studi Ilmu Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Jambi
email: anin.wijaya@yahoo.com

Intisari

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung jagung


sebagai pengganti sebagian tepung terigu terhadap produksi nugget daging ayam dan
mengetahui level optimum tepung jagung yang digunakan agar tercapai produksi
yang optimal. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Peternakan pada
tanggal 24 September 2013 sampai dengan tanggal 24 Oktober 2013. Materi
penelitian meliputi daging ayam, tepung jagung (maizena), tepung terigu (segitiga
biru), tepung panir, minyak goreng, air es, bumbu dan telur. Rancangan yang
digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri dari 4 perlakuan dan 4
ulangan. Pelakuan terdiri dari P0 (nugget tanpa penggantian tepung jagung), P1
(nugget dengan penggantian tepung jagung 10%), P2 (nugget dengan penggantian
tepung jagung 20%) dan P3 (nugget dengan penggantian tepung jagung 30%).
Peubah yang diamati adalah pH, daya ikat air (DIA), rendemen dan susut masak.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penggantian sebagian tepung terigu dengan
tepung jagung dalam pembuatan nugget sampai 30% tidak berpengaruh nyata
(P<0.05) terhadap peningkatan nilai pH dan daya ikat air, tetapi sangat berpengaruh
nyata (P>0.05) terhadap susut masak dan rendemen dalam pembuatan nugget. Dapat
disimpulkan bahwa dalam level penggantian tepung terigu dengan tepung jagung
paling baik diperolah pada perlakuan P1 (penggantian 10%).

Kata kunci: nugget, daging ayam, tepung terigu, tepung jagung, produksi

Abstract
This study aims to determine the effect of corn flour as a partial replacement
of wheat flour on the production of chicken nuggets and determine the optimum level
of corn flour used in order to achieve optimal production. This research was
conducted at the Laboratory of the Faculty of Animal Science on September 24,
2013 to October 24, 2013. Research materials include chicken, corn flour (maizena),
wheat flour (segitiga biru), bread cramb, palm oil, cold water, seasoning and eggs .
The research design was Block Random Sampling (BRS) which consisted of 4
treatments and 4 repetition. The treatments consisted of P0 (nugget without corn
flour substitution), P1 (nugget with 10% corn flour substitution), P2 (nugget with
20% corn flour substitution), P3 (nugget with 30% corn flour substitution). The
parameters were pH value, water holding capacity (WHC) yield and cooking lose.

1
The result showed that the partial substitution with corn flour in the production of
nuggets until 30% had no significant effect (P <0.05) toward the increase of pH value
and water holding capacity, but highly significant (P> 0.05) toward cooking
shrinkage and yield in the production of nuggets. It can be concluded that the level of
corn flour substitution are best obtained at P1 treatment (10% substitution)

Key words: nuggets, chicken meat, wheat flour, corn flour, yield

PENDAHULUAN bahan pengikat, karena tepung jagung


memiliki sifat pasta yang tidak kental,
Daging adalah urat yang tidak lengket, memiliki viskositas,
melekat pada kerangka kecuali urat dapat membentuk gel yang kenyal
dari bagian bibir, hidung dan telinga serta stabil pada suhu pemanasan
dari hewan yang sehat sewaktu tinggi.
dipotong. Daging dikenal sebagai
bahan pangan yang bernilai gizi tinggi Berdasarkan keunggulan dan
namun mempunyai sifat mudah rusak. kelebihan tepung jagung maka
Daging dapat diolah menjadi berbagai digunakan sebagai bahan pengganti
jenis produk yang menarik dengan tepung terigu pada pembuatan nugget
aneka bentuk dan rasa. Tujuan daging ayam. Diharapkan dengan
pengolahan memperpanjang masa penggantian tepung jagung dapat
simpan serta dapat meningkatkan nilai memperbaiki kualitas yang terjadi
ekonomis tanpa mengurangi nilai gizi pada pH, Rendemen dan Susut masak
dari daging yang diolah, salah satu dengan perlakuan yang berbeda.
hasil olahan daging adalah nugget.
Nugget adalah suatu bentuk olahan
daging giling yang diberi bumbu-
METODE PENELITIAN
bumbu serta dicampur dengan bahan
pengikat kemudian dicetak menjadi Penelitian ini dilaksanakan pada
bentuk tertentu, kemudian dilumuri tanggal 24 September 2013 sampai
dengan tepung roti (coating) dan dengan tanggal 24 Oktober 2013 yang
digoreng setengah matang. Dalam bertempat di Laboratorium Fakultas
pembuataan nugget peran tepung yang Peternakan Universitas Jambi. Materi
digunakan sangat penting, karena yang digunakan tertera pada Tabel 1.
tepung merupakan bahan yang dapat
dijadikan sebagai bahan pengisi dan

2
Tabel.1 Komposisi bahan dan perlakuan pembuatan nugget
Bahan Presentase (%) Berat (gr)
Daging 100 300
Tepung terigu1) (100,90,80,70)²) (120,108,96,84)³)
1
Tepung jagung ) (0,10,20,30)² ) (0,12,24,36,)³ )
Air es1) 30 90
Stpp1) 0,5 1,5
1
Garam ) 2,5 7,5
Lada1) 0,75 2,25
Bawang Putih1) 1,25 3,75
1
)Bahan yang digunakan berdasarkan atas bahan utama (daging)
²)Sesuai perlakuan proporsi tepung terigu dan tepung jagung
³)Sesuai perlakuan jumlah tepung terigu dan tepung jagung

PEUBAH YANG DIAMATI


HASIL DAN PEMBAHASAN
Peubah yang diamati dalam
penelitian ini adalah berupa Berdasarkan hasil perhitungan
pengukuran pH, pengukuran daya ikat dan uji sidik ragam serta uji lanjut
air (dia), pengukuran susut masak dan jarak Duncan, diperoleh nilai rataan
pengukuran rendemen. data yang nugget daging ayam yang disajikan
diperoleh dianalisis dengan pada Tabel 2.
menggunakan analisis sidik ragam
yang apabila berpengaruh nyata
dilakukan uji lanjutan dengan uji jarak
duncan (Steel dan Torrie, 1993).

Tabel 2. Rataan rendemen, susut masak, daya ikat air dan nilai pH sesuai dengan
perlakuan dan ulangannya.

Peubah Perlakuan Keterangan


P0 P1 P2 P3
pH 6.54 6.50 6.23 6.57 P<0.05
DIA 1.69 1.62 1.62 1.37 P<0.05
Susut Masak 5.37b 3.05d 8.52a 4.42c P>0.05
Rendemen 169.81b 174.26a 164.6c 172.18b P>0.05
Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
(P>0,05)

Nilai pH tepung jagung yaitu 30%, pH


Pengujian pH yang dilakukan mengalami peningkatan yaitu 6.57 dan
didapatkan hasil yang bervariasi. Hasil pH terendah dihasilakan dari
yang diperoleh cenderung menurun, perlakuan P2(20%) yaitu 6.23. Rataan
namun pada perlakuan P3 atau nilai pH dari masing-masing perlakuan
penggantian tepung terigu dengan yaitu P0(6.54), P1(6.50), P2(6.23) dan
tepung jagung dengan persentase P3(6.57). Berdasarkan analisis sidik

3
ragam menunjukkan bahwa perlakuan daging untuk mengikat air atau air
penggantian sebagian tepung terigu yang ditambahkan selama ada
dengan tepung jagung tidak pengaruh kekuatan dari luar. Daya ikat
berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap air merupakan parameter yang
nilai pH adonan nugget. digunakan untuk mengetahui dan
mengukur kualitas daging. Menurut
Penurunan nilai pH yang terjadi Allen et al.,(1998) daya ikat air
tidak terlalu banyak perbedaan, hasil berhubungan positif dengan nilai pH
yang tidak berpengaruh nyata yang dihasilkan.
menunjukkan adanya perbedaan
terhadap nilai pH yang diperoleh Berdasarkan hasil analisis ragam
dikarenakan daging yang digunakan diperoleh bahwa penggunaan tepung
untuk penelitian diambil dari tempat jagung sebagai pengganti tepung
yang sama dan bagian karkas yang terigu dari beberapa perlakuan tidak
sama pada karkas bagian dada. Selain berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap
faktor daging yang digunakan, faktor daya ikat air nugget. Rataan nilai daya
tepung yang digunakan juga sangat ikat air masing –masing perlakuan
mempengaruhi perubahan pH nugget yaitu P0 1.69; P1 1.62; P2 1.69; dan
yang dihasilkan. Tepung jagung dan P3 1.37. Rataan yang dihasilkan
tepung terigu memiliki pH yang relatif cenderung menurun, walau masih
sama yaitu 6.2 untuk pH tepung dalam tara yang tidak berbeda nyata
jagung dan 5.9 untuk pH tepung (P<0.05). Menurunnya nilai daya ikat
terigu. Nilai pH dari tepung yang ikat air ini sejalan dengan nilai pH
digunakan bersifat sedikit asam (6.2 yang didapatkan, menurut Pearson dan
dan 5.9) dan pH daging yang Young (1989) bahwa daya ikat air
digunakan cenderung asam sehingga meningkat jika nilai pH daging
pH yang dihasilkan juga bersifat meningkat. Dengan kata lain jika nilai
sedikit asam. pH yang dihasilkan menurun maka
nilai daya ikat air juga akan menurun.
pH nugget ayam pada hasil
penelitian mempunyai kisaran nilai pH Daya ikat air terendah terdapat
6.23-6.57, hal ini bisa dikatakan pada perlakuan penggantian tepung
bahwa nugget ayam tersebut jagung dengan presentase 30% yaitu
mempunyai kemampuan menahan air 1.37 dan nilai rataan tertinggi terdapat
lebih besar karena pH nugget ayam pada kontrol atau tanpa penggantian
tersebut lebih tinggi dari titik tepung jagung. Kemungkinan hal ini
isoelektriknya. Peningkatan pH dipengaruhi oleh tepung jagung,
biasanya disebabkan lebih terbukanya karena tepung jagung memiliki sifat
filamen–filamen miofibril, sehingga pasta yang tidak kental, tidak lengket,
menyebabkan lebih banyak air yang memiliki viskositas, dapat membentuk
masuk. gel yang kenyal sehingga tidak
berpengaruh nyata terhadap daya ikat
Daya Ikat Air (DIA) air (DIA). Tepung jagung sendiri
memiliki kandungan zat pati yang
Soeparno (1998) menyatakan
didalamnya mengandung amilopektin
bahwa daya ikat air daging adalah
yang apabila terjadi reaksi pemanasan
kemampuan protein daging mengikat
maka amilopektin akan menyerap zat
air di dalam daging, daya ikat air juga
cair yang akan menimbulkan
didefinisikan sebagai kemampuan
kekentalan. Selain dari sifat dan

4
kandungan yang dihasilkan oleh digunakan serta bahan tambahan lain
tepung jagung, hal lain yang yang diberikan pada produk tersebut.
mempengaruhinya yaitu nilai pH dari Berdasarkan hasil uji jarak
adonan yang rendah. Alvarado dan Duncan bahwa nilai P0 berpengaruh
McKee (2007) menyatakan bahwa nyata terhadap nilai P1, nilai P1
daya ikat air juga dipengaruhi oleh pH berpengaruh terhadap P2, nilai P2
daging, air yang tertahan di dalam otot berpengaruh terhadap nilai P3. Hal ini
meningkat sejalan dengan naiknya pH. diduga karena penggunaan tepung
Soeparno (1994) menambahkan jagung yang diberikan berfungsi
bahwa DIA dipengaruhi oleh faktor sebagai bahan pegikat dan bahan
pH, pelayuan, pemanasan, spesies, pengisi. Menurut Forrest et al. (1975)
umur, fungsi otot, penyimpanan dan tujuan penambahan bahan pengikat
preservasi, jenis kelamin, kesehatan, dan bahan pengisi dalam suatu adonan
perlakuan sebelum pemotongan dan adalah untuk meningkatkan daya
lemak intramuskular. mengikat air, mereduksi penyusutan
selama pemasakan (susut masak),
Susut Masak memperbaiki sifat irisan dan
mengurangi biaya produksi. Tanoto
Susut masak merupakan berat
(1994), produk olahan yang memiliki
yang hilang atau penyusutan selama
elastisitas baik adalah produk yang
pemasakan atau sering disebut cooking
menggunakan tepung jagung karena
loss. Daging yang mempunyai susut
lebih rendah mengandung kadar lemak
masak yang rendah mempunyai
dari tepung lainnya sehingga tidak
kualitas yang lebih baik dibandingkan
cepat menimbulkan ketengikan pada
dengan daging yang susut masaknya
hasil olahan produk, selain itu tepung
lebih tinggi. hal ini disebabkan karena
jagung sangat baik untuk produk-
kehilangan nutrisi selama pemasakan
produk emulsi karena mampu
lebih sedikit.
mengikat air dan menahan air tersebut
Berdasarkan uji sidik ragam
selama pemasakan. Afrisanti (2010)
menunjukkan bahwa penambahan
menambahkan bahan pengisi
tepung jagung sebagai pengganti
ditambahkan dalam produk
sebagian tepung terigu berpengaruh
restrukturisasi untuk menambah bobot
nyata (P>0,05) terhadap susut masak
produk dengan mensubstitusi sebagian
nugget yang dihasilkan. Susut masak
daging sehingga biaya dapat ditekan.
pada perlakuan P0 hingga P4
Fungsi lain dari bahan pengisi adalah
diperoleh rata-rata sebesar 5.37%,
membantu meningkatkan volume
2.75%, 8.52%, dan 3.67%. Susut
produk. Susut masak yang diperoleh
masak tertinggi terdapat pada
berkaitan dengan daya ikat air (DIA),
perlakuan P2 (8,52 %) dan susut
artinya bila daya ikat air tinggi maka
masak terendah terdapat pada
susut masak yang dihasilkan rendah.
perlakuan kedua atau P1 (2,75%).
Susut masak yang dihasilkan relatip
Rendemen
rendah, tinggi rendahnya susut masak
Rendemen diperoleh dengan
salah satunya dipengaruhi oleh bahan
membandingkan berat nugget yang
tambahan yang digunakan. Perbedaan
diperoleh dengan bahan utama
susut masak yang terjadi pada produk
(daging), rendemen sangat
nugget disebabkan oleh beberapa
dipengaruhi oleh hilangnya air selama
faktor, yaitu kondisi daging yang
pemasakan. Nilai rendemen

5
merupakan parameter yang sangat yang mengandung lebih banyak
penting untuk mengetahui nilai karbohidrat memiliki kemampuan
ekonomis suatu produk.Semakin untuk mengikat air dan memiliki
tinggi rendemennya, maka semakin kemampuan dalam mengemulsi
tinggi nilai ekonomis produk tersebut daging. Adanya penambahan bahan
dan semakin rendah rendemennya pengisi tersebut maka hasil dari nilai
maka produk tersebut dapat dianggap rendemen meningkat atau tinggi.
kurang ekonomis.
Berdasarkan hasil analisis ragam KESIMPULAN
menunjukkan bahwa pemberian Berdasarkan hasil penelitian
tepung jagung sebagai pengganti perlakuan penggantian sebagian
sebagian tepung terigu dengan tepung terigu dengan tepung jagung
konsentrasi 0-30% berpengaruh nyata berpengaruh nyata terhadap nilai susut
(P>0,05) terhadap nilai rendemen. masak dan rendemen, tidak
Rendemen nugget pada perlakuan P0 berpengaruh oleh nilai pH dan daya
hingga P3 memiliki rata-rata sebesar ikat air (DIA)
169.81%, 174.26%, 164.63%, dan
172.18%. Nilai rendemen tertinggi
terdapat pada perlakuan P1 dan nilai DAFTAR PUSTAKA
rendemen terendah terdapat pada
perlakuan P3. Rendemen dipengaruhi Afrisanti, D. W. 2010. Kualitas kimia
oleh daya mengikat air dan proses dan organoleptik nugget daging
pengolahan seperti pengukusan dan kelinci dengan penambahan
penggorengan. Keadaan ini tepung tempe. Skripsi. Program
dipengaruhi oleh protein, semakin Studi Peternakan. Fakultas
sedikit air yang keluar sehingga Pertanian. Universitas Sebelas
rendemen semakin bertambah Maret: Surakarta
(Ockerman, 1983). Selain proses
pengolahan faktor lain yang Allen, C.D., D.L. Fletcher, J.K.
mempengaruhi adalah penggunaan Northcutt, and S.M. Russell.
bahan pengisi yang ditambahkan, 1998. The relationship of broiler
menurut Forrest (1975) tujuan breast color to meat quality and
penambahan bahan pengikat dan shelf-life. Poultry Sci. 77:361-
bahan pengisi dalam suatu adonan 366.
adalah untuk meningkatkan daya
mengikat air, mereduksi penyusutan Alvarado, C. and S. McKee. 2007.
selama pemasakan, memperbaiki sifat Marination to improve
irisan serta mengurangi biaya functional properties and safety
produksi. Afrisanti (2010) of poultry meat. J. Appl. Poult.
menambahakn fungsi lain dari bahan Res. 16:113- 120.
pengisi adalah membantu Forrest, J. C., E. D. Aberle, H. B.
meningkatkan volume produk. Hendrick, M.D. Judge and R.A.
Pada tabel 1 berdasarkan uji Merkel. 1975. Principles of
jarak Duncan bahwa nilai P0 Meat Science. W. H. Freeman
berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap and Co, San Fransisco.
nilai P1 dan P2, dan P3. Nilai
rendemen berkaitan erat dengan nilai Gaonkar, A.G, 1995. Ingredient
pH dan daya ikat air. Bahan pengisi Interaction Effect on Food

6
Quality. Marcel. Dekker Inc.
New York.

Ockerman, H.W. 1983. Chemistry of


Meat Tissue. 10th Ed.
Departement of Animal Science
The Ohio State University and
The Ohio Agriculture Rese.

Pearson, A.M. and R.B. Young. 1989.


Meat and Biochemistry.
Academy Press Inc., California.

Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi


Daging. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.

Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi


Daging. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.

Steel, R. G. D. Dan J. H. Torrie. 1995.


Prisip Dasar Prosedur Statistika.
Terjemahan: B. Soemantri. PT
Gramedia, Jakarta.

Tanoto, E. 1994. Pembuatan fish


nugget dari ikan tenggiri.
Skripsi. Jurusan Teknologi
Pangan dan Gizi. Fakultas
Teknologi Pertanian. Institut
Pertanian Bogor : Bogor.

Anda mungkin juga menyukai