830 ID Analisis Kebijakan Pemberdayaan Dan Perlindungan Sosial Lanjut Usia PDF
830 ID Analisis Kebijakan Pemberdayaan Dan Perlindungan Sosial Lanjut Usia PDF
iA
PENGARAH
Sesmenko PMK
Deputi Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dan Perlindungan Sosial
TIM PENYUSUN
Prof. Sulistyo Saputro, M.Si, Ph.D, Universitas Sebelas Maret Surakarta
Drs. Ade Rustama, MP, Kabid Pemberdayaan Lansia
Drs. Sudarsana, PGD in PD, Universitas Sebelas Maret Surakarta
DR. Ir. Kusnandar, M.Si, Universitas Sebelas Maret Surakarta
Nurul Istiqomah, SE, M.Si, Universitas Sebelas Maret Surakarta
Siti Khoiriyah, SE, M.Si, Universitas Sebelas Maret Surakarta
Diana Tantri C, SH, M.Hum, Universitas Sebelas Maret Surakarta
Nugraha Arif Karyanta, S.Psi, M.Psi, Universitas Sebelas Maret Surakarta
ii
SEKRETARIAT
Ir. Wahyuni Tri Indarty, M.Si
Erlia Rahmawati, S.Si, MAB
R.A Syuri Hatiasari, SIP
Ahmad Afandi, SE
Achmad Budi Santoso, S.Sos
Acil Lismara, AMD
DESIGN
Kristian Suryatna, Amd. Graf
DITERBITKAN OLEH
Deputi Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dan Perlindungan Sosial
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 2
B. Permasalahan Lanjut Usia 3
C. GLOBAL AGEWATCH INDEX 6
D. GLOBAL AGE WATCH INDEX DIINDONESIA 8
DAFTAR PUSTAKA 74
DAFTAR TABEL
•!• Tabe l l Lima besar negara dengan jumlah penduduk t erb esar 34
•!• Tabel 2 Usia Harapan Hidup dan Jumlah Lansia di Indonesia 36
•!• Tabe l 3 La nsia bekerja menurut lapangan usa ha 38
•!• Tabe l 4 Lansia menu rut tingkat pendidikan 39
•!• Tabe l 5 Data Penyandang Masalah Kesejahteraa n Sosial
di Jawa Tengah 44
•!• Tabe l 6 Anggaran APBN dan APBD Jateng
untuk kesejahteraan lansia 46
DAFTAR GAMBAR
•!• Gambar 1
Piramida penduduk Indonesia tahun 2000 sampai dengan 2025 2
•!• Gambar 2
Global AgeWatch lndeks 6
•!• Gambar 3
Kerangka Berfikir 25
•!• Gambar4
Pe rbandinga n lansia Indonesia, Asia dan Dun ia 35
·:· Gambar 5
Persentase Lansia menurut Propinsi 36
•!• Gambar 6
Lansia Potensial yang masih bekerj a 37
•!• Gambar7
Jumlah Puskesmas Ramah Lansia per Propinsi 40
•!• Gambar8
Model Pelayanan Untuk Lansia Potensial 50
•!• Gam bar 9
Model Pelaya nan Untuk Lansia Nonpotensial Tinggal di Panti 52 ix
•!• Gambar 10
Model Pe laya nan Untuk Lansia Non Potensial Tinggal Di Rumah
(Bersama Keluarga) 54
·:· Gambar 11
Model pemberdayaan dan perlindunga n lansia pot ensial dan non
potensial 64
PANT I ASUHAN
Gambar 1.1. Piramida penduduk Indonesia tahun 2000 sampai dengan 2025
Z. llealth llllltua
'
II
II
I
Anal isis Kebija kan Pemberdayaan d an Perlind ungan Sosial Lanjut Usia
Secara rinci ga mbar t erse but di atas bisa ditunjukkan sebagai berikut :
1. Keterjami nan penghasila n, domain ini menghitung bagaimana akses
lansia dalam memperoleh pendapatan. Domain ini terdiri atas indikator:
a. jaminan pendapatan setelah pensiun;
b. rata- rata kemiskinan di usia tua;
c. keseja hteraan relatif pada lansia;
d. GOP per kapita .
1. Status Kesehatan, domain ini menghitung bagaimana status kesehatan
yang yang dimiliki oleh lansia yang meliputi :
a. harapan hidup pada usia 60 tahun;
b. status kesehatan pada usia 60 tahun;
c. kesejahteraan psikologis .
2. Domain kemampuan terdiri atas dua indikator yaitu:
a. pekerjaan untuk lansia;
b. status pendidikan pada lansia.
3. Domain Lingkungan sekitar lansia yang menggunakan data dari Gal lup
World View untuk menilai persepsi masyarakat yang lebih tua . lndikator
yang digunakan ada lah: 7
a. keterlibatan dalam kegiatan sosial;
b. perlindungan fisik;
c. keamanan, kebebasan sipil;
d. akses terhadap transportasi umum.
lndeks Global Age Watch ini akan dilakukan untuk menilai bagaimana tingkat
kesejahteraan lansia pada suatu negara t ertentu . lndeks ini bisa digunakan untuk
melihat bagaimana daerah memberikan perhatian penting dalam penanganan
lansia di wilayahnya . Semakin banya k indikator tersebut tercapa i maka akan
mengindikasikan bahwa semakin sejahtera pu lalah lansia yang ada di w ilayah
tersebut.
Tujuan pengaturan peningkatan kesejahteraan lanjut usia sebenarnya adalah
untuk memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktif, mewuj udkan
kemandirian dan kesejahteraannya, t erpeliharanya sist em nilai budaya dan
kekerabatan bangsa Indonesia serta lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, penduduk
lanjut usia mempunyai hak dan kedudukan yang sama, sebaga i bentuk
penghormatan dan penghargaan kepada lanjut usia. Keberadaan pemberian
B. KEBUTUHAN LANSIA.
Setiap manusia dalam kehidupannya memili ki berberapa kebut uhan
yaitu (1) kebutuhan fisik atau biologis (physiological needs ) seperti maka nan,
pakaian, perumahan, dan kesehatan maupun psikis. (2) Kebutuhan ket entraman
(safety needs) adalah kebutuhan akan rasa keamanan dan ketentraman, baik
lahiriah maupun batiniah seperti kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan,
kemandirian dan sebagainya (3) Keb utuhan sosial (social needs) adalah
kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkomunikasi dengan manusia lain
melalui paguyuban, organisasi profesi, kesenia n, olah raga, kesamaan hobby dan
sebagainya (4) Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuh an akan harga
diri untuk dia kui akan keberadaannya, dan (5) Kebutuhan akt ualisasi diri (self
1. Faktor Psikis, orang lanjut usia secara otomatis akan timbu l kemu nduran
kemampuan psikis. Salah satu penyebab menurunnya kesehatan
psikis adalah menurunnya pendenga ran. Denga n menurunnya fungsi
dan kemampuan pendengara n bagi orang lanjut usia maka banyak
da ri mereka yang gagal dala m mena ngkap isi pembicaraan orang lain
sehingga mudah menimbulkan perasaan t ersinggung, tidak dihargai
D. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang t erebut di atas, dirumuskan bebera pa
permasalahan dalam kajian Analisis Pemberdayaan dan Perlindunga n Sosial Bagi
Lanjut Usia :
1. Bagaimanakah analisis dan pendalaman lebih lanjut t entang kebijakan
terkait ekonomi dan kesejahteraan, pelayanan kesehat an, dan dukunga n
sosial bagi lanjut usia?
2. Bagaimana implementasi pemberd ayaan dan perli ndunga n sosia l bagi
E. TUJUAN
Tujuan dalam kajian Analisis Pemberdayaan dan Perlindungan Sosial Bagi
Lanjut Usia dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Melakukan analisis dan pendalaman lebih lanjut tentangkebijakan
terkait ekonomi dan kesejahteraan, pelayanan kesehatan, dan dukungan
sosial bagi lanjut usia;
2. Memahami potensi dan tantangan dalam ekonomi dan kesejahteraan,
pelayanan kesehatan, dan dukungan sosial (termasuk regula si,
kelembagaan, target dan sasaran) Pemberdayaan Lanjut Usia.
3. Menganalisis implementasi pemberdayaan dan perlindungan bagi lansia
24
di Propinsi Jawa Tengah
4. Merumuskan pokok pokok pikiran mengenai model kebij akan
pemberdayaan lanjut usia
F. OUTPUT/ LUARAN
Sedangkan output atau luaran yang diharapkan dalam kajian Model
Perlindungan dan Pemberdayaan Bagi Lanjut Usia yaitu :
1. Hasil review implementasi kebijakan bagi lanjut usia.
2. lnformasi empiris potensi dan tantangan (terma suk regulasi,
kelembagaan, target dan sasaran) Pemberdayaan Lanjut Usia;
3. Brief Policy Paper mengenai model pengembangan pemberdayaan da n
perlindungan sosiallanjut usia
Ana lisis Kebijakan Pem berdayaan dan Pe rlindungan Sosial Lanjut Usia
G. KERANGKA BERFIKIR
I Lansia
I
I
+- + +
Lansia Tidak
I
Pra Lansia
II
Lan sia Potensial
I Potensial
I
l
Lansia Potensial
l 25
Index
<4-------------
1. Income Security
2 . Health Status
3. Caoabilitv
l
I I
Kebijakan 1 Kebijakan 2 Kebijakan 3
~ /
Strategi dan Arah Pelaksa naan Perlindungan dan
Pemberdayaan Lansia
2. Data Sekunder,
Yaitu data yang diperoleh dari kepustakaan dan sumber lain yang akurat .
Data sekunder diperoleh dari dokumen, literatur, hasil penelitian, jurnal, dan
sumber -sumber lainnya khususnya peraturan perundang-undanga n yang
berkaitan sesuai dengan pemberdayaan dan perlindungan sosial bagi lansia.
D. METODE ANALISIS
Analisis data merupakan langkah untuk mengolah hasil suatu kajian menjadi
data, dimana data yang diperoleh, dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa
seh ingga dapat menyimpulkan persoalan yang diajukan dalam menyusun hasil
29
kajian tersebut.
Teori yang akan digunakan sebagai metode analisis dalam kajian ini antara
lain ada la h teori George C Edward Ill, yang mengajukan pendekatan masalah
implementasi dengan terlebih dahulu mengemukakan dua pertanyaan pokok,
yakni:
1. Faktor apa yang mendukung keberhasilan implementasi kebijakan?
2. Faktor apa yang menghambat keberhasilan implementasi kebijakan?
Berdasarkan kedua pertanyaan tersebut dirumuskan empat faktor yang
merupakan syarat utama keberhasilan proses implementasi, yakni :
1. Komunikasi;
2. Sumber daya;
3. Sikap birokrasi atau pelaksana dan
4. Struktur organisasi, termasuk tata aliran kerja birokrasi, dalam hal ini
adalah model yang akan diterapkan.
Empat faktor tersebut menjadi kriteria penting dalam implementasi suatu
.kebijakan.
M enu rut Edward Ill dalam Juliartha (2009 :58) masalah utama dari
administrasi publik ada lah Jack attention to implementation bahwa without
1. Reduksi Data
Merupakan suat u bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahka n membua ng yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data
dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpu lan finalnya
dapat dita rik dan diverifikasi. Data kualitatif dapat disederhanakan dan
ditransformasika n dalam berbagai cara, diantaranya : melalui seleksi
ketat, melalui ringkasan atau uraian singkat, menggolongkannya dalam
satu pola yang lebih luas, dan sebagainya.
2. Penyajian Data
Yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkian adanya
penarikan kesimpulan dan pengambi lan tindakan . Pada penelitian
kualitatif, data disajikan dalam bentuk narasi yang sistematis dan logis
agar makna peristiwanya menjadi lebih mudah dipahami.
3. Penarikan Kesimpulan
Merupakan satu bagian kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Dalam
31
pene litian sejak awal pengumpulan data peneliti sudah harus mu lai
meninjau kembali data yang diperoleh. Dalam arti bahwa makna-makna
yang muncul dari data haru s diuji kebenaranya (verifika si). Set elah it u
diakukan pencatatan peraturan-peraturan, pola-pola, pernyat aan-
pernyataan, konfigurasi yang mungkin, arahan sebab akibat, dan
berbagai proporsi sehingga penarikan kesimpulan dapat dipertanggung
jawabkan.
Ketiga proses analisis data di atas disebut juga dengan proses siklus dan
interaktif.
1 Tiongkok 1.373.310.000
2 India 1.280. 380.000
3 Amerika Serikat 322.277.000
4 Indonesia 255.461.700
5 Brasil 205.223.000
Sumber : WHO, 2015
lUOO
.,
"'
• 19SO
SO.OO • J%0
• try to
10 ,00 • ~ ~go
,..., 0)
~
• t 9'l0
....
0
·~
.... ~ JOOO
30,00 ~.
"'
~· • zo to
• JU}( I
!U,OO
2030
20JO
10.00
• Jn~n
0,00
Tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah penduduk lanjut usia dari tahun
ke tahun terus mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya usia harapan
hidup. Tingginya usia harapan hidup menunjukkan semakin membaiknya derajat
kesehatan dan pelayanan kesehatan di Indonesia.
Jumlah persentase lansia juga menunjukkan perbedaan anta r propinsi.
Propinsi dengan jumlah persentase lansia tertinggi adalah Propinsi DIY yaitu sebesar
13,04%, diikuti Propinsi Jawa Timur sebesar 10,40%, dan yang ketiga adalah Jawa
Tengah yaitu sebesar 10,34 %. Sedangkan propinsi dengan jumlah lansia terendah
adalah Papua 1,94%. Secara rinci data persentase lansia pada masing - masing
propinsi bisa ditunjukkan pada gam bar 4.2. berikut ini :
36
Gam bar 4.2 Persentase Lansia menu rut Propinsi
Apabila dibahas secara lebih lanj ut ternyata memang terdapat korelasi yang
erat antara pembangunan manusia denga n jumlah lansia pada masing - masing
L::~ nny~
24 24%
Analisis Kebija kan Pemberdayaan dan Perlind ungan Sosial Lanjut Usia
Tingginya persentase lansia yang bekerja memiliki pengertian bahwa
sebenarnya lansia masih mampu bekerja secara produktif untuk membiayai
kehidupan rumah tangganya, namun di sisi lain mengindikasikan bahwa tingkat
kesejahteraan sebagian lansia masih rendah, sehingga meskipun usia sudah
lanjut, lansia terpaksa bekerja untuk membiayai kehidupan rumah tangganya.
Berdasarkan lapangan usaha, lansia bekerja dibedakan ke dalam tiga sektor
utama sebagaimana tabel 4.3 berikut :
.. . . .. . .
Tabel 4.3. Lansia bekerja menurut lapangan usaha
In'. •.·· I~ .. ... lr.m:t:;, ~
Pertanian 34,52 78,82 60,92
lndustri 14,42 7,31 10,28
Jasa 51,06 13,87 28,80
100,00 100,00 100,00
Sumber: Sakernas 2011
D. KESEHATAN LANSIA.
Salah satu aspek utama bagi lansia adalah masala h kesehat an, dat a
menunjukkan bahwa ternyata semakin tua seseorang maka ti ngkat kesakitannya
aka n semakin bertambah. Pada posisi kesehatan seperti ini maka dibutuhkan
penanganan khusus bagi lansia. Ol eh sebab itu maka pemerinta h mempunyai
program Puskesmas sa ntun lansia, meru pakan upaya untuk memberikan
perhatian lebih bagi lansia. Namun t ernyat a belum semua puskesmas maupun
rumah sakit memiliki klinik khusus maupun perhatian khusus bagi lansia. Dat a
mengenai puskesman ramah lansia bisa ditunj ukkan pada ga m bar 4.4 berikut ini:
;.
liiiiil
Sumber : Kementrian Kesehatan 2013
Anolisis Keb ijoko n Pem berd oyoon don Perlindungon Sosiol Lonjut Usia
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa jumlah lansia di Indonesia saat
ini mencapai 18.043.717 jiwa, jumlah t ersebut terdiri atas lansia tidak t elantar
10.533.831 jiwa, Rawan telantar 4.658.280 jiwa dan yang tela ntar 2.851.606 jiwa.
Dalam rangka peningkatan kesejahteraan sosial bagi lansia, Kementerian Sosial
melalui direktorat pe layanan dan rehabilitasi sosial lanj ut usia memprogramkan
kegiatan antara lain :
1. Program pelayanan lansia di Panti meliputi pelayanan reguler, pelayanan
harian (day care services),pelayanan subsidi silang, jumlah panti yang
mendapatkan layanan ini adalah sebanyak 237 panti {2 panti milik
Kementerian Sosial, 70 milik pemda, dan 165 milik swasta/masyarakat)
2. Program pelayanan lansia luar panti yang meliputi : home care services
(6 unit), foster care, day care services (6 unit), UEP, Kube (bantuan dan
pembinaan)
3. Program kelembagaan meliputi: jejaring antar lembaga nasional dan
internasional, koordinasi antar dan intersektor, penyelenggaraan Hari
Lanjut Usia Nasional (HLUN) dan Hari Lanjut Usia lnternasiona l (HLUIN),
pembinaan dan pemberdayaan lembaga lansia.
4. Perlindungan dan aksesibilitas meliputi Jaminan Sosial Lanjut Usia/JSLU
41
(2006-2009), Trauma Centre (5 unit), aksesi bilitas sosial, pelaya nan
kedaruratan, dan jaringan penanganan antar lembaga.
Kegiatan ini dilaksanakan untuk mewujudkan: (i) dukunga n keluarga dan
masyarakat terhadap kehidupan lanjut usia, (i i) sistem perl indungan dan ja minan
sosial yang dapat meningkatkan kehidupan pendudu k lanj ut usia, (iii) kesempatan
kerj a dan aktivitas untuk mengaktualisasi kan diri dalam keluarga dan masyarakat,
(iv) iklim keh idupan yang mendorong lanjut usia dapat melakukan kegiat an sosial
keagamaan dan kerohanian, dan (v) aksesibilitas la nj ut usia t erhadap sarana
dan pelayanan umum. Program - program secara nasional t ersebut kemudian
dit urunkan pada program - program daera h
44
Data penyandang masalah kesejahteraan sosial tersebut menunjukkan
bahwa ternyat a j umlah PMKS terbanyak adalah karena kemiskinan, disusul
kete rlantaran, kecacatan dan korban bencana. Salah satu PMKS adalah lanjut usia
terla ntar.
Dat a dinas sosial menunjukkan bahwa jumlah lansia di Propinsi Jawa
Tengah adalah sebanyak 2,9juta pada tahun 2010, kemudian meningkat menjadi
3.693.508 jiwa pada t ahun 2014, yang terdiri dari 1.702.649 laki - laki dan
1.990.859 perempuan . Dari jumlah sebanyak itu terdapat 158,798 juta jiwa yang
terla ntar terdiri dari 61.4611aki -laki dan 97.337 perempuan.
Propinsi Jawa Tengah dalam rangka menangani lansia mengesahkan Perda
no 6 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan kesejahteraan lanjut usia, sehingga
program - program yang dilakukan oleh dinas sosial dan instansi terkait da lam
terkoordinasi dan sesuai dengan kebutuhan . Strategi penanganan lansia t erlantar
di Jawa Tengah dibedakan menjadi Strategi berbasis masyarakat dan st rategi
sistem kelembagaan. Secara rinci bisa ditunjukkan sebaga i berikut :
1. Berbasi s Masyarakat.
a. Lansia Potensial:
1) Bimbingan sosial;
2) Keterampilan;
45
Anggaran dana tersebut memang masih sangat jauh dari jumlah lansia
terla nta r yang ada d i Jawa Tengah, namun langkah tersebut diharapkan aka n
diiku ti oleh kabu paten I kota sehingga masing- masing akan membrikan anggaran
APBD nya untuk peningkatan kesejahteraan lansia khususnya yang terlantar.
0
1.1)
C. MODELLAYANAN BAGI LANSIA NON POTENSIAL TINGGAL 01 PANTI
Sela in panti yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah, di tengah masyarakat,
terdapat panti- panti wredha ( jompo) yang dikelola oleh sektor sw asta. Terdapat
beberapa sebab lansia tinggal di Panti ant ara lain ka rena tidak adanya keluarga
yang memelihara lansia, keluarga memang menghendaki lansia tinggal di panti,
lansia sendiri yang menghendaki unt uk tinggal di panti. Pada sebab yang pertama
Negara secara langsung bertanggung jawab dengan menyediakan panti wredha
yang dikelola pemerintah dan mem berikan bantuan dalam rangka kelangsungan
kehidu pan di Panti. Selain Panti wred ha pe merintah juga terdapat panti wredha
swasta yang juga membutu hkan pera n serta semua stakeholder yang ada .
Terdapat minimal4 jenis bant uan yang haru s diberikan kepada panti wredha
tersebut meliputi: bantuan perlind ungan, bantuan sarana prasarana, bantuan
biaya dan bantuan layana n kesehatan. Permasalahan yang selama ini muncul dan
terus be rkemba ng ada lah bahwa dana yang diberikan oleh pemerintah untuk
pelayanan lansia non potensial in i terus menerus turun, sementara jumlah lansia
yang harus dilayani da n kebutuhannya semakin meningkat. Oleh sebab itu peran
stakeholder lain terutama masyarakat melalui peran kelompok- kelompok harus
terus ditingkatkan. Secara rinci model pelayanan bagi lansia non potensial yang 51
tinggal di Pa nti bisa ditunjukkan dalam bagan berikut ini :
.. 0
ti.O
"'ti.O
c: -- -·- ~
i= Panti Wredha
c
Panti Wredha 0
·;:;;
"' Pemerintah Swasta I g>
DATA BASE ::J
c: Stakeholder "0
Ql lANSIA NONPOTENSIAL
... • Dtnas Sosaal 0 £
0 • Otna s Kesehatan Perlindungan Sosial 0
+
. H ......• ~
Swasta cormas)
Q. TINGGAL 01 PANTI Perlindungan Sosial iii
• Puskesmas Q.
c: • LSM / NGO
0
0 • RSUO / RSUP
I 0
• Keluarga c
0
z Latar Belakang • Poh<hn1k GereartJ Ba ntuan Biaya 0
Bantuan Biaya • Posyandu Lans1a "0
0 . • Sukarelawan
~II c
·;:;;
"' • Kehidupan (so sial) I 0
c: • Ekonomi (mampu atau Bantuan Sarana- 0 Bantuan Sarana- g.
0
Prilsilrilnil Pril~ilrilnil 0
_,"'
.:.: tidak mampu) 0
:I 0
"2Q)
• Kesehatan (riwayat layanan Kesehatan .0
...c: +II layanan Kesehatan !•
::::> penyakit) Psikologis E
c: Psikologis
I: £
"'c: c
0
~
~ Stakeholder 0
Qj
"' • Akademisi :0
a. Q)
(Dosen) :.::
Qj <I)
N
IJ)
D. MODEL LAYANAN BAGI LANSIA NON POTENSIAL TINGGAL BERSAMA
KELUARGA
Lansia yang tinggal bersama keluarganya mempunyai kesem pata n yang lebi h
luas untuk beri nteraksi dengan lingkungannya. Dalam model ini pera n keluarga
dan pemerinta h sangat sentral baik dalam tat aran mikro dan t ataran makro. Pada
tataran mikro, peran keluarga dan masya rakat , perlindungan sosial, perlindungan
sarana dan pra sa rana dan perlindungan biaya hid up dan kesehat an melalui home
care dan community care.
Sedangkan pada tatara n makro, peran pemerintah khususnya dalam
jaminan lansia, jaminan biaya, jami nan fasilitas umum, sarana prasarana dan
bantuan hukum, jaminan kesehatan . Peran pemerintah t erdiri atas dinas social,
dinas kesehatan, puskesmas dan dokter. Pera n - peran tersebut termasuk di
dalamnya unt uk rawat j alan khusus lansia ( klinik geriarti ) dan rawat inap khusus
lansia (bangsal lansia). Model pelayanan ini bisa ditunjukkan dalam bagan sebagai
berikut :
53
~ Q
.c. Oukungan
<0 Petat•han Tra1nnmg fcx Tra1nner (Ton ::3
E Pengelolaan Posyandu Lansta
:::1 pembtavaan
"3
cc ·c:
"0
.3
Stakeholder 0
-roQO Stakeholder Otnas Sos1al
Keluarga Drnas Kesehatan
QO ~
c Posyandu Lans•a Puskesmas
Ookter (Tm
c
t= Perlindungan Kelu.lrga
0
Gerearb) Ol
<0 c
·;:;; RSUD/RSUP ::J
c Pohl(hnll( Gereart• u
Q) I Perlindungan Sosial I ~
0a. Qi
DATA BASE Perlindungan Sarana· 0..
c Prasarana Keluarga c
0 LANSIA NONPOTENSIAL 0
z TINGGAL 01 RUMAH u
<0 Perlindungan Biaya
·;:;; ( BERSAMA KELUARGA)
c H1dup& Kesehatan Jaminan Kesehatan
<0
...J Lanjut Usia
.>< Latar Belakang
....c:::1 • Sosial Keluarga
:::> • Ekonomi Keluarga
c
<0 • Kesehatan (riwayat
c penyakit)
n:>
>
..!!!
Q)
a..
Qj
"0
0
~
<0
,..; ~
<0
:::1
-<t
1.1)
Berangkat dari model - model terseb ut di atas, maka bisa diketahu i bahwa
kebu t uhan lansia bukan hanya berupa kebutuha n secara fisik yaitu makan,
sandang dan perumahan, namun banyak kebutuhan lain yang harus dipenuhi
khususnya kebutuhan psikologis seperti perasaan dibutuhkan, perasaan dihargai
dan juga kasih sayang dari sekitarnya justru memiliki peran yang paling penting
dalam penentuan kesej ahteraan lansia . Pengakuan terhadap lansia ini yang akan
memperpanjang harapan hidup dan menyebabkan lansia bisa sehat bugar dan
bahagia di hari t ua nya.
M odel kedua dan ketiga secara bertahap sudah dilaksanakan oleh semua
stakeholder baik pemerintah pusat maupun daerah. Penanganan lansia yang
tinggal di rumah melalui pendataan lansia pada setiap RT, optimalisasi Posyandu
Lansia pada masing - masing RW dan bidan desa.
55
0
·;;;
:::::>
:;
·c:
_g
0·;;;
ac
0
0>
c
::J
"0
~
"<t
\0
Berdasarkan bagan tersebut dapat diuraikan masing-masing peran dan
kewenangan antara pemerintah, masyara kat, dan keluarga da lam menangani
Upaya Peningkatan Kesejahteraan Lanj ut Usia sebaga i beri kut :
Maka salah satu peran pemerintah daerah pad a penanganan lansia terlantar
adalah dalam bentuk penyediaan panti- panti wredha agar lansia bisa memperoleh
pelayanan hidup yang lebih layak di akhir hidupnya. Panti wredha yang dibangun
pemerintah secara ideal bukan hanya menjadi tempat penampu ngan lansia
terlantar, namun lebih berwujud rumah tinggal sehingga lansia ( khususnya yang
terlantar dan tidak mampu) bisa menikmati sisa hidupnya. Kebutuhan utama lansia
yang tingggal di dalam Panti adalah jaminan kebutuhan dasar meliputi papan,
makanan dan pakaian. Selain itu diperlukan jaminan kesehatan, suatu tempat/
ruang khusus untuk melakukan aktivitas bersama seperti sarana untuk senam,
66
melakukan aktivitas ringan dan bersosialisasi. Namun terdapat kendala - kendala
baik yang sifatnya teknis maupun non teknis khususnya dalam ketersediaan dana.
Jumlah dana yang ditentukan SOSH sebesar Rp 2.500 dirasa masih sangat kurang,
karena kesehatan lansia tetap harus diperhatikan dengan gizi makanan yang sehat
dan seimbang. Untuk itu, selain dari dana pemerintah seperti dana PKPS BBM
dan sebagainya, diperlukan adanya tambahan dana dari donatur. Se lain itu untuk
fasilitasi dan pemeliharaan gendung. Masalah lai n ya ng sering menjadi kendala
juga adalah berlebihnya jumlah lansia dibandingkan dengan daya tampung yang
ada. Sehingga akan menyebabkan semakin tidak nyamannya lansia yang tinggal
di dalam panti. Untuk itu yang terpenting adalah adanya aturan yang baku dan
ditepati mengenai prosedur seorang lansia bisa tinggal di dalam panti.
Lansia yang tinggal di luar panti tetap harus memperoleh perhatian
lebih khususnya dalam wujud jaminan sosial untuk lansia yang kurang mampu
atau berasal dari keluarga yang kurang mampu, jaminan kesehatan meliputi
pengecekan keseha tan rutin maupun perawatan ketika memerlukan perawatan
tambahan.
Peran masyarakat dalam penanganan lansia sudah mu lai banyak, ditunjukkan
dengan tumbuhnya Pos Pelayanan Terpadu ( Posyandu ) khusus lansia yang
2. Peran Masyarakat
Peran masyarakat dalam penanganan lansia saat ini sangat penting,
t erlebih karena struktur usia yang menua, menyebabkan jumlah lansia yang
tinggal dala m suatu komunitas meningkat dengan cepat, mencapai hampi r 11%.
Peran masyarakat yang terpenting ada lah dalam pelayanan dan pendampingan
terhadap lansia baik yang produktif maupun non produktif khususnya yang ti ngga l
di luar panti.
Namun saat ini, dengan semakin tumbuhnya kesadaran masyarakat akan
perlunya memberikan perhatian bagi lansia yang terlantar, banyak kelompok
- kelompok at au yayasan - yayasan tertentu yang mengkhususkan diri untuk
bergerak memberikan penyantunan bagi lansia yang t erlantar. Salah satunya
adalah dengan mendirikan panti - panti penyantun lansia. Banyak panti yang
memang bersifat sosial dan nirlaba, hanya dengan mengandalkan harapan pada
donatur, namu n tidak sedikit pula panti yang lebih mirip dengan penitipan lansia
70
B. SARAN/ REKOMENDASI
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan tersebut di atas, ma ka
• Feldman, R. (2012) . Discovering the Life Span {2nd ed.}. New Jersey: Pearson
Education, Inc.
74 • Papalia, D., Olds, S., & Feldman, R. (2007). Human Development {lOth ed).
New York: McGraw-Hill.
• Santrock, J. (2011). Life-Span Development {13th ed.). New York: McGraw Hill
International Edition.