Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM 1

BIOKIMIA FARMASI
PENGARUH pH PADA REAKSI ENZIMATIK

Disusun oleh :
Kelompok 8
Farmasi B

Yesica Tiara Sari 201710410311129


Devy Aprilia 201710410311168
Jihan Fahira Almas 201710410311211
Zaqina Erin Setya Fazri 201710410311213
Nur Adibah 20171041031123

FAKULAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena penulis
dapat menyelesaikan makalah dalam bentuk bundel ini dengan judul “ Pengaruh pH pada
Enzim” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun sesuai materi perkuliahan yang terdapat di praktikum Biokimia
Iyang telah dilaksanakan untuk memenuhi hasil praktikum Biokimia. Materi-materi penulis
juga mengambil dari berbagai sumber pustaka dan beberapa website dari internet. Dengan
demikian, para pelajar farmasi dapat memperluas wawasannya, memahami, dan
mengaplikasikan isi makalah ini dalam kefarmasian.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dalam penyusunan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat membantu mahasiswa farmasi maupun pembaca lain
dalam memahami praktikum Biokimia. Kritik dan saran yang membangun selalu Penulis
harapkan demi membentuk sebuah bacaan/makalah yang lebih baik lagi.

Malang, 13 Maret 2019

Penyusun,
PRAKTIKUM 1
PENGARUH pH PADA REAKSI ENZIMATIK

I. TUJUAN
Mengetahui pengaruh pH lingkungan terhadap kinerja enzim yang terkandung dalam
saliva.

II. DASAR TEORI


Enzim adalah sekelompok protein yang berfungsi sebagai katalisator untuk
berbagai jenis reaksi kimia dalam system biologic. Hampir tiap reaksi kimia dalam system
biologis dikatalisis oleh enzim. Sintesis enzim terjadi didalam sel dan sebagian besar
enzim dapat di ekstraksi dari sel tanpa merusak fungsinya.
Enzim sebagai biokatalisator dapat mempercepat reaksi kimia dengan menurunkan
energy pengaktifan. Energy pengaktifan diartikan sebagai jumlah energy yang dibutuhkan
oleh suatu molekul zat, ada temperature tertentu untuk membawa semua molekul
kekeadaan reaktif dengan satuan kalori. Suatu reaksi kimia dapat berlangsung karena
molekul-molekul reaktan pada suatu waktu mengalami keadaan aktif yaitu apabila energy
molekul tersebut dalam keadaan energy pengaktifan. Dalam keadaan demikian ikatan
kimia dalam molekul dapat pecah sehingga meyakinkan terbentuk suatu produk. Keadaan
reaktif disebut keadaan transisi dengan bantuan enzim, dalam hal ini katalisator maka
reaksi mempunyai energy bebas dan terbentuklan suatu hasil reaksi (produk) dan
katalisator kembali dibebaskan ke keadaan semula.
Suatu enzim mempunyai ciri khas yaitu hanya bekerja pada suatu reaksi saja, untuk
dapat bekerja terhadap suatu zat atau substrat hanya ada kontak antara enzim dengan
substrat. Suatu enzim mempunyai ukuran yang lebih besar daripada substrat oleh karena
itu tidak seluruh bagian enzim dapat berhubungan dengan substrat. Bagian enzim yang
kontak dengan substrat dinamakan active site. Hubungan antara enzim dan substrat
menyebabkan terjadinya kompleks enzim-substrat. Kompleks ini merupakan kompleks
yang aktif yang bersifat sementara dan akan terurai lagi apabila reaksi yang telah terjadi
(Poedjiadi, 1994).
Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah
pengaruh pH lingkungan masing-masing. Enzim mempunyai pH optimal untuk dapat
bekerjs dengan maksimal. Apabila aktivitas sebagian besar enzim digambarkan sebagai
suatu fungsi dari pH reaksi, biasnya akan tampak peningkatan kecepatan. Reaksi sering
dengan pergeseran pH dari tingkat yang sangat asam menuju rentang yang sangat basa.
Bentuk kurva didaerah asam mencerminkan ionisasi gugus fungsional spesifik di temat
aktif (di substrat) akibat peningkatan pH dan pembentukan ikatan hidrogen lebih umum
yang penting bagi konfirmasi keseluruhan enzim. Setiap enzym mempunyai pH optimal
masing-masing, sesuai dengan "tempat kerjanya". Misal enzym pepsin, karena bekerja
dilambung yang bersuasana asam, memiliki pH optimal 2. Enzim ptialin karena bekerja
dimulut yang bersuasana basa memiliki pH optimal 7.5-8. (Down B, marks. Et al., 2000)..

Enzim amilase dapat diperoleh dari sekresi air liur atau saliva. Saliva dapat disebut
juga kelenjar ludah atau kelenjar air liur. Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks
dan tidak berwarna yang terjadi atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil
yang ada pada mukosa oral. Semua kelenjar ludah mempunyai fungsi untuk membantu
mencerna makanan dengan mengeluarkan suatu skeret yang disebut "saliva" (air liur atau
ludah). (Kidd, 1992). Saliva adalah hasil sekresi dan kilenjar eksokrin yang terdiri dari
99% air dan 1% elektrolit-elektrolit (Na, Mg, K, Cl, P), protein (enzim, immunoglobulin,
glikoprotein, albumin, polipeptida, oligopeptide), glukosa, urea, dan amnoiak komponen-
komponen tersebut berinteraksi dan kontribusi terhadap berbagai fungsi dari air liur. Salah
satunya memulai pencernaan karbohidrat dimulut memalui kerja amilase air liur (almeida,
2008).
Amilum solani adalah pati yang diperoleh dari ubi solanum tuberosum L (familia
Solanaceae). Amilum atau pati adalah karbohidrat kompleks yang mengandung dua
macam polimer yaitu amilosa dan amilopektin, dalam komposisi yang berbeda-beda.
Amilosa adalah polisakarida yaitu polimer yang tersusun dari glukosa sebagai
monomernya. Setiap monomer terhubung dengan ikatan (1.4) glikosida. Amilosa adalah
polimer yang bercabang. Amilopeptin merupakan polisakarida yang tersusun dari
monomer alfa-glukosa.
III. PRINSIP REAKSI BIOKIMIA

Pati secara alami terdapat pada tumbuhan dan berfungsi penyimpanan energy
dalam bentuk polimer glukosa. Pada perlakuan dengan kondisi asam ataupun dengan
bantuan enzim, pati dapat terhidrolisis menjadi dextrin ( campuran dari polisakarida
dengan titik leburrendah, tersusun atas 3-8 unit glukosa), maltose dan akirnya D-
glukosa.keberadaan pati dalam makanan dapat di deteksi dengan larutan I2.
Amilum dan iodium membentuk komplek yang bewarna biru tua.hidrolisis amilum
oleh ptyalim secara berturut-turut akan membentuk dextrin dan oligosakarida yang bila
mengikat iodium akan membentuk komplek berwarna yang berbeda-beda warnanya.

Amilodektrin dengan iodum  membentuk warna biru


Eritrodektrin dengan iodium  membentuk warna merah
Akrodektrin dan maltos tidak dapat membentuk komplek bewarna dengan iodium
IV. PROSEDUR PRAKTIKUM
A. ALAT
 Bejana Erlenmeyer
 Pipet volumetric
 Buret
 Tabung reaksi (5 buah)
 Stopwatch

B. REAGENSIA
 Larutan enzim “E”  dibuat dengan mengencerkan saliva 1 ml dalam 10 ml air
suling
 Larutan NaCl 0,9 %
 Larutan dapar (buffer) dengan pH 1,0 ; 7,0 ; dan 13,0.
 Larutan substrat “S”  larutan amilum solani 2%
 Larutan KI-I2
 Larutan HCl 0,05 N

C. PELAKSANAAN
1. Masing-masing kelompok anggota kelompok depan melakukan percobaan pada
suatu pH tertentu (4,0; 6,0; 7,0; dan 8,0) sesuai dengan yang ditentukan oleh
pemimpin praktikum (Kelompok 8 : 13).
2. Siapkan 5 tabung reaksi bersih, beri masing-masing tanda 0’ ; 5’ ; 10’; 15’ ; 20’.
3. Siapakan bejana Erlenmeyer dan pipet volumetric.
4. Ambil berturut-turut 15 ml larutan dapar dengan pH yang telah ditentukan bagi
masing-masing kelompok, 3 ml larutan “S” dan 6 ml larutan NaCl 0,9 % dan
masukkan ke dalam Erlenmeyer. Goyangkan Erlenmeyer beberapa detik dengan
gerakan memutar agar isinya tercampur rata.
5. Isilah masing-masing tabung reaksi yang tersedia dengan 10 ml larutan HCl 0,05
N
6. Ambil dengan pipet 1 ml campuran larutan dan labu erlenmeyer dan masukkan ke
dalam tabung reaksi yang bertanda 0’ , campurlah isinya dengan beberapa kali
membalikkan tabung yang disumbat ibujari tangan.
7. Siapkan stopwatch.
8. Ambil dengan pipet 1 ml enzim dan tambahkan ke dalam campuran larutan yang
berada di dalam erlenmeyer. Jalankan stopwatch tepat pada saat enzim
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Goyangkan Erlenmeyer beberapa detik
dengan gerakan memutar agar enzim tercampur rata didalam larutan. Setelah itu
Erlenmeyer jangan digoyangkan lagi. (Diamkan di atas meja)
9. Kira-kira setengah menit menjelang menit ke-5 ambillah dengan pipet 1 ml
larutan dari labu erlenmeyer, dan tepat pada menit ke-5 masukkan cairan dan
dalam pipet tersebut ke dalam tabung reaksi bertanda 5’, campurlah isinya
dengan beberapa kali membalikkan tabung yang disumbat ibujari tangan.
10. Lakukan kembali seperti prosedur tahap 9 sekitar menit ke- 10, 15, 20
memasukkan cairan dan dalam pipet ke dalam tabung reaksi yang bertanda
10’,15’, dan mencampurkan dengan membalik-balikkan tabung dengan atau 20’.
11. Setelah semua selesai, tambahkan 1 ml KI-I2 dan buret ke dalam masing-masing
tabung reaksi. Campur merata dengan membalikkan beberapa kali tabung reaksi
yang disumbat ibujari tangan.
12. Kira-kira 5 menit setelah pemberian KI-I2, bacalah absorbance larutan dalam
masing-masing tabung reaksi dengan spektrofotometer pada panjang gelombang
620 nm (blanko tanpa “E” dan “S”).
13. Dari nilai absorbance yang terbaca, hitunglah persen substrat yang tercerna pada
9menit ke-0,5,10,15,20 dengan rumus :

Presentase substrat yang dicerna pada menit t =


(Presentase substrat semula) – (presentase substrat yang tersisa pada menit t)
Jadi :

𝐴𝑇𝑡
Presentase substrat yang dicerna pada menit t = 100% - 𝐴𝑇𝑜 x 100%

Keterangan : ATt = Absorbance larutan pada menit ke t


ATo = Absorbance larutan pada menit ke 0
14. Runutlah nilai presentase substrat yang dicerna pada ordinat grafik
menghubungkannya dengan lama berlangsungnya reaksi (T) pada absisnya.
Kurva yang terbentuk disebut progress curve
15. Bandingkan kinerja enzim pada berbagai pH di atas dan buatlah analisis mengapa
demikian.

V. BAGAN ALIR

Disiapkan 5 tabung reaksi, masing-masing diberi tanda 0'; 5'; 10'; 15';
dan 20'.

Setiap tabung reaksi diisi 15 ml larutan dapar dengan pH yang telah


ditentukan oleh dosen (kelompok 8 pH 13), ditambahkan 3 ml larutan
"S", ditambahkan 6 ml larutan NaCl 0,9 %. Dipindahkan ke dalam
erlenmeyer, campur ad homogen.

Diisi masing-masing tabung reaksi dengan 10 ml larutan HCl 0,05 N

Diambil 1 ml dengan pipet campuran larutan dan dimasukkan ke dalam


tabung reaksi bertanda 0' , lalu dikocok.

diambil 1 ml enzim dan ditambahkan ke dalam campuran larutan di


dalam erlenmeyer. Jalankan stopwatch pada saat enzim dimasukkan ke
dalam erlenmeyer. Kocok ad homogen.

menjelang menit ke-5, dipipet 1 ml campuran dari erlenmeyer lalu


dimasukkan ke tabung reaksi hingga semua tabung reaksi menurut
waktu masing-masing (5' , 10' , 15' , dan 20').

Setelah selesai semua tambahkan larutan KI-I2 1 ml di masing-masing


tabung reaksi. Kocok ad homogen.

Setelah 5 menit penambahan KI-I2, lalu membaca absorbance larutan


dalam masing-masing tabung reaksi dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 620 nm. dan dibuat blanko tanpa "E" dan "S".
VI. HASIL PRAKTIKUM

1. Data Hasul Praktikum


Menit ke- Absorbansi Absorbansi Absorbansi
Kelompok 2 Kelompok 5 Kelompok 8

pH 1,0 pH 7,0 pH 13,0

0’ 1,755 1,755 1,845

5’ 1,783 1,606 1,880

10’ 2,038 1,557 1,749

15’ 1,122 1,408 1,589

20’ 1,880 0,898 0,333

2. Perhitungan

𝐴𝑇𝑡
Presentase substrat yang dicerna pada menit t = 100% - 𝐴𝑇𝑜 x 100%

 pH 1,0
1,755
1. Menit 0’ = 100% − (1,755 × 100%) = 0 %
1,783
2. Menit 5’ = 100% − (1,755 × 100%) = −1,60 %
2,038
3. Menit 10’ = 100% − (1,755 × 100%) = −16,13 %
1,122
4. Menit 15’ = 100% − (1,755 × 100%) = −36,07 %
1,880
5. Menit 20’ = 100% − (1,755 × 100%) = −7,12%
Kurva Persentase Substrat pH 1.0
5%
0%
-5% 0 5 10 15 20 25

persentase (%)
-10%
-15%
-20%
-25%
-30%
-35%
-40%
waktu (t)

 pH 7,0
1,755
1. Menit 0’ = 100% − (1,755 × 100%) = 0 %
1,606
2. Menit 5’ = 100% − (1,755 × 100%) = 8,49 %
1,557
3. Menit 10’ = 100% − (1,755 × 100%) = 11,28 %
1,408
4. Menit 15’ = 100% − (1,755 × 100%) = 19,77 %
0,898
5. Menit 20’ = 100% − (1,755 × 100%) = 48,83 %

Kurva Persentase Substrat pH 7.0


60%

50% 48.83%
persentase ( %)

40%

30%

20% 19.77%

10% 11.28%
8.49%
0% 0%
0 5 10 15 20 25
waktu (t)

 pH 13,0
1,845
1. Menit 0’ = 100% − (1,845 × 100%) = 0 %
1,880
2. Menit 5’ = 100% − (1,845 × 100%) = −1,90 %
1,749
3. Menit 10’ = 100% − (1,845 × 100%) = 5,20 %
1,589
4. Menit 15’ = 100% − (1,845 × 100%) = 13,88 %
0,333
5. Menit 20’ = 100% − (1,845 × 100%) = 81,95 %

Kurva Persentase Substrat (pH 13,0)


100%

50%

0%
persentase (%)

0 5 10 15 20 25
-50%

-100%

-150%

-200%

-250%
waktu (t)

Hasil setelah ditetesi KI-I2


VII. PEMBAHASAN

Enzim merupakan sekelompok protein dengan sifat khasnya yang berfungsi sebagai
katalisator untuk berbagai reaksi kimia dalam sistem biologid di dalam tubuh manusia.tanpa
adanya katalisator dalam tubuh, reaksi kimia akan berlangsung sangat lambat. Kerja enzim
dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah pengaruh pH lingkungan
masing-masing. Enzim mempunyai pH optimal untuk dapat bekerja dengan maksimal.
Apabila aktivitas sebagian besar enzim digambarkan sebagai suatu fungsi dari pH reaksi,
biasnya akan tampak peningkatan kecepatan. Reaksi sering dengan pergeseran pH dari
tingkat yang sangat asam menuju rentang yang sangat basa. Bentuk kurva didaerah asam
mencerminkan ionisasi gugus fungsional spesifik di temat aktif (di substrat) akibat
peningkatan pH dan pembentukan ikatan hidrogen lebih umum yang penting bagi konfirmasi
keseluruhan enzim. (Down B, marks. Et al., 2000). Cara kerja enzim dan faktor yang
mempengaruhi kinerja enzim berhubungan satu sama lain. Enzim bekerja pada pH dan suhu
tertentu dimana pH dan suhu termasuk faktor yang mempengaruhi kinerja enzim. Enzim
bekerja pada pH tertentu, sebagian besar enzim bekerja secara optimal pada kisaran pH 6-7.
Pada pH rendah ataupun pH yang terlalu tinggi, enzim kurang aktif bekerja. Bentuk
kurva aktivitas pH ditentukan oleh:
1. Denaturasi enzim pada pH yang tinggi atau rendah
2. Perubahan pada status muatan enzim dan/atau substrat
Untuk enzim, pH dapat mempengaruhi aktivitas dengan mengubah struktur atau dengan
mengubah muatan residu fungsional pada pengikatan substrat atau katalis. Pada percobaan
pertama mengenai pengaruh pH terhadap aktivitas enzim, bertujuan untuk membuktikan
pengaruh pH terhadap aktivitas kerja enzim, khususnya pada enzim amylase pada saliva (air
liur). Salah satu tujuan enzim amylase adalah untuk mendegadrasi karbohidrat polisakarida
menjadi karbohidrat monoksida, yaitu dari amilum menjadi glukosa. Secara teori, enzim
bekerja pada kisaran pH tertentu dan menunjukkan kerja maksimum pada pH optimum. Di
luar pH optimum aktivitas enzim akan terganggu. Pada percobaan ini menggunakan 3 variasi
pH pada subtract, di antaranya yaitu pH 1, pH 7, dan pH 13. Subtract yang dipakai dalam
percobaan ini adalah larutan pati.
Dari hasil praktikum dapat diketahui bahwa nilai absorbansi yang tinggi menunjukkan
kinerja enzim yang belum optimal. Sedangkan nilai absorbansi yang semakin rendah
menunjukkan kinerja enzim yang semakin meningkat. Pemberian KI-I2 pada praktikum
bertujuan sebagai indikator amilum. Pada tabung menit ke-0’ perubahan warna akan sangat
terlihat dibandingkan dengan tabung menit ke 5, 10, 15, dan 20. Terlihat dari tabung ke- 0’
setelah ditambahkan dengan KI-I2 mengalami perubahan warna menjadi biru tua, dan lama
kelamaan warna biru memudar pada menit ke-5,10, dan pada menit ke-15 dan menit ke-20
perubahan warna setelah ditambahkan dengan KI-I2 menjadi warna biru muda. Perubahan
warna yang tidak signifikan pada tabung reaksi menit ke 5, 10, 15 dan 20 menandakan bahwa
substrat (amilum) telah bereaksi dengan enzim. Secara teoritis, absorbansi pada menit ke 0
akan lebih tinggi dibandingkan dengan menit ke 5, 10, 15, dan 20 karena pada menit ke 0
substrat belum bereaksi dengan enzim. Sedangkan absorbansi menit ke 5, 10, 15 dan 20 akan
mengalami penurunan yang signifikan sebagai tanda bahwa substrat telah bereaksi dengan
enzim.
Dari grafik % substrat yang tercerna para reaksi enzimatik yang dipengaruhi pH, terlihat
bahwa pada pH 13 enzim amilase tidak bekerja secara optimal dalam mengubah amilum
menjadi maltosa. Enzim hanya bekerja pada pH tertentu dimana pada pH tersebut enzim akan
bekerja secara optimal. Absorbansi pada menit ke-0’ yaitu 1,845 , dan absorbansi pada
menit ke-5’ yaitu 1,880. Absorbansi pada menit ke-10’ mengalami penurunan yaitu 1,749 ,
absorbansi pada menit ke-15’ mengalami penurunan juga yaitu 1,589 dan absorbansi pada
menit ke-20 mengalami penurunan lagi menjadi 0.333.
Dari hasil data kelompok kami diperoleh pada menit ke-0’ lebih rendah dari pada menit
selanjutnya. Hal ini dikarenakan pada saat praktikum, kelompok kami melakukan kesalahan
pada prosedur tabung reaksi menit ke-0 dengan penambahan enzim terlebih dahulu. Hal itu
menjadi salah satu faktor yang memengaruhi hasil data kelompok kami.
Dari grafik % substrat yang tercerna para reaksi enzimatik yang dipengaruhi pH, terlihat
bahwa pada pH 13 enzim amilase tidak blekerja secara optimal dalam mengubah amilum
menjadi maltosa. Enzim hanya bekerja pada pH tertentu dimana pada pH tersebut enzim akan
bekerja secara optimal. Pada menit ke-0 diperoleh persentase 0% terlihat substrat belum
bereaksi dengan enzim, namun pada menit ke-5 diperoleh presentase -1,90% dan pada menit
ke-10 diperoleh persentase 5,20%, pada menit ke-15 diperoleh persentase 13,88%, dan pada
menit ke-20 diperoleh persentase 81,95%. Dilihat dari perbandingan persentasenya
mengalami peningkatan yang tidak stabil.
VIII. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari bisa ditarik dari percobaan ini adalah. Bahwa, pH sangat
berpengaruh terhadap kerja suatu enzim. Karena perubahan pH dapat mempengaruhi
perubahan asam amino kunci pada sisi aktif enzim, sehingga menghalangi sisi aktif
berkombinasi dengan substratnya. Perubahan warna yang terjadi pada setiap tabung
menandakan bahwa enzim pada setiap tabung tersebut bekerja, walaupun terjadi perubahan
warna yang tidak sesuai dengan teori. Pada pH asam atau pH basa dapat mempengaruhi
aktivitas kinerja enzim dengan mengubah struktur atau dengan mengubah muatan residu
fungsional pada penempatan substrat atau katalis
DAFTAR PUSTAKA

Poedjiadi, A., 1994, Dasar-dasar Biokimia, UI-Press, Jakarta.


Dawn B, Marks. et al., 2000. Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta, EGC.
Kidd, B. 1992. Dasar-dasar Karies penyakit dan Penanggulangannya. Jakarta. EGC.
Almeida et al., 2008. Saliva Composition and Functions : a Comprehensive Review. The
Journal of Contemporary Dental Practice. 9 : 2-6

Anda mungkin juga menyukai