Anda di halaman 1dari 4

SWAMEDIKASI TERKAIT GANGGUAN PENCERNAAN (KONSTIPASI)

Apakah Konstipasi itu ?

Konstipasi atau sering disebut sembelit adalah kelainan pada sistem pencernaan
dimana seseorang mengalami pengerasan feses atau tinja yang berlebihan sehingga
sulit untuk dibuang atau dikeluarkan dan dapat menyebabkan kesakitan yang hebat
pada penderitanya. Konstipasi sendiri sebenarnya bukanlah suatu penyakit, tetapi
lebih tepat disebut gejala yang dapat menandai adanya suatu penyakit atau masalah
dalam tubuh . yang normal adalah 3 sampai 12 kali dalam seminggu. Namun,
seseorang baru dapat dikatakan konstipasi jika ia mengalami frekuensi BAB kurang
dari 3 kali dalam seminggu, disertai konsistensi feses yang keras, kesulitan
mengeluarkan feses (akibat ukuran feses yang besar maupun akibat terjadinya
gangguan refleks defekasi), serta mengalami sensasi rasa tidak puas pada saat BAB.

Adapun beberapa penyebab terjadinya konstipasi biasaya karena :

1. kurangnya konsumsi serat atau kurang cukupnya asupan air

2. kurang berolahraga

3. sedang hamil

4. stress atau mengalami perubahan lingkungan

5. kelebihan berat badan

6. mengkonsumsi obat-obatan tertentu yang dapat menyebabkan sembelit

7. kebiasaan mengkonsumsi obat-obat pencahar untuk membantu buang air besar


sehingga jika tidak mengkonsumsi merasa sulit buang air besar.

Apa saja gejala dari konstipasi ?

Gejala dan tanda dari konstipasi adalah sulitnya buang air besar, kotoran lebih
keras dan kering, buang air besar kurang dari 3 kali dalam seminggu, perut terasa
penuh, sakit perut, buang air besar berdarah, merasa tidak puas setelah buang air besar
atau merasa ada yang tersumbat.

Bagai mana cara pencegahannya ?


Terapi utama yang dilakukan untuk penderita konstipasi adalah perubahan gaya
hidup. Karena pada umumnya konstipasi adalah kelainan saluran cerna bukan suatu
penyakit. Terapi farmakologi yang dilakukan dapat berupa:

a. Diet tinggi serat (buah, sayuran dan sereal) sangat dianjurkan. Cara ini
sebaiknya dicoba sebelum pasien menggunakan laksatif. Serat mampu
meningkatkan massa dan berat feses serta mempersingkat waktu transit di usus.
Untuk mendukung manfaat serat ini, diharapkan pasien meminum air sekitar 8-10
gelas sehari.
b. Minum susu dapat meningkatkan pergerakan dari usus.
c. Lakukan olahraga dan aktivitas fisik secara teratur untuk membantu mencegah
konstipasi. Olahraga yang dilakukan sesuai umur dan kemampuan pasien akan
memperlancar sirkulasi dan meningkatkan tonus otot usus.
d. Latihan usus besar. Melatih usus besar adalah suatu bentuk latihan perilaku
yang disarankan pada pasien penderita konstipasi yang tidak jelas penyebabnya.
Pasien dianjurkan meluangkan waktu 5-10 menit setelah makan untuk melakukan
gerakan yang bermanfaat pada usus besar. Hal ini akan bermanfaat untuk refleks
gastro kolon untuk buang air, sehingga pasien diharapkan akan tanggap terhadap
tanda-tanda dan rangsangan untuk buang air dan tidak menahan atau menunda
dorongan untuk buang air besar.
e. Pembedahan hanya dilakukan bila dijumpai konstipasi kronis dan tidak dapat
diatas dengan cara-cara pengobatan farmakologi serta non farmakologi lainnya.
Prosedur pembedahan hanya dilakukan apabila pasien mengalami konstipasi
berat dengan masa transit yang lambat, tidak diketahui penyebab pastinya dan
tidak ada respon dengan pengobatan yang sebelumnya dilakukan. Pada umumnya
bila tidak dijumpai sumbatan karena massa atau volvulanus, maka tidak
dilakukan tindakan pembedahan.
Apabila modifikasi gaya hidup kurang berhasil, maka perlu ditambahkan terapi
farmakologi golongan laksatif, di sertai KIE yang tepat dan benar karena penggunaan
dari obat pencahar tidak boleh untuk jangka panjang karena dapat mengakibatkan
ketergantungan. Ketergantungan ini disebabkan karena penggunaan pencahar dapat
menyebabkan vitamin dan nutrisi yang diperlukan tubuh terbuang sebelum dicerna.
Laksatif juga dapat menghambat absorpsi atau menghilangkan efikasi obatpemilihan
obat dari golongan laksatif yang tepat tergantung dari penyebab konstipasi itu sendiri
Ada 4 tipe obat golongan laksatif seperti :

1. Memperbesar dan melunakkan massa feses (Bulking Agents)

Obat golongan ini kerjanya relatif lambat (1-3 hari), tetapi hanya sedikit yang
berpengaruh terhadap aktivitas usus normal dibandingkan dengan laksatif
lainnya. Bulking Agents mengandung partikel yang dapat menyerap air lebih
banyak, sehingga meningkatkan aktifitas usus dalam membentuk feses.

Contohnya : Psyllium Metilselulosa, isphagula


2. Laksatif Osmotik

Menyebabkan efek osmotik pada usus besar. Digunakan pada konstipasi akut.
Golongan osmotik tidak diserap melainkan dapat meningkakan sekresi air
kedalam usus. Sehingga cukup aman untuk digunakan. Misalnya pada penderita
gagal ginjal.

Contohnya : laktulosa, sorbitol, garam magnesium, macrogol, gliserin

3. Laksatif Stimulan

Obat golongan ini bekerja memiliki onset kerja yang cepat dan hanya digunakan
bila pengobatan yang lain gagal. Obat ini bekerja pada ujung saraf dinding usus,
memicu kontraksi otot, dan menyebabkan peristaltik usus.

Contohnya : bisacodyl, senna, sodium picosulfat, PEG, fenoftalein

4. Melunakkan atau pelumas feses (lubricant laxatives)

Obat ini bekerja dengan menurunkan tegangan permukaan feses, sehingga


mempermudah penyerapan air

Contohnya : Minyak mineral, Docusate

Untuk memberikan terapi konstipasi, terlebih dahulu harus diketahui secara


lengkap riwayat konstipasi yang sedang dialami pasien, Berikut ini adalah daftar
pertanyaan yang umumnya harus ditanyakan pada pasien sebelum melakukan
swamedikasi :

a. Siapa pasien dan berapa umurnya?


b. Apakah Anda sedang hamil? (Bila pasiennya wanita)

c. Kapan terakhir Anda BAB?

d. Bagaimana frekuensi BAB Anda biasanya? Bagaimana fesesnya?

e. Apa Anda merasa sakit perut/perut kembung/mual/muntah?

f. Apakah ada darah pada tinja yang Anda keluarkan?

g. Apakah Anda biasanya makan makanan berserat?

h. Apakah Anda sedang dalam pengobatan? Obat apa yang Anda konsumsi?

i. Apakah Anda sudah pernah menggunakan pencahar?

Kapan Harus Kedokter ?

Rujukan ke dokter perlu dilakukan apabila pasien tidak dapat ditangani secara
swamedikasi dan mengalami gejala berikut:

a. Pasien sulit buang air besar yang disertai penurunan berat badan, feses berukuran
kecil-kecil dan feses bercampur darah
b. Ibu hamil yang mengalami konstipasi dan tidak dapat ditangani dengan terapi non
farmakologi seperti perubahan pola hidup.
c. Penderita dengan radang usus dan radang usus buntu, karena pasien tidak boleh
sembarangan diberikan obat golongan laksatif sehingga perlu dirujuk ke dokter.
d. Setelah satu minggu mengkonsumsi obat pencahar dan tidak terjadi perubahan,
maka perlu dirujuk ke dokter. Terutama pada pasien yang mengalami konstipasi
terus berulang, menetap atau memburuk selama lebih dari 2 atau 3 minggu.

Anda mungkin juga menyukai