Anda di halaman 1dari 21

1

SKENARIO 1
NEW YORK TETAPKAN DARURAT WABAH CAMPAK

Jakarta, CNN Indonesia


Amerika Serikat menetapkan wabah campakyang menyebar di kota New York
sebagai kondisi darurat kesehatan. Walikota New York, Bill de Blasio
mengumumkan hal itu pada Selasa ( 9/4 ) waktu setempat. Situasi darurat
kesehatan ini muncul lantaran wabah campak yang sudah mencapai 285 kasus di
wilayah Brooklyn dan Queens sejak Oktober lalu. Wabah ini berawal dari seorang
warga yang tidak divaksin terinfeksi penyakit itu setelah berkunjung ke Israel. de
Blasio meminta setiap warga New York yang belum mendapatkan vaksin untuk
segera menghubungi fasilitas kesehatan yang dapat menyediakan vaksin campak.
STEP 1
1. Wabah : terjadinya suatu penyakit tertentu, dimana jumlah orang
yang terjangkit lebih banyak dari biasanya.
2. Campak : penyakit endemis yang disebabkan oleh virus campak
berupa RNA virus genus morbilivirus yang ditularkan melalui perantara
droplet di udara.
3. Vaksin : bahan untuk imunisasi

STEP 2
1. Mengapa salah satu warga terjangkit campak dari Israel dan terjadi
penularan sehingga terjadi wabah?
2. Bagaimana kriteria wabah?
3. Apa saja penyebab terjadinya wabah?
4. Bagaimana upaya mencegah terjadinya wabah?
5. Bagaimana cara pemberian vaksin campak?
6. Mengapa walikota New York menyarankan untuk vaksin campak?

STEP 3
1. Terjadi penularan sehingga terjadi wabah karena
- Orang tersebut belum imunisasi khusus.
2

- Sistem kekebalan turun pada orang yang berkunjung ke Israel sehingga


mudah terjangkit penyakit.
- Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan KLB.
- KLB dapat menjurus terjadinya wabah.
- Campak melalui droplet udara dapat ditularkan, dan penularan yang
cepat sehingga terjadi wabah.
2. Kriteria wabah :
- Timbulnya penyakit menular yang dahulu tidak ada
- Dalam waktu terus menerus
- Jumlah penderita baru dalam 1 bulan meningkat dalam 2x atau lebih
dibandingkan rata - rata perbulan pada tahun berikutnya.
- Rata – rata kejadian kesakitan perbulan.
3. Penyebab terjadinya wabah :
- Karena toksin (kimia, biologi) dan infeksi (bakteri, virus, protozoa,
dan cacing)
- Keracunan makanan
- Penyakit menular karena masa inkubasi cepat / lama
- Perilaku masyarakat, contoh : membuang sampah sembarangan
4. Upaya memberantas wabah
- Memberantas sumber
- Meningkatakan pemberian vaksin
- Sigap dalam mengobati

STEP 4
1. Imunisasi khusus untuk melindungi seseorang dari penyakit tertentu.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi agen :
- Lingkungan fisik ( udara, musim, faktor kelembapan, kondisi geologi,
struktur dan lapisan geologic, sifat fisik tanah, geografis, faktor
ketinggian, lingkungan )
- Lingkungan biologis
- Lingkungan sosio-ekonomi
Faktor host:
3

- Intrinsik ( usia, jenis kelamin, genetol, fisiologi, ketanggapan imunitas


)
- Ekstrinsik ( perilaku, aktivitas, terapi dan rekreasi )
Faktor agen
- Infeksius : kemampuan mikroorganisme pada penjamu
- Invasi : kemampuan penyakit unutk menyebar ke jaringan
- Patogenisitas : kemampuan suatu agen untuk menyebarkan
keadaan patologis
- Toksisitas : kemampuan agen untuk menimbulkan toksik
- Virulensi : derajat kerusakan yang dibuat agen ke sel pejamu
- Antigenisitas : kemampuan agen untuk merangsang imunisitas
dari sel pejamu
- Viabilitas : kemampuan agen untuk survive terhadap
lingkungan yang buruk
Surveillance epidemiologi :
- Mengetahui dan melengkapi gambaran epidemiologi dari suatu
penyakit.
- Menentukkan penyakit yang diprioritaskan untuk diobati atau
diberantas
- Menentukan kejadian wabah
- Menilai dan memantau pelaksanaan program pemberantasan penyakit
menular
Wabah : cakupan daerah lebih besar, jumlah kasus lebih besar, waktu lebih
lama, dampak lebih berat, kejadian tersebarnya penyakit.
KLB : peningkatan angka kematian akibat penyakit
5. Belum terkena : akan divaksin, agar tidak terkena penyakit
Sudah terpajan : diobati sampai sembuh
4

MIND MAP

KLB WABAH WABAH

PENYEBAB
KRITERIA PENCEGAHAN SURVEILLANCE
EPIDEMIOLOGI

SEGITIGA
EPIDEMIOLOGI

AGEN
HOST
ENVIRONMENT

STEP 5
1. Trias epidemiologi (hubungan lingkungan, agen, dan host).
2. Wabah (alur, penyebab, penanggulangan).
3. Surveilance epidemiologi (peran).
4. Perbedaan wabah, KLB, epidemic, pandemic, sporadic, serta
penanggulangan masalah kesehatan.

STEP 6
Belajar Mandiri

STEP 7
1. Teori Ekologi Lingkungan
5

Model Gordon
Teori ini di kemukakan oleh John Gordon pada tahun 1950 dan dinamakan
model Gordon sesuai dengan nama pencetusnya. Model gordon ini
menggambarkan terjadinya penyakit pada masyarakat, ia menggambarkan
terjadinya penyakit sebagai adanya sebatang pengungkit yang mempunyai
titik tumpu di tengah-tengahnya, yakni Lingkungan (Environment). Pada
kedua ujung batang tadi terdapat pemberat, yakni Agen (Agent) dan
Pejamu (Host). Dalam model ini A, P, L dianggap sebagai tiga elemen
utama yang berperan dalam interaksi ini, sehingga terjadi keadaan sehat
ataupun sakit, dimana:
A : Agent/penyebab penyakit
P : Host/populasi berisiko tinggi, dan
L : Lingkungan
Interaksi di antara tiga elemen tadi terlaksana karena adanya faktor
penentu pada setiap elemen. Model ini mengatakan bahwa apabila
pengungkit tadi berada dalam keseimbangan, maka dikatakan bahwa
masyarakat berada dalam keadaan sehat, seperti gambar di bawah ini:

Gambar 1.1 Segitiga Epidemiologi


Sebaliknya, apabila resultan daripada interaksi ketiga unsur tadi
menghasilkan keadaan tidak seimbang, maka didapat keadaan yang tidak
tidak sehat atau sakit. Model gordon ini selain memberikan gambaran yang
umum tentang penyakit yang ada di masyarakat, dapat pula digunakan
6

untuk melakukan analisis, dan mencari solusi terhadap permasalahan yang


ada. 2
Dalam pandangan epidemiologi klasik dikenal segitiga epidemiologi
(epidemiologic triangle) yang digunakan untuk menganalisis terjadinya
penyakit yang di gambarkan sebagai berikut:
A. Interaksi antara agent penyakit dan lingkungan

Gambar 1.2 ketidakseimbangan agen dan lingkungan


Suatu keadaan terpengaruhnya agen penyakit secara
langsung oleh lingkungan yang menguntungkan agen penyakit.
Terjadi pada saat prapatogenesis suatu penyakit, misalnya
viabilitas bakteri terhadap sinar matahari, stabilitas vitamin yang
terkandung dalam sayuran di dalam ruang pendingin dan
penguapan bahan kimia beracun oleh proses pemanasan global.
B. Interaksi antara pejamu (manusia) dan lingkungan

Gambar 1.3 Ketidakseimbangan pejamu dan lingkungan


Suatu keadaan terpengaruhnya manusia secara langsung oleh
lingkungannya dan terjadi pada saat prapatogenesis suatu penyakit,
misalnya udara dingin, hujan dan kebiasaan membuat dan
menyediakan makanan
7

C. Interaksi antara pejamu (manusia) dan agent penyakit

Gambar 1.4 Ketidakseimbangan Agen dan pejamu


Suatu keadaan agen penyakit yang menetap, berkembang
biak dan dapat merangsang manusia untuk menimbulkan respons
berupa tanda-tanda dan gejala penyakit, misalnya demam,
perubahan fisiologis jaringan tubuh dan pembentukan kekebalan
atau mekanisme pertahanan tubuh lainnya. Interaksi yang terjadi
dapat berupa sembuh sempurna, kecacatan atau kematian.
D. Interaksi agent penyakit, pejamu (manusia) dan lingkungan

Gambar 1.5 Ketidakseimbangan Agen, Pejamu dan


Lingkungan
Suatu keadaan saling mempengaruhi antara agen penyakit,
manusia dan lingkungan secara bersama-sama dan keadaan tersebut
memperberat satu sama lain sehingga memudahkan agen penyakit baik
secara tidak langsung maupun langsung masuk ke dalam tubuh
manusia, misalnya pencemaran air sumur oleh kotoran manusia akan
dapat menimbulkan penyakit muntaber (water borne diseases).
1) Segitiga epidemiologi
8

Epidemiologi adalah metode investigasi yang digunakan untuk


mendeteksi penyebab atau sumber dari penyakit, sindrom, kondisi
atau resiko yang menyebabkan penyakit, cedera, cacat atau
kematian dalam populasi atau dalam suatu kelompok manusia.
Epidemiologi meliputi pemberian ciri pada distribusi status
kesehatan, penyakit, atau masalah kesehatan masyarakat lainnya
berdasarkan usia, jenis kelamin, ras, geografi, agama, pendidikan,
pekerjaan, perilaku, waktu, tempat, orang dan sebagainya.
Karakteristik ini dilakukan guna menjelaskan distribusi suatu
penyakit atau masalah yang terkait dengan kesehatan jika
dilakukan guna menjelaskan distribusi suatu penyakit atau maslaah
yang terkait dengan kesehatan jika dihubungkan dengan faktor
penyebab. Epidemiologi berguna untuk mengkaji dan menjelaskan
dampak pada kesehatan penduduk. Epidemiologi penyakit juga
dapat menyertakan deksripsi keberadaannya di dalam populasi dan
faktor-faktor yang mengendalikan ada atau tidaknya penyakit
tersebut. 1
Untuk menimbulkan suatu penyakit infeksius, satu faktor tunggal
harus ada dan faktor tunggal itu disebut agens. Pada penyakit
menular misalnya, Spirochete merupakan agen penyakit sifilis
sementara bakteri merupakan agen kolera. Pada penyakit yang
berkaitan dengan pekerjaan, timbal merupakan agen dari keracunan
timbal dan asbestos merupakan agen dari asbestosis.
Keterkaitan antara faktor epidemiologi sering berkontribusi dalam
terjadinya KLB (Kejadian Luar Biasa) suatu penyakit. Faktor
tersebut meliputi:
a. Peran Pejamu
b. Agen atau organisme penyebab penyakit
c. Keadaan lingkungan yang dibutuhkan penyakit untuk
berkembang pesat, bertahan, dan menyebar, dan
d. Permasalahan yang berkaitan dengan waktu
9

Keterkaitan antara faktor yang berkontribusi dalam KLB penyakit


dapat lebih dipahami jika disajikan dalam bentuk model seitiga
epidemiologi. Model ini berguna untuk memperlihatkan interaksi
dan ketergantungan satu sama lainnya antara lingkungan, pejamu,
agen, dan wkatu seperti yang digunakan dalam investigasi penyakit
dan epidemi. Segitiga epidemiologi ini didasarkan pada model
penyakit menular. Segitiga epidemiologi digunakan untuk
menganalisis peran dan keterkaitan setiap faktor dalam
epidemiologi penyakut menular, yaitu pengaruh, reaktivitas, dan
efek yang dimiliki setiap faktor terhadap faktor lainnya. 2

Lingkungan

Waktu

Pejamu Agen

Gambar 1.3
Segitiga Epidemiologi
a. Agen
Agen adalah penyebab penyakit. Bakteri, virus, parasit,
jamur, atau kapang merupakan bagian berbagai agen yang
ditemukan sebagai penyebab penyakit infeksisus. Pada
penyakiit, kondisi, ketidakmampuan, cedera atau situasi
kematian lain, agen dapat berupa zat kimia seperti pelarut
atau solven, faktor fisik seperti radiasi atau panas, defisiensi
gizi, atau beberapa substansi lain seperti racun ular berbisa.
Satu atau beberapa agen dapat berkontribusi pada suatu
penyakit.
b. Pejamu
10

Pejamu adalah organisme, biasanya manusia atau hewan


yang menjadi tempat persinggahan penyakit. Pejamu bisa
saja terkena atau tidak terkena penyakit. Pejamu
memberikan tempat dan penghidupan kepada suatu patogen
(patogen merupakan mikroorganisme penyebab penyakit
atau substansi terkait lainnya).
Tingkat imunitas, susunan genetik, tingkat pajanan, status
kesehatan dan kebugaran tubuh pejamu dapat menemukan
efek yang ditimbulkan organisme penyakit terhadap tubuh.
Kondisi tubuh pejamu dan kemampuan organisme untuk
menerima lingkungan yang baru juga menjadi faktor
penentu, karena berbagai organisme hanya dapat tumbuh
subur pada kondisi yang ideal dan terbatas. Contohnya,
banyak organisme penyakit infeksius yang hanya dapat
hidup dalam rentang suhu yang sempit.
c. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang mengelilingi dan
juga kondisi lur manusia atau hewan yang menyebabkan
atau memungkinkan penularan penyakit. Faktor-faktor
lingkungan dapat mencakup aspek biologis, sosial,budaya
dan aspek fisik lingkungan. Sekitar tempat hidup organisme
dan efek dari lingkungan terhadap organisme itu juga
merupakan bagian dari lingkungan. Lingkungan dapat
berada didalam pejamu atau diluar pejamu (dalam
masyarakat).
d. Waktu
Waktu dapat mempengaruhi masa inkubasi, harapan hidup
pejamu atau patogen (agen) dan durasi perjalanan penyakit
atau kondisi. Permasalahan lain yang berkaitan dengan
waktu mencakup keparahan penyakit, dalam hal berapa
lama seseorang terinfeksi atau smpai suatu kondisi
menyebabkan kematian atau sampai melewati ambang
11

bahaya menuju kesembuhan. Penundaan waktu dari infeksi


sampai munculnya gejala, durasi, dan ambang epidemi
dalam populasi (kurva epidemi) merupakan elemen waktu
yang harus diperhatikan seorang ahli epidemiologi.
Mematahkan salah satu kaki segitiga epidemiologi yang
mengganggu hubungan antara lingkungan, pejamu, dan
agen dapat menghentikan KLB yang tengah berlangsung.
Dengan mematahkan salah satu kaki segitia epidemiologi,
intervensi kesehatan masyarakat dapat memenuhi sebagian
sasaran ini dan mengehntikan epidemi. Epidemi dapat
dihentikan jika salah satu elemen dalam segitiga
epidemiologi diubah atau dibuang sehingga penyakit tidak
lagi meneruskan penularan dan rute infeksinya. 2
2. Alur Penentuan Situasi dan Penanggulannya
a. Pengamatan Wabah
Pengamatan wabah adalah semua kegiatan yang dilakukan secara
teratur, teliti, dan terus menerus untuk mengetahui adanya penderita
atau tersangka penderita penyakit yang dapat menimbulkan wadah.
b. Syarat ditetapkannya wabah
Dalam menentukan apakah wabah, perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. Dengan membandingkan jumlah yang ada saat itu dengan jumlah
beberapa minggu atau bulan sebelumnya.
b. Menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah melampaui
jumlah yang diharapkan.
c. Sumber informasi bervariasi bergantung pada situasinya
• Catatan hasil surveilans
• Catatan keluar dari rumah sakit, statistic kematian, register, dan lain-
lain.
• Bila data local tidak ada, dapat digunakan rate dari wilayah di
dekatnya atau data nasional.
12

• Boleh juga dilaksanakan survey di masyarakat menentukan kondisi


penyakit yang biasanya ada.
d. Pseudo endemik (jumlah kasus yang dilaporkan belum tentu suatu
wabah):
• Perubahan cara pencatatan dan pelaporan penderita
• Adanya cara diagnosis baru
• Bertambahnya kesadaran penduduk untuk berobat
• Adanya penyakit lain dengan gejala yang serupa
• Bertambahnya jumlah penduduk yang rentan
c. Analisis darah
1. Grafik daris perbulan.
2. Grafik pola maksimal-minimal.
3. Rata-rata dengan SD (Standart Deviasi)
d. Alur pelaporan
Masyarakat

Puskesmas

Dinas Kesehatan Kabupaten

Dinas Kesehatan Provinsi

Departemen Kesehatan

Laporan masyarakat ke puskesmas:


1. Yang boleh melapor, semua masyarakat dewasa yang sehat.
2. Isi laporan penderita atau tersangka penderita, waktu, kejadian, tanda-
tanda penyakit tersebut.
13

3. Pembuatan atau penyampaian laporan, dalam jangka waktu 24 jam


setelah mengetahui adanya penderita atau tersangka penderita KLB.
4. Saran pelaporan, formulir bebas (tidak ditentukan bentuknya).
5. Pembuatan laporan. 4

A. Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah


Pasal 3
Penetepan jenis-jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan
wabah didasarkan pada pertimbangan epidemiologis, sosial budaya,
keamanan, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan menyebabkan
malapetaka masyarakat. 4
1) Jenis-jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah
adalah sebagai berikut:
a. Kolera
b. Pes
c. Demam berdarah dengue
d. Campak
e. Polio
f. Difteri
g. Pertusis
h. Rabies
i. Malaria
j. Avian influenza H5N1
k. Antraks
l. Leptospirosis
m. Hepatitis
n. Influenza A baru (H1N1) atau tandemi 2009
o. Meningitis
p. Yellow Fever
q. Chikungunya
2) Penyakit menular tertentu lainnya yang dapat menimbulkan wabah
ditetapkan oleh Menteri. 4
14

B. Tata Cara Penemuan Penyakit Menulat Tertentu yang Dapat Menimbulkan


Wabah
Pasal 5
1) Penemuan penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah dapat
dilakukan secara pasif dan aktif.
2) Penemuan secara pasif sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
melalui penerimaan laporan atau informasi kasus dari fasilitas
pelayanan kesehatan meliputi diagnosis secara klinis dan konformasi
laboratorium.
3) Penemuan secara aktif sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
melalui kunjungan lapangan untuk melakukan penegakan diagnosis
secara epidemiologi berdasarkan gambaran umum penyakit menular
tertentu yang dapat menimbulkan wabah yang selanjutnya diikuti
dengan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium,
4) Selain pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan pemeriksaan penunjang
lainnya.
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai gambaran penyakit menular tertentu
yang dapat menimbulkan wabah, tata cara pemeriksaan klinis,
pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan penunjang lainnya
tercantum dalam Lampiran Peraturan ini. 4
C. Penaggulangan KLB atau Wabah
Pasal 13
1) Penanggulangan KLB atau wabah dilakukan secara terpadu oleh
Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat.
2) Penanggulangan KLB atau wabah sebagaimana yang dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a) Penyelidikan epidemiologis;
b) Penatalaksanaan penderita yang mencakup kegiatan pemeriksaan,
pengobatan, perawatan dan isolasi penderita, termasuk tindakan
karantina;
c) Pencegahan dan pengebalan;
15

d) Kemusnahan penyebab penyakit;


e) Penanganan jenazah akibat wabah;
f) Penyuluhan kepada masyarakat; dan
g) Upaya penanggulangan lainnya.
3) Upaya penanggulangan lainnya sebagaimana yang dimaksud pada
ayat (2) huruf g antara lain berupa meliburkan sekolah untuk
semenrata waktu, menutup fasilitas umum untu sementara waktu,
melakukan pengamatan secara intensif/surveilans selama terjadi KLB
serta melakukan evaluasi terhadap upaya penanggulangan secara
keseluruhan.
4) Upaya penanggulangan lainnya sebagaimana yang dimaksud pada
ayat (3) dilakukan sesuai pada jenis penyakit yang menyebabkan
KLB/wabah.
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kegiatan penanggulangan
KLB/wabah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam
Lampiran Peraturan ini. 4
3. Surveilance Epidemiologi
Surveilans adalah upaya/sistem/mekanisme yang dilakukan secara terus
menerus dari suatu kegiatan pengumpulan, analisi, interpretasi,dari suatu
data spesifik yang digunakan untuk perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi program ( manajemen program kesehatan). 3
Pada awalnya surveilans epidemiologi banyak dimanfaatkan pada upaya
pemberantasan penyakit menular, tetapi pada saat ini surveilans mutlak
diperlukan pada setiap upaya kesehatan masyarakat, baik upaya
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, maupun terhadap upaya
kesehatan lainnya. 3
Untuk mengukur kinerja upaya pelayanan pengobatan juga membutuhkan
dukungan surveilans epidemiologi. Pada umumnya surveilans
epidemiologi menghasilkan informasi epidemiologi yang akan
dimanfaatkan dalam:
1) Merumuskan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pemantauan
dan evaluasi program pemberantasan penyakit serta program
16

peningkatan derajat kesehatan masyarakat, baik pada upaya


pemberantasan penyakit menular, penyakit tidak menular, kesehatan
lingkungan, perilaku kesehatan dan program kesehatan lainnya.
2) Melaksanakan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa penyakit
dan keracunan serta bencana.
3) Merencanakan studi epidemiologi, penelitian dan pengembangan
program Surveilans epidemiologi juga dimanfaatkan di rumah sakit,
misalnya surveilans epidemiologi infeksi nosokomial, perencanaan di
rumah sakit. 3
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka kegiatan surveilans epidemiologi
dapat diarahkan pada tujuan-tujuan yang lebih khusus, antara lain:
a. Untuk menentukan kelompok atau golongan populasi yang
mempunyai resiko terbesar untuk terserang penyakit, baik berdasarkan
umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan lain–lain.
b. Untuk menentukan jenis dari agent (penyebab) penyakit dan
karakteristiknya.
c. Untuk menentukan reservoir dari infeksi.
d. Untuk memastikan keadaan–keadaan yang menyebabkan bisa
berlangsungnya transmisi penyakit.
e. Untuk mencatat kejadian penyakit secara keseluruhan
f. Memastikan sifat dasar dari wabah tersebut, sumber dan cara
penularannya, distribusinya. 3
Kegiatan surveilance epidemiologi, meliputi:
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara aktif dan pasif. Jenis data
Surveilans dapat berupa data kesakitan, kematian, dan faktor risiko.
Pengumpulan data dapat diperoleh dari berbagai sumber antara lain
individu, Fasilitas Pelayanan Kesehatan, unit statistik dan demografi,
dan sebagainya. Metode pengumpulan data dapat dilakukan melalui
wawancara, pengamatan, pengukuran, dan pemeriksaan terhadap
sasaran. Dalam melaksanakan kegiatan pengumpulan data, diperlukan
instrumen sebagai alat bantu. Instrumen dibuat sesuai dengan tujuan
17

surveilans yang akan dilakukan dan memuat semua variabel data yang
diperlukan.
2. Pengolahan data
Sebelum data diolah dilakukan pembersihan koreksi dan cek ulang,
selanjutnya data diolah dengan cara perekaman data, validasi,
pengkodean, alih bentuk (transform) dan pengelompokan berdasarkan
variabel tempat, waktu, dan orang. Hasil pengolahan dapat berbentuk
tabel, grafik, dan peta menurut variabel golongan umur, jenis kelamin,
tempat dan waktu, atau berdasarkan faktor risiko tertentu. Setiap
variabel tersebut disajikan dalam bentuk ukuran epidemiologi yang
tepat (rate, rasio dan proporsi). Pengolahan data yang baik akan
memberikan informasi spesifik suatu penyakit dan atau masalah
kesehatan. Selanjutnya adalah penyajian hasil olahan data dalam
bentuk yang informatif, dan menarik. Hal ini akan membantu
pengguna data untuk memahami keadaan yang disajikan.
3. Analisis data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode epidemiologi
deskriptif dan/atau analitik untuk menghasilkan informasi yang sesuai
dengan tujuan surveilans yang ditetapkan. Analisis dengan metode
epidemiologi deskriptif dilakukan untuk mendapat gambaran tentang
distribusi penyakit atau masalah kesehatan serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya menurut waktu, tempat dan orang. Sedangkan
analisis dengan metode epidemiologi analitik dilakukan untuk
mengetahui hubungan antar variable yang dapat mempengaruhi
peningkatan kejadian kesakitan atau masalah kesehatan. Untuk
mempermudah melakukan analisis dengan metode epidemiologi
analitik dapat menggunakan alat bantu statistik. Hasil analisis akan
memberikan arah dalam menentukan besaran masalah, kecenderungan
suatu keadaan, sebab akibat suatu kejadian, dan penarikan kesimpulan.
Penarikan kesimpulan hasil analisis harus didukung dengan teori dan
kajian ilmiah yang sudah ada.
4. Diseminasi informasi.
18

Diseminasi informasi dapat disampaikan dalam bentuk buletin, surat


edaran, laporan berkala, forum pertemuan, termasuk publikasi ilmiah.
Diseminasi informasi dilakukan dengan memanfaatkan sarana
teknologi informasi yang mudah diakses. Diseminasi informasi dapat
juga dilakukan apabila petugas surveilans secara aktif terlibat dalam
perencanaan, pelaksanaan dan monitoring evaluasi program kesehatan,
dengan menyampaikan hasil analisis. 3
4. Perbedaan Wabah, KLB, Epidemik, Pandemik, Sporadik, dan
Penanggulangan
a. Epidemik
Berjangkit suatu penyakit pada sekelompok orang di masyarakat
dengan jenis penyakit, waktu dan sumber yang sama di luar keadaan
yang biasa (KLB).
b. Endemik
Suatu keadaan berjangkitnya prevalensi suatu jenis penyakit yang
terjadi sepanjang tahun dengan frekuensi yang rendah di suatu tempat.
Contoh penyakit malaria. 1
c. Sporadik
Jenis penyakit yang tidak tersebar merata pada tempat dan waktu yang
tidak sama, pada suatu saat dapat terjadi endemik. Contoh penyakit
Polio.
d. Pandemik
Jenis penyakit yang berjangkit dalam waktu cepat dan terjadi
bersamaan diberbagai tempat diseluruh dunia contoh: Flu.
e. KLB
Timbulnya atau meningkatnya kejadian morbiditas/mortalitas yang
bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah tertentu.
f. Wabah
Kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat
yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada
keadaan yang lazim pada waktu tertentu dan dapat menimbulkan
malapetaka.
19

g. Hiperendemi
Istilah ini menyatakan aktivitas yang terus menerus melebihi
prevalensi yang diperkirakan, sering dihubungkan dengan populasi
tertentu, populasi kecil, atau populasi yang jarang. Ini juga
menunjukan keberadaan penyakit menular dengan tingkat insidensi
yang tinggi dan terus menerus melebihi prevalensi normal serta
menyebar rata pada semua kelompok dan usia.
h. Holoendemi
Menggambarkan suatu penyakit yang kejadiannya dalam populasi
sangat banyak dan umumnya didapat di awal kehidupan pada sebagian
anak dalam populasi. Prevalensi akan menurun seiring bertambahnya
usia. 1

B. Penanggulangan KLB
Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk
menangani penderita, mencegah perluasan kejadian dan timbulnya
penderita atau kematian baru pada suatu kejadian luar biasa yang
sedang terjadi.
Program Penanggulangan KLB adalah suatu proses manajemen yang
bertujuan agar KLB tndak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Pokok program penanggulangan KLB adalah identifikasi ancaman
KLB secara nasional propinsi dan kabupaten / kota upaya pencegahan
terjadinya KLB dengan melakukan upaya perbaikan kondisi rentan
KLB; penyelenggaraan SKD-KLB, kesiapsiagaan menghadapi
kemungkman adanya KLB dan tindakan penyelidikan dan
penanggulangan KLB yang cepat dan tepat.
Upaya-upaya yang dilakukan haruslah mendapat pastidipasi penuh dari
masyarakat sekitar, agar segala kegiatan yang dilakukan dapat tercapai
dengan sempurna. Adapun upaya penanggulangan KLB meliputi :

1. Penyelidikan epidemilogis.
2. Pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita
termasuk tindakan karantina. Pencegahan dan pengendalian.
20

3. Pemusnahan penyebab penyakit.


4. Penanganan jenazah akibat wabah. Penyuluhan kepada masyarakat.
5. Upaya penanggulangan lainnya.
Selain itu untuk melihat serta mengukur hasil yang telah dicapai,
dibutuhkannya suatu indikator keberhasilan. Indikator keberhasilan
tersebut nantinya akan dijadikan suatu pedoman tertentu. Adapun
indikator keberhasilan penanggulangan KLB, meliputi :

1. Menurunnya frekuensi KLB.


2. Menurunnya jumlah kasus pada setiap KLB.
3. Menurunnya jumlah kematian pada setiap KLB.
4. Memendeknya periode KLB.
5. Menyempitnya penyebarluasan wilayah KLB.
21

DAFTAR PUSTAKA

1.Irwan.Epidemiologi Penyakit Menular.Yogyakarta.CV.ABSOLUTE


MEDIA;2017.

2.Notoatmadjo S.Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni.Jakarta.Rineka


Cipta;2014.

3.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2014


tentang Penyelenggaraan Surveilance Kesehatan.

4.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1501/MENKES/PER/X/2010.

Anda mungkin juga menyukai