ILEUS OBSTRUCTIVE
Disusun oleh :
Pembimbing :
RSUD CIBABAT
2019
1
HALAMAN PENGESAHAN
Pembimbing Penyusun
AUDIENCE PRESENTASI
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
I. Identitas Pasien
• Nama pasien : ny A M
• Usia : 36 tahun
• Kode CM : 1294310
II. Anamnesa
• Anamnesis khusus :
cililin dengan keluhan muntah kekuningan berbau feses sejak semalam. Keluhan
dirasakan tiba-tiba. Keluhan terjadi sebanyak dua kali yaitu jam 21.00 dan 05.00
4
Keluhan diawali dengan pasien sudah 2 minggu tidak BAB dan sudah 5
hari tidak kentut. Pasien merasa sejak tidak BAB perut nya semakin kembung.
Pasien juga merasa pusing, mual, lemas dan tidak napsu makan. Pasien
ada gangguan BAK, demam, nyeri perut hebat benjolan di sekitar perut atau lipat
paha.
Keluhan ini baru pertama kali dirasakan oleh pasien. Pasien awalnya
menolak untuk dibawa ke rumah sakit oleh keluarga namun kondisinya semakin
Status Generalis
• Tanda vital :
• TD : 140/80 mmHg
• N : 98,
• S : 36,30C
• R : 22 x/menit, regular
5
• Kepala : Normocephal, Conjunctiva anemis -/-, sklera
ikterik -/-
• Thorax :
sonor
• Jantung :
axillary sinistra
detra
sinistra
• Abdomen :
6
Palpasi : distensi, nyeri tekan (-),hepar dan lien tidak teraba,
undulasi (-)
• Ekstrimitas :
• Pemeriksaan Penunjang
HEMATOLOGI
Hb 11 – 15,5 14,3
Ht 35 - 45 44
7
Trombosit 150.000 – 450.000 336000
Ureum 20-40 43
VI. Tatalaksana
1. Di IGD :
a. Acc rawat
b. Infus rl 20gtt
d. kateter
8
a) Ceftriaxone 2x1gr
c) Metronidazl 3x500
d) Ranitidine 2x1amp
VIII. Prognosis
9
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
4.1.1 Definisi
Ileus obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan
oleh sumbatan mekanik. Rintangan pada jalan isi usus akan menyebabkan isi usus
terhalang dan tertimbun di bagian proksimal dari sumbatan, sehingga pada daerah
proksimal tersebut akan terjadi distensi atau dilatasi usus.
Obstruksi usus juga disebut obstruksi mekanik misalnya oleh strangulasi,
invaginasi, atau sumbatan di dalam lumen usus. Pada obstruksi harus dibedakan
lagi obstruksi sederhana dari obstruksi strangulasi. Obstruksi sederhana ialah
obstruksi yang tidak disertai terjepitnya pembuluh darah. Pada strangulasi ada
pembuluh darah yang terjepit sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan
nekrosis atau gangren yang ditandai dengan gejala umum berat, yang disebabkan
oleh toksin dari jaringan gangren. Jadi strangulasi memperlihatkan kombinasi
gejala obstruksi dengan gejala sistemik akibat adanya toksin dan sepsis. Obstruksi
usus yang disebabkan oleh hernia, invaginasi, adhesi, dan volvulus mungkin
sekali disertai strangulasi. Sedangkan obstruksi oleh tumor atau obstruksi oleh
cacing askaris adalah obstruksi sederhana yang jarang menyebabkan strangulasi.
4.1.2 Epidemiologi
Hernia strangulata adalah salah satu keadaan darurat yang sering dijumpai oleh
dokter bedah dan merupakan penyebab obstruksi usus terbanyak. Sekitar 44% dari
obstruksi mekanik usus disebabkan oleh hernia eksterna yang mengalami
strangulasi. Penyebab tersering obstruksi usus di Indonesia, adalah hernia, baik
sebagai penyebab obstruksi sederhana (51%) maupun obstruksi usus strangulasi
(63%). Adhesi pasca operasi timbul setelah terjadi cedera pada permukaan
jaringan, sebagai akibat insisi, kauterisasi, jahitan atau mekanisme trauma lainnya.
10
Dari laporan terakhir pasien yang telah menjalani sedikitnya sekali operasi intra
abdomen, akan berkembang adhesi satu hingga lebih dari sepuluh kali. Obstruksi
usus merupakan salah satu konsekuensi klinik yang penting. Di negara maju,
adhesi intraabdomen merupakan penyebab terbanyak terjadinya obstruksi usus.
Pada pasien digestif yang memerlukan tindakan reoperasi, 30-41% disebabkan
obstruksi usus akibat adhesi. Untuk obstruksi usus halus, proporsi ini meningkat
hingga 65- 75%.
4.1.3 Etiologi
11
4.1.4 Patofisiologi :
4.1.5 Diagnosis
Obstruksi usus halus sering menimbulkan nyeri kolik dengan muntah hebat. Juga
didapatkan distensi perut dan bising usus meningkat. Pada anamnesis intususepsi,
didapatkan bayi tampak gelisah dan tidak dapat ditenangkan, sedangkan diantara
serangan biasanya anak tidur tenang karena sudah capai sekali. Serangan klasik
terdiri atas nyeri perut, gelisah sewaktu kolik, biasanya keluar lendir campur darah
(red currant jelly) per anum, yang berasal dari intususeptum yang tertekan,
terbendung, atau mungkin sudah mengalami strangulasi. Anak biasanya muntah
sewaktu serangan dan pada pemeriksaan perut dapat diraba massa yang biasanya
memanjang dengan batas jelas seperti sosis. Bila invaginasi disertai strangulasi,
harus diingat kemungkinan terjadinya peritonitis setelah perforasi. Pada volvulus
didapatkan nyeri yang bermula akut, tidak berlangsung lama, menetap, disertai
muntah hebat. Biasanya penderita jatuh dalam keadaan syok.
12
Ileus obstruksi usus besar agak sering menyebabkan serangan kolik yang
intensitasnya sedang. Muntah tidak menonjol, tetapi distensi tampak jelas.
Penderita tidak dapat melakukan defekasi atau flatus. Bila penyebabnya adalah
volvulus sigmoid maka perut dapat besar sekali.
Strangulasi ditandai dengan adanya lokal peritonitis seperti takikardia, pireksia
(demam), lokal tenderness dan guarding, rebound tenderness, nyeri lokal,
hilangnya suara usus lokal, untuk mengetahui secara pasti adanya strangulasi
hanya dengan laparotomi.
Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
Perut distensi, dapat ditemukan darm kontur dan darm steifung. Benjolan pada
regio inguinal, femoral dan skrotum menunjukkan suatu hernia inkarserata.
Pada Intussusepsi dapat terlihat massa abdomen berbentuk sosis. Adanya
adhesi dapat dicurigai bila ada bekas luka operasi sebelumnya.
2. Perkusi
Hipertimpani
3. Auskultasi
Hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi, borborhygmi. Pada fase lanjut
bising usus dan peristaltik melemah sampai hilang.
4. Palpasi
Kadang teraba massa seperti pada tumor (pada colok dubur teraba massa di
rektum atau terdapat darah dan lendir), invaginasi atau hernia. Adanya darah
pada pemeriksaan colok dubur dapat menyokong strangulasi atau neoplasma.
Pada volvulus teraba massa yang nyeri dan bertambah besar. Bila didapatkan
feses yang mengeras kemungkinan adanya skibala, bila feses negatif maka
obstruksi usus diduga letaknya lebih tinggi. Ampula rekti yang kolaps juga
harus dicurigai adanya obstruksi. Bila ditemukan nyeri tekan lokal atau
general pada pemeriksaan palpasi dinding abdomen maka pikirkan adanya
peritonitis.
Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
13
Pada foto polos pasien dengan obstruksi yang komplit akan tampak terjadi
dilatasi dari usus bagian proksimal sampai ke tempat obstruksi dalam 3–5 jam
Usus yang diameternya lebih dari 3 cm sering dikaitkan dengan obstruksi.
Usus bagian proksimal yang terdistensi oleh gas dan cairan, akan tampak
berdilatasi oleh timbunan udara intraluminer. Sebaliknya, pada usus bagian
distal dari obstruksi tidak tampak bayangan gas, atau bila sumbatannya terjadi
belum lama maka tampak bayangan gas yang sangat sedikit di bagian distal
obstruksi. Pada daerah rektum tidak tampak bayangan gas atau udara.
Pada foto posisi tegak akan tampak bayangan air fluid level yang banyak
dibeberapa tempat (multiple fluid levels) yang tampak terdistribusi dalam
susunan tangga (step ladder appearance), sedangkan usus sebelah distal dari
obstruksi akan tampak kosong. Jumlah loop dari usus halus yang berdilatasi
secara umum menunjukkan tingkat obstruksi. Bila jumlah loop sedikit berarti
obstruksi usus halus letaknya tinggi, sedangkan bila jumlah loop lebih banyak
maka obstruksi usus halus letaknya rendah. Semakin distal letak obstruksi,
jumlah air fluid level akan semakin banyak, dengan tinggi yang berbeda-beda
sehingga berbentuk step ladder appearance.
Jarak valvula conniventes satu sama lain yang normal adalah 1–4 mm. Jarak
ini akan melebar pada keadaan distensi usus halus. Akibat distensi usus halus,
maka valvula conniventes agak teregang dan bersama-sama dengan valvula
conniventes dari loop yang bertetangga, akan tampak di foto sebagai
gambaran sirip ikan yang disebut herringbone appearance.
Bayangan udara di dalam kolon biasanya terletak lebih ke perifer dan biasanya
berbentuk huruf “U” terbalik. Obstruksi kolon ditandai dengan dilatasi
proksimal kolon sampai ke tempat obstruksi, dengan dekompresi dari kolon
bagian distal. Kolon bagian proksimal sampai letak obstruksi akan lebih
banyak berisi cairan daripada feses. Usus halus bagian proksimal mungkin
berdilatasi, mungkin juga tidak.
14
Gambaran radiografi ileus obstruksi
Untuk mengetahui ada tidaknya strangulasi usus, beberapa gambaran klinik dapat
membantu :
Rasa nyeri abdomen yang hebat, bersifat menetap, makin lama makin hebat, pada
pemeriksaan abdomen didapatkan ascites, terdapatnya abdominal tenderness,
adanya tanda-tanda yang bersifat umum, demam, dehidrasi berat, takikardia,
hipotensi atau shock.
Namun dari semua gejala klinik di atas, kita mempunyai pedoman Essential of
Diagnosis yaitu:
1. Complete Proximal Obstruction:
Vomiting
Abdominal discomfort
Abnormal oral contrast x-rays
2. Complete Mid or Distal Obstruction:
Nyeri kolik abdomen
Vomiting
Abdominal distention
Constipation-obstipation
Peristaltic rushes
Usus yang berdilatasi pada pemeriksaan rontgen.
2.2.6 Diagnosis Banding
15
Ileus obstruktif dapat dikacaukan dengan gangguan saluran cerna lain dengan
gambaran klinis yang serupa seperti pseudo-obstruksi (Sindroma Ogilvie) dan
ileus paralitik.
Obstruksi Ileus Paralitik Pseudo-obstruksi
Mekanis
Sederhana (Ileus
Obstruktif)
Keluhan Nyeri keram Nyeri abdominal Nyeri keram
abdominal, ringan, perut abdominal,
konstipasi, kembung, mual, konstipasi,
obstipasi, mual, muntah, obstipasi, obstipasi, mual,
muntah, dan dan konstipasi muntah, dan
anoreksia anoreksia
Hasil Borborygmi, Bising usus Borborygmi,
Pemeriksaan bunyi peristaltic senyap, distensi, timpani, terdapat
Fisik meningkat dengan dan timpani gelombang
bising usus nada peristaltik dengan
tinggi, distensi, bising usus hipo
nyeri terlokalisir atau hiperaktif,
distensi dan nyeri
terlokalisir
Gambaran Foto Bow-shaped loops Dilatasi usus kecil Dilatasi usus besar
Polos BNO in ladder patern, dan usus besar terisolasi dengan
terdapat gambaran dengan peningkatan
gas kolon yang peningkatan diafragma
terperangkap di diafragma
bagian distal dari
lesi,
4.1.6 Tatalaksana
16
1. Dekompressi usus dengan suction, menggunakan NGT yang dimasukkan
dalam perut atau usus
2. Pemasangan kateter untuk mengukur urine output
3. Koreksi elektrolit dan keseimbangan asam basa
4. Atasi dehidrasi
5. Mengatur peristaltik usus yang efisien berlangsung selama 4 sampai 24 jam
sampai saatnya penderita siap untuk operasi.
2.2.8.2 Operatif
Tindakan operatif untuk membebaskan obstruksi dibutuhkan bila dekompresi
dengan NGT tidak memberikan perbaikan atau diduga adanya kematian jaringan.
Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada
obstruksi ileus :
1. Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah
sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia
incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus
ringan.
2. Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati"
bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn
disease, dan sebagainya.
3. Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat
obstruksi, misalnya pada Ca stadium lanjut.
4. Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-
ujung usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada
carcinomacolon, invaginasi, strangulata, dan sebagainya. Pada beberapa
obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan operatif bertahap, baik
oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya,
misalnya pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja,
kemudian hari dilakukan reseksi usus dan anastomosis.
17
4.1.7 Komplikasi
a) Peritonitis
b) Perforasi
c) Sepsis
d) Syok hipovolemik
4.1.8 Prognosis
18
DAFTAR PUSTAKA
Brunicardi, F.C., et all, Schwartz’s Principles of Surgery, volume II, 8th edition,
Sjamsuhidajat, R. dan De Jong, Wim. 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah . Edisi 2.
Jakarta : EGC.
19