Anda di halaman 1dari 2

perilaku sakit seseorang mengacu pada etiologi atau sebab dari penyakit itu sendiri.

Masyarakat yang
relatif lebih sederhana seperti di pedesaan Indonesia, orang cenderung menganut etiologi
personalistik, sehingga masyarakat akan pergi ke dukun/orang pintar. Sedang di daerah perkotaan
sebaliknya, terdapat kecenderungan terhadap etiologi naturalistik. Bila masyarakat meyakini bahwa
mereka terserang suatu penyakit akibat virus atau kuman maka dia akan pergi ke dokter. Dalam
berbagai laporan penelitian antropologi, yang ditulis oleh Sinuraya( 1988 ) dapat ditemukan bahwa
etiologi penyakit yang personalistik dan naturalistik dapat berlaku dalam masyarakat urban (
perkotaan ) dan rural ( pedesaan ) sekaligus.

Koentjaraningrat ( 1984 ) menyatakan bahwa pada masyarakat Jawa ada beberapa teori tradisional
mengenai penyakit yang diyakini mereka disebabkan oleh faktor personalistik dan sekaligus
naturalistik ( Sianipar, Alwisol dan Yusuf, 1992 ), sehingga yang tampak pertama-tama masyarakat
akan pergi ke dokter. Bila penyakitnya tidak berkurang juga maka dia akan pergi ke dukun.

Etiologi penyakit naturalistik dan personalistik selamanya akan tetap hidup di masyarakat baik
perkotaan maupun pedesaan. Tidak ada lagi pembeda bahwa makin modern masyarakat akan lebih
memandang penyakit sebagai naturalistik saja. Hal ini dibuktikan oleh penelitian Sianipar ( 1986 ) yang
membuktikan bahwa di daerah Sumatera Utara, dukun banyak tinggal di daerah perkotaan, karena
pasiennya kebanyakan berasal dari kota dibandingkan dari desa.Seseorang yang telah memilih sistim
pengobatan tertentu terhadap penyakit yang dideritanya akan menerima seluruh proses pengobatan
secara penuh.

Dalam perspektif Islam, setiap penyakit merupakan cobaan yang diberikan oleh Sang Pencipta Allah
SWT kepada hamba-Nya untuk menguji keimanannya. Sabda Rasulullah SAW yang artinya "Dan
sesungguhnya bila Allah SWT mencintai suatu kaum, dicobanya dengan berbagai cobaan. Siapa yang
ridha menerimanya, maka dia akan memperoleh keridhoan Allah. Dan barang siapa yang murka (tidak
ridha) dia akan memperoleh kemurkaan Allah SWT" (H.R. Ibnu Majah dan At Turmudzi). Sakit juga
dapat dipandang sebagai peringatan dari Allah SWT untuk mengingatkan segala dosa-dosa akibat
perbuatan jahat yang dilakukannya selama hidupnya. Pada kondisi sakit, kebanyakan manusia baru
mengingat dosa-dosa dari perbuatan jahatnya dimasa lalu. Dalam kondisi sakit itulah, kebanyakan
manusia baru melakukan taubat dengan cara memohon ampunan kepada Allah SWT dan berjanji tidak
akan mengulangi perbuatan jahatnya di kemudian hari. Kondisi sehat dan kondisi sakit adalah dua
kondisi yang senantiasa dialami oleh setiap manusia. Allah SWT tidak akan menurunkan suatu
penyakit apabila tidak menurunkan juga obatnya, sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abu
ََ َ‫ّللاه أ َ ْنز‬
Hurairah ra dari Nabi saw bersabda: ‫ل َما‬ ََ َ‫ ِشفَاءَ لَ َهه أ َ ْنز‬-Allah swt tidak menurunkan sakit,
ََ ِ‫ل إ‬
ََ َ‫ّل َداء‬
kecuali juga menurunkan obatnya (HR Bukhari). Bila dalam kondisi sakit, umat Islam dijanjikan oleh
Allah Swt berupa penghapusan dosa apabila ia bersabar dan berikhtiar untuk menyembuhkan
penyakitnya.
Konsep sehat dan sakit dalam pandangan orang dipersepsikan secara berbeda. Persepsi merupakan
sesuatu hal yang bersifat subjektif. Persepsi seseorang dipengaruhi oleh faktor pengalaman, proses
belajar dan pengetahuannya. Persepsi sehat dan sakit adalah relatif antara satu individu dengan
individu lain, antara kelompok masyarakat dan antara budaya satu dengan budaya yang lain.
Karenanya konsep sehat dan sakit bervariasi menurut umur, jenis kelamin,level sakit, tingkat mobilitas
dan interaksi sosial.

Beberapa karakteristik yang dapat mempengaruhi persepsi sehat dan sakit,penyakit (disease) adalah
gangguan fungsi fisiologis dari suatu organisme sebagai akibat dari infeksi atau tekanan dari
lingkungan. Hal ini berarti bahwa penyakit adalah fenomena objektif yang ditandai oleh perubahan
fungsi-fungsi tubuh sebagai organisme, yang dapat diukur melalui tes laboratorium dan pengamatan
secara langsung. Sedangkan sakit (illness) adalah penilaian individu terhadap pengalaman menderita
suatu penyakit. Sakit menunjukkan dimensi fisiologis yang subjektif atau perasaan yang terbatas yang
lebih menyangkut orang yang merasakannya, yang ditandai dengan perasaan tidak enak (unfeeling
well) lemah (weakness), pusing(dizziness), merasa kaku dan mati rasa (numbness). Mungkin saja
dengan pemeriksaan medis seseorang terserang suatu penyakit dan salah satu organ tubuhnya
terganggu fungsinya, namun dia tidak merasa sakit dan tetap menjalankan aktivitas sehari-harinya.
Senada dengan penjelasan tersebut, Sarwono ( dikutip oleh Yunindyawati, 2004:15) mendefenisikan
bahwa sakit merupakan kondisi yang tidak menyenangkanmengganggu aktifitas jasmani dan rohani
sehingga seseorang tidak bisa menjalankan fungsi dan perannya sebagaimana mestinya dalam
masyarakat. Sickness menunjuk kepada suatu dimensi sosial yakni kemampuan untuk menunaikan
kewajiban terhadap kehidupan kelompok. Selama seseorang masih bisa menjalankan kewajiban-
kewajiban sosialnya, bekerja sebagaimana mestinya maka masyarakat tidak menganggapnya sakit.

Anda mungkin juga menyukai