Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam visi Indonesia sehat, gambaran masyarakat Indonesia

dimasa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan

adalah masyarakat dan bangsa yang di tandai oleh penduduk yang

hidup dalam prilaku sehat, memiliki kemampuan yang menjangkau

pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta

memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di wilayah

Republik Indonesia ( Depkes RI,2015 ).

Dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat, pemerintah

telah menyusun strategi dan kebijakan pembangunan berwawasan

kesehatan sebagai strategi nasional menuju Indonesia sehat, salah satu

strategi kebijakan pembangunan berwawasan ditujukan pada penderita

kanker (Depkes,RI,2015).

Menurut World Health Organization (WHO) (2010), kanker

termasuk penyakit yang menyebabkan kematian terbesar di dunia,

lebih dari 70 % kematian akibat kanker terjadi di Negara berkembang,

dan menurut International Agency for Research on Cancer ( IARC ),

terdapat 12,7 juta kasus baru kanker di dunia pada tahun 2008, dan

pada tahun 2012 sebanyak 40 per 100.000 perempuan, yang menderita


2

kanker pada tahun 2030 diperkirakan terus meningkat hingga 21,4

juta, kematian akibat kanker pada tahun 2008, mencapai 7,6 juta. Di

Indonesia telah terjadi lonjakan besar pada kasus kanker 10 tahun

terakhir, peringkat kanker dari peringkat ke -12 menjadi peringkat ke-6

( Kemenkes RI,2014 ).

Kanker payudara menurut IARC pada tahun 2008 menempati

urutan pertama berdasarkan insidennya dan mortalitas kanker di dunia

pada, menurut WHO (2010) kamatian akibat kanker payudara 69%

terjadi di daerah berkembang. Saat ini kanker payudara masih menjadi

momok kaum hawa. Penderitanya dari hari ke hari mengalami

peningkatan dan beranjak menyerang perempuan muda, kanker

payudara merupakan pembunuh nomor satu di dunia dan di Indonesia

(Kemenkes RI,2014 ).

Data system Informasi Rumah Sakit (SIRS) (2004-2007),

menunjukan kejadian kanker payudara meningkat sebesar 60% hingga

tahun 2007, mortalitasnya sekitar 11,22% dari seluruh kejadian kanker,

dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 12,7% sedangkan pada tahun

2013 meningkat menjadi 14,1% ( Kemenkes RI,2014 ).

Di Sumatera Barat, kejadian kanker payudara menurut

Riskesdas Nasional tahun 2008, Sumatera Barat mendapatkan urutan

ke-6 dari 33 provinsi di Indonesia. Di RSUP dr.M.Djamil Padang

tahun 2010, kanker payudara jenis kanker tertinggi dari seluruh


3

kejadian kanker, di instalasi Rawat jalan RSUP dr.M.Djamil tahun

2010, jumlah kasus kanker payudara berjumlah 209 kasus, sedangkan

di Instalasi Rawat Inap terdapat 11% (22 orang) yang berusia 30 tahun

kebawah yang termuda adalah berumur 22 tahun, bahkan di instalasi

rawat jalan termuda adalah berumur 15 tahun. Penderita terbanyak di

RSUP dr.M.Djamil adalah dari kota padang (54%) ( Riskesdas,2013 ).

Dalam masalah penanggulangan kanker payudara di Indonesia

adalah penderita datang kepelayanan sudah dalam stadium lanjut

berbeda di Negara barat penderita datang pada stadium dini, bersamaan

dengan tingginya angka kejadian kanker payudara yang tidak

terdeteksi dini akibat kurangnya penyuluhan tentang bagaimana cara

melakukan pemeriksaan sendiri terhadap kanker payudara.

(Mulyani,2013).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Agustianingsih, (2011)

yang membahas tentang pengaruh penyuluhan tentang SADARI

terhadap tingkat pengetahuan Remaja putri di SMAN Kebakramat

Karang Anyer terhadap 141 orang responden didapatkan hasil bahwa

pengaruh penyuluhan tentang SADARI berpengaruh baik pada tingkat

pengetahuan.

Efek penyuluhan juga dapat dilihat dari hasil penelitian yang

dilakukan oleh Yunika, (2010), tentang gambaran pengetahuan ibu

premipara tentang perawatan payudara post partum di wilayah kerja


4

puskesmas Belimbing Padang pada 63 Responden telah mendapatkan

penyuluhan kesehatan tentang tujuan perawatan payudara dari petugas

kesehatan sehingga dihasil penelitian lebih dari sebagian besar 57

(67,7%) responden berpengetahuan tinggi.

Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah pemeriksaan

payudara sendiri untuk dapat menemukan adanya benjolan abnormal,

pemeriksaan ini dapat dilakukan sendiri tanpa harus pergi ke petugas

kesehatan dan tanpa harus mengeluarkan biaya. American Cancer

Society dalam proyek skrening kanker payudara menganjurkan

pemeriksaan SADARI walaupun tidak di jumpai keluhan apapun

(Olfah,dkk,2013 ).

SADARI dapat dilakukan pada usia 20 tahun atau lebih, bagi

wanita yang berusia 30 tahun lebih dapat melakukan pemeriksaan

payudara sendiri ataupun ke pelayanan kesehatan. Pemeriksaan

payudara sendiri untuk mendeteksi kanker payudara harus

disosialisasikan lebih gencar, deteksi dini ini dapat menekan angka

kematian sebesar 25%-30% (Mulyani,2013 ).

Alangkah baiknya jika semua wanita sebaiknya melakukan

SADARI setiap bulan dan segera memperiksakan diri kedokter bila di

temukan benjolan pada payudara. SADARI sangat penting di anjurkan

kepada masyarakat untuk menerapkannya. Sekitar 90% kanker

payudara ditemukan oleh pasien sendiri dan 5 % ditemukan selama


5

pemeriksaan fisik untuk alasan lain. Penemuan awal pada kanker

payudara (66%), berupa massa keras atau kokoh, tidak lunak, batas

tidak tegas. Pada 11% kasus tanda yang timbul berupa massa di

payudara yang nyeri. (Olfah,dkk,2013).

Dengan melakukan deteksi dini dapat menekan angka kematian

sebesar 25-30%, maka perlu adanya pengetahuan tentang SADARI,

dalam melakukan SADARI di perlukannya minat dan kesadaran akan

pentingnya kesehatan untuk meningkatkan kualitas hidup serta

menjaga kualitas hidup untuk lebih baik. (Mulyani,2013).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada tanggal 20

Februari 2016 dengan dilakukan wawancara dengan Wakil Kepala

sekolah Bidang Kemahasiswaan didapatkan informasi jumlah siswa/i

di SMK Negeri 2 Padang Tahun 2015/2016 berjumlah 1246 siswa/i,

dan jumlah siswi perempuan berjumlah 827 siswi. Di SMK Negeri 2

Padang terdapat 46 kelas, dilengkapi dengan sarana yang cukup

memadai. Namun sejauh ini program penyuluhan yang diberikan

hanya mengarah kepada pendidikan seks dan belum pernah diadakan

penyuluhan tentang SADARI SMK tersebut, selain itu peneliti juga

melihat kantin- kantin sekolah rata-rata juga menyediakan makanan

yang berbahan dasarkan mie Instant yang merupakan salah satu

makanan penyebab kanker, dari hal tesebut peneliti tertarik untuk


6

memberikan penyuluhan tentang SADARI untuk meningkatkan

pengetahuan akan pentingnya SADARI.

Berdasarkan fenomena di atas peneliti tertarik meneliti

”Pengaruh Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan

Remaja Putri Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

di SMK 2 Padang Tahun 2016”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang

penulisan, maka perumusan masalah penelitian ini adalah adakah

pengaruh penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan remaja putri

tentang SADARI di SMK 2 Padang.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap peningkatan

pengetahuan remaja putri tentang SADARI

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan remaja putri tentang

SADARI sebelum penyuluhan di SMK 2 Padang.

b. Untuk mengetahui pengetahuan remaja putri tentang

SADARI setelah penyuluhan di SMK 2 Padang.


7

c. Untuk mengetahui selisih pengetahuan remaja putri pre-

test dan post-test penyuluhan di SMK 2 Padang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneiliti

Merupakan kesempatan bagi peneliti untuk menerapkan

pengetahuan yang di dapat di bangku kuliah, menambah

wawasan dan pengalaman dalam penelitian.

1.4.2 Bagi Responden

Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mengenai

pentingnya informasi kesehatan payudara khusunya tentang

SADARI dan dapat di praktekan dalam kahidupan sehari-hari

sebagai deteksi dini kanker payudara.

1.4.3 Bagi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan

dan pengalaman serta dapat diintegrasikan dalam

penyeimbangan materi ajaran yang terkait.

1.4.4 Bagi Lahan Pendidikan

Penelitian diaharapkan dapat member manfaat dalam

meningkatkan peran serta institusi pendidikan untuk

memberikan penyuluhan kesehatan tentang SADARI kepada


8

remaja putri dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

dalam menyusun kurikulum yang berkaitan dengan masalah

kesehatan reproduksi wanita.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh penyuluhan

terhadap peningkatan pengetahuan remaja putri tantang SADARI.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari – Juni tahun 2016 dimana

yang menjadi responden adalah remaja putri di SMK 2 Padang.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan

Quasi Experimental Design, dengan metode One Group Pretest

Postest.

Anda mungkin juga menyukai