Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Dengue Haemorrhagic fever pada anak


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak 2
Dosen Pengampu: Ns. Murniati, S. Kep., M. Kep.

Disusun oleh :
Kelompok 16

1. Lutfi Afifah (170103048)


2. Reza Wardana Safitri (170103074)

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2019

i
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Keperawatan Anak 2 dengan judul “Dengue Haemorrhagic fever pada anak”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi lebih baik lagi.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
membantu kami dalam menulis makalah ini. Apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Purwokerto, 10 Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 1
C. Tujuan ..................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian ............................................................................... 3
B. Penyebab ................................................................................ 3
C. Gambaran klinis ...................................................................... 3
D. Klasifikasi................................................................................. 4
E. Patofisiologi ............................................................................. 4
F. Pathway ................................................................................... 7
G. Pemeriksaan penunjang .......................................................... 8
H. Penatalaksanaan ..................................................................... 8
I. Komplikasi ............................................................................... 9

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian ............................................................................... 10
B. Diagnosa keperawatan ............................................................ 10
C. Intervensi ................................................................................. 11
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 17
B. Saran ..................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
DHF (Dengue Haemorrhagic fever) adalah suatu penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypty yang ditemukan didaerah tropis dan subtropis di antaranya kepulauan
di indonesia hingga bagian Australia. Penyakit ini dapat menyerang semua
orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama anak serta sering
menimbulkan wabah.
Pada banyak daerah tropis dan subtropis, penyakit DBD adalah penyakit
endemik yang muncul sepanjang tahun, terutama saat musim hujan ketika
kondisi optimal untuk nyamuk berkembang biak.
Demam berdarah dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Seiring dengan meningkatnya
kepadatan penduduk, jumlah penderita, dan luas penyebarannya semakin
bertambah. Di Indonesia, demam berdarah pertama kali ditemukan di kota
Surabaya pada tahun 1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang
di antaranya meninggal dunia. sejak saat itu, penyakit ini menyebar luas ke
seluruh Indonesia.
Berdasarkan uraian diatas, penulis menyusun makalah dengan judul “DHF
(Dengue Haemorrhagic Fever)”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Dengue Haemorrhagic fever?
2. Apa saja penyebab Dengue Haemorrhagic fever?
3. Apa saja klasifikasi Dengue Haemorrhagic fever?
4. Bagaimana patofisiologi Dengue Haemorrhagic fever?
5. Bagaimana pathway Dengue Haemorrhagic fever?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang Dengue Haemorrhagic fever?

1
7. Bagaimana penatalaksanaan Dengue Haemorrhagic fever?
8. Apa saja komplikasi Dengue Haemorrhagic fever?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Dengue Haemorrhagic fever.
2. Untuk mengetahui penyebab Dengue Haemorrhagic fever.
3. Untuk mengetahui gambaran klinis Dengue Haemorrhagic fever.
4. Untuk mengetahui klasifikasi Dengue Haemorrhagic fever.
5. Untuk mengetahui patofisiologi Dengue Haemorrhagic fever.
6. Untuk mengetahui pathway Dengue Haemorrhagic fever.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Dengue Haemorrhagic fever.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan Dengue Haemorrhagic fever.
9. Untuk mengetahui komplikasi Dengue Haemorrhagic fever.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Dengue Haemorrhagic Fever merupakan suatu penyakit infeksi yang di
sebabkan virus dengue dan termasuk golongan Arbovirus (arthropod-borne
virus) yang di tularkan melalui vector nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus serta penyebaranya sangat cepat.
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) disebabkan oleh karena virus dengue
yang termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini
lebih dikenal dengan sebutan Demam Berdarah (DBD). Ditandai dengan gejala
demam yang mendadak 2 – 7 hari tanpa penyebab yang jelas lemah atau lesu,
gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda perdarahan di kulit dan syok.
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi virus yang
menimbulkan demam akut disertai dengan manifestasi perdarahan yang
bertendensi menimbulkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian.

B. Penyebab
Penyakit ini di sebabkan oleh salah satu dari 4 virus asam ribonukleat
beruntai tunggal dari family Flaviviridae yang di tularkan oleh vector nyamuk
Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Masa inkubasi penyakit ini berakhir 4-5
hari setelah timbulnya demam.

C. Gambaran Klinis
Penyakit ini sering kali menyerang anak yang berusia kurang dari 10 tahun,
terutama pada anak sekolah. Keluhan yang sering kali dirasakan pada awalnya
yaitu demam, mual, muntah, malaise, anoreksia, yang diikuti nyeri perut, nyeri
kepala, mialgia/nyeri otot, suara serak, batuk dan disuria. Demam tinggi
mendadak biasanya terjadi 2-7 hari dan jika tidak terjadi syok,maka demam
akan turun dendiri dan pasien akan sembuh dengan sendirinya (self limiting)

3
dalam waktu 5 hari. Sifat demam pada pasien DBD ini biasanya demam tinggi
dan terus menerus serta tidak responsive terhadap antipiretik. Antipiretik hanya
dapat menurunkan sedikit demam, setelah itu demam naik lagi. Pada kondisi
parah, penyait ini ditandai dengan adanya perdarahan di bawah kulit karena
kebocoran plasma, epistaksis, hemoptisis, pembesaran hati, ekimosis,purpura,
pendarahan gusi, hematemesis, dan melena.

D. Klasifikasi DBD
Klasifikasi DHF menurut WHO, mengklasifikasikan DHF menurut derajat
penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu :
1. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7
hari, Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan
seperti petekie,ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
3. Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan
cepat (>120x/mnt ) tekanan nadi sempit (120 mmHg ), tekanan darah
menurun, (120/80→120/100→120/110→90/70→80/70→80/0→0/0 )
4. Derajat IV
Nadi tidak teRaba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung 140x/mnt)
anggota gerakteraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

E. Patofisiologi
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty.
Pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita
mengalami demam, sakit kepala,mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh,
ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan
hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening,
pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa (Splenomegali).

4
Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks
virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat
aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk
melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor
meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang
mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra seluler.
Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan berkurangnya
volumeplasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta
efusi dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %)
menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan)
plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian
cairan intravena. Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakanfaktor
penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran
gastrointestinal pada DHF. Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra
vaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga
serosa yaitu rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata
melebihi cairan yang diberikan melalui infus.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit
menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan
intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya
edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang
cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat
mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika
renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan,
metabolik asidosis dankematian apabila tidak segera diatasi dengan baik.
Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan
vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi.Setelah virus dengue masuk
ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dangejala karena viremia,
seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan,hiperemi
ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada

5
systemretikulo endotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening,
hati dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah
dibawah kulit. Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit
DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat
anafilaktosin, histamin danserotonin serta aktivasi system kalikreain yang
berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler.Hal ini berakibat berkurangnya
volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi,hipoproteinemia, efusi
dan renjatan. Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler ibuktikan
dengan ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga
peritoneum, pleura dan perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai
akibat kehilangan plasma, bila tidak segera teratasi akanterjadi anoxia jaringan,
asidosis metabolic dan kematian.
Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan
umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit
dan kelainan fungsi trombosit. Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin
disebabkan proses imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun
dalam peredaran darah. Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya
oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti terganggu olehaktifasi
system koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama
padapasien dengan perdarahan hebat.

6
F. Pathway
Masuknya virus dengue dalam tubuh melalui gigitan nyamuk
aedes

Kompleks virus antibody

virus masuk ke dalam


Agregasi Aktivasi C3 dan C5
pembuluh darah
trombosit

Peningkatan hepato-
Melepas adenosin Permeabilitas dinding
Menstimulasi sel host splenomegali
di phosphat (ADP) pembuluh darah
inflamasi (seperti
mikrofag, neutrofil) Mendesak
Menghilangnya plasma lambung
Thrombosis
melalui endotel dinding
mengalami
Endothelium pembuluh darah Peningkatan HCL
kerusakan
hipotalamus
metamorfosis
meningkatkan produksi Mual, muntah,
prostaglandin dan Kebocoran plasma (ke tidak nafsu makan
Trombositopenia
neurotransmiter extra vaskuler)

NUTRISI
Prostaglandin berikatan RISIKO
KURANG DARI
dengan neuron prepiotik PERDARAHAN Syok
KEBUTUHAN
di hipotalamus
TUBUH
KEKURANGAN Hipotensi, nadi cepat
Meningkatkan VOLUME dan lemah
thermostat “set point” CAIRAN
pada pusat
Penurunan O2 dalam
termoregulator
jaringan

Demam
PERUBAHAN
PERFUSI JARINGAN
HIPERTERMI 7
PERIFER
A
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien demam berdarah
dengue yaitu pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi (foto rontgen
toraks). Pada pemeriksaan ini, terjadi penurunan trombosit < 100.000/mm3 dan
peningkatan hematokrit >20%. NIlai normal hematokrit yaitu 3 kali nilai
hemoglobin. Selain itu, terjadi penurunan leukosit (leucopenia) serta waktu
perdarahan dan waktu protrombin memanjang. Pemeriksaan lain yang di
gunakan untuk mengetahui adanya virus dengue yaitu antibody immunoglobulin
M (igM) dan M antibody capture enzyme-linked immunosorbent assay (MAC
ELISA). Apabila terjadi syok,maka akan terjadi hiponatremia, hiperkalemia,
protein plasma yang menurun, peningkatan transaminase serum, dan pada
sedian apusan darah tepi terdapat fragmentosit yang menandakan adanya
hemolisis. Pada pemeriksaan foto rontgen toraks biasanya di dapatkan efusi
pleura.

H. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan pada penyakit DBD yaitu simptomatis dan suportif
penanganan pertama pada penyakit ini di antaranya memenuhi kebutuhan
cairan, yang dengan memberikan cairan oral 1-2 liter untuk mengatasi dehidrasi
dan rasa haus akibat demam tinggi. Selain air putih,pasien dapat di berikan the
manis, susu, sirup ,jus buah, dan oralit. Pasien yang mengalami demam tinggi
dapat di kompres dengan air biasa. Selain itu, dapat di berikan antipiretik dari
golongan asteminofen (parasetamol). Pasien tidak boleh diberikan antipiretik
dari golongan salisilat karena akan menimbulkan perdarahan yang semakin
parah.
Demam tinggi pada anak-anak akan mengakibatkan terjadinya kejang. Untuk
mengatasi kejang, dapat di berikan antikonvulsi lainnya. Jia syok dalam kondisi
berat/parah maka dapat diatasi atau di cegah dengan memberikan resusitasi
cairan parenteral melalui infuse. Jika pemberian infuse tidak memberikan
respons, maka diberikan plasma/plasma ekspander sebanyak 20-30 mL/kg BB.
Plasma ekspander merupakan suatu kesediaan larutan steril yang di gunakan

8
untuk menggantikan plasma darah yang hilang akibat perdarahan, misalnya
whole blood (darah lengkap yang di ambil dari pendonor manusia). Jika pasien
mengalami renjatan hebat,maka pemberian infuse harus diguyur dengan cara
membuka klem infuse. Namun, jika vena diberikan secara terpaksa dengan
menggunakan spuit sebanyak 100-200 mL, kemudian diguyur. Pasien yang
mengalami renjatan berat perlu dipasang central venous pressure (CVP),
pengaturan tekanan vena sentral) untuk mengukur tekanan vena sentral melalui
vena safena magna atau vena jugularis dan pasien pun di rawat di ruang ICU.
Transfusi darah perlu diberikan apabila terjadi perdarahan gastrointestinal yang
dapat di ketahui dari tanda-tanda pasien muntah darah atau terjadi penurunan
nilai hemoglobin yang hematokrit.
Pengendalian vector pada lingkungan yang berresiko, misalnya lingkungan
rumah dan sekolah, dengan secara rutin membersihkan air di penampungan,
misalnya kamar mandi, tempayan, air tampungan di belakang lemari pendingin,
AC, dan sebagainya. Setelah tempat penampungan air tersebut di bersihkan,,
perlu diberikan bubuk untuk pemberantas jentik nyamuk yaitu bubuk abate.

I. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami demam berdarah
dengue yaitu perdarahan masif dan dengue shock syndrome (DSS) atau
sindrom syok dengue (SSD). Syok sering terjadi pada anak berusia kurang dari
10 tahun. Syok di tandai dengan nadi yang lemah dan cepat sampai tidak
teraba; tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau sampai nol; tekanan
darah menurun di bawah 80 mmHg atau sampai nol; terjadi penurunan
kesadaran; sianosis di sekitar mulut dan kulit ujung jari ; hidung,telinga, kaki
teraba dingin dan lembabp;pucat dan oliguria atau anuria.

9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian yang perlu dilakuakan pada pasien dengan demam berdarah
dengue yaitu: kaji riwayat penyakit sebelumnya apakah pasien pernah sakit
yang sama sebelumnya, kaji riwayat penyakit sekarang; sejak kapan pasien
mulai sakit; demam hari ke berapa; tindakan apa saja yang sudah di lakukan
orangtua untuk mengatasi sakit anaknya;adakah riwayat berpergian dari tempat
ang endemic demam berdarah atau tinggal di wilayah endemic.
Observasi adanya peningkatan suhu tubuh mendadak di sertai menggigil,
serta tanda-tanda perdarahan (petekie,ekimosis,hematoma,hematemesis dan
melena). Pada pemeriksaan fisik di dapatkan pasien mengeluh mual dan
muntah,nyeri ulu hati, renjatan (denyut nadi cepat lemah, hipotensi, kulit dingin
dan lembap terutama pada ekstermitas, gelisah, sianosis serta penurunan
kesadaran). Lakukan pemeriksaan laboratorium, apakah terdapat peningkatan
hematokrit, serta apakah terjadi penurunan trombosit dengan cepat.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan.
2. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
kapiler,perdarahan.
4. Resiko perdarahan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler.
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan yang
kurang dan/atau pengeluaran yang berlebihan (mual,muntah, dan tidak
nafsu makan).

10
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa NOC NIC


1. Perubahan Setelah dilakukan tindakan  Kaji sirkulasi pada
perfusi jaringan keperawatan selama 3x24 jam, ekstremitas (suhu
perifer perubahan perfusi jaringan perifer tubuh, kelembapan,
berhubungan dapat teratasi dengan kriteria hasil: dan warna) catat
dengan hasilnya.
perdarahan. Perfusi jaringan : perifer (0407)  Observasi tanda-
Skala awal akhir tanda vital, catat
040710 suhu kulit hasilnya (kualitas dan
ujung kaki dan frekuensi denyut nadi,
tangan tekanan darah, serta
capillary refill).
040743 muka pucat  Pantau kemungkinan
040734 kekuatan terjadinya kematian
denyut radial jaringan ekstremitas,
(kanan) misalnya dingin, nyeri
0407385 kekuatan dan pembengkakan
denyut radial pada kaki
(kanan)  Penuhi kebutuhan
cairan
Keterangan:  Jika perlu, berikan
1. Deviasi berat plasma/plasma
2. Deviasi cukup besar ekspander apabila
3. Deviasi sedang pemberian cairan
4. Deviasi ringan infus tidak
5. Tidak ada deviasi memberikan respons.
 Berikan transfusi
darah jika terjadi
perdarahan hebat,

11
nilai hemoglobin dan
hematokrit.

2. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan  Observasi suhu tubuh


berhubungan keperawatan selama 3x24 jam, setiap 4 jam
dengan proses hipertermia dapat teratasi dengan  Penuhi kebutuhan
infeksi virus. kriteria hasil: cairan untuk
mencegah terjadinya
Termoregulasi (0800) dehidrasi akibat
Skala awal akhir hipertermia
080011 menggigil  Berikan kompres
saat dingin dingin
 Berikan antipiretik
080012 denyut nadi darri golongan
radial asetaminofen
080019 hipertermia (parasetamol), jangan
080007 perubahan dari golongan salisilat
warna kulit karena menyebabkan
080003 sakit bertambahnya
kepala
perdarahan
080004 sakit otot
Keterangan:
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
3. Kekurangan Setelah dilakukan tindakan  Observasi tanda-
volume cairan keperawatan selama 3x24 jam, tanda vital paling
berhubungan kekurangan volume cairan dapat sedikit setiap 4 jam
dengan teratasi dengan kriteria hasil:  Pantau tanda-tanda
peningkatan kekurangan cairan,

12
permeabilitas Keseimbangan cairan (0601) misalnya ubun-ubun
kapiler,perdarah Skala awal akhir cekung, turgor kulit
an. 060116 turgor kulit tidak elastis, dan
produksi urin
060119 hematokrit menurun
060120 berat jenis  Berikan pasien oral
urin jika pasien mau
060115 kehausan  Berikan cairan
parental/pasang infus
Keterangan: untuk mencegah
1. Sangat terganggu terjadi renjatan. Jika
2. Banyak terganggu perlu, pasang di dua
3. Cukup terganggu tempat agar tetesan
4. Sedikit terganggu infus lancar sehingga
5. Tidak terganggu kebutuhan cairan
tercukupi (bisa juga
tempat yang satu
untuk memberikan
plasma/darah dan
tempat satunya untuk
memberikan cairan
fisiologis. Cairan yang
sering digunakan RL
 Pantau pemberian
cairan intravena
setiap 4 jam dan
hindari terjadinya
kelebihan cairan.
 Pantau asupan dan
pengeluaran, catat
hasilnya

13
 Pantau nilai
laboratorium,
elektrolit darah,
serum albumin, dan
berat jenis urin.

4. Risiko terjadi Setelah dilakukan tindakan  Kaji keluhan pasien


pendarahan keperawatan selama 3x24 jam, Risiko  Observasi tanda-tnda
berhubungan pendarahan dapat teratasi dengan vital setiap jam
dengan kriteria hasil: apabila terdapat
peningkatan tanda-tanda syok
permeabilitas Koagulasi darah (0409) (stadium III dan IV).
kapiler. Skala awal akhir Jika masih berada di
040913 hemoglobin stadium I dan II,
(Hb) maka observasi dapat
040910 hematokrit dilakukan setiap 3
(Hct) jam. Catat hasilnya.
040902 perdarahan  Lakukan pemeriksaan
040904 petekia trombosit, hematokrit,
dan hemoglobin
Keterangan: setiap 4 jam.
1. Deviasi berat  Pantau
2. Deviasi cukup besar keseimbangan cairan.
3. Deviasi sedang Perhatikan apakah
4. Deviasi ringan pasien mengalami
5. Tidak ada deviasi oliguria atau anuria.
Untuk pemantauan
yang akurat,
sebaiknya pasien
dipasang kateter.
 Lakukan pemenuhan

14
kebutuhan elektrolit
 Jika perlu siapkan
darah/plasma untuk
transfusi darah
apabila terjadi
perdarahan
gastrointestinal yang
hebat/masif terutama
pada lambung

5. Nutrisi kurang Setelah dilakukan tindakan  Kaji keluhan mual


dari kebutuhan keperawatan selama 3x24 jam, nutrisi pada pasien
tubuh kurang dari kebutuhan tubuh dapat  Observasi apakah
berhubungan teratasi dengan kriteria hasil: pasien pernah
dengan asupan muntah
yang kurang Status Nutrisi (1004)  Pertahankan
dan/atau Skala awal akhir kebersihan mulut
pengeluaran 100401 asupan gizi pasien
yang berlebihan 100402 asupan  Berikan makanan cair
(mual,muntah, makanan atau lunak
dan tidak nafsu 100405 rasio berat  Berikan makanan
makan). badan/tinggi badan yang disukai anak jika
tidak ada perdarahan
Keterangan: lambung
1. Sangat terganggu  Berikan makanan
2. Banyak terganggu yang disertai
3. Cukup terganggu suplemen untuk
4. Sedikit terganggu kebutuhan gizi pasien
5. Tidak terganggu  Timbang berat badan
setiap 3 hari jika

15
memungkinkan

16
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Demam berdarah dengue merupakan suatu penyakit infeksi yang di
sebabkan virus dengue dan termasuk golongan Arbovirus yang di tularkan
melalui vector nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus serta penyebaranya
sangat cepat. Penyakit ini lebih dikenal dengan sebutan Demam Berdarah (DBD).
Ditandai dengan gejala demam yang mendadak 2 – 7 hari tanpa penyebab yang jelas
lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda perdarahan di kulit dan syok.
Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami demam berdarah
dengue yaitu perdarahan masif dan dengue shock syndrome (DSS) atau
sindrom syok dengue (SSD).

B. Saran

Pasien dan keluarga hendaknya mengetahui cara pencegahan, perawatan,


penyebab, tanda-gejala, serta pertolongan pertama yang dilakukan ketika
mengalami dengue haemorrhagic fever.

17
DAFTAR PUSTAKA

______. 2016. Situasi DBD di Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI Pusat


Data dan Informasi. Diakses pada tanggal 04 Oktober 2019 pukul 13:23.
http://infodatin%20dbd%202016.pdf

Bulechek, Gloria, dkk. Nursing Intervensions Classification (NIC) Edisi Keenam.


Singapore: Elsevier.

Herdman, Heather dan Shigemi Kamitsuru. 2015. Nanda Internatioanl Inc. Diagnosis
Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.

Marni. 2016. Asuhan Keperawatan Anak pada Penyakit Tropis. Jakarta: Erlangga

Moorhead, Sue, dkk. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Kelima.


Singapore: Elsevier.

Suraningsih. 2011. Dengue Hemorrhagic Fever. Diakses pada tanggal 04 Oktober


2019 pukul 13:56. http://eprints.ums.ac.id/13319/2/BAB_I.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai