Anda di halaman 1dari 3

KASUS MEMPERKERJAKAN ANAK DIBAWAH UMUR

Merdeka.com - Pemilik gudang kembang api di Kosambi, Indra Liyoni dilaporkan ke S


entra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polda Metro Jaya. Indra dilaporkan terkait
mempekerjakan anak di bawah umur.

Kuasa hukum korban kebakaran, Osner Johnson Sianipar mengatakan, laporan itu dila
kukan karena pabrik petasan tersebut diduga melanggar pasal 88 Undang-Undang Pe
rlindungan Anak. Dalam pasal itu disebutkan terjadinya eksploitasi anak atau mempek
erjakan anak di bawah umur.

"Kita punya bukti dan saksi serta sejumlah korban. Kami temui adanya anak-anak yang
dipekerjakan di gudang itu," ujarnya pada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Kamis (2
/11) sore.

Menurutnya, sejumlah anak di bawah umur yang ditemuinya itu ada yang sudah beke
rja selama 2 hingga 3 bulanan. Hasil temuannya, anak di bawah umur itu dipekerjakan
sejak pabrik itu berdiri.

"Kami mungkin juga menghadirkan keluarga korban nantinya, tapi tak kami paksakan,
" ujarnya.

Osner menegaskan, ada 10 anak di bawah umur yang ditemui pihaknya telah dipekerj
akan oleh perusahaan tersebut. Adapun sebagian keluarga anak-anak itu tak tahu ana
knya bekerja di tempat tersebut.

"Namun semuanya sudah meninggal semua (10 anak itu), sebagian tahu keluarganya,
sebagai tak tahu (anaknya bekerja di pabrik petasan)," katanya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan, terkait gaji yang diterima oleh para pekerja. Para pekerja
dihargai Rp 40.000 hingga Rp 50.000 perhari. "Upah awal yang diterima 10 anak itu se
besar Rp 55 ribu, hanya saja di minggu berikutnya upahnya diturunkan menjadi Rp 40
ribu perhari," pungkasnya.

Laporan tersebut diterima Polda Metro Jaya dengan nomor laporan TBL/5340/XI/2017
/PMJ Dit. Reskrimum tertanggal Kamis, 2 November 2017

ANALISIS MASALAH

Masalah memperkerjakan anak memang sudah menjadi topik dengan banyak implika
si etis. Dalam Convention on the rights of the child yang diterima dalam sidang umu
m PBB pada 1989 diserahkan kepada masing-masing negara anggota untuk ”menetap
kan usia minimum atau usia-usia minimum untuk dapat memasuki lapangan kerja” [pa
sal 32, 2 (a)]. Organisasi Ketenagakerjaan International (ILO) pada 1973 mengeluarkan
konvensi tentang usia minimum untuk diperbolehkan bekerja. Sebagai patokan dikata
kan mereka harus mengupayakan usia minimum 18 tahun untuk pekerjaan berbahaya
dan 16 tahun untuk pekerjaan ringan. Indonesia baru mensahkan konvensi tersebut pa
da 1999 dan menetapkan usia minimum pada 15 tahun.

Terkait dengan kasus diatas, pemilik perusahaan kembang api di Kosambi telah melak
ukan beberapa pelanggaran, diantaranya adalah pelanggaran mengenai hak kebebas
an anak. Perusahan tersebut telah memperkerjakan anak dibawah umur dengan perti
mbangan menipiskan biaya gaji karyawan, dijelaskan bahwa gaji yang diterima oleh p
ekerja anak dibawah umur hanya berkisar 40.000 hingga 50.000 per hari. Memanfaat
kan tenaga anak dibawah umur guna untuk menekan biaya produksi jelas melanggar
hak anak karena sudah mengeksploitasi tenaga mereka.

Pelanggaran yang kedua adalah perusahaan kembang api tersebut juga sudah melan
ggar hak anak yaitu hak untuk bermain dan memperoleh pendidikan. Seseorang anak
tidak pantas untuk diharuskan bekerja, mereka seharusnya masih berhak atas waktu u
ntuk bermain dan menempuh pendidikan. Karena pekerjaan merupakan kegiatan ma
nusiawi yang serius dan tidak diperuntukan untuk anak kecil dibawah umur.
Alasan lain perusahaan tersebut melakukan pelanggaran karena dengan memperkerja
kan anak dibawah umur dinilai tidak fair dalam hal berbisnis. Seharusnya mereka mem
perkerjakan orang-orang dewasa yang sudah layak umur untuk bekerja, juga untuk m
engurangi besarnya angka pengangguran yang ada.

Anda mungkin juga menyukai