Anda di halaman 1dari 9

Dyah Nursita Utami: Kajian Jenis Mineralogi Lempung dan Implikasinya dengan Gerakan Tanah

KAJIAN JENIS MINERALOGI LEMPUNG DAN IMPLIKASINYA


DENGAN GERAKAN TANAH
STUDY OF CLAY MINERAL TYPE AND ITS IMPLICATION
TOWARD LANDSLIDE
Dyah Nursita Utami1
1
Perekayasa Pertama pada Pusat Teknologi Reduksi Risiko Bencana (PTRRB) - BPPT.
Gedung 820 Lantai 1, Komplek Perkantoran PUSPIPTEK, Tangerang Selatan, Banten 15314.
e-mail: dyah.nursita@bppt.go.id

ABSTRACT
Indonesia is a tropical region which is located in the geographical location of the
equator, that causing some areas in Indonesia covered by soil types from intensive
weathering of rocks. A combination with varied topography caused Indonesia had
high vulnerability on landslide disaster. From the process of diagenesis and
decomposition of rocks, soil that formed in Indonesia is very vulnerable toward
landslide.. The process will also affect the abundance of clay minerals and their
properties. Clay minerals that becomes a constituent the soil body greatly
influences the nature of the soil is formed, both the nature of chemistry, biology,
nature and physical properties of the soil. Clay minerals composing the expansive
soil posses geotechnical and geochemical characteristics and able to influence
material on the earth surface. This study aims to find out the type and nature of the
mineralogy of clays, as well as the implications for landslide. Therefore,
understanding the character type of mineralogy in clays is very important in
landslide hazard mitigation in landslide-prone areas.

Keywords: soil type, expansive soil, clay mineral, landslide mitigation

ABSTRAK
Indonesia merupakan daerah beriklim tropis yang terletak pada lokasi geografis
khatulistiwa, menyebabkan sebagian wilayah di Indonesia ditutupi oleh jenis tanah
dari pelapukan batuan yang berlangsung intensif. Perpaduan dengan topografi
yang bervariasi menyebabkan Indonesia mempunyai kerentanan tinggi terhadap
adanya bencana gerakan tanah. Dari proses diagenesis dan dekomposisi batuan,
tanah yang terbentuk di Indonesia mempunyai sifat ekspansif yang sangat rentan
menjadi pemicu gerakan tanah. Dari proses ini juga akan mempengaruhi
kelimpahan mineral lempung beserta sifat-sifatnya. Mineral lempung yang menjadi
penyusun sebuah tubuh tanah sangat mempengaruhi sifat tanah yang terbentuk,
baik sifat kimia, sifat biologi, dan sifat fisik tanah. Mineral lempung yang menyusun
dan terdapat pada tanah lunak atau tanah ekspansif mempunyai karakteristik
pembawa sifat geoteknik dan geokimia yang dapat mempengaruhi apapun yang
ada di atasnya. Kajian ini bertujuan mengetahui tipe dan sifat dari mineralogi
lempung, serta implikasinya terhadap gerakan tanah. Oleh karena itu, pemahaman
karakter tipe mineralogi lempung sangat penting dalam mitigasi bencana gerakan
tanah di wilayah rawan gerakan tanah.

Kata kunci: jenis tanah, tanah ekspansif, mineral lempung, mitigasi gerakan tanah

I. PENDAHULUAN bervariasi. Adanya posisi yang seperti itu,


maka secara geologis, geomorfologis dan
1.1. Latar Belakang klimatologis Indonesia selalu menghadapi
bencana alam seperti, gerakan tanah
Indonesia dengan curah hujan yang (longsor), letusan gunung api, gempa
tinggi, dan memiliki topografi yang bumi, banjir dan lain-lainnya. Setiap

Jurnal Alami (e-ISSN : 2548-8635), Vol. 2, No.2, Tahun 2018 89


Dyah Nursita Utami: Kajian Jenis Mineralogi Lempung dan Implikasinya dengan Gerakan Tanah

tahun beberapa wilayah di Indonesia rekahan-rekahan pada saat kering


mengalami bencana gerakan tanah. (mengkerut) dan sifat licin dan plastis
Gerakan tanah tersebut mengakibatkan pada saat basah (mengembang) (Yulianti
kerugian materi dan juga hampir selalu et al. 2012).
menelan korban jiwa. Berdasarkan data Sifat ekspansif pada lempung, selain
sampai bulan mei tahun 2018 dari Badan disebabkan oleh ukuran butir
Nasional Penanggulangan Bencana penyusunnya juga sangat dipengaruhi
menunjukkan adanya 268 kejadian oleh mineralogi penyusun lempung
gerakan tanah dengan korban jiwa yang tersebut. Kelimpahan mineral lempung
meninggal dan hilang 63 jiwa, luka-luka sendiri sangat bervariasi dipengaruhi oleh
76 jiwa, terdampak dan mengungsi berbagai macam hal diantaranya adalah
sebanyak 35.601 jiwa. jenis batuan asal, pelapukan serta proses
Kejadian gerakan tanah umumnya diagenesis sehingga menyebabkan
berskala kecil, tidak sehebat gempa terdapatnya variasi baik secara vertikal
bumi, tsunami maupun gunung meletus, maupun lateral (Priyono, 2012).
sehingga perhatian pada masalah ini Schäbitz et al. (2018) menjelaskan
umumnya tidak terlalu besar, ditambah bahwa, daya kembang tanah (ekspansif)
lagi bahaya bencana gerakan tanah lempung antara lain tergantung pada:
kurang diperhatikan dalam perencanaan 1. Jenis dan jumlah mineral
pembangunan. Keadaan topografi pada 2. Kemudahan bertukarnya ion-ionnya
relief bergunung-gunung disetiap atau disebut kapasitas pertukaran
wilayahnya, menjadikan Indonesia sangat kation
berpotensi mengalami gerakan tanah. Untuk mengetahui faktor jenis tanah
Kondisi alamiah tersebut semakin yang berpengaruh terhadap adanya
diperparah dan diperberat karena kejadian gerakan tanah maka diperlukan
kerusakan lingkungan berupa konversi kajian lebih mendalam tentang mineralogi
lahan bervegetasi menjadi lahan jenis lempung dan sifat-sifatnya yang
budidaya atau bahkan menjadi lahan dampaknya berpengaruh terjadap
tidak bervegetasi, sehingga hal ini kejadian gerakan tanah di Indonesia.
menyebabkan peningkatan kerawanan
dan frekuensi kejadian bencana alam, 1.2. Tujuan
salah satunya gerakan tanah.
Berbicara tentang bencana gerakan Tujuan dari kajian ini adalah
tanah, tak lepas dari mengkaji tentang menganalisis jenis-jenis mineralogi
faktor-faktor penyebab terjadinya gerakan lempung dan sifat-sifatnya serta
tanah. Faktor penyebab gerakan tanah implikasinya dengan gerakan tanah di
merupakan sebuah fungsi yang berkaitan berbagai wilayah Indonesia. Diharapkan
satu sama lain. Salah satunya adalah dengan kajian ini mampu memberikan
geomofologi lahan yang terbentuk dari kontribusi kaitannya dengan upaya
proses yang berbeda-beda di setiap mitigasi bencana gerakan tanah dan
wilayah. Hal tersebut yang perencanaan pembangunan untuk
mengakibatkan adanya perbedaan jenis mengurangi risiko adanya gerakan tanah
tanah pada setiap wilayah. Jenis tanah di Indonesia.
tertentu yang tersusun dari berbagai jenis
mineral mempunyai pengaruh berbeda II. METODOLOGI PENELITIAN
terhadap adanya peristiwa gerakan
tanah.
Kajian tentang mineralogi jenis
Ketidak homogenan tanah/batuan
lempung dan implikasinya dengan
bawah permukaan dan karakter
gerakan tanah dilakukan dengan
lingkungan lahan dipengaruhi oleh
beberapa langkah dan metode sebagai
beberapa faktor antara lain unsur geologi,
berikut:
kondisi keairan, komposisi mineral
1. Melakukan studi pustaka dan
penyusunnya dan proses sedimentasi,
literatur baik data, informasi,
terutama pada material berbutir halus
maupun penelitian sebelumnya
seperti lempung. Keberadaan lempung
melalui penelusuran literatur berupa
yang mempunyai sifat ekspansif
jurnal, buku atau website.
umumnya dapat diamati dilapangan dari
sifat fisik batuan yang khas berupa

90 Jurnal Alami (e-ISSN : 2548-8635), Vol. 2, No.2, Tahun 2018


Dyah Nursita Utami: Kajian Jenis Mineralogi Lempung dan Implikasinya dengan Gerakan Tanah

2. Mendeskripsikan mineralogi diikuti penghabluran kembali bahan yang


lempung dan proses terbentuknya telah lapuk menjadi mineral lempung.
3. Mendeskripsikan struktur tipe Mineral illit mewakili hidrous mika
mineralogi lempung dan sifat- terbentuk dari muskovit bila keadaannya
sifatnya. memungkinkan lewat proses alterasi.
4. Melakukan deskripsi data yang Alterasi muskovit menjadi illit disebabkan
telah didapat dan menguraikan sejumlah K+ hilang dari struktur kristal
implikasi jenis mineralogi lempung dan molekul air menggantikannya, hingga
terhadap kejadian gerakan tanah. menyebabkan kisi-kisinya kurang mantap
pada saat proses hancuran berlangsung.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hilangnya K+ yang terus menerus dan
penggantian Al3+ oleh Mg2+ yang
3.1. Mineralogi Lempung dan Proses berlangsung dalam lapisan Al 3+ akan
Terbentuknya berakhir dengan terbentuknya
montmorillonit. Dalam beberapa hal illit
Mineral lempung (clay mineral) dapat terbentuk dari mineral primer
merupakan kelompok mineral penyusun seperti K-feldspar, yang melalui proses
pada batuan sedimen, dengan jumlah penghabluran kembali dimana K+
hampir 40%, juga sebagai unsur utama dijumpai dalam bentuk banyak. Klorit
tanah (soil). Istilah clay digunakan di terbentuk melalui proses alterasi biotit
Amerika Serikat dan International Society atau mika yang kaya Fe dan Mg.
of Soil Science, untuk menyatakan suatu Perubahan itu dibarengi dengan
batuan atau partikel mineral yang hilangnya sejumlah Mg2+, K+, dan Fe2+
terdapat pada tanah berukuran butir (Hardjowigeno, 1987).
kurang dari 0.002 mm, sedangkan Alterasi dan pelapukan lebih lanjut
menurut Pettijohn (1987), lempung menghasilkan illit dan vermikulit, dan
merupakan besar butir dalam skala salah satu dapat teralterasi lebih lanjut
Wentworth berukuran 1/256 atau 0.0039 menjadi montmorillonit. Klorit juga dapat
mm (Heine et al. 2010 dalam Husain, R. terbentuk dari alterasi mineral primer
2015) yang kaya Fe dan Mg seperti piroksin
Menurut Heine et al. 2010 dalam dan hornblende. Selain itu montmorilonit
Husain, R. 2015., mineral lempung dapat juga terbentuk melalui
merupakan komponen yang paling umum penghabluran kembali sejumlah mineral
dari semua sedimen, dan mineral apabila lingkungan memungkinkan.
lempung dapat ditemukan sebagai Ternyata keadaan hancuran sedang
penyusun tanah dari kutub hingga ke (sedikit masam hingga alkalin), adanya
daerah khatulistiwa. Mineral lempung sejumlah Mg dan tidak adanya pencucian
yang dihasilkan oleh transformasi batuan merupakan syarat bagi pembentukan
induk dengan pemilahan fisik dan kimia montmorilonit. Kaolinit mencerminkan
tanpa modifikasi unsur dari mineralnya, tingkat hancuran yang lebih lanjut dan
dan oleh pelapukan kimia menyebabkan dibentuk dari pelapukan silikat dalam
transformasi mineral primer dengan reaksi sedang hingga sangat masam di
pembentukan mineral lempung sekunder. mana logam alkali dan alkali tanah
Mineral lempung sekunder membentuk dibebaskan (Hardjowigeno, 1987).
suatu kompleks pelapukan yang Aluminium dan silikat yang larut
mengakibatkan pembentukan tanah. akan menghablur kembali membentuk
Pengembangan tanah dan mineral kaolinit. Pada saat terjadinya hancuran
lempung dipengaruhi oleh iklim, vegetasi, mineral primer dan sekunder, maka
fauna dan aktivitas manusia, litografi, terjadi pembebasan berbagai unsur
bentang alam, air interflow, waktu. Oleh kimia. Kation-kation seperti Na+ dan K+
karena itu, mineral lempung dapat yang mudah larut akan tercuci,
digunakan sebagai petunjuk menentukan sedangkan yang lain seperti Al 3+, Fe2+
batuan induknya dan kondisi iklim selama dan Si4+ dapat menghablur kembali dan
pembentukannya. menjadi mineral baru atau membentuk
Pembentukan mineral lempung mineral yang tidak mudah larut seperti
dapat terjadi melalui dua proses yaitu (1) hidrous oksida aluminium dan besi.
alterasi fisik dan kimia dari mineral primer Mineral lempung umumnya illit dan
(2) pelapukan dari mineral yang segera vermikulit, kecuali di daerah tua atau di

Jurnal Alami (e-ISSN : 2548-8635), Vol. 2, No.2, Tahun 2018 91


Dyah Nursita Utami: Kajian Jenis Mineralogi Lempung dan Implikasinya dengan Gerakan Tanah

daerah bercurah hujan tinggi, kaolinit


akan lebih dominan (Rayes, 2006).
Beberapa batuan yang cukup banyak
mengandung mineral kelam (mafic) dan
kandungan kuarsa rendah, disamping
banyak mineral kelam (ferromagnesium),
juga banyak dijumpai Ca-plagioklas.
Mineral kelam dan Ca-plagioklas tersebut
mudah sekali lapuk, sehingga
menghasilkan tanah dengan kejenuhan
basa yang tinggi dengan warna merah
tua atau coklat tua karena kandungan Gambar 2. Struktur Alumina Octahedron
besi bebas yang tinggi. (Encyclopedia Britannica
Selanjutnya dikatakan bahwa dalam Grim, 2013).
kaolinit dan haloisit merupakan mineral
lempung yang ditemukan apabila 3.2. Struktur Tipe Mineralogi Lempung
drainase tanah baik. Di daerah dan Sifat-Sifatnya
berdrainase buruk atau di tempat dengan
musim kering nyata dapat terbentuk Terdapat 3 tipe utama mineral
montmorilonit. lempung diantaranya (kaolinite group,
Menurut Bambang et al. (2006), smectite group (montmorilonit), Illite
bahwa ditinjau dari mineralogi lempung group, yaitu:
terdiri dari berbagai macam penyusun
mineral yang mempunyai ukuran sesuai 3.2.1. Kaolinite
dengan batasan yang ada. Mineral Merupakan mineral silikat berlapis
lempung merupakan koloid dengan (Gambar 2), struktur mineral satu
ukuran sangat kecil (kurang dari 1 banding satu (1:1) merupakan lembaran
mikron). Masing-masing koloid terlihat alumina oktahedran (gibbsite)
seperti lempengan-lempengan kecil yang membentuk satu unit dengan tebal 7.15Å
terdiri dari lembaran-lembaran kristal (1Å=10-10nm), berwujud seperti
yang memiliki struktur atom yang lempengan tipis. Mineral kaolinit
berulang (Gambar 1 dan Gambar 2). berwujud seperti lempengan-lempengan
tipis, masing-masing dengan diameter
1000Å sampai 20000Å dan ketebalan
dari 100Å sampai 1000Å dengan luasan
spesifik perunit massa ±15 m2/gr.
Kaolinite memiliki kapasitas shrink-
mengembang rendah, sehingga tidak
dapat mengabsorpsi air dan kapasitas
tukar kation rendah (1-15 meq/100g).
Biasanya disebut oleh masyarakat tanah
lempung putih atau tanah liat putih
merupakan endapan residual.

Gambar 1. Struktur Silika Tetrahedron


(Encyclopedia Britannica
dalam Grim, 2013).

Gambar 3. Struktur 1:1 Kaolinite


(Encyclopedia Britannica
dalam Grim, 2013).

92 Jurnal Alami (e-ISSN : 2548-8635), Vol. 2, No.2, Tahun 2018


Dyah Nursita Utami: Kajian Jenis Mineralogi Lempung dan Implikasinya dengan Gerakan Tanah

3.2.2. Montmorillonite 3.2.3. Illite


Termasuk kelompok mineral Terdiri atas satu lapisan alumina
smektit, struktur mineral 2:1 (Gambar 5). antara dua lapisan silika, tebal satu
Tebal satu satuan unit adalah 10Å-18Å, satuan unit adalah 10Å, tidak berubah
mempunyai beberapa sifat yang spesifik jika diberi larutan glycol, struktur satuan
sehingga keberadaannya dapat kristalnya 2:1 (Gambar 4), hampir sama
mempengaruhi sifat fisik dan sifat kimia dengan montmorillonit.
tanah. Struktur kisinya tersusun atas satu
lempeng Al2O3 diantara dua lempeng 3.2.4. Halloysite
SiO2. Karena struktur inilah Termasuk dalam kelompok kaolinit,
montmorillonit dapat mengembang struktur mineral satu banding satu
menyusut menurut sumbu c dan (1:1), terdiri dari 1 lembar oktahedral
mempunyai sifat penting lainnya yakni dan 1 lapisan tetrahedral serta satuan
mempunyai muatan negative (negative unitnya 10Å.
charge), yang menyebabkan mineral ini
sangat reaktif terhadap lingkungan.
Mempunyai kapasitas tukar kation
yang tinggi, dan kemampuannya yang
dapat mengembang bila basah ataupun
menyusut bila kering. Pembentukan
mineral smektit memerlukan kondisi
sebagai berikut:
(1) curah hujan harus cukup untuk
menyebabkan terjadinya pelapukan,
tapi tidak menyebabkan pencucian
basa-basa dan silica;
(2) adanya masa-masa kering yang
diperlukan untuk kristalisasi smektit;
(3) drainage yang terhambat sehingga
terhindar dari proses pencucian dan Gambar 4. Struktur Kristal Haloisit
hilangnya bahan-bahan hasil (Joussein et.al, 2005 dalam Husain,
pelapukan; serta 2015.)
(4) suhu tinggi untuk menunjang proses
pelapukan (Driessen and Dudal, 1989 Disamping tiga jenis mineral
dalam Bambang et al, 2006). lempung tersebut mineral-mineral
lempung lainnya (Hermawan et al, 2003)
yang sering dijumpai adalah vermiculite,
chlorite (Gambar 5).

Jurnal Alami (e-ISSN : 2548-8635), Vol. 2, No.2, Tahun 2018 93


Dyah Nursita Utami: Kajian Jenis Mineralogi Lempung dan Implikasinya dengan Gerakan Tanah

Gambar 5. Struktur Satuan Kristal Mineral Lempung


(Oliver, 2013. dalam Husain, 2015.)

Sebagian besar lempung terdiri dari Hal ini mengakibatkan parameter


partikel mikroskopis dan submikroskopis kuat geser akan sangat rendah ketika
(tidak dapat dilihat dengan jelas bila terjadi kejenuhan oleh air, sehingga
hanya dengan mikroskop biasa), menyebabkan terjadinya gerakan
berbentuk lempengan pipih dan tanah di Wilayah Giresun Turki.
merupakan partikel-partikel dari mika 2. Amin Widodo (2011) meneliti tentang
group, serpentinite group, mineral- hasil pelapukan, sifat geoteknik tanah
mineral lempung (clay mineral) dan dan kondisi geokimia tanah di lereng
mineral yang sangat halus lainnya. yang berdekatan dengan bidang
longsor yang telah terjadi. Tebalnya
3.3. Implikasi Jenis Mineralogi tanah residual 16 meter yang
Lempung Terhadap Kejadian didominasi oleh material ukuran
Gerakan Tanah lempung–lanau, maka tanah residu
volkanik Kuarter Tua G.Argopuro
Beberapa penelitian yang telah merupakan lereng yang kritis.
dilakukan tentang pengaruh mineral 3. Kuswaji Dwi Priyono (2012) mengkaji
lempung terhadap terjadinya gerakan tipe lempung terhadap intensitas dan
tanah atau longsor diantaranya : mekanisme terjadinya longsor lahan.
1. Ali Yalcin (2007), tentang pengaruh Perbedaan tipe, jenis, jumlah dan
mineral lempung sebagai hasil sebaran mineral lempung yang
pelapukan formasi dasitik, bahwa terbentuk terkait dengan keadaan
keberadaan mineral Illit dan lereng yang mempengaruhi proses
montmorillonit yang memiliki sifat transformasi ataupun pembentukan
kembang susut pada soil tersebut. mineral lempung, pada daerah yang

94 Jurnal Alami (e-ISSN : 2548-8635), Vol. 2, No.2, Tahun 2018


Dyah Nursita Utami: Kajian Jenis Mineralogi Lempung dan Implikasinya dengan Gerakan Tanah

tersusun oleh batu lempung, napal (kation) dari garam yang ada dalam air
pasiran, batugamping dan batuan porinya. Hal ini disebut pertukaran ion-
andesit, breksi andesit dan tuff yang ion.
merupakan hasil aktivitas Gunungapi. Pertemuan antara molekul air dan
4. Ratna Husain (2015) mengkaji secara partikel lempung akan menimbulkan
geokimia tipe dan jenis mineral lekatan yang sangat kuat, sebab air akan
lempung yang terkandung pada tertarik secara elektrik dan air akan
tanah residual dari batuan dasar berada disekitar partikel lempung yang
(breksi volkanik, batugamping dan disebut air lapisan ganda, sedangkan air
batupasir silisiklastik). Serta yang berada pada lapisan dalam disebut
menentukan keterdapatan jenis air resapan. Lapisan air inilah yang
mineral lempung pada setiap lapisan menimbulkan gaya tarik menarik antar
atau strata tanah residual pada partikel lempung yang disebut
masing-masing batuan dasar unhindered moisture film.
berbeda untuk menentukan Interaksi antara molekul-molekul air
hubungan mineral lempung yang dengan partikel lempung dapat melalui
mempengaruhi gerakan tanah. tiga proses:
Dari beberapa penelitian tersebut 1. Pertama, kutub positif dipolar air akan
diatas disebutkan bahwa mineral saling tarik menarik dengan muatan
lempung yang terbentuk dipengaruhi oleh negatif permukaan partikel lempung.
mekanisme proses transformasi ataupun 2. Kedua, molekul air diikat oleh partikel
pembentukan mineral lempung yang lempung melalui ikatan hydrogen
sejalan dengan tingkat perkembangan (hydrogen air ditarik oksigen atau
tanah. Grim (1968) mengemukakan hidroksil lain yang ada pada
bahwa mineral lempung yang terbentuk permukaan partikel lempung).
dalam tanah sangat tergantung pada: Proses ketiga, penarikan molekul
1. Kandungan Si, air oleh muatan negative permukaan
2. Macam dan konsentrasi kation lempung secara berantai melalui kation
yang ada, yang menampung dalam larutan air.
3. pH tanah serta Faktor paling dominan adalah proses
4. Intensitas pelindian. ikatan hydrogen.
Interaksi antara berbagai faktor Menurut Mitchell, 1976. dalam
pembentuk tanah juga sangat Widiatmono dan Siswanto, 2007. molekul
mempengaruhi komposisi mineral air dekat permukaan akan memiliki sifat
lempung yang terdapat dalam suatu kelistrikan dan termodinamika yang
kondisi bentuk lahan. Jadi proses berbeda dengan molekul air bebas yang
terbentuk dan komposisi jenis mineral sangat jauh dari daerah ikatan. Jumlah
lempung sangat spesifik di setiap bentuk molekul air yang berinteraksi dengan
lahan. Dari spesifik bentuk lahan ini permukaan lempung akan sangat
berpengaruh terhadap proses yang dipengaruhi oleh jenis mineral yang ada
terjadi setiap mineral lempung penyusun yaitu pada nilai luasan permukaan
tanahnya. spesifiknya (specific surface), seperti
Wilayah Indonesia yang cenderung yang terlihat pada Gambar 6. Luas
beriklim basah sangat melimpah akan permukaan lempung merupakan faktor
ketersediaan air dalam suatu bentuk utama yang mempengaruhi besarnya
lahan. Air sangat mempengaruhi sifat molekul air yang ditarik untuk membentuk
mineral lempung, karena butiran dari lapisan listrik rangkap (Diffuse Double
mineral lempung sangat halus, sehingga Layer). Fenomena ini mengidentifikasikan
luas permukaan spesifikasinya menjadi kemanapuan mineral lempung menarik
lebih besar. Dalam suatu partikel molekul air atau menunjukkan kapasitas
lempung yang ideal, muatan negatif perilaku plastis tanah lempung.
dalam keadaan seimbang, selanjutnya Lempung akan bersifat labil bila kation-
terjadi substitusi isomorf dan kontinuitas kation yang berada diantara partikel
perpecahan susunannya, sehingga lempung adalah kation-kation yang lemah
terjadi muatan negatif pada permukaan atau dapat dengan mudah digantikan
partikel kristal lempung. Salah satu untuk oleh kation-kation yang lain atau tergeser
mengimbangi muatan negatif, partikel oleh molekul-molekul air yang
tanah lempung menarik muatan positif konsentrasinya tinggi.

Jurnal Alami (e-ISSN : 2548-8635), Vol. 2, No.2, Tahun 2018 95


Dyah Nursita Utami: Kajian Jenis Mineralogi Lempung dan Implikasinya dengan Gerakan Tanah

Kation yang lemah adalah kation-kation berubah-ubah atau muatan tergantung


yang berasal dari garam-garam mineral pH. Sebaliknya proton (H+) tidak hanya
yang terdapat di alam misalnya Na +. dapat terdisosiasi dari gugus -OH
Sehingga akan dihasilkan gaya (hidroksil) yang terbuka tetapi dapat juga
elektrostatis yang lemah serta jari-jari menyerap atau memperoleh proton,
antar partikel besar, sehingga akan proses ini akan tejadi pada media yang
didapatkan lempung yang mengembang sangat asam (pH rendah) sehingga dapat
disaat banyak air dan menyusut pada menghasilkan muatan positif pada
saat air keluar dari lempung dengan permukaan lempung.
perbedaan kembang susut yang besar. Pada mineral lempung kering,
Selain berinteraksi dengan molekul muatan negatif pada permukaan akan
air, permukaan mineral lempung tanah dinetralkan oleh kation-kation lain yang
biasanya mengandung muatan mengelilingi partikel tersebut secara
elektronegatif yang memungkinkan exchangeable cation (Kim H. Tan 1951).
terjadinya reaksi pertukaran kation, Muatan negatif pada permukaan partikel
muatan ini merupakan hasil dari satu lempung beserta kumpulan ion-ion lawan
atau beberapa lebih dari reaksi yang yang bemuatan positif disebut lapisan
berbeda. Dua sumber utama bagi asal rangkap listrik atau diffuse double layer.
usul muatan negatif menurut Kim. H. Tan Lapisan pertama dari lapisan rangkap
(1991) yaitu: tersebut terbentuk dari muatan dari
1. Adanya subtitusi Isomorfik permukaan lempung (berupa muatan titik
Proses ini merupakan sumber utama yang terlokasi) tetapi dianggap terbagi
muatan negative dalam lempung tipe 2:1. secara merata pada permukaan
Sebagian dari silicon dalam lapisan lempung. Lapisan kedua berada dalam
tetrahedral dapat diganti oleh ion yang lapisan cairan yang berdekatan dengan
berukuran sama, yang biasanya Al 3+ permukaan lempung.
demikian pula sebagian dari alumunium
dari lembar octahedral dapat digantikan IV. KESIMPULAN
oleh Mg2+ tanpa mengganggu struktur
kristal. 1. Mekanisme terjadinya tanah longsor
2. Disosiasi gugus hidrosil yang di suatu lereng
terbuka perbukitan/pegunungan dipengaruhi
Keberadaan gugus -OH pada tepi kristal oleh komposisi tipe lempung yang
dapat juga mengakibatkan muatan terbentuk.
negative khususnya pada pH tinggi. 2. Perbedaan tipe, jenis, jumlah, dan
Hidrogen dari hidroksil (OH-) terurai sebaran mineral lempung yang
sedikit dari permukaan lempung menjadi terbentuk pada berbagai kejadian
bermuatan negatif dari ion oksigen. longsorlahan terkait dengan keadaan
Muatan negative tipe ini disebut muatan. lereng yang mempengaruhi proses
transformasi ataupun pembentukan
mineral lempung yang sejalan
dengan tingkat perkembangan
tanahnya.
3. Permukaan mineral lempung tanah
biasanya mengandung muatan
elektronegatif yang memungkinkan
terjadinya reaksi pertukaran kation.
4. Reakai pertukaran kation inilah yang
menjadi indikasi mineral lempung
berpotensi bersifat ekspansif
sehingga terjadilah gerakan tanah.
5. Selanjutnya karakter tipe lempung
digunakan sebagai dasar
penyusunan upaya mitigasi bencana
Gambar 6. Interaksi Molekul dan Air tanah longsor mendatang.
dengan Partikel Lempung (Das Braja. M,
1985 dalam Widiatmono dan Siswanto,
2007)

96 Jurnal Alami (e-ISSN : 2548-8635), Vol. 2, No.2, Tahun 2018


Dyah Nursita Utami: Kajian Jenis Mineralogi Lempung dan Implikasinya dengan Gerakan Tanah

DAFTAR PUSTAKA M.Schäbitz, C.Janssen, H.-R.Wenk,


R.Wirth, B.Schuck, H.-U.Wetzel
Bambang D., Agusman, A. Maas, S.A. X.Meng, G.Dresen. 2018.
Siradz. 2006. Karakterisasi Tanah- Microstructures in landslides in
Tanah berwarna Hitam hingga Merah northwest China – Implications for
di atas Formasi Karst Kabupaten creeping displacements. Journal of
Gunung Kidul. Jurnal Ilmu Tanah dan Structural Geology. Volume
Lingkungan Vol. 6 No.1 2006: 39-46. 106, January 2018, Pages 70-85.
Fakultas Pertanian Universitas Priyono, K.D. 2012. Kajian Mineral
Gadjah Mada Yogyakarta. Lempung Pada Kejadian Bencana
Benjamin S. Ponto, John C.Berg. 2018. Longsorlahan Di Pegunungan
Clay particle charging in apolar Kulonprogo Daerah Istimewa
media. Appllied Clay Science Vol. Yogyakarta. Forum Geografi, Vol. 26,
161, 1 September 2018: 76-81. No. 1, 54 Juli 2012: 53 – 64.
https://doi.org/10.1016/j.clay.2018. Rayes, M.L. 2006. Metode Inventarisasi
04.016 Sumber Daya Lahan. Andi Publisher.
Yogyakarta.
Grim, R. E. (1968). Clay Mineralogy,
Widiatmono, K. dan H. Siswanto. 2007.
2nd Edition. New York: Mc.Graw-Hill
Stabilisasi Tanah Lempung Dengan
Grim, R.E., 2003. Clay Mineralogy, New
Kapur Pertanian (CaCO3) Di Daerah
York: Mcgraw Hill Book Company.
Rawa Pening Kabupaten Semarang.
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah.
Jurusan Teknik Sipil Universitas
Mediyatama Sarana Perkasa,
Diponegoro. Semarang.
Jakarta.
Yulianti, A., D. Sarah dan E. Soebowo.
Husain, R. 2015. Geokimia Mineral
2012. Pengaruh Lempung Ekspansif
Lempung dan Implikasinta terhadap
Terhadap Potensi Amblesan Tanah
Gerakan Tanah. Program Pasca
Di Daerah Semarang. Jurnal Riset
Sarjana Universitas Hasanuddin.
Geologi dan Pertambangan Vol. 22
Makassar.
No. 2 (2012): 93-104.
Kim. H. Tan, (1951), Dasar-Dasar Kimia
Tanah. Balai Penelitian Perkebunan,
Bogor. Gajah Mada University Press.
.
Bulaksumur. Yogyakarta.

Jurnal Alami (e-ISSN : 2548-8635), Vol. 2, No.2, Tahun 2018 97

Anda mungkin juga menyukai