Anda di halaman 1dari 7

A.

Judul
Penentuan jumlah eritrosit dan leukosit pada hewan coba
B. Tujuan
Mempelajari dan memahami prinsip kerja bilik hitung improved Neubauer yang
digunakan dalam perhitungan jumlah eritrosit/ leukosit
C. Dasar Teori
Mencit (Mus musculus) merupakan mamalia kecil yang nilai kemanfaatanya
tinggi, diantaranya sebagai hewan dalam percobaan (penyakit, gizi, dan makanan)
pada manusia, hewan peliharaan, maupun pakan bagi hewan lain. Manfaat mencit
yang tinggi mengakibatkan mencit harus selalu tersedia dalam jumlah banyak dengan
produktifitas dan performa yang baik. Penggunaan M. musculus sebagai hewan uji
memiliki banyak keuntungan diantaranya penanganannya yang relatif mudah, harga
yang murah, jumlah peranakan yang banyak, berukuran kecil, serta memiliki
kemiripan fisiologis dengan manusia (Marbawati dan Ikawati, 2009)
Darah merupakan partikel suspense yang mengandung eletrolit. Darah terdiri
atas dua bagian yang penting, yaitu plasma darah dan sel darah.. Di dalam plasma
darah terdapat air dengan elektrolit terlarut serta protein darah (albumin, globulin dan
fibrinogen) sedangkan komponen sel darah yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit.
Ketiga sel tersebut terbentuk dar stem cell yang sama yaitu sel induk pluripotent, pada
mamalia dan ungags, pembentukan sel darah pertama kali terjadi dalam yolk sac.
Sekitar pertengahan kehamilan, pembentukan sel darah terjadi didalam beberapa
jaringan tubuh, mislanya sumsum tulangm hati, limfa, timus dan nodus limpatikus,
menjelang masa kelahiran sampai dewasa, sumsum tulang pipih berperan uatama
dalam hematopoeiesis tersebut (Raharjo dkk, 2017).
Komponen darah terdiri dari dua komponen utama yaitu plasma darah yang
merupakan bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit, dan
protein darah dan butir – butir darah (blood corpuscles), yang terdiri dari komponen –
komponen sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan trombosit (Bakta,
2006).
Sel darah merah atau eritrosit selama hidupnya tetap berada dalam darah. Sel-
sel ini mampu mengangkut oksigen secara efektif tanpa meninggalkan pembuluh
darah serta cabang-cabangnya. Leukosit melaksanakan fungsinya di dalam jaringan,
sedangkan keberadaannya dalam darah hanya melintas saja. Trombosit melakukan
fungsinya pada dinding pembuluh darah, sedangkan trombosit yang ada dalam
sirkulasi tidak mempunyai fungsi khusus (Atulmetha dan Hoffbrand, 2006).

1. Eritrosit
Eritrosit atau sel darah merah memiliki bentuk cakram kecil bikonkaf, cekung
pada kedua sisinya, sehingga dilihat dari samping tampak seperti dua buah bulan sabit
yang saling bertolak belakang. Dalam setiap mm3 darah terdapat 5.000.000 sel darah.
Bila dilihat satu per satu warnanya kuning pucat, tetapi dalam jumlah besar kelihatan
merah dan memberi warna pada darah. Strukturnya terdiri atas pembungkus luar atau
stroma dan berisi masa hemoglobin. Sel darah merah terbentuk di dalam sumsum
tulang (Pearce, 2002).
Jangka hidup sel darah merah kira- kira 120 hari. Sel- sel darah merah yang
telah tua akan ditelan oleh sel- sel fagostik yang terdapat dalam hati dan limpa. Sel-sel
darah merah berbentuk cakram dengan diameter 75 nm, ketebalan di tepi 2 nm dan
ketebalan di tengah 1 nm. Sel darah merah dibentuk di dalam sumsum tulang. Sel-sel
pembentuk sel darah merah ini disebut eritroblast, tetapi pada embrio (bayi), sel-sel
darah merah dibentuk di dalam hati dan limpa (Isnaeni,2006).
Adanya warna merah pada sel darah merah disebabkan karena pigmen merah
yang disebut dengan hemoglobin atau lebih dikenal dengan Hb. Hemoglobin
merupakan suatu protein yang terdiri atas hemin dan globin. Hemin mengandung zat
besi (Fe). Hb ini mempunyai daya ikat tinggi terhadap oksigen (O2). Di dalam
peredarannya ke seluruh tubuh, darah diikat oleh Hb yang kemudian diberi nama
oksihemoglobin. Selain mengikat O2, Hb juga dapat mengikat CO2 sisa metabolisme
tubuh untuk dibuang melalui organ ekskresi. Hb yang mengangkut CO2 ini disebut
karbominohemoglobin (Isnaeni,2006).
Eritropoeiesis diawali oleh adanya sel hemositoblast. Hemositoblast akan
segera membentuk proetroblast yang mempunyai sitolasma berwarna biru tua, nucleus
ditengah dan nucleoli sedikit mengelompok tetapi sel ini belum mengandung Hb. Sel
proeritroblast kemudian berubah menjadi eritroblast yang mengandung kromatin
dalam nucleus dan Hb. Selanjutnya sel berukuran kecil dengan sitoplasma kebiruan
karena terdapat RNA dan kromatin mengalami kondensasi, pada saat ini sel disebut
basofilik eritroblast. Sel berubah menjadi polikromatik eritroblast yang ditandai
dengan mengandung Hb, nucleus mengecil dan RE dan selanjutnya beurbah lagi
menjadi eritroblast. Pada tahap ini, nucleus mengalami fragmentasi dan autolysis,
sitoplasma banyak mengandung Hb dan berwarna merah. Pada tahap akhir akan
terbentuk sel retikulosit sebab eritrosit sudah tanpa inti, menghasilkan Hb terus
menerus dalam julah kecil selama 3 hari dan akhirnya membentuk eritosit matang
setelah berada diluar sumsum tulang berbentuk pipih dan bikonkaf (Raharjo dkk,
2017).
Eritropoeiesis sangat dipengaruhi oleh hormone eritropotin. Ginjal
menskresikan REF (renal eritropoetin factor) yang segera akan dibawa menuju ke hati
untuk mengubah eritropoitonogen menjadi eritopoetin. Eritropoetin menyebabkan
terjadinya peningkatan kecepatan pembelahan sel hemositoblast. Eritrosit matang
tidak mempunyai inti, mitokondria, ataupun RE akan tetapi mempunyai enzim
sitoplasma yang mampu memetabolisme glukosa melalui proses glikolitik untuk
membentuk ATP. ATP diperlukan untuk menjaga kurang aktif sehingga
mengakibatkan kerapuhan membrane sel (Raharjo dkk, 2017).
Proses pembentukan eritrosit dihasilkan pertama kali di dalam kantong kuning
saat embrio pada minggu-minggu pertama. Proses pembentukan eritrosit disebut
eritropoisis. Setelah beberapa bulan kemudian, eritrosit terbentuk di dalam hati, limfa,
dan kelenjar sumsum tulang. Produksi eritrosit ini dirangsang oleh hormon
eritropoietin. Setelah dewasa eritrosit dibentuk di sumsum tulang membranosa.
Semakin bertambah usia seseorang, maka produktivitas sumsum tulang semakin turun
(Isnaeni,2006).
Proses pembentukan eritrosit memerlukan;
a. Sel induk : CFU-E, BFU-E, normoblast (eritroblast)
b. Bahan pembentuk eritrosit: besi, vitamin B12, asam folat, protein,
c. Mekanisme regulasi: faktor pertumbuhan hemopoetik dan hormone eritropoitin.
(Bakta I Made, 2006)
Sel pembentuk eritrosit adalah hemositoblas yaitu sel batang mieloid yang
terdapat di sumsum tulang. Sel ini akan membentuk berbagai jenis leukosit, eritrosit,
megakariosit (pembentuk keping darah). Rata-rata umur sel darah merah kurang lebih
120 hari. Sel-sel darah merah menjadi rusak dan dihancurkan dalam sistem retikulum
endotelium terutama dalam limfa dan hati. Globin dan hemoglobin dipecah menjadi
asam amino untuk digunakan sebagai protein dalam jaringan-jaringan dan zat besi
dalam hem dari hemoglobin dikeluarkan untuk dibuang dalam pembentukan sel darah
merah lagi. Sisa hem dari hemoglobin diubah menjadi bilirubin (warna kuning
empedu) dan biliverdin, yaitu yang berwarna kehijau-hijauan dan dapat dilihat pada
perubahan warna hemoglobin yang rusak pada luka memar (Isnaeni,2006).
Fungsi sel darah merah adalah mengikat oksigen dari paru–paru untuk
diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan mengikat karbon dioksida dari jaringan tubuh
untuk dikeluarkan melalui paru–paru. Pengikatan oksigen dan karbon dioksida ini
dikerjakan oleh hemoglobin yang telah bersenyawa dengan oksigen yang disebut
oksihemoglobin (Hb + oksigen 4 Hb-oksigen) jadi oksigen diangkut dari seluruh
tubuh sebagai oksihemoglobin yang nantinya setelah tiba di jaringan akan dilepaskan:
Hb-oksigen Hb + oksigen, dan seterusnya. Hb tadi akan bersenyawa dengan karbon
dioksida dan disebut karbon dioksida hemoglobin (Hb + karbon dioksida Hb-karbon
dioksida) yang mana karbon dioksida tersebut akan dikeluarkan di paru-paru.
Menurut Frandson (1992) bahwa faktor-faktor yang menyebabkan
peningkatan dan penurunan jumlah sel darah merah pada seseorang dapat terjadi
karena orang tersebut menderita anemia atau hemokonsentrasi. Hemokonsentrasi
disebabkan oleh penurunan jumlah air yang diminum atau banyaknya jumlah air yang
diminum. Sedangkan anemia disebabkan oleh karena sel darah yang fungsional atau
hemoglobin jauh dibawah normal. Nilai normal dewasa 4,00-5,5 juta sel/mm3, pria
4,5-6,2 juta sel/ mm3. Sedangkan nilai normal bayi 3,8-6,1 juta sel/ mm3 , anak-anak
3,6-4,8 juta sel / mm3. Peningkatan jumlah eritrosit ditemukan pada dehidrasi berat,
diare, luka bakar, pendarahan berat, setelah beraktivitas berat, polisitema, anemia,
sickle cell. Penurunan jumlah eritrosit ditemukan pada berbagai jenis anemia,
kehamilan, penurunan fungsi sumsum tulang, malaria, miolema multipel, lupus,
konsumsi obat. (Anonim,2011)
Berbeda dengan hewan mencit , menurut Arrington (1972) jumlah butir darah
merah normal pada mencit berkisar 7,7-12,5x10 6/mm3. Penurunan jumlah butir darah
merah pada hewan dikarenakan oleh besarnya aktivitas hewan tersebut. Hewan yang
sangat aktif bergerak atau beraktivitas akan memiliki butirdarah merah dalam jumlah
yang banyak pula, karena hewan yang aktif banyak mengkonsumsi banyak oksigen.
Eritrosit dihitung dalam 5 bidang sedang yang terletak dibidang besar paling
tengah. 5 bidang tersebut terdiri dari 4 bidang dipinggir dan 1 bidang ditengah
(bertanda R) tiap-tiap bidang ini dibagi lagi menjadi 16 petak-petak kecil yang
masing-masing luasnya adalah 1/400 mm2. Dengan demikian eritrosit dihitung dalam
80 petak-petak kecil, luas keseluruhan ialah 80 x 1/400 mm2 = 1/5 mm2.
Gambar 1: Kamar perhitungan pada Bilik Hitung Improved Neubaur
Keterangan
W : kotak untuk hitung jumlah leukosit
R : kotak untuk hitung jumlah eritrosit
Cara perhitungan sel eritrosit (diamati pada pembesaran mikroskop 10 x 40)
Jumlah bujur sangkar yang dihitung : 80 kali
Volume bujur sangkar : 1/4000 mm3
Darah yang diencerkan : 100 kali
Jumlah leukosit yang terhitung :E
Maka Jumlah eukosit per mm3 : E/80 x 4000 x 100

2. Leukosit
Leukosit merupakan sel darah putih yang memiliki ukuran lebih besar
daripada eritrosit atau sel darah merah akan tetapi jumlahnya lebih sedikit. Pada
umumnya leukosit berwarna bening, atau tidak berwarna. Leukosit tidak mengandung
haemoglobin, memiliki nucleus dan pada dasarnya dijumpai dalam keadaan tidak
berwarna (Kimball, 1996).
Leukosit merupakan unit yang mobil/aktif dari sistem pertahanan tubuh.
Luekosit ini sebagian dibentuk di sumsum tulang (granulosit dan monosit serta sedikit
limfosit) dan sebagian lagi di jaringan limfe (limfosit dan sel-sel plasma). Setelah
dibentuk, sel-sel ini diangkut dalam darah menuju berbagai bagian tubuh untuk
digunakan. Manfaat sesungguhnya dari sel darah putih ialah bahwa kebanyakan
ditranspor secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan serius,
jadi, menyediakan pertahanan yang cepat dan kuat terhadap setiap bahan infeksius
yang mungkin ada (Guyton, 1995).
Dalam kondisi normal tiap mm3 mamlaia terdapat 4000-11000 sel darah putih.
Leukosit memiliki peran yang sangat penting bagi perlindungan tubuh terhadap
mikroorganisme. Yang paling berperan dalam fungsi ini adalah sel granulusit dan
monosit. Dengan kemampuannya sebagai fagosit dengan kekuatan amoeboidnya, dia
dapat bergerak bebas di dlaam dan dapat keluar dari pembuluh darah dan berjalan
menitari seluruh bagian tubuh. Apabila kekurangan/kelebihan dari keadaa normal,
dapat terjadi keadaan antara lain :

- Leukositosis : penamabahan jumlah keseluruuan sel darah putih


dalam darah yaitu jika penambahan melampaui 11.000 sel.mm3
- Leukopenia : berkurangnya jumlah sel darah putih sampai 4000 atau
kurang
- Limfositosis : Penambahan jumlah limfosit
- Agranulositosis : Penurunana jumlah granulosit atau sel polimorfnuklear

Faktor-faktor yang memengaruhi jumlah leukosit dan diferensialnya antara lain


kondisi lingkungan, umur dan kandungan nutrisi makanan. Diantara faktor-faktor
tersebut , faktor nutrisi memiliki peran yang sangat penting sebagai contoh yaitu protein
(Addas et al .,2012). Protein sangat berperan penting dalam proses pembentukan
leukosit karena protein merupakan salah satu dari komponen darah.

Cara perhitungan sel leukosit (diamati pada pembesaran mikroskop 10 x 10)


Jumlah bujur sangkar yang dihitung : 64 kali
Volume bujur sangkar : 1/160 mm3
Darah yang diencerkan : 10 kali
Jumlah leukosit yang terhitung :L
Maka Jumlah leukosit per mm3 : L/64 x 160 x 10
DAFTAR PUSTAKA
Addass, P.A., David, I. Edward, A. Zira dan Midak.2012. Effect of age, sex and
management system on some haematological parameters of intensively and
semi-intensively kept chicken in Mubi. Adamawa State, Nigeria. Iranian J. of
App. Anim. Sci. 2 (3) : 277-282.
Anonim.2011. Hematologi Mencit . (online) (diakses tanggal 19 maret 2019)
Atulmetha dan Hoffbrand, 2006). Hematologi. Edisi kedua. Jakarta : EGC
Arrington, L. R. 1972. Introductory Laboratory Animal Science, the Breeding, Care
and Management of Experimental Animal. The Interstate Printers and
Publisers, Inc. Denville.
Bakta, I Made. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.1-2,9.11
Frandson, R.D. 1992. Anatomi Dan Fisiologi Ternak. Edisi Ke-4. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta. (Diterjemahkan Oleh B. Srigandono Dan
Praseno).
Guyton. 1995. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Buku Kedokteran EGC :
Jakarta
Isnaeni, wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Kanisus
Kimball, John W,1996. Biologi Edisi Kelima jilid 2. Jakarta: Erlangga
Marbawati, D. dan B. Ikawati. 2009. Kolonisasi Mus musculus Albino di
Laboratorium Loka Litbang P2b2 Banjarnegara. Balaba, 5 (1): 1-5.
Pearce, C. Evelyn. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedic. Jakarta : Penerbit
PT Gramedia Pustaka Utama.
Raharjo,dkk. 2017. Petunjuk Praktikum Mata Kuliah Fisiologi Hewan. Surabaya :
Universitas Negeri Surabaya

Anda mungkin juga menyukai