Anda di halaman 1dari 28

57

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian pada dasarnya merupakan suatu cara

untuk memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan atau pemecahan

suatu masalah, dengan tujuan dan kegunaan tertentu

(Notoatmodjo, 2012).

A. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sasaran pengkajian dari

sebuah penelitian (Nazir, 2008).Subjek penelitian ini

adalah anak usia pra sekolah yang dirawat di RSUD Patut

Patuh Patju Lombok Barat.

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek (manusia,

binatang percobaan, data laboratorium dan lain-lain)

yang makan diteliti dan memenuhi kritera yang ditentukan

(Ryanto, 2011).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak

usia pra sekolah yang dirawat di RSUD Patut Patuh Patju

Lombok Barat sebanyak 125 responden bulan Oktober-

Desember 2018.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan

57
58

karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono,

2010). Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah

anak usia pra sekolah yang dirawat di RSUD Patut Patuh

Patju Lombok Barat sejumlah 25 responden.

3. Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh

dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang

benar-benar sesuai dengan keseluruhan objek penelitian

(Nursalam, 2013).

Teknik sampling dalam penelitian ini

menggunakanAccidental Samplingdimana pengambilan sampel

secara aksidental (accidental) dengan mengambil kasus

atau responden yang kebetulan ada atau tersedia disuatu

tempat sesuai dengan konteks penelitian(Notoantmodjo,

2012).Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel

dari IRNA ANAK dan Poli Anak dengan tujuan untuk memenuhi

jumlah sampel.Pengambilan sampel dengan accidental

sampling berdasarkan waktu penelitian yaitu 1 bulan dan

peneliti mendapatkan jumlah sampel sebanyak 25 responden.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakanstrategi penelitian dalam

mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir

pengumpulan data dan berperan sebagai pedoman atau penuntut

peneliti pada seluruh proses peneliti (Nursalam, 2013).


59

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Quasy Experiment dengan one group pre test and post

test design untuk menganalisis pengaruh terapi bermain

playdough terhadap tingkat kecemasan anak usia pra sekolah

selama tindakan keperawatan di RSUD Patut patuh Patju

Lombok Barat. Dalam penelitian ini responden akan diberikan

terapi bermain dengan menggunakan media Playdough dimana

Playdough ini dapat dikreasikan menjadi berbagai macam

bentuk yang diinginkan oleh anak mulai dari hewan,

tumbuhan, sampai karakter kartun yang anak sukai.

D. Tehnik Pengumpulan dan Pengolahan Data

Tehnik pengumpulan data merupakan suatu langkah yang

paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari

penelitian adalah mendapatkan data tanpa mengetahui tehnik

pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data

yang memenuhi standar yang ditetapkan (Sugiyono, 2010).

1. Instrument penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang

digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang

diamati (Sugiyono, 2012).

Instrumen penelitian dalam penelitian ini

menggunakan Terapi Aktivitas Bermain Playdough dan Alat

ukur kecemasanTaylor’s Manifest Anxiety Scale (T-Mas)

untuk mengukur tingkat kecemasan pada anak usia pra


60

sekolah.

2. Pengumpulan data

Saat dilakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu

memberikan surat persetujuan menjadi responden dengan

tujuan agar responden mengerti maksud dan tujuan dari

penelitian.

Dalam penelitian ini peneliti membuat informed

consent agar responden mengetahui maksud dan tujuan

penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Proses

pengambilan dan pengumpulan data diperoleh setelah

sebelumnya mendapatkan izin dari pihak rumah

sakit.Langkah selanjutnya adalah meminta persetujuan

dari responden penelitian untuk pelaksanaan penelitian,

responden terlebih dahulu mengukur kecemasan menggunakan

alat ukur T-Mas kemudian melaksanakan terapi bermain

playdoughsetelah itu mengukur kembali kecemasan

responden dengan alat ukur Taylor’s Manifest Anxiety

Scale (T-Mas)setelah diberikan terapi bermain Playdough.

T-MAS (Taylor’s Manifest Anxiety Scale)merupakan

alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan

melalui observasi yang disusun oleh Janet Taylor (cit

Mulyani, 2004).Menurut kaplant dan Sadock’s (2002),

pengukuran kecemasan secara umum pada anak adalah


61

modifikasi pengukuran kecemasan pada orang dewasa

disesuaikan dengan kondisi anak. Alat ini berisi 24

butir pertanyaan observasi tingkat kecemasan pada anak

usia pra sekolah dengan jawaban ya (skor 1) dan tidak

(skor 0). Dari 24 butir pertanyaan tersebut skor yang

diperoleh adalah antara 0-24. Skor yang diperoleh

kemudian dikategorikan menurut Arikunto (2010) dalam

kategori sebagai berikut : Cemas Berat 17-24, Cemas

Sedang 9-16. Cemas ringan 1-8, dan tidak cemas 0.

3. Penyajian data

Data yang telah terkumpul dalam tahap pengumpulan

data kemudian diolah, tujuannya adalah untuk

menyederhanakan seluruh data yang terkumpul, menyajikan

dalamsusunan yang baik dan rapi (Notoadmodjo, 2013).

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan

melaluisuatu proses dengan tahap sebagai berikut :

a. Editing :Editing adalah upaya untuk memeriksakembali

kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan.

b. Coding :Coding merupakan keqiatan pemberian kode

numeric (angka) terhadap data yang terdiri atas

beberapa kategori.

c. Processing :Entry data adalah kegitan memasukkan data

yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau


62

database computer, kemudian membuat distribusi

frekuensi sederhana.

d. Cleaning :Cleaning adalah mengecek kembali data yang

sudah dientri apakah ada kesalahan atau tidak.

e. Melakukan teknik analisis : Dalam melakukan teknik

analisis, khususnya data penelitian akan menggunakan

uji statistik dengan menggunakan Wilcoxon Signed Rank

Test dengan bantuan spss versi 22.0.

E. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional

1. Identifikasi Variabel

variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai

ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan

oleh satuan penelitian tentang konsep pengertian

(Notoatmodjo, 2012).

Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu

variabel independent (variabel bebas) dan variabel

dependen (variabel terikat).

a. Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel Independen adalah variabel yang

mempengaruhi atau dianggap menentukan variabel

terikat (Saryono, 2012).

Variabel independent dalam penelitian ini adalah

Terapi bermain Playdough.


63

b. Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel Dependen adalah variabel yang

dipengaruhi oleh variabel independen (variabel bebas)

atau sering disebut sebagai variabel akibat

(Notoatmodjo, 2012).

Variabel dependen dalam penelitian ini

adalahTingkat kecemasan anak usia pra sekolah.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan

variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh

variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2012).


64

Tabel 3.1.Definisi OperasionalPengaruh Terapi Bermain


Playdough Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Anak
usia Pra Sekolah Selama Tindakan Keperawatan di
RSUD Patut Patuh Patju Lombok Barat.
Definisi Alat
Variabel Parameter Skala Skor
operasional ukur
1 2 3 4 5 6
Variabel Terapi SOP terapi SOP - -
independen bermain bermain terapi
:Terapi playdough Playdough bermain
Bermain adalah 1. Persiapan
Playdough terapi yang pasien
diberikan 2. Peralatan
pada anak 3. Prosedur
menggunakan pelaksanaan
permainan (tahap pra
dengan media interaksi,
playdough orientasi,
yang dapat kerja, dan
dibentuk terminasi).
sesuai
dengan
keinginan
anak serta
dapat
meningkatkan
daya
kreativitas
anak.
65

VariabelDepe Reaksi a) Anak Taylor’s ordina Tidak cemas :


nden : emosional mengalami Manifest l 0
Tingkat seperti perubahan Anxiety cemas Ringan :
Kecemasan takut sampai pada Scale 1-8
anak usia depresi yang kondisi (T-Mas) cemas Sedang :
pra sekolah muncul pada fisik 9-16
selama anak akibat b) Anak cemas Berat :
tindakan dari suatu mengalami 17-24
keperawatan tindakan/pro kekhawatira
ses yang n
tidak berlebihan
menyenangkan c) Anak
bagi anak mengalami
itu sendiri. ketakutan
berlebihan
d) Anak sering
bermimpi
buruk
e) Anak
mengalami
diare dan
muntah
f) Anak mudah
berkeringat
dan sakit
perut
g) Anak
berdebar
debar dan
nafas sesak
66

F. Analisa Data

Analisa data pada penelitian ini menggunakan uji

Wilcoxon Signed Rank Test yang merupakan uji non parametrik

yang digunakan untuk menganalisis data berpasangan karena

adanya 2 perlakuan yang berbeda Pramana, 2012.Wilcoxon

Signed Rank Test digunakan apabila data tidak berdistribusi

normal. Dasar pengambilan keputusan untuk menerima atau

menolak H0 pada uji Wilcoxon Signed Rank Test adalah

sebagai berikut :

1. Jika probabilitas (Asymp.sig) <0,05 maka H0 ditolak dan

Ha diterima

2. Jika probabilitas (Asymp.sig) <0,05 maka H0 diterima dan

Ha ditolak
67

G. Kerangka Kerja
Populasi
semua anak usia pra sekolah yang dirawat di RSUD
Patut Patuh Patju Lombok Barat sebanyak 37 responden

Accidental
Sampel
anak usia pra sekolah yang dirawat di ruang Samplingsampling
IRNA Anak RSUD Patut Patuh Patju Lombok
Barat

Informed Consent
Pre test:Tingkat kecemasan anak usia
pra sekolah selama tindakan
keperawatan

Pemberian perlakuan terapi bermain Taylor’s Manifest


Playdough Anxiety Scale (T-Mas)

Post test : mengukur tingkat kecemasan


anak usia pra sekolah selama tindakan
keperawatan setelah diberikan terapi
bermain Palydough

Hasil

Wilcoxon Signed Rank


Test

Bagan 3.1 Kerangka Pengaruh Terapi Bermain Playdough


Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Anak usia Pra
Sekolah Selama Tindakan Keperawatan di RSUD
Patut Patuh Patju Lombok Barat.
68

H. Etika Penelitian

Adapun etika yang akan digunakan dalam penelitian

adalah:

1. Informed Consent (Persetujuan)

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang

akan diteliti, dengan tujuan agar responden yang

bersedia diteliti diminta menandatangani lembar

persetujuan tersebut, respon yang tidak di teliti tetap

di hormati hak-haknya.

2. Anonymity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, penelitian

tidak mencantumkan nama subyek penelitian, hanya

untukmemudahkan dalam mengenali identitas, peneliti

memakai symbol atau inisial berupa sebutan responden

denganinisial.

3. Confidential (Kerahasiaan)

Kerahasiaan yang dijadikan responden dijamin oleh

peneliti, hanya kelompok data saja yang akan disajikan

dan dilaporkan sebagai hasil riset (Nursalam, 2014).


69

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Pada BAB ini diuraikan tentang hasil penelitian yang

dilakukan terhadap responden di RSUD Patut Patuh Patju

Lombok Barat pada tanggal 3–28 Januari 2019.Penyajian data

terdiri atas gambaran umum lokasi penelitian, data

responden tentang umur, jenis kelamin serta data khusus

yang mengacu pada tujuan penelitian dan landasan teori.

1. Gambaran umum lokasi penelitian

a. Gambaran umum RSUD Patut Patuh Patju Lombok Barat

RSUD Patut Patuh Patju Lombok Barat adalah

rumah sakit yang terletak di Gerung Kabupaten Lombok

Barat. RSUD Patut Patuh Patju kabupaten Lombok barat

dibangun di atas lahan seluas 40.000 m2 (4 Ha),

dengan luas bangunan sampai saat ini 12.483,18 m,

yang terletak dijalan H.L.Anggrat BA No.2, Kecamatan

Gerung, kabupaten Lombok Barat, Propinsi Nusa

Tenggara barat dengan batas-batas wilayah sebagai

berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan SMAN 1 Gerung

Sebelah Selatan berbatasan dengan Dinas Kesehatan

Lombok Barat

Sebelah Timur berbatasan dengan BPJS jalan gapuk


70

Sebelah Barat berbatasan dengan kantor BPJS Kesehatan

Lombok Barat.

2. Data umum

Dalam penelitian ini sebagai respondennya adalah anak

usia pra sekolah (3-6 tahun), pengambilan sampel

menggunakan teknik sampling Accidental samplingsebanyak

25 responden. Pemaparan karakteristik responden

diuraikan dalam data umum yaitu berdasarkan umur dan

jenis kelamin

a. Karakteristik responden berdasarkan umur

Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan umur

No. Usia responden Frekuensi %


1 36-48 bulan 11 44,0
2 49-60 bulan 7 28,0
3 61-72 bulan 7 28,0
Total 25 100,0
Sumber : Data Primer tahun 2019

Dari tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa

usia 36-48 bulan menunjukkan usia terbanyak yakni

sebanyak 11 (44%) responden, diikuti dengan usia 49-

60 bulan sebanyak 7 (28%) responden, dan usia 61-72

bulan sebanyak 7 (28%) responden.


71

b. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan jenis

kelamin

No. Jenis kelamin Frekuensi %


1 Laki-laki 15 60,0
2 Perempuan 10 40,0
Total 25 100,0
Sumber : Data Primer tahun 2019

Dari tabel 4.2 diatas menunjukkan distribusi

responden berdasarkan jenis kelamin dimana jenis

kelamin laki-laki memiliki jumlah terbanyak yaitu 15

(60%) responden sedangkan perempuan memiliki jumlah

10 (40%) responden.

3. Data Khusus

Data khusus menyajikan hasil yang menggambarkan

tentang identifikasi terapi bermain palydough dan

tingkat kecemasan pada anak usia pra sekolah selama

tindakan keperawatan.

a. Identifikasi tingkat kecemasan pada anak usia pra

sekolah sebelum diberikan terapi bermainPlaydoughdi

RSUD Patut Patuh Patju Lombok Barat.


72

Tabel 4.3 Distribusi tingkat kecemasan pada anak usia

pra sekolah sebelum diberikan terapi bermain

Playdough

No Pre test Frekuensi %


1 Cemas berat 5 20,0
2 Cemas sedang 16 64,0
3 Cemas Ringan 4 16,0
4 Tidak cemas 0 0
Total 25 100,0
Sumber : Data Primer tahun 2019

Dari tabel 4.3 diatas menunjukkan distribusi

tingkat kecemasan anak usia pra sekolah sebelum

diberikan terapi bermain playdough menunjukkan dari

25 responden, 16 (64%) responden memiliki tingkat

kecemasan dengan kategori cemas sedang, cemas ringan

sebanyak 4 (16%) respsonden, cemas berat sebanyak 5

(20%) responden, dan tidak cemas sebanyak 0 (0%)

responden.

b. Identifikasi Tingkat Kecemasan pada anak usia pra

sekolah setelah diberikan terapi bermain playdough di

RSUD Patut Patuh Patju Lombok Barat.


73

Tabel 4.4 Distribusi Tingkat Kecemasan pada anak usia

pra sekolah setelah diberikan terapi bermain

playdough

No Post test
Frekuensi %
1 Cemas Berat 0 0
2 Cemas sedang 5 20,0
3 Cemas ringan 18 72,0
4 Tidak Cemas 2 8,0
Total 25 100,0
Sumber : Data Primer tahun 2019

Dari tabel 4.4 diatas menunjukkan distribusi

tingkat kecemasan anak setelah diberikan terapi

bermain playdough menunjukkan dari 25 responden, 18

(72%) responden memiliki tingkat kecemasan dengan

kategori ringan, 5 (20%) memiliki tingkat kecemasan

dengan kategori sedang, 2 (8%) memiliki tingkat

kecemasan dengan kategori tidak cemas, dan 0 (0%)

responden memiliki tingkat kecemasan dengan kategori

cemas berat.

c. Analisa Pengaruh Terapi Bermain Playdough Terhadap

Tingkat Kecemasan Pada Anak usia Pra Sekolah Selama

Tindakan Keperawatan di RSUD Patut Patuh Patju Lombok

Barat.
74

Tabel 4.5 Distribusi Pengaruh Terapi Bermain

Playdough Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Anak usia

Pra Sekolah Selama Tindakan Keperawatan.

Tingkat Tingkat Kecemasan (Post Test)


kecemasan (Pre Terapi Playdough
Total
Cemas Cemas Cemas Tidak
test) terapi cemas
Berat Sedang Ringan
playdough n % n
n % n % n % %

Cemas Berat 0 0 5 20 0 0 0 0 5 20
Cemas sedang 0 0 0 0 15 60 1 4 16 64
Cemas ringan 0 0 0 0 3 12 1 4 4 16
Tidak cemas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 0 0 5 20 18 72 2 8 25 100
Hasil Uji Wilcoxon : 0,000
Sumber : Data primer tahun 2019

Test Statisticsa
Post test
terapi
bermain
playdough -
Pre test
terapi
bermain
playdough
Z -4,387b
Asymp. Sig. (2-
,000
tailed)
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.

Berdasarkan tabel 4.5 di atas menunjukkan

tingkat kecemasan responden sebelum diberikan terapi

bermain playdough dan setelah diberikan terapi

bermain playdough, dapat dilihat sebelum diberikan


75

terapi bermain playdough jumlah responden yang

memiliki tingkat kecemasan berat sebanyak 5 (20%)

responden dan setelah diberikan terapi bermain

palydough jumlah responden yang memiliki cemas berat

menurun menjadi 0 (0%) responden, diikuti dengan

responden yang memiliki tingkat kecemasan sedang

sebelum diberikan terapi bermain playdough berjumlah

16 (64%) responden dan setelah diberikan terapi

bermain playdough menurun menjadi 5 (20%), jumlah

responden yang memiliki kecemasan ringan sebelum

diberikan terapi bermain palydough sebanyak 4 (16%)

responden dan setelah diberikan terapi bermain

palydough berubah sebanyak 18 (72%) responden yang

memiliki tingkat kecemasan ringan, dan jumlah

responden yang memiliki kategori tidak cemas sebelum

diberikan terapi bermain playdough sebanyak 0 (0%)

responden dan setelah diberikan terapi bermain

berubah sebanyak 2 (8%) responden.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan analisa

data Wilcoxon menggunakan spss v.22 diperoleh hasil

signifikasi sebesar 0,000, nilai ini kurang dari 0,05

yang merupakan nilai kriteria keputusan, karena

signifikasi kurang dari 0,05 (p < 0,05) maka

hipotesis nol ditolak. Dengan demikian terdapat


76

Pengaruh Terapi Bermain Playdough Terhadap Tingkat

Kecemasan Pada Anak usia Pra Sekolah Selama Tindakan

Keperawatan di RSUD Patut Patuh Patju Lombok Barat.

B. PEMBAHASAN

Sesuai dengan tujuan penelitian akan dibahas Terapi

Bermain Playdough Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Anak

usia Pra Sekolah Selama Tindakan Keperawatan di RSUD Patut

Patuh Patju Lombok Barat.

1. Identifikasi tingkat kecemasan pada anak usia pra

sekolah sebelum diberikan terapi bermain Playdough di

RSUD Patut Patuh Patju Lombok Barat.

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan 16 (64%)

responden memiliki tingkat kecemasan dengan kategori

cemas sedang, dari 25 responden anak tingkat kecemasan

dengan kategori sedang menunjukkan jumlah terbanyak.

Pada saat pelaksanaan proses penelitian, sebelum

dilakukan terapi bermain playdough, peneliti terlebih

dahulu mengukur kecemasan responden untuk mengetahui

tingkat kecemasan dengan menggunakan alat ukur

kecemasan T-MAS.

Dari hasil penelitian anak usia 38-48 bulan

lebih cemas dibandingkan anak usia di atasnya hal ini

disebabkan karena anak tersebut berada di lingkungan

asing, orang asing karena anak usia tersebut yang


77

dikenal hanya orangtua dan orang terdekat. Hal ini

sesuai dengan konsep Stranger Anxiety oleh Maslim tahun

2013 adalah bentuk ketakutan yang dialami oleh

bayi/anak-anak saat mereka bertemu dengan orang yang

tidak mereka kenal.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh

peneliti, banyak dari responden anak dengan usia 36-48

bulan dengann rincian responden anak laki-laki yang

mengalami cemas berat sebanyak 2 (8%) responden, cemas

ringan sebanyak 1 (4%) responden, cemas sedang sebanyak

5 (20%) responden dan tidak cemas sebanyak 0 (0%)

responden sedangkan jumlah responden anak perempuan

yang mengalami cemas berat sebanyak 1 (4%) responden,

cemas sedang sebanyak 2 (8%) responden, cemas ringan

dan tidak cemas sebanyak 0 (0%) responden. Hal ini

menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih cemas

dibandingkan dengan anak perempuan disebabkan karena

anak laki-laki lebih tertutup cemas atau ketakutannya.

Hal in didukung oleh faktor-faktor yang mempengaruhi

tumbuh kembang anak menurut Wong (2000) dalam Hidayat

(2011) meliputi faktor herediter, faktor lingkungan,

faktor hormonal. Salah satu faktor yang mempengaruhi

yaitu faktor herediter yang merupakan faktor yang dapat

diturunkan sebagai dasar dalam mencapai tumbuh kembang


78

anak disamping faktor-faktor lain. Faktor herediter

meliputi bawaan, jenis kelamin, ras, dan suku bangsa.

Faktor ini dapat ditentukan dengan intensitas,

kecepatan dalam pembelahan sel telur, tingkat

sensivitas jaringan terhadap rangsangan, usia pubertas,

dan berhentinya pertumbuhan tulang.

Pertumbuhan dan perkembangan anak dengan jenis

kelamin laki-laki setelah lahir akan cenderung lebih

cepat dibandingkan dengan anak perempuan sampai usia

tertentu. Baik anak laki-laki maupun perempuan akan

mengalami pertumbuhan yang lebih cepat ketika mereka

mencapai masa pubertas.

2. Identifikasi tingkat kecemasan pada anak usia pra

sekolah setelah diberikan terapi bermain Playdough di

RSUD Patut Patuh Patju Lombok Barat

Dari tabel 4.4 diatas menunjukkan 18 (72%)

responden memiliki tingkat kecemasan dengan kategori

ringan, dari 25 responden menunjukkan jumlah terbanyak

dan terjadi penurunan tingkat kecemasan dari kecemasan

ringan ke sedang, hal ini membuktikan bahwa terapi

bermain playdough dapat menurunkan tingkat kecemasan

anak pada saat hospitalisasi di rumah sakit.

Dari hasil penelitian dapat dlihat setelah

diberikan terapi bermain playdough anak dengan usia 36-


79

48 bulan mengalami penurunan tingkat kecemasan yaitu

responden anak laki-laki yang mengalami cemas berat

sebanyak 0 (0%) responden, cemas sedang sebanyak 2 (8%)

responden, cemas ringan sebanyak 5 (20%) responden, dan

tidak cemas sebanyak 1 (4%) responden sedangkan

responden perempuan yang mengalami cemas berat sebanyak

0 (0%) responden, cemas ringan sebanyak 2 (8%)

responden, cemas sedang sebanyak 1 (4%) responden, dan

tidak cemas sebanyak 0 (0%) responden karena anak dapat

beradaptasi dengan yang menemani bermain, merasa nyaman

dan akrab. Terapi bermain juga membuktikan bahwa anak

lebih senang dengan permainan yang membutuhkan motorik

sehingga hal ini membuat anak tersebut ingin permainan

berulang-ulang sehingga anak tersebut kooperatif saat

dilakukan tindakan keperawatan pada saat hospitalisasi.

Hal ini Sesuai dengan Nigussi pada tahun 2011 terapi

bermain memungkinkan anak untuk mengembangkan mekanisme

penyelesaian masalah dan adaptasi yang diharapkan dapat

menyediakan lingkungan yang aman sehingga anak bebas

mengekspresikan ketakutan dan kecemasan. Pemberian

terapi bermain dapat menurunkan kecemasan sehingga

dapat meningkatkan Sikap kooperatif anak dalam masa

pengobatan.

3. Analisa Pengaruh Terapi Bermain Playdough Terhadap


80

Tingkat Kecemasan Pada Anak usia Pra Sekolah Selama

Tindakan Keperawatan di RSUD Patut Patuh Patju Lombok

Barat.

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa hasil

signifikasi yang diperoleh adalah 0,000, nilai ini

kurang dari 0,05 yang merupakan nilai kriteria

keputusan, karena signifikasi kurang dari 0,05 (p <

0,05) maka hipotesis nol ditolak. Dengan demikian

terdapat Pengaruh Terapi Bermain Playdough Terhadap

Tingkat Kecemasan Pada Anak usia Pra Sekolah Selama

Tindakan Keperawatan di RSUD Patut Patuh Patju Lombok

Barat.

Terapi Bermain Playdough berpengaruh Terhadap

Tingkat Kecemasan Pada Anak usia Pra Sekolah Selama

Tindakan Keperawatan di RSUD Patut Patuh Patju Lombok

Barat disebabkan karena anak yang awalnya cemas sedang

setelah dilakukan terapi bermain Playdough menjadi

cemas ringan karena anak merasa nyaman serta menjadi

kooperatif pada saat hospitalisasi. Hal ini membuktikan

bahwa terapi bermain dapat menurunkan stress dan

kecemasan hospitalisasi pada anak. Hal ini sesuai

dengan teori dari Supartini pada tahun 2004 bahwa upaya

yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan

hospitalisasi pada anak yaitu merupakan aktifitas yang


81

dapat dilakukan anak sebagai upaya stimulasi

pertumbuhan dan perkembangannya dan bermain sebagai

media bagi anak untuk mengekspresikan perasaan

relaksasi dan distraksi perasaan yang tidak nyaman.

Upaya melibatkan anak dalam aktifitas bermain akan

member rasa tanggung jawab pada anak, melepaskan mereka

untuk sesaat sebagai penerima pasif sebagai penerima

hal-hal konstan “segala sesuatunya” sudah dilakukan

bagi mereka (Wong, 2008). Menurut Anggarini (2013 : 27)

menyatakan Permainan playdough adalah salah satu

aktifitas yang bermanfaat untuk perkembangan otak anak.

Dengan bermain playdough, anak tak hanya memperoleh

kesenangan, tapi juga bermanfaat untuk meningkatkan

perkembangan otak nya. Dengan playdough, anak-anak bisa

membuat bentuk apa pun dengan cetakan atau dengan

kreativitasnya masing-masing.

Penggunaan playdough sebagai alat permainan

juga sesuai dengan syarat alat permainan seperti mudah

bongkar pasang, mengembangkan daya fantasi, dan tidak

berbahaya. Menurut hasil observasi yang dilakukan

peneliti, setelah anak melakukan terapi bermain anak

menjadi kooperatif pada saat perawat akan melakukan

pemeriksaan tanda-tanda vital, meskipun masih sebagian

anak yang masih ketakutan pada saat perawat melakukan


82

tindakan keperawatan, namun tidak sampai anak mengamuk

seperti sebelum melakukan permainan.

4. Keterbatasan Penelitian

1. Jumlah responden kurang dari 30 anak dimana syarat

dalam sebuah penelitian memiliki responden minimal

berjumlah 30 responden sehingga hasil penelitian

menjadi akurat.

2. Dalam proses penelitian, peneliti menggunakan 2

observer untuk membantu dalam proses penelitian dan

peneliti membrikan instrument pada saat penelitian

dan peneliti kurang memantau bagaimana cara

observer mengisi instrument penelitian.

3. Pengambilan data dalam penelitian ini hanya

menggunakan kuisioner dan tidak disertakan dengan

lembar observasi.
83

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut :

4. Tingkat kecemasan anak usia pra sekolah sebelum

dilakukan terapi bermain playdough di RSUD Patut Patuh

Patju Lombok Barat sebesar 16 (64%) responden yang

memiliki tingkat kecemasan dengan kategori sedang.

5. Tingkat kecemasan anak usia pra sekolah setelah

dilakukan terapi bermain playdough di RSUD Patut Patuh

Patju Lombok Barat sebesar 18 (72%) responden yang

memiliki tingkat kecemasan dengan kategori ringan.

6. Ada Pengaruh Terapi Bermain Playdough Terhadap Tingkat

Kecemasan Pada Anak usia Pra Sekolah Selama Tindakan

Keperawatan di RSUD Patut Patuh Patju Lombok Barat

dengan tingkat signifikasi 0,000.

B. Saran

1. Bagi Peneliti

Lebih ditingkatkan lagi pengetahuan dan wawasan

mengenai metodologi penelitian dan langkah-langkah dalam

penelitian serta mencari instrumen yang lebih akurat

dalam pelaksanaan proses penelitian. Mencari lebih

80
84

banyak refrensi dan teori tentang alat ukur kecemasan

pada anak.

2. Bagi keluarga pasien dan masyarakat

Pendekatan keluarga pada pasien terutama anak

merupakan hal yang penting uuntuk dilakukan karena

dukungan keluarga memiliki pengaruh yang lebih besar

dalam proses hospitalisasi.

3. Bagi Bagi RSUD Patut Patuh Patju Lombok Barat

Penerapan terapi bermain pada anak yang menjalani

hospitalisasi dapat menurunkan tingkat kecemasan yang

dialami oleh anak.Hal ini dapat dijadikan pilihan bagi

pihak rumah sakit terutama instalasi rawat inap dan poli

anak dalam mengatasi kecemasan berlebih pada anak dengan

hospitalisasi.

4. Bagi STIKES Mataram

Menyediakan referensi tambahan tentang teori dan

pendapat para ahli tentang terapi pada anak yang

menjalani hospitalisasi dirumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai