Anda di halaman 1dari 57

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan teknologi saat ini berkembang sangat pesat

terutama di bidang informasi.Hal ini di sebabkan karna pentingnya data

dan informasi dalam aspek kehidupan manusia.Perkembangan teknologi

ini menimbulkan suatu revolusi baru yaitu suatu peralihan kerja dari

konfensional dari era digital.

Perkembangan digitalisasi ini juga berdampak pada instansi

pemerintah, pemerintahan tradisional yang di entik dengan paper basid

atministration menuju elektronik government atau e-government, yaitu

pengunaan teknologi informasi yang dapat menghubungkan pemerintah

dengan pihak pihak lain.

Salah satu penerapan teknologi informasi atau egoverment adalah

pengunaan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (siak) dalam

pengolaan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.SIAK ini

merupakan sistem informasi yang di tumbuh kembangkan berdasarkan

prosedur prosedur pelayanan atministrasi kependudukan dengan

menerapkan sistem teknologi informasi dan komunikasi guna menata

sistem atministrasi kependudukan di Indonesia.

Implementasi Sistem Inormasi Administrasi Kependudukan (SIAK)

telah diatur dalam Undang-undang nomor 23 tahun 2006 tentang

1
2

Administrasi Kependudukan yang telah direvisi dalam Undang-Undang

Nomor 24 tahun 2013. Melalui Aturan ini di harapkan dapat memberikan

pemenuhan atas hak hak atministratif penduduk dalam pelayanan publik

serta memberikan perlindungan yang berkenan dengan penerbitan

dokumen kependudukan tanpa ada perlakuan yang diksriminatif melalui

perang aktif pemerintah dan pemerintah daerah.

Tujuan Sistem Administrasi Kependudukan (SIAK)

1. Terselengaranya Adminstrasi Kependudukan dalam skala

nasionalnya terpadu dan tertib.

2. terselengaranya Administrasi Kependudukan yang bersifat

universal, permanen wajib, dan berkelanjutan.

3. Terpenuhinya hak penduduk di bidang Administrasi

Kependudukan dengan pelayanan yang professional.

4. Tersedianya data dan informasi secara nasional mengenai

pendaftaran penduduk dan catatan sipil pada berbagi

tingkatan secara akurat lengkap, mutahir, dan muda diakses

sehingga menjadi acuan bagi perumusan kebijakan dan

pembagunan pada umumnya, secara keseluruhan,

ketentuan yang diatur dalam undang-undang

Implemntasi sistem informasi kependudukan ( siak) di Kabupaten

Bone diatur dalam Peraturan Daerah Kaupaten Bone Nomor 3 Tahun

2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Daera Di Kabupaten Nomor 7


3

Tahun 2011 tentang Penyelengaraan Atministrasi kependudukan.Perda ini

di bentuk untuk mewujudkan tertib atministrasi kependudukan serta

tersedianya data dan informasi kependudukan yang akurat, lengkap dan

mutahir, sehingga dapat di gunakan untuk penyelangaraan pemerintahan

dan pembagunan baik nasional maupun daerah.

Salah satu penerapan implementasi e-goverment berdasarkan

perda di atas dalam pelayanan publik yang sangat marak di laksanakan

dalam bidang pemerintahan adalah E-KTP ( elektronik kartu penduduk.) e-

ktp merupakan cara baru jitu yang akan di tempuh oleh pemerintah

dengan membagun database kependudukan secara nasional untuk

memberikan identitas kepada masyarakat dengan mengunakan sistem

biometrik yang ada di dalamnya maka setiap pemilik E-KTP dapat

terhubung kedalam satu database nasional, sehingga setiap penduduk

hanya memerlukan 1 KTP saja.

Definisi dari E-KTP atau kartu tanda penduduk elektronik adalah

dokumen kependudukan yang memuat sistem keamananan pengendalian

baik dari sisi administrasi ataupun teknologi informasi dengan berbasis

pada pada database kependudukan nasional. Penduduk hanya di

perbolehkan memilik 1 (satu) KTP yang tercantum Nomor induk

Kependudukan (NIK).nik merupakan identitas tunggal setiap penduduk

dan berlaku seumur hidup. Nomor NIK yang ada di E-KTP nantinya akan

dijadikan dasar dalam penerbitan paspor, surat Izin mengemudi (SIM),


4

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Polis Asuransi, Sertifikat atas Hak

Tanah dan penerbitan dokumen identitas lainnya.

Dengan adanya E-KTP ini tentunya masyarakat dapat mendukung

peningkatan keamanan Negara melalui tertutupnya peluang adanya KTP

ganda atau KTP palsu dimana selama ini para pelaku kriminal termasuk

teroris, TKI illegal dan perdagangan manusia sering menggunakan KTP

ganda atau KTP palsu tersebut untuk memalsukan identitas diri agar tidak

teridentifikasi oleh pihak berwajib. Jumlah KTP palsu yang sangat besar

tersebut dapat dipastikan bahwa dengan menggunakan KTP manual

pemerintah sering mengalami kecolongan dalam mengawasi penggunaan

KTP manual, karena KTP manual dapat di buat dengan mudah dimana

saja, apalagi jika memiliki orang dalam disebuah instansi kecamatan.

Dengan demikian masyarakat yang tidak bertanggung jawab dapat

dengan leluasa melakukan kecurangan dan penyimpangan dengan

menggunakan KTP manual.

Pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) Elektronik di kabupaten

bone blum sepenuhnya maksimal. Berdasarkan pengamatan awal penulis

beberapa faktor penyebabnya yaitu belangko e-ktp yang tidak tersedia,

jaringan yang kadang tidak dapat tersambung. Di samping itu hak ni

berdampak ketetapan waktu penyelesaianya.

Masalah lain yang sering di temukan oleh penulis, berdasarkan p

pengamatan awal yaitu kurang respongnya dan kesikap rama tamahan

yang di miliki oleh petugas pelayanan kepada masyarakat hal ini tentu
5

memberikan ketidak nyamanan kepada masyarakat, di samping itu pulah

didapatkan pelayanan yang memerlukan biaya atministrasi, padahal

berdasarkan perda di atas, tidak dipungut biaya sepeserpun dalam

pembuatan dokumen kependudukan. Hal inilah yang membuat pelayanan

diskriminatif dimana petugas pelayanan lebih mengutamakan masyarakat

yang mengeluarkan biaya.

Berdasarkan permasalahan di atas penulis lebih tertarik untuk

mengkaji lebi jauh hal tersembut sehingga mengangkat judul penelitian

“Implementasi pembuatan e-ktp di dinas kependudukan dan catatan sipil

menurut Peraturan Daerah Kabupaten Bone Nomor 3 Tahun 2017 Tentang

Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Bone Nomor 7 Tahun 2011

Tentang Penyelenggaraan Admnistrasi Kependudukan (Studi Tahun 2019).

.
6

B. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang tersebut , maka masalah yang akan

diteliti dan dibahas dalam penelitian ini dapat penyusun rumuskan sebagai

berikut :

1. Bagaimana implementasi pembuatan e-ktp di dinas kependudukan

dan catatan sipil menurut peraturan daerah kabupaten bone nomor 3

tahun 2017 tentang perubahan atas peraturan daerah kabupaten

bone nomor 7 tahun 2011 tentang penyelenggaraan admnistrasi

kependudukan (Studi Tahun 2019) ?

2. Apa faktor yang mempengaruhi dalam implementasi pembuatan e-

ktp di dinas kependudukan dan catatan sipil menurut peraturan

daerah kabupaten bone nomor 3 tahun 2017 tentang perubahan atas

peraturan daerah kabupaten bone nomor 7 tahun 2011 tentang

penyelenggaraan admnistrasi kependudukan(Studi Tahun 2019) ?


7

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan penelitan

Berdasarkan Rumusan Masalah yang ada di atas, maka tujuan

penelitian yang hendak dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

a. Untuk Mengetahui Bagaimana implementasi pembuatan e-ktp di

dinas kependudukan dan catatan sipil menurut peraturan daerah

kabupaten bone nomor 3 tahun 2017 tentang perubahan atas

peraturan daerah kabupaten bone nomor 7 tahun 2011 tentang

penyelenggaraan admnistrasi kependudukan.

b. Untuk Mengetahui Kendala implementasi pembuatan e-ktp di dinas

kependudukan dan catatan sipil menurut peraturan daerah

kabupaten bone nomor 3 tahun 2017 tentang perubahan atas

peraturan daerah kabupaten bone nomor 7 tahun 2011 tentang

penyelenggaraan admnistrasi kependudukan.


8

D. KEGUNAAN PENELITIAN

Suatu penelitian akan bernilai apabila dapat memberi kegunaan

bagi berbagai pihak. Adapun kegunaan dalam penelitian ini :

1. Kegunaan ilmiah, yakni hasil penelitian diharapkan dapat menambah

kontribusi pengetahuan terkait dengan implementasi implementasi

pembuatan e-ktp di dinas kependudukan dan catatan sipil menurut

peraturan daerah kabupaten bone nomor 3 tahun 2017 tentang

perubahan atas peraturan daerah kabupaten bone nomor 7 tahun

2011 tentang penyelenggaraan admnistrasi kependudukan.

2. Kegunaan praktis, yakni hasil pelitian diharapkan dapat memberi

sumbangsi pemikiran dan masukan terhadap indvidu dan instansi

yang terkait dalam merumuskan kebijakan masyarakat, bangsa,

Negara dan agama, terkhusus d Kabupaten Bone.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebijakan Publik

Kebijakan publik adalah keputusan yang di buat oleh pemegang

otoritas public yang menerima mandat dari orang banyak untuk mengikat

orang banyak. Sebagai ahli memberi pengertian kebijakan publik dalam

kaitannya dengan keputusan atau ketetapan pemerintah untuk melakukan

suatu tindakan yang dianggap membawa dampak baik bagi warganya.

Woll dalam Tangkilisan (2003:2) mengatakan bahwa:

Kebijakan publik ialah sejumlah aktivitas pemerintah untuk

memecahkan masalah di masyarakat, baik secara langsung maupun

melalui berbagi lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.

Dalam pelaksanaan kebijakan publik terdapat tiga tingkat pengaruh

sebagai implikasi dari tindakan pemerintah tersebut yaitu: 1) adanya

pilihan kebijakan atau keputusan yang di buat oleh politisi, pegawai

pemerintah atau yang lainya yang bertujuan menggunakan kekuatan

publik untuk mempengaruhi kehidupan masyarakat; 2) adanya output

kebijakan, di mana kebijakan yang di terapkan pada level ini menuntut

pemerintah untuk melakukan pengaturan, penganggaran, pembentukan

personil dan membuat regulasi dalam bentuk program yang akan

mempegaruhi kehidupan masyarakat; 3) adanya dampak kebijakan yang

9
10

merupakan efek pilihan kebijakan yang mempengaruhi kehidupan

masyarakat.

Berdasarkan pengertian kebijakan publik di atas bahwa kebijakan

publik merupakan aktifitas pemerintah untuk memecahkan masalah

karena adanya konsekuensi kebijakan yang mempengaruhi kehidupan

masyarakat dan untuk mengurangi masalah yang menjadi sasaran dari

kebijkan yang dibuat Wilson dalam Wahab (2012:13) menyatakan bahwa

kebijakan publik adalah :

"The actions, objectives, and pronouncements of governtmen on

particular matters. the steps they take (or fail to take) to implement them,

and the explanations they give for what happens (or does not happen)"

(tindakan-tindakan, tujuan-tujuan, dan pernyataan-pernyataan pemerintah

mengenai masalah-masalah tertentu, langkah-langkah yang telah/sedang

diambil (atau gagal diambil) untuk diimplementasikan, dan penjelasan-

penjelasan yang diberikan oleh mereka mengenai apa yang telah terjadi

atau tidak terjadi.

George C.Edward III dan Ira Sharkansky (dalam Kismartini,

2011:1.7) mengatakan kebijakan publik adalah "suatu tindakan

pemerintah yang berupa program-program pemerintah untuk pencapaian

sasaran atau tujuan"'. lmplikasi pengertian dari pandangan ini adalah

bahwa kebijakan publik :


11

a. Lebih merupakan tindakan yang mengarah pada tujuan dari

pada sebagai perilaku atau tindakan yang kebetulan;

b. Pada hakekatnya terdiri atas tindakan-tindakan yang saling

terkait;

c. Bersangkutan dengan apa yang benar-benar dilakukan oleh

pemerintah dalam bidang tertentu atau bahkan merupakan apa

yang pemerintah maksud atau melakukan sesuatu atau

menyatakan melakukan sesuatu;

d. Bisa bersifat positif yang berarti merupakan beberapa bentuk

tindakan atau langkah pemerintah mengenai masalah tertentu,

dan bersifat negatif yang berarti merupakan keputusan

pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu;

e. Kebijakan publik setidak-tidaknya dalarn arti positif didasarkan

atau selalu dilandaskan pada peraturan yang bersifat memaksa

( otoratit).

Berdasarkan ketiga sudut pandang tersebut, dapat diuraikan

bahwa kebijakan publik hanya dapat ditetapkan oleh pemerintah karena

merupakan aktivitas pemerintah, untuk memecahkan masalah yang ada

dirnasyarakat. Dan adanya hasil kebijakan yang dipengaruhi proses

kebijakan publik dalam batas kewenangan masing-masing unruk itu

pemerintah harus melakukan pengaturan, penganggaran. pembentukan

personil dan membuat regulasi dalam bentuk program yang akan

mempengaruhi kehidupan masyarakat. Suatu kebijakan negara yang


12

dibuat bukanlah unruk kepentingan politik belaka tetapi memiliki tujuan

dan sasaran.

Kesimpulan dari berbagai pendapat para pakar tersebut.bahwa

kebijakan publik adalah suaru pilihan tindakan pemerintah, biasanya

bersifat mengatur bahkan memaksa baik dilakukan sendiri oleh

pemerintah atau melibatkan masyarakat, yang dilakukan dalam rangka

merespon permasalahan yang dihadapi masyarakat untuk mencapai

tujuan tertentu.

Kebijakan publik menurut oleh Carl Friedrich dalam Agustino

(2012:7) kebijakan adalah: Serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan

oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan

tertentu, di mana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan

kemungkinan-kemungkinan (kesempatan-kesempatan) dimana kebijakan

tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai

tujuan yang dimaksud.

Amir Santoso dalam Wiarno (2002: 17) pada dasarnya pandangan

mengenai kebijakan publik dapat dibagi kedalam dua kategori, yaitu

Pendapat ahli yang menyamakan kebijakan publik sebagai tindakan-

tindakan pemerintah.Semua tindakan pemerintah dapal disebut sebagai

kebijakan publik.Defenisi ini dapat diklasifikasikan sebagai decision

making dimana tindakan-tindakan pemerintah diartikan sebagai suatu

kebijakan. b. Pendapat ahli yang memberikan perhatian khusus pada

pelaksanaan kebijakan. Kategori ini terbagi dalam dua kubu, yakni : I)


13

Mereka yang memandang kebijakan publik sebagai keputusan-keputusan

pemerintah yang mempunyai tujuan dan maksud-maksud tertentu dan

mereka yang menganggap kebijakan publik sebagai memiliki akibat-akibat

yang bisa diramalkan atau dengan kata lain kebijakan publik adalah

serangkaian instruksi dan para pembuat keputusan kepada pelaksana

kebijakan yang menjelaskan tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai

tujuan tersebut. Definisi ini dapat diklasifikasikan sebagai decision making

oleh pemerintah dan dapat juga diklasilikasikan sebagai interaksi negara

dengan rakyatnya dalam mengatasi persoalan publik. 2) Kebijakan publik

terdiri dan rangkaian keputusan dan tindakan.

Kebijakan publik sebagai suatu hipotesis yang mengandung

kondisi-kondisi awal dan akibat-akibat yang bisa diramalkan (Presman

clan Wildvsky).Definisi ini dapat diklasifikasikan sebagai decision making

dimana terdapat wewenang pemerintah didalamnya untuk mengatasi

suatu persoalan publik.Definisi ini juga dapat diklarifikasikan sebagai

intervensi antara negara terhadap rakyatnya ketika negara menerapkan

kebijakan pada suatu masyarakat.

Kebijakan publik yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi

persoalan-persoalan riil yang muncul ditengah-tengah masyarakat untuk

dicarlkan jalan keluar balk melalui peraturan perundang-undangan,

peraturan pemerintah, keputusan pejabat birokrasi dan keputusan lainnya

termasuk peraturan daerah, keputusan pejabat politik dan sebagainya.

Praktiknya kebijakan merupakan suatu proses yang begitu rumit dan


14

kompleks, bahkan tidak jarang bermula politis karena adanya intervensi

berbagai kepentingan.

Sebagairnana pernyataan yang dikemukan oleh Bardach dalam

Agustino (2012:138) bahwa Cukup untuk membuat sebuah program dan

kebijakan umum yang kelihatannya bagus diatas kertas. Lebih sulit lagi

merumuskanya dalam kata-kata dan slogan-slogan yang kedengarannya

mengenakan bagi telinga para pemimpin dan para pemilih yang

mendengarkannya. Dan lebih sulit lagi untuk melaksanakannya dalam

bentuk cara yang memuaskan semua orang termasuk mereka anggap

kita.

Pandangan Bardach bahwa membuat sebuah program dan

kebijakan lebih sulit merumuskannya dalam kara-kata namun lebih sulit

lagi unluk melaksanakannya agar semua orang merasa puas dengan

program kebijakan tersebut apalagi program KTP-el yang melibatkan

seluruh penduduk yang mendiami wilayah Republik Indonesia.

Selanjutnya Jobes dalam Suryana (2009: 13) :memandang

kebijakan adalah suatu kelanjutan kegiatan pemerintah di masa lalu

dengan hanya mengubahnya sedikit demi sedikit. Prinsip-prinsip

pendekatan Jones tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kejadian-kejadian dalam masyarakat diinterpretasikan dengan

cara yang berbeda oleh organisasi yang berbeda dan dalam

waktu yang berbeda.


15

b. Banyak masalah yang timbul karena adanya peristiwa yang

sama.

c. Ada berbagal tingkatan atau tahapan yang harus dilalui

kelompok penekan untuk memasuki proses kebijakan yang adil

d. Tidak semua masalah-masalah publik menjadi beban

pemerintah.

e. Banyak juga kepentingan elit yang diangkat menjadi isu

kebijakan dalam pemerintah.

f. Banyak masalah-masalah tidak dipecahkan oleh pemerintah,

baik sengaja maupun tidak.

g. Pembuatan kebljakan tidak bemadapm dengan kelompok yang

ada di masyarakat.

h. Banyak yang pernah bilang keputusan didasarkan pada

informasi dan komunikasi yang kurang alcurat. ,

i. Kebijakan yung dibuat sering direflesikan sebagai consensus,

dari pada subtansi dari pemecahan masalah.

j. Terjadi per dalam mendefinisikan kebijakan antara pembuat

kebijakan dengan masyarakat yang terlibat.

k. Banyak program yang dibuat dan dilaksanakan tidak seperti

yang rancang.

l. Organisasi yang ada dalam masyarakal memiliki kepentingan

dan fokus yang berbeda


16

Paparan definisi tentang kebijakan publik yang telah dikutip dari

para pakar di atas, dapat disimpulkan kebijakan publik secara umum

sebagai: kebijakan publik yang dibuat pemerintah berupa tindakan-

tindakan pemerintah. Kebijakan publik harus berorientasi kepada

kepentingan publik.Dan kebijakan publik adalah tidakan pemilihan

alternatif untuk dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah

demi kepentingan publik.

Demikian kebijakan publilk adalah produk dari pemerintah maupun

aparatur pemerintah berupa pilihan-pilihan yang dianggap paling baik,

untuk mengatasi persoalan•persoalan yang dihadapi publik dengan tujuan

untuk ditarik solusi pemecahannya secara tepat, cepat dan akurat,

sehingga benar adanya apa yang dilakukan ataupun tidak dilakukan oleh

pemerintah dapat saja dipandang sebagai sebuah pilihan kebijakan.

Kebijakan publik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerinlah yang dinaungi oleh UU

Nomor 23 Tahun 2006 diubah dengan UU No.24 tahun 2013 tentang

Administrasi Kependudukan dan Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun

2013 tentang perubahan keempat Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun

2009 tentang Penerapan KTP Berbasis Nomor lnduk Kependudukan

Secara Nasional. yang Selanjutnya di operasionalkan melalui Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 69 Tahun 2014 tentang perubahan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2011 tentang Pedoman

Penerbitan E-KTP Berbasis NIK secara Nasional adalah bentuk kebijakan


17

publik yang telah dilakukan oleh pemerintah pusat yang untuk selanjutnya

dilaksanakan oleh pemerintah daerah, termasuk yang telah melaksanakan

adalah Kabupaten Bone dalam bentuk Peraturan Daerah Kabupaten Bone

nomor 3 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Peraturan daerah

Kabupaten Bone Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan

Admnistrasi Kependudukan.

Namun yang menjadi perhatian dalam pembahasan penelitian ini

yang sesuai dengan Judul "Implementasi pembuatan e-ktp di dinas

kependudukan dan catatan sipil menurut Peraturan Daerah Kabupaten

Bone nomor 3 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Peraturan daerah

Kabupaten Bone Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan

Admnistrasi Kependudukan (Studi Tahun 2019).

B. Implementasi Kebijakan Publik

Untuk menunjang agar tertibnya administrasi dan meningkatnya

pelayanan publilk. Terutama KTP-el perlu adanya implementasi program

yang bertujuan pada visi dan misi yang akan dicapai suatu instansi terkait

yang terlibat pengelolaan sebuah program kebijakan. lmplementasi atau

pelaksanaan merupakan langkah yang sangat penting dalam proses

kebijakan, tanpa pelaksanaan, suatu kebijakan hanyalah sekedar sebuab

dokumen yang tak bermakna dalam kehidupan masyarakat (Abidia, 2002:

18S) atau kebijakan-kebijakan hanya berupa impian atau rencana yang


18

bagus, yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan

(Udoji clalam Pun, 2001 :79).

Berdasarkan pengertian di atas bahwa implementasi merupakan

langkah penting dalam proses kebijakan yang dibuat oleh pemangku

kepentingan, aktor dan organisasi baik privat ataupun publik dalam bentuk

undang-undang, peraturan pemerintah, perintah presiden dan keputusan-

keputusan peradilan.

Tahapan implementasi merupakan salah satu tahapan dari proses

kebijakan publik yang sangat krusial. Bersifat krusial karena bagaimana

baiknya suatu kebijakan yang telah dirumuskan dan diputusk.an, kalau

tidak dipersiapkan dan direncanakan secara baik dalam implementasinya,

maka tujuan kebijakan yang telah ditetapkan tidak bisa diwujudkan.

lmplementasi dalam arti luas sering dianggap sebagai bentuk

pengoperasionalisasian atau penyelenggaraan aktivitas yang telah

diletapkan berdasarkan undang-undang dan menjadi kesepakatan

bersama diantara beragam pemangku kepentingan (stakeholders), aktor,

organisasi (publik atau privat), prosedur dan teknik secara sinergistis yang

digerakan untuk bekerjasama guna menerapkan kebijakan kearah tertentu

yang dikehendaki.

Jones dalam Widodo (2009:86) merumuskan batasan implementasi

sebagai "a proses of getting additional resources so as to figure out what

is lo be done". Dalam hal ini, implementasi merupakan proses penerimaan


19

sumber daya tambahan sehingga dapat menghitung apa yang habis

dikerjakan. Apa yang dikemukan oleh Jones tentang implementasi

tersebut tidak kurang dari suatu tahap kebijakan yang paling tidak

memerlukan dua macam tindakan yang berurutan, yaitu merumuskan

tindakan yang akan dilakukan dan meaksanakan tindakan apa yang telah

dirumuskan tadi.

Van Meter dan Van Hom dalam Subarsono (2005:99) menjelaskan

bahwa ada 6 variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yaitu :

a. Standar dan sasaran kebijakan Standar dan sasaran kebijakan

harus jelas clan dan terstruktur, sehingga tidak menimbulkan

interpretasi yang dapat menyebabkan terjadinya konflik diantara

para agen implementasi. `

b. Sumber daya Kebijakan perlu didukung oleh sumber daya. bailc itu

sumber daya manusia maupun sumber daya non manusia.

c. Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas Dalam

berbagai kasus, implementasi sebuah program terkadang perlu

didukung dan dikoordinasikan dengan instansi lain agar tercapai

keberhasilan yang diinginkan.

d. Karateristik agen pelaksanaan sejaumana kelompok·kelompok

kepentingan memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan.

Temasuk didalamnya karateristik para partisipan yakni mendukung

atau menolak, kemudian juga bagaimana sifat opini publik yang ada
20

di lingkungan dan apakah elite politik mendukung implementasi

kebijakan.

e. Kondisi sosial, ekonomi dan politik Kondisi sosial, ekonomi dan

politik mencakup sumber daya ekonomi lingkungan yang dapat

mendukung keberhasilan implementasi kebijakan.

f. Disposisi implementor Disposisi implementor mcncakup tiga hal

penting, yaitu:

1) respons implementor terhadap kebijakan, yang a.kan

mempengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan;

2) kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan;

3) lntensitas disposisi implementor yakni preferensi nilai yang

dirnililti oleh implementor.

Menurut Van Meter dan Van Hom ada beberapa hal yang

mempengaruhi kinerja implementasi yaitu standar dan sasaran kebijakan

dalam bal ini yaitu penduduk Indonesia, sumber daya yang mendukung

seperti tenaga operator, komunikasi antar organisasi seperti sosialisasi

dari dinas kependudukan dan pencatatan sipil kepada instansi terkait.

Iimplementasi kebijakan merupakan suatu proses yang dinamis,

pelaksana kebijakan melaksanakan kegiatan untuk mendapatkan hasil

yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan tersebut, juga

merupakan kegiatan yang sangat penting dari suatu proses kebijakan

publik.
21

Jones dalam Sudirman (2013:23) mengemukakan mengenai

implementasi kebijakan, yaitu: implementation is that set of activities

directed toward putting program into effect (implemerusi adalah

serangkaian aktivitas atau kegiatan untuk melaksankan sebuah program

yang dimaksudkan untuk menimbulkan akibat tertentu). Keberhasilan

suatu kebijakan akan bergantung pada berbagai faktor yang

mempengaruhinya. Tetapi yang terpenting adalah pemahaman oleh

semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan dan penerimaan

dengan penuh kesadaran oleh lingkungan masyarakat yang menjadi

sasaran.Dengan demikian perlu diupayakan adanya saling pengertian

antara aparat pelaksana dengan masyarakat sasaran.Saling pengertian ini

merupakan realisasi dari keterikatan antara pembuat kebijakan sebagai

pemegang mandat dengan publik sebagai pemberi mandat.

Saefullah (2007:46) menyatakan bahwa untuk dapat mengkaji

dengan baik suatu implementasi kebijakan publik perlu diketahui iriabel

atau faktor-faktor penentunya. Untuk menggambarkan secara jelas

variabel atau faktor-faktor yang berpengaruh penting terhadap

implementasi kebijakan publik dan guna penyederhanaan pemahaman,

maka akan digunakan model-model implementasi kebijakan. Edwards Ill

dalam Nugroho (2011 :636) menyarankan untuk memperhatikan empat isi

pokok agar implementasi kebijakan menjadi efektif, yaitu communicalion

(komunikasi), resource (sumber-sumber). disposition or anitudes


22

(kecenderungan-kecenderungan atau tingkah laku-tingkah laku), dan

bureaucratic strukture (struktur birokrasi).

Adapun kempat variabel tersebut saling berhubugan satu sama lain

sebagaimana dapat digambarkan berikut ini

Komunikasi

Sumberdaya

Implementasi

Disposisi

Struktur Birokrasi

Sumber :Edward III, dalam Tahir 2014:61

Gambar 2.1. : Model lmplementasi Menurut Edward III

Secara umum Edwards membahas tiga haL penting dalam proses

komunikasi yaitu transmisi, konsistensi, dan kejelasan. Sumber-sumber

yang penting meliputi; staf yang memadai serta keahlian yang baik untuk

melaksanakan tugas-tugas mereka, wewenang serta fasilitas-fasilitas

yang diperlulcan untuk menerjemahkan usul-usul di atas kertas guna


23

melaksanakan pelayanan publik.Kecenderungan dari para pelaksana

kebijakan merupakan faktor ketiga yang mempunyai konsekuensi-

koosekuensi penting bagi implemeotasi kebijakan yang efektif.Jika para

pelaksana bersikap baik terhadap suatu kebijakan tentu, dan hal ini berani

adanya dukungan.kemungkinan besar mereka melaksanakan kebijakan

sebagaimana yang diinginkan oleh para pembuat keputusan awal. Faktor

yang keempat adalah struktur birokrasi.Birokrasi merupakan salah satu

badan yang paling sering bahkan secara keseluruhan menjadi pelaksana

kebijakan.Birokrasi baik secara sadar atas tidak memilih bentuk-bentuk

organisasi untuk kesepakatan kolektif dalam rangka memecahkan

masalah-masalah sosial dalam kehidupan modern.

Jones dalam Wicloclo (2009:89) mengatakan bahwa aktifitas

implementasi kebijakan terdapal tiga macam poin yang sangat penting

dalarn implementasi kebijakan publik, yaitu organization, interpretation,

and application. Selengkapnya Jones mengemukakan bahwa:

1. Organization: the establishment or rearrangement of resowces, unit

and methods for putting a policy info effet

2. Interpretation: the translation or program language (often contaned in

a statute) into acceptable and feasible plans and directives

3. Application: the routine provision of service, paymens, or other agree

upon objectives of instruments.

Selanjutnya Jones dalam Tahir (2014:18) mengatakan bahwa:

Implementasi Kebijakan adalah suatu kegiatan yang dimaksudkan untuk


24

mengoperasikan sebuah program dengan memperhatikan tiga attivitas

utama kegiatan. Menurut Jones ketiga alctivitas tenebut dapat

mempengaruhi implementasi kebijakan. Tiga aktivita.s dimaksud adalah:

1. Organisasi, pembentukan atau penataan kembali swnberdllyo., unit-

unit serta mentode untuk menunjang agar program berjalan,

2. lnterpreusi, menafsirkan agar program menjadi rencana dan

pengarahan yang tepat dan dapal diterima serta dilaksanakan, dan

jasa.

3. Aplikasi (penerapan). berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan rutin

yang meliputi penyediaan barang dan jasa. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat dalam gambar 2.2

Implementasi
organisasi kebijakan

Interpretasi Aplikasi

Sumber : Jones dalam Tahir 2014:81

Gambar 2.2: Model implementasi Kebijakan Menurut Charles

O'Jhones.
25

Dari ilustrasi gambar di atas dapat ditegaskan bahwa sebagai

pegangan bagi para implementor kebijakan, harus disadari bahwa

implementasi kebijakan itu merupakan hal yang paling berat.karena dalam

tataran inilah masalah-masalah yang kadang tidak ditemui dalam

perumusan kebijakan, akan muncul dilapangan disaat keolbijakan itu

diimplementasikan. Oleh karena itulah, apakah kebijakan itu ke hal-hal

yang lebih operasional, ataukah juga telah siap dan mudah diaplikasikan

untuk mencapai tujuan kebijakan yang dikehendaki bersama.

Berdasarkan teori diatas maka dalam implementasi kebijakan public

terdapat tiga aktivitas utama yang sangat penting. Aktivitas yang pertama

adalah organisasi yang merupakan suatu upaya untuk menetapkan dan

menata kembali sumber daya (resources) unit-unit (units) dan metode-

metode (methods) yang mengarah pada upaya mewujudkan

(merealisasikan kebijakan menjadi hasil (outcome) sesuai dengan apa

yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan. Aktivitas kedua yaitu

interpretasi (penjelasan) yaitu merupakan substansi dari suatu kebjakan

dalam bahasa yang lebih operasional dan mudah dipahami sehingga

dapat dapat dilaksanakan dan diterima oleh para pelaku dan sasaran

kebijakan, serta aktivitas ketiga yaitu aplikasi yang merupakan penyedia

pelayanan secara rutin, pembayaran atau yang lainnya sesuai dengan

tujuan dan sasaran kebijakan yang ada.

Selanjutnya Jones dalam Suryana (2009:28) mengemukakan

implementasi adalah suatu proses interaktif antara suatu perangkat tujuan


26

atau tindakan atau bersifat interaaktif dengan kegiatan-kegiatan

kebijaksanaan yang mendahuluinya , dengan kata lain implementasi

merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk mengoperasikan sebuah

program dengan pilar-pilar organisasi interpretasi dari pelaksanaan”.

Berdasarkan pada apa yang dikemukakan Jones tersebut, maka

yang perlu mendapatakan perhatian dan perisiapan dalam proses

implementasi kebijakan agar masalah implementasi kebijakan public

semakin jelas dan luas, dimana implementasi itu merupakan proses yang

memerlukan tindakan-tindak sistematis yang terdiri dri organisasi,

interpretasi dan aplikasi

A. Tahap Organisasi

Organisasi adalah kesatuan (entity) social yang dikordinasikan

secara sadar, sebuah batasan relatif dapat didentifikasi, yang bekerja atas

dasar yang relative terus-menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama

atau sekelompok tujuan. (Robins,1994:4). Tahap pengorganisasian lebih

mengarah kepada proses kegiatan pengaturan dan penetapan siapa yang

melaksanakan kebijakan (penentuan lembaga organisasi) dan siapa saja

pelakunya dan sarana serta prasarana yang siperlukan untuk

melaksanakan kebijakan tersebut. Pelaksanaan kebijakan sangat

tergantung kepada jenis kebijakan apa yang akan dilaksanakan seperti

dinas, badan, kantor dilingkungan pemerintah daerah. Pelaksanaan

kebijakan harus menyediakan sumber daya manusia yang ahli dan

berkualitas dalam melaksanakan kebijakan tersebut karena sangat


27

mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kebijakan.

Disamping itu sumber daya manusia sebagai pelaku yang harus

mengetahui apa yang harus dilakukan bagaimna cara melakukannya,

serta bagaimana menggunakan sarana prasarana. Dalam hal ini sarana

dan prasarana yang digunakan merupakan alat untuk proses perekaman

KTP-el

Jones dalam Sudirman (2003:28) mengemukakan bahwa “the point

is that implementation of policy may very depending on the particular

stage of agency development” setiap kegiatan memerlukan birokrasi yang

memerlukan birokrasi yang mampu berkomunikasi dengan pihak yang

membuat kebijakan. Tujuan organisasi adalah menjalan program-program

yang dirancang.

B. Tahap Interpretasi

Tahap interpretasi merupakan tahap penjabaran sebuah kebijakan

yang masih bersifat abstrak kedalam kebijakan yang lebih bersifat teknis

operasional dalam bentuk kebijakan kepala dinas dalam hal ini dinas

kependudukan dan pencatatan sipil sebagai pelaksana kebijakan dan juga

yang harus dikomunikasikan agar seluruh masyarakat dapat mengetahui

dan memahami apa yang menjadi arah, tujuan dan sasaran kebijakan.

Kebijakan tersebut perlu dikomunikasikan agar mereka terlibat baik

langsung maupun tidak langsung, mengetahui dan paham tentang apa

yang menjadi arah, tujuan dan sasaran kebijakan untuk dapat menerima,

mendukung, dan bahkan mengamankan pelaksanaan kebijakan tersebut.


28

Interpretasi ialah usaha untuk mengerti apa yang dimaksud oleh

pembentuk kebijakan dan pengetahuan betul apa dan bagaimana tujuan

akhir itu harus diwujudkan atau direalisasikan.

Jones dalam Sudirman (2013:30) menegaskan mengenai

interpretasi oleh para pelaksanaan kebijakan sebagai berikut “ that the

implementer must respond to the question, what do I do now? Disturbs

many people. It guarantees frustration for the tidy mind seeking clousure in

the policy process. It is not suprising, therefore, that formulas for good

administration or effective implementation are developed. Typicallythese

formulas emphasize clarity, precision, consistency, priotity setting,

adequate resources and the like. The study of public administration is

replete with these guides to efficient management.

Dengan demikian jelaslah bahwa interpretasi dari para pelaksana

kebijakan harus mengetahui dengan baik mengenai substansi kebijakan,

makna kebijakan, dan tujuan kebijakan agar penafsiran ini tidak

menyimpang dari kebijakan tersebut.

C. Tahap Aplikasi

Tahap aplikasi merupakan tahap penerapanrencana proses

implementasi kebijakan dalam realitas nyata. Atau aplikasi ialah

penerapan secara rutin dari segala keputusan dan peraturan-peraturan

dengan melakukan kegiatan-kegiatan unuk tercapainya tujuan kebijakan.

Jones dalam Sudirman (2013:30) menyatakan bahwa application simply


29

refers to doing the job. It includes “providing goods and services” as well

as other programmatic objectives ( for examples, regulatuion and defense)

penerapan seringkali merupakan suatu proses dinamis dimana para

pelaksananya ataupun para petugas diarahkan oleh pedoman program

maupu patokan-patokannya, ataupun secara khusus diarahkan oleh

kondisi yang actual pada saat melaksanakan kebijakan, para pelaksana

diarahkan oleh pedoman-pedoman program maupun patokan-patokannya

seperti prosedur kerja, program kerja dan jadwal kegiatan. Prosedur kerja

sebagai pedoman, petunjuk.Tuntunan dan referensi bagi pelaku

dilakukan, siapa sasarannya, dan hasil yang ingin dicapai dari

pelaksanaan tersebut.Program kerja harus sudah terprogram dengan

baik.Agar tujuan program dapat dilaksanakan dengan efektif.Sedangkan

jadwal kegiatan harus diikuti dan dipathui secara konsisten oleh para

pelaku kebijakan.Jadwal pelaksanaan kebijakan sangat penting sebagai

pedoman dalam melaksanakan kebijakan sebagai standar untuk menilai

kinerja pelaksanaan kebijakan.

Jones dalam Sudirman (2013:31) mengemukakan bahwa: suatu

penafsiran politis dari yang berwenang mungkin tak akan dapat

dipraktekkan di lapangan, dan sebaliknya penerapan seringkali

merupakan suatu proses, dinamis dimana para pelaksananya ataupun

para petugas diarahkan oleh pedoman program maupun patokan-

patokannya.
30

Dalam aplikasi kebijakan, pelakana dituntut untuk memiliki strategi

yang tepat dalam melaksanakan kebijakan, disertai dengan pengelolaan

terhadap pendukung kebijakan, serta antisipasi terhadap pihak yang

dirugikan.Selain itu, pelaksaam kebijakan harus juga memerhatikan aspek

efektivitas, efisiensi, dan objektivitas. Mengenai hal ini, Jones dalam

sudirman (2013:31) mengemukakan bahwa : aplikasi pelaksanaan

kebijakan public merupakan suatu proses aktif dan selalu berubah. Hal ini

tidak hanya menunjuk pada sebuah kemungkinan kecil terhadap

penerapan harfiah suatu peraturan, tetapi juga menunjukkan bahwa

mereka yang membuat upaya semacam itu akan menghadapi

permasalahan dalam organisasinya. Aplikasi ini adalah suatu varian

dengan konsep administrasi serta ilmu manajemen yang menekankan

pada terciptanya tujuan kebijakan yang efektif dan efisien serta

dilaksanakan oleh suatu pelayanan sipil yang objektif.

Implementasi KTP-el di Kabupaten Bone dilakukan untuk

mencegah dan menutupmpeluan adanya KTP ganda dan KTP palsu,

sehingga memberikan rasa aman dan kepastian hukum bagi penduduk,

serta untuk mendukung terwujudnya data base kependudukan yang

akurat dan mencegah para pelaku criminal termasuk teroris untuk

peningkatan keamanan Negara.


31

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan

Keberhasil implemntasi kebijakan akan ditentukan oleh banyak

variabel atau faktor, dan masin masin faktor variabel tersebut saling

berhubungan satu sama lain. Banyak teori implementasi yang dapat di

gunakan untuk menganalisi berbagai faktor yang mempengaruh

kerberhasilan implementasi kebijakan.

Grindle dalam wibawa (1994:23) berpendapat kalau implementasi

kebijakan ditentukan oleh konteks (isi) kebijakan dan konteks

implementasi dilihat dalam ketrcakupanya dengan lingkungan.Ide dasar

grindle adalah bahwa setelah kebijakan transformasi menjadi aksi maupun

proyek individu dan biaya telah disediakan, maka implementasi program

lakukan.Tetapi ini tdiak berjalan mulus, tergantung dari

pengimplemntasian program. Kondisi tersebut oleh grindle digambarkan

dalam bagan 2.3 di bawah ini :


32

Impelentasi di pengaruhi oleh :


Tunjuk kebijakan
1. isi kebijakan Hasil kebijakan
a. kepentingan yang di pengaruhi
b. jenis manfaat yang di hasilkan a. Dampak pada
c. derajat perubahan yang di harapkan individu
d. siapa pelaksana program masyarakat dan
Tujuan yang kelompok.
e. kedudukan pembuatan kebijakan
ingin dicapai b. Perubahan dan
f. sumber daya yang di serhakan
penerimaan
2. konteks kebijakan
oleh
a. kekuasaan kepentingan dan strategi masyarakat.
aktor yang terlibat
b. karakteristrik lembaga dan penguasa
c. kepatuhan dan daya tanggap
delaksana

Program aksi dan


proyek individu yang
didesain dan dibiayai Program yang
dijalankan seperti yang
direncanakan

Mengukur implementasi kebijakan


`

Sumber : Wibawa, dkk. 1994:23

Gambar 2.3: model implementasi kebijakan menurut grindle


33

Berdasarkan gambar di atas dapat di jelaskan bahwa kebijakan

yang menyangkut banyk kepentingan yang saling berbeda lebih sulit

diimplentasikan dibandikan yang menyangkut sedikit kepentingan.

Kebjakan yang memberikan banyk manfaat yang aktual ( bukan hanya

formal , ritual dan simbolis) kepada banyak pelaku juga lebih muda di

implementasikan. Manfaat kebijakan.Kebijakan yang masyarakatnya

adanya perubahan sikap dan perlaku biasanya sulit di implentasikan.

Tidak hanya itu, kebijakan-kebijakan yang memiliki tujuan jangka pendek.

Isi kebijakan juga menunjukan kedudukan pembuat kebijakan.Dalam hal

ini apakah posisi pembuat kebjakan mempengaruhi kebijakan yang di

buatnya.

Faktor – faktor yang memprngsruhi implentasi kebijakan menurut

subarsono (2005:101) dalam bukunya Analisi Kebijakan Public ( Konsep

dan Aplikasi ) sebagai berikut.

a. kondisi lingungan

lingkungan sangat mempengaruhi implementasi kebijakan yang di

maksud lingkungan ini mencakup lingkungan sosio cultural serta

keterlibatan penerima program.

b. hubungan antar organisasi

dalam banyak program implementasi sebuah program perlu

dukungan dan kordinasi dengan instansi lain, untuk itu diperlukan


34

koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatuu

program.

c. sumber daya organisasi untuk implementasi program

implementasi kebijakan perlu didukun sumber daya baik sumber

daya manusia ( Nonhuman resources).

d. karakteristik dan kemampuan agen pelaksana

yang di maksud karakteristik dan kemampuan agen pelaksana

adalah mencakup struktur birokrasi, norma –norma, dan polah_ pola

hubungan yang terjadi dalam birokraso yang semuanya itu akan

mempengaruhi implementasi suatu program.

Faktor-faktor di atas menunjukan keberhasilan dalam pelaksanaan

kebijakan yang dibuat dan tetapakn oleh pemerintah. Dengan member

focus pada tujuan yang suda ditetapkan.

D. Admnistrasi Kependudukan

1. Pengertian Admnistrasi

Banyak pengertian administrasi yang dikemukakan oleh para ahli

administrasi, ada pengertian adminitrasi secara luas dan ada pengertian

administrasi secara sempit, dan bahkan ada yang mengartikan sebagai

proses sosial.
35

Dalam pengertian yang luas menurut Musanef (1996:1) dalam

bukunya Manajemen Kepegawaian di Indonesia menyebutkan bahwa:

‘Administrasi adalah kegiatan sekelompok manusia melalui

tahapan-tahapan yang teratur dan dipimpin secara efektif dan efisien,

dengan menggunakan sarana yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan

yang diinginkan”.

Implementasinya, administasi berkembang dan mempunyai tugas-

tugas yang biasa disebut sebagai fungsi administrasi diantaranya adalah

fungsi perencanaan, pengorganisasian sampai dengan fungsi

pengawasan ”. (Musanef, 1996 : 1).

Dalam pengertian sempit, yang dikemukakan oleh Soewarno

Handayaningrat (1996:2), dalam bukunya “Pengantar Studi Ilmu

Administrasi dan Manajemen” menyebutkan bahwa :

” Administrasi adalah suatu kegiatan yang meliputi catat-mencatat,

surat-menyurat, pembukuan ringan, ketik mengetik, agenda dan

sebagainya yang bersifat teknis ketatausahaan ’.(Soewarno

Handayaningrat, 1996:2).

Sedangkan menurut Sondang P. Siagian dalam bukunya yang

berjudul Filsafat Administrasi, merngemukakan pengertian administrasi

sebagai berikut :

”Administrasi adalah keseluruhan proses pelaksanaan dari

keputusan-keputusan yang telah diambil dan pelaksanaan itu pada


36

umumnya dilakukan oleh dua orang manusia atau lebih untuk mencapai

tujuan yang telah ditentukan sebelumnya ”. (Siagian, 1997:3).

Dari beberapa pengertian administrasi dari para ahli diatas dapat

disimpulkan bahwa administrasi adalah keseluruhan proses rangkaian

pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang

terlibat dalam suatu bentuk usaha bersama demi tercapainya tujuan yang

telah ditetapkan sebelumnya.

Meskipun rumusannya sederhana, pengertiannya tetap

mempunyai cakupan yang luas, yaitu seluruh proses kegiatan yang

berencana dan melibatkan seluruh anggota kelompok.

E. Pengertian Admnistrasi Kependudukan

Berdasarkan Undang - Undang Nomor 24 tahun 2013 Tentang

Perubahan Atas Undang - Undang No. 23 tahun 2006 Tentang

Administrasi Kependudukan yang dimaksud dengan Administrasi

Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban

dalam penerbitan dokumen dan Data Kependudukan melalui Pendaftaran

Penduduk, Pencatatan Sipil, pengelolaan informasi Administrasi

Kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik

dan pembangunan sektor lain.


37

Secara umum administrasi kependudukan memiliki 2 (dua) fungsi,

yaitu: 1) Fungsi hukum, yaitu memberikan kepastian hukum, menjamin

keadilan dan memberikan kesejahteraan kepada penduduk sesuai dengan

martabat kemanusiaan. 2) Fungsi registrasi, memberikan pengakuan dan

pengesahan status perdata seseorang dan membentuk data mikro bagi

proses pembangunan, guna perumusan kebijakan – kebijakan yang

berwawasan kependudukan (people centred development). Berdasarkan

penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa administrasi kependudukan

adalah rangkaian kegiatan yang meliputi aktivitas pendaftaran penduduk,

pencatatan sipil, dan pelaksanaan Sistem Informasi Administrasi

Kependudukan (SIAK).

F. Pendaftaran Penduduk

Sesuai dengan Undang - Undang Nomor 24 tahun 2013 Tentang

Perubahan Atas Undang - Undang No. 23 tahun 2006 Tentang

Administrasi Kependudukan, Pendaftaran Penduduk adalah pencatatan

biodata Penduduk, pencatatan atas pelaporan Peristiwa Kependudukan

dan pendataan Penduduk rentan Administrasi Kependudukan serta

penerbitan Dokumen Kependudukan berupa kartu identitas atau surat

keterangan kependudukan.

Pendaftaran penduduk bertujuan untuk memberikan keabsahan

identitas dan kepastian hukum atas dokumen penduduk dan mendapatkan


38

data yang mutakhir benar dan lengkap. Pendaftaran penduduk dilakukan

pada instansi pelaksana yang daerah tugasnya meliputi domisili atau

tempat tinggal penduduk. Pendaftaran penduduk melayani Penerbitan

Kartu Keluarga (KK), melayani penerbitan Kartu Tanda Penduduk

Elektronik (KTP-el) dan melayani peristiwa kependudukan/ mutasi

penduduk lainnya.

Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Pendaftaran

Penduduk adalah pencatatan biodata Penduduk, pencatatan atas

pelaporan Peristiwa Kependudukan dan pendataan Penduduk rentan

Administrasi Kependudukan serta penerbitan Dokumen Kependudukan

berupa Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk elektronik (KTP-el), Surat

Keterangan Pindah Datang (SKP).

G. Pencatatan Sipil

Pencatatan Sipil Sesuai dengan Undang - Undang Nomor 24

tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Undang - Undang No. 23 tahun

2006 Tentang Administrasi Kependudukan, yang dimaksud dengan

pencatatan sipil adalah pencatatan Peristiwa Penting yang dialami oleh

seseorang dalam register Pencatatan Sipil pada Instansi Pelaksana.

Yang dimaksud dengan peristiwa penting di sini adalah Peristiwa Penting

adalah kejadian yang dialami oleh seseorang meliputi kelahiran, kematian,

lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak, pengesahan anak,


39

pengangkatan anak, perubahan nama dan perubahan status

kewarganegaraan.

Lebih lanjut dalam hal pencatan sipil banyak mengalami

perubahan di dalam Undang - Undang Nomor 24 tahun 2013 Tentang

Perubahan Atas Undang - Undang No. 23 tahun 2006 Tentang

Administrasi Kependudukan. Perubahan dimaksud antara lain adalah

pencatatan kematian, dimana pelaporan pencatatan kematian yang

semula menjadi kewajiban penduduk, diubah menjadi kewajiban Rukun

Tetangga (RT) untuk melaporkan setiap kematian warganya kepada

instansi pelaksana. Pelaporan tersebut dilakukan secara berjenjang

melalui Rukun Warga (RW), Desa/Kelurahan dan Kecamatan. Dengan

kebijakan ini diharapkan cakupan pencatatan kematian akan meningkat

secara signifikan.

H. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK)

Sesuai dengan Undang - Undang Nomor 24 tahun 2013 Tentang

Perubahan Atas Undang - Undang No. 23 tahun 2006 Tentang

Administrasi Kependudukan, yang dimaksud dengan Sistem Informasi

Administrasi Kependudukan selanjutnya disingkat SIAK, adalah sistem

informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

memfasilitasi pengelolaan informasi administrasi kependudukan di tingkat

Penyelenggara dan Instansi Pelaksana sebagai satu kesatuan.


40

Adapun tujuan penggunaan SIAK sebagaimana dimaksud dalam

dengan Undang - Undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Perubahan

Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi

Kependudukan :

1. Database Kependudukan terpusat;

2. Database Kependudukan dapat diintegrasikan untuk kepentingan

lain seperti statistik, pajak, imigrasi, dan sebagainya;

3. Sistem SIAK terintegrasi dari Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga

(RW), kelurahan, Kecamatan, hingga ke instansi pelaksana

administrasi kependudukan. Sistem ini juga terintegrasi dengan

pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, dan lain-lain;

4. Standarisasi Nasional Implementasi SIAK adalah online, yang telah

diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 88 Tahun 2004 tentang

Pengelolaan Administrasi Kependudukan dan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2005 tentang

Administrasi Kependudukan.

Secara hukum SIAK mengandung 3 unsur yaitu :

1. Nomor pengenal tunggal (NIK);

2. Blanko standart nasional seperti KK, KTP, Buku registrasi, akta

catatan sipil;

3. Formulir – formulir standart nasional termasuk identifikasinya.


41

Kelebihan dari Sistem Informasi Administrasi Kependudukan

(SIAK) adalah:

1. Dapat memberikan informasi yang cepat kepada masyarakat

tentang pembuatan dokumen kependudukan.;

2. Mempercepat dalam pembuatan dokumen kependudukan seperti

pembuatan KTP, KK dan surat lainnya;

3. Menyelenggarakan administrasi kependudukan yang benar dan

akurat;

4. Mewujudkan pelayanan administrasi kependudukan dan catatan

sipil yang berorientasi kepada kepuasan dan kemitraan masyarakat

menuju tercapainya data dan informasi kependudukan yang akurat.

I. Kartu Tanda Penduduk Elektronik (E-KTP)

1. Pengertian KTP-el

Kartu Tanda Penduduk Elektronik, selanjutnya didingkat KTP-el

adalah kartu tanda penduduk yang dilengkapi cip yang merupakan

identitas resmi penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh instansi

pelaksana (UU nomor 24 tahun 2013).

Penduduk hanya diperbolehkan memiliki 1 KTP yang tercantum

Nomor Induk kependudukan (NIK).NIK merupakan identitas tunggal setiap

penduduk dan berlaku seumur hidup. NIK yang ada di KTP-el nantinya

akan dijadikan dasar dalam penerbitan paspor, surat izin mengemudi


42

(SIM), nomor pokok wajib pajak (NPWP), polis asuransi, sertifikat atas hak

tanah dan penerbitan dokumen identitas lainya (UU Nomor 24 Tahun

2013)

Undang-undang nomor 23 tahun 2006 tentang administrasi

kependudukan baru terbit setelah 61 tahun Indonesia merdeka.

Seharusnya undang undang nomor 23 tahun 2006 ini terbit segera setelah

Indonesia merdeka, karena hal-hal yang berkaitan dengan penduduk dan

warga negara langsung diamanatkan oleh pasal 26 undang-undang dasar

negara republic Indonesia tahun 1945 untuk diatur dengan undang-

undang, sebelum terbitnya undang nomor 23 tahun 2006, pengaturan

tentang administrasi kependudukan termasuk didalamnya pengaturan

tentang tentang Kartu Tanda Penduduk (KTP) diatur oleh peraturan

peninggalan pemerintah colonial hindia-belanda (staatsblad) dan setingkat

peraturan menteri dan baru di tahun 2013 mengalami perubahan yaitu

undang-undang nomr 24 tahun 2013.

Menurut peraturan menteri dalam negeri nomor 9 tahun 2011

yang mengalami perubhan menjadi peraturan dalam negeri nomor 69

tahun 2014, KTP-el adalah KTP berbasis Nomor Induk Kependudukan

(NIK) yag memiliki spesifikasi dan format KTP nasional dengan

sistem/kode pengaman khusus yang berlaku identitas resmi penduduk

yang diterbitkan oleh dinas kependudukan dan pemcataan sipil

kabupaten/kota. Nomor Indul Kependudukan (NIK) adalah nomor identitas


43

penduduk yang bersifat unik atau khas, tunggal dan melekat pada

seseorang yang terdaftar sebagai penduduk Indonesia.

Penerbitan KTP-el adalah pengeluaran KTP baru atau

penggantian KTP karena habis masa berlakunya, pindah datang, rusak

atau hilang, dalam pencetakan dokumen KTP elektronik dengan

memasukkan biodata, pas photo, tanda tangan, sidik jari telunjuk kiri-

kanan, sedangkan sidik jari adalah hasil reproduksi tapak jari tangan

penduduk yang terdiri atas kumpulan alur garis-garis halus dengan pola

tertentu yang sengaja iambil dan capkan dengan tinta atau dengan cara

lain oleh petugas kepentingan kelenhkapan data penduduk dalam

database kependudukan dan iris mata.

J. Dasar hukum KTp-el

Ada beberapa dasar hukum penerapan KTP-el :

1) Undang-undang nomor 24 tahun 2013 tentang perubahan atas

undang-undang nomor 23 tahun 2006 tentang administrasi

kependudukan.

2) Oeraturan presiden nomor 112 ahun 2013 tentang perubahan

keempat peraturan presiden nomor 26 tahun 2009 tentang

penerapan KTP berbasis NIK secara nasional.


44

3) Peraturan menteri dalam negeri nomor 69 tahun 2014 tentang

perubahan peraturan menteri dalam negeri nomor 9 tahun 2011

tentang pedoman penerbitan KTp berbasis NIK secara Nasional.

4) Peraturan Daerah Kabupaten Bone Nomor 3 Tahun 2017 Tentang

Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Bone Nomor 7

Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan AdmnistrasiKependudukan

(Studi Pembuatan E-Ktp Di Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil

Kabupaten Bone Tahun 2019).

K. Fungsi KTP-el

KTP merupakan bukti diri kita sebagai oenduduk yang tinggal

alam suatu wilayah negara RI (republik Indonesia) sehingga program

KTP-el sengat penting untuk menertibkan administrasi yang dikelola

secara baik oleh ahli-ahli yang profesioal. Selama masih banyak terdapat

kesalahan dalam penggunaan KTP, oleh karena itu KTP berfungsi antara

lain:

1) Sebagai identitas jati diri

2) Berlaku nasional sehingga tidak perlu lagi membuat KTP local

untuk penguruan izin, pembukaan rekening bank dan sebagainya

3) Mencegah KTP ganda dan pemalsuan KTP

4) Terciptanya keakuratan data penduduk untuk mendukung

program pembangunan
45

Hal ini menjelaskan bahwa KTP-el memiliki banyak fungsi seperti

identitas diri dimanapun kita berada karena berlaku nasional.Juga

berfungsi untuk mencegah penggandaan KTP palsu yang biasanya

banyak digunakan saat pemilu.

Menurut kementrian dalam negeri manfaat KTP-el bagi

masyarakat, bangsa dan negara diantaranya yaitu :

1) Untuk mencegah dan menutup peluang adanya KTP ganda dan

KTP palsu sehigga memberikan rasa aman dan kepastian hukum

bagi masyarakat.

2) Untuk mendukung terwujudnya database kependudukan yang

akurat, khususunya yang berkaitan dengan data penduduk wajib

KTP yang identik dengan data penduduk potensial pemilih pemilu,

sehingga sering terjadi permasalahan.

3) Dapat mendudkung peningkatan keamana negara sebagai

dampak positif dari tertutupnya peluang KTP ganda KTP palsu

dimana selama ini para pelaku criminal selalu menggunakan KTP

ganda dan KTP palsu.

4) KTP elektronik merupakan KTP nasional yang sudah memenuhi

semua ketentuan yang diatur dalam undang undang nomor 23

tahun 2006 dan perpres no.26 tahun 2009 dan perpres no.35

tahun 2010, sehingga berlaku nasional. Dengan pelayanan dari


46

lembaga pemerintah dan swasta. Karena tidak lagi memerlukan

KTP setempat.

L. Penyelenggara

Pada pasal 6 Peraturan Daerah Kabupaten Bone Nomor 3

Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten

Nomor 7 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Administrasi

Kependudukan, ayat 1 megnamanahkan Instansi Pelaksana

melaksanakan urusan Administrasi Kependudukan dengan kewajiban

yang meliputi :

a. Mendaftar Peristiwa Kependudukan dan mencatat Peristiwa

Penting;

b. Memberikan pelayanan yang sama dan profesional kepada

setiap Penduduk atas pelaporan Peristiwa Kependudukan dan

Peristiwa Penting;

c. Menerbitkan Dokumen Kependudukan;

d. Mendokumentasikan hasil Pendaftaran Penduduk dan

Pencatatan Sipil;

e. Menjamin kerahasiaan dan keamanan data atas Peristiwa

Kependudukan dan Peristiwa Penting;

f. Melakukan verifikasi sdan validasi data dan informasi yang

disampaikan oleh Penduduk dalam pelayanan Pendaftaran

Penduduk dan Pencatatan Sipil.


47

Pasal 7 Instansi Pelaksana melaksanakan urusan Administrasi

Kependudukan dengan kewenangan yng meliputi :

a. Memperoleh keterangan dan data yang benar tentang Peristiwa

Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dilaporkan

Penduduk;

b. Memperoleh data mengenai Peristiwa Penting yang dialami

Penduduk atas dasar putusan atau penetapan pengadilan;

c. Memberikan keterangan atas laporan Peristiwa Kependudukan

dan Peristiwa Penting untuk kepentingan penyelidikan penyidik

dan pembuktian kepada lembaga peradilan; dan

d. Mengelola data dan mendayagunakan informasi hasil

Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil untuk kepentingan

pembangunan.
48

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bone dimana titik

pengembalian data peneltian Tentang Penyelenggaraan Administrasi

Kependudukan di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Bone.adapun yang menjadi pertimbangan pemilihan lokasi ini

adalah di kantor dinas kependudukan dan catatan sipil di Kabupaten Bone

belum mencapai target perekaman KTP-el yang telah dialokasikan oleh

pemerintah pusat.

B. Pendekatan, Sifat dan Tipe Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan konseptual, penelitian terhadap konsep-konsep hukum

seperti sumber hukum, fungsi hukum, lembaga hukum, dan sebagainya.

Pendekatan ini beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin

yang berkembang di dalam ilmu hukum. Pendekatan ini menjadi penting

sebab pemahaman terhadap pandangan/doktrin yang berkembang dalam

ilmu hukum dapat menjadi pijakan untuk membangun argumentasi hukum

ketika menyelesaikan isu hukum yang dihadapi. Pandangan/doktrin akan

48
49

memperjelas ide-ide dengan memberikan pengertian-pengertian hukum,

konsep hukum, maupun asas hukum yang relevan dengan permasalahan.

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian ini adalah penelitian deskriktif berupa penulisan,

penelitian untuk mengambarkan keadaan suatu fenomena mengenai

implementasi pembuatan e-ktp di dinas kependudukan dan catatan sipil

menurut peraturan daerah kabupaten bone nomor 3 tahun 2017 tentang

perubahan atas peraturan daerah kabupaten bone nomor 7 tahun 2011

tentang penyelengaraan administrasi kependudukan. Penelitian deskriktif

adalah salah satu jenis penelitian yang tujuanya utnuk menyajihkan

lembaran lengkap mengenai setting social atau hubungan antara

fenomena yang di uji.

3. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah tipe yuridis empiris dalam rusuli sizzatur

(2015) suatu gagasan yang bersifat rasional yang di bentuk oleh individu

melalui pengalaman. Yuridis empiris merupakan tipe yang di tinjau melalui

aspek hukum, dalam hal ini adalah peraturan-peraturan yang di

implementasikan dalam kenyataan atau praktek yang terjadi di lapangan.

Pendekatan yuridis empiris merupakan suatu pendekatan yang dilakukan

di masyarakat dengan maksud dan tujuan untuk menemukan fakta

kemudian di teruskan dengan menemukan masalah kemudian menuju

pada identifikasi masalah dan yang untuk mencari penyelesaian masalah.


50

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pegawai Dinas

Pendudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone yang terlibat dalam

pelayanan E-KTP dan masyarakat yang melakukan pelayanan E-KTP

pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone dalam

periode penelitian ini.

Penelitian kualitatif teknik sampling yang sering digunakan adalah

purposive sampling dan snowball sampling. Purposive sampling adalah

teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.

Perkembangan tertentu ini misalnya orang tersebut yang dianggap tahu

tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia sebagai penguasa

sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi yang

diteliti. Atau dengan kata lain pengambilan sampel diambil berdasarkan

kebutuhan penelitian. Snowball sampling adalah teknik pengambilan

sampel sumber data yangpada awalnya jumlahnya sedikit tersebut belum

mampu memberikan data yanglengkap, maka harus mencari orang lain

yang dapat digunakan sebagai sumber data.

Jadi, penentuan sampel dalam penelitian kualitatif dilakukan saat

peneliti mulai memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung.

Caranya yaitu seorang peneliti memilih orang tertentu yang

dipertimbangkan akan memberikandata yang diperlukan, selanjutnya

berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari sampel sebelumnya


51

itu peneliti dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan

memberikan data lebih lengkap.

D. Sumber Data

1. Pengumpulan data primer yaitu data yang di peroleh langsung di

lokasi penelitian untuk mencari kebenaran dan data yang lengkap dan

berkaitan dengan masalah yang di teliti yang di lakukan dengan cara :

- Wawancara yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan Tanya

jawab secara langsung dan mendalam kepada pihak- pihak terkait.

- Oberservasi yaitu pengumpulan data dengan cara mengamati secara

langsung terhadap objek penelitian.

2. Pengumpulan data sekunder yaitu teknik pengumpulan data

yang dilakuan melalui pengumpulan kepustakaan untuk mendukung data

primer. Teknik ini di gunukan dengan mengunakan instrument :

- Studi dokumentasi yaitu pengumpulsn data dengan mengunakan

catatan atau dokumen yang di lokasi penelitian atau sumber-sumber yang

relevan.

- Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data di peroleh dari buku-buku

karya ilmia, serta pendapat parah ahli yang memiliki relevan dengan

masalah yang di teliti.


52

E. Teknik Pengumpulan Data

Merupakan alat bantu yang digunakan dalam prosedur

pengumpulan data penelitian,Instrument terdiri dari;

1. Pedoman wawancara

Pada penelitian ini,wawancara dilakukan secra terstruktur sehingga

diperlukan pedoman wawancara sebagai instrument dalam pelaksaan

wawancara.pedoman wawancara merupakan suatu daftar pertanyaan

terbuka mengenai implementasi Kebijakan KTP-el di Dinas

Kependudukan dan pencatatan sipil kabupaten Bone.Pertanyaan tersebut

akan diajukan secara lisan kepada narasumber informan penelitian.

2. Pedoman Observasi

Pedoman observasi adalah panduan atau daftar yang berisi catatan

setiap faktor secar sistematis yang dibuat oleh observasi dilakukan dan

disusun sesuai dengan tujuan penelitian ini.

3. Dokumentasi data primer yaitu data yang di peroleh langsung

dilokasi penelitian untuk mencari kebenaran dan data yang lengkap dan

berkaitan dengan masalah yang di teliti yang di lakukan dengan cara :


53

F. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan analisis data

secara kualitatif, analisis data kualitatif adalah penelitian yang berupaya

menganalisis kehidupan sosial menggambarkan dunia sosial dari sudut

pandang atau interpretasi individu (informasi) dalam latar alamiah. Dengan

kata lain penelitian kualitatif berupaya menjelaskan bagaimana seorang

individu, menggambarkan, atau memaknai dunia sosialnya. Menurut

Muhammad Tholchah Hasan (2009: 183) Analisis data secara kualitatif

dengan tahapan sebagai berikut:

a. Pengumpulan data lapangan yakni dengan mengumpulkan data

yang ditemukan dilapangan yang merupakan data kasar.

b. Reduksi data adalah proses memilih atau menyederhanakan,

mengabstraksikan dan mentransformasikan data kasar yang baru

dari lapangan.

c. Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang tersusun

secara sistematis yang kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan.

d. Verifikasi data yakni penarikan kesimpulan akhir penelitian


54

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku

Muda, Ahmad A.K; 2006: “Kamus Lengkap Bahasa Indonesia”. Reality

Publisher.

Abdi Hamzah, 2005, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia

Prof. Dr.H. Zainuddin Ali, M.A. “Metode Penelitian Hukum”. Sinar Grafika

Abidin, Said Zainal. (2002). Kebijalwn Publik, Jakarta: YayasanPancur

Siwah.

Agustino, L. (2012). Dasar-Dasar Kebijaknn Publik. Bandung: Alfabeta.

Kismartini.(2011). Analisis Kebijalwn Publik.Jakarta : Penerbit

Universitas Terbuka.

Nugroho, Riant. (2011). Public Policy. Jakarta: PT Elex Media

Komputindo.

Nurhayati.(2013). Pengaruh Implementasi Kebijalwn Standar

Kompetensi Luusan Terhadap Kualitas Pelayanan Pendidilwn

SMAIMA di Kata Tanjungpinang. Jakarta: TAPM Universitas

Terbuka.

Putra, Fadillah. (2001 ). Paradigma Kritis dalam Studi Kebijalwn Publik,

Y ogyakarta : Pustaka Pelajar.


55

Robbins, S.P. (1994). Teori Organisasi: Struktur Desain dan Aplilwsi.

Jakarta: Penerbit Arcan.

Saefullah, Djadja.H.A. (2007). Pemikiran Kontemporer Administrasi

Publik Perspektif manajemen Sumber Daya Manusia Dalam

Era Desentralisasi. Cetakan Pertama. Bandung : LP3AN FISIP

UNP AD.
54

Siagian, Sondang P. (1996). Manajemen Sumber Daya Manusia.

Jakarta: Bumi Aksara s

Subarsono, AG. (2005). Analisis Kebijalwn Publik: Konsep, teori dan

Aplilwsi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sundarso, Dkk. (2010). Teori Administrasi. Jakarta: Universitas Terbuka

Tahir, Arifin. Dr.M.Si. (2014).Kebijalwn Publik dan Transparansi

penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Bandung: ALF ABETA.

Tangkilisan, Hessel Nogi S. (2003). "Teori dan Konsep Kebijaknn

Publik" dalam Kebijalwn Publik Yang membumi, Konsep,

Strategi dan Kasus,

Wibawa, S. (1994). Kebijakan Publik, Proses dan Analisis, Jakarta:

Intermedia.
56

Wahab, S.A. (2012). Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke

Penyusunan Mode/-Model Imp/ementasi Kebijakan Publik.

Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Widodo, J. (2009). Analisis Kebijakan Publik : Konsep dan Aplikasi

Analisis Proses Kebijakan Publik. Malang: Bayumedia

Publishing.

Winarno, B. (2002). Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta:


55
Media Pressindo.

Winarno B. (2008). Kebijakan Publik Teori & Proses. Jakarta: PT. Buku

Kita

Wibawa, S. (1994). Kebijakan Publik, Proses dan Analisis, Jakarta:

Intermedia.

Wahab, S.A. (2012). Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke

Penyusunan Mode/-Model Imp/ementasi Kebijakan Publik.

Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Widodo, J. (2009). Analisis Kebijakan Publik : Konsep dan Aplikasi

Analisis Proses Kebijakan Publik. Malang: Bayumedia

Publishing.

Winarno, B. (2002). Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta:

Media Pressindo.
57

winarno (2008). Kebijakan Publik Teori & Proses. Jakarta: PT. Buku Kita

B. Peraturan Perundang Undangan

Undang-Undang 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.

Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2013 tentang Perubahan Peraturan

Presiden Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penerapan Kartu Tanda


56
Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara

Nasional.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 69 Tahun 2014 tentang

perubahan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2011

tentang Pedoman Penerbitan Kartu Tanda Penduduk Berbasis

Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional.

Peraturan Daerah Kabupaten Bone Nomor 3 Tahun 2017 tentang

Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Nomor 7 Tahun

2011 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan

Anda mungkin juga menyukai