Siang itu,aku dan orangtuaku beserta Bupi, tanteku, di ruang keluarga rumah
tanteku sedang berbincang. Seutas kertas berisi hasil UN SMP lengkap dengan rekap
nilainya. Nilai yang cukup menjanjikan hasil usahaku belajar meski tak sampai mati-
matian, tapi waktu ku didominasi untuk memperjuangkan apa yang kudapatkan saat
itu, dengan nilai itu aku dapat diterima di SMAN manapun di Kota Tangerang,
namun sayang itu hanya dapat terjadi jika aku termasuk dalam Anak Zonasi
Tangerang, sedangkan aku hanya berdomisili, tetapi termasuk ke dalam Zonasi Kota
Lain.
Pupus sudah harapanku untuk masuk SMAN 1 Tangerang, pilihan pasti yang
aku bisa dapatkan yaitu SMAN 2 dan SMAN 7, namun sayang beribu sayang, mereka
tak merestui karena berbagai pertimbangan, dan aku sudah terlanjur tak peduli
dengan percakapan itu. Dengan pandangan kosong, serta sedih yang terekspresi
dalam carut wajahku, akupun pergi ke dalam kamar dan mencoba menyibukan diri
dengan handphone ku sebagai pengalih rasa kecewaku pada diri sendiri meski hati
tetap mencari pihak mana yang harus aku salahkan agar sakit hatiku pada diriku
sendiri berkurang, tangisan bisu pecah hingga aku tertidur pulas.
1
Adzan magrib berkumandang, ibuku mencoba membangunkan ku secara
perlahan, karena sentuhan lembutnya aku terbangun perlahan, “udah magrib shie,
shalat dulu.” Kata ibuku, “Hmmmm.” Jawabku pelan. Akupun melaksanakan shalat
magrib berjamaah bersama kedua orang tuaku dan keluarga Bupi.
Apa harapan mu ?
Mampukah kamu ?
Apa usahamu ?
Jika kamu nantinya gagal
Tak usah larut bersedih
Tuhan sediakan jalan lain
Teruslah melangkah ke depan.
2
Sma……
Siang itu, H -5 mulai masuk SMA aku,orangtuaku dan Bupi sibuk mengemas
barang-barangku, dimulai dari pakaian hingga alat tulis, pengemasan ini dilakukan
Karena aku akan segera pindah dari rumah tante ku, ke kosan baru dekat SMA nanti.
Kosan itu yang terbaik yang aku temukan selama meelusuri lingkungan
sekitar sekolah ku itu, aku pindah dari rumah tanteku dan memilih kos karena selama
aku disana aku selalu merasa tidak nyaman akan kehadiran dan perilaku suami
tanteku padaku, dan setelah melalui beberapa per tukaran kalimat dan pikiran dengan
orangtuaku, akhirnya merekapun setuju perihal pindah dan kos itu.
Hari pertama KBM dimulai, berdasarkan pengumuman hasil tes, aku masuk
kedalam jurusan MIPA, dan kelasku adalah X MIPA 6, semuanya berjalan lancar
meski pada setiap pelajaran diadakan tahap perkenalan, dan itu membuatku bosan.
Bel pulang berbunyi, aku bergegas pergi meninggalkan kelas menuju tempat
berkumpulnya anggota baru organisasi yang aku ikuti, sempatku berpapasan dengan
kak Purnama, menyapanya dan dibalas senyum manis yang membuatku bersemangat.
Di ruangan kumpul organisasi lagi-lagi waktu dihabiskan untuk saling
3
memperkenalkan diri, lahi-lagi aku bosan sembari menghafal teman-teman yang
menarik perhatianku.
Hari pertama ku habiskan untuk menghafal nama teman – teman kelasku, dan
juna nama teman-teman organisasiku meski tak semuanya dapat ku ingat, setidaknya
aku hafal beberapa diantaranya yaitu Anta, Iskandar, Kamilah dan Nabila yang
merupakan teman kelas ku, Niel, Sabila, Glorya dan masih banyak lagi teman
organisasiku yang lain.
Pulang, berbaring kegiatan yang kulakukan setelah mandi, penat kurasa, tetapi
merapihkan buku-buku masih harus ku lakukan, setelahnya aku menghabiskan waktu
dengan apapun itu termasuk makan malam. Tertidur hingga keesokan harinya tak
sengaja kulakukan.
.
Pertemanan selalu berawal dari perkenalan
4
Obrolan laki-lAKi….
Anta berbaring di lantai, Iskandar memelototi laptopnya dengan telunjuk yang
bergera-gerak saat menggenggam mouse, dan aku duduk di atas kasur. “Duh, tuan
rumah gak nyediain minum ni?” candaku, “Laper bet ni laper elah.” Anta menimpali,
Iskandar yang sedari tadi fokus dengan laptopnya menoleh seraya berkata “Waelaah
kode terus kodee, udah kek anak pramuka lo semua, ambil napa ambil, punya kaki
punya tangan buat apaa.” Dengan wajah manyun yang dibuat-buat dia keluar kamar
dan menuruni tangga.
Anta bersiul
5
Anta dan Iskandar : “Siapa?”
Anta : “Kayanya gue tau dah, itu lho dar yang di kantin ngobrol sama si
hosi.”
Iskandar : “Oiya, tau gue, cake psi, boleh juga mata lu hos.”
Iskandar tertawa
Setelah percakapan itu entah mengapa aku jadi terpikirkan tentang Sabila, saat
kumpulpun aku jadi sering memperhatikannya dari jauh. Sejak saat itu pula aku tanpa
sadar berusaha mengenal dia lebih dekat, hingga tau bahwa hatinya sudah bertuan.
Curhatan galau ku mulai masuk dalam topik pembicaraan 5 sejoli, dihiasi respon
serius dan ledekan dari mereka.
6
Ada apa kamilah ?.....
Siang itu, di sekolah, setelah selesai istirahat kedua tak ada guru yang datang
tapi kami di suguhkan dengan tugas yang harus dikumpulkan, semua orang sibuk
mengerjakan termasuk kami, 5 sejoli, mengerjakan tugas bersamaan ditemani alunan
lagu santai, sesekali ada yang bercerita atau menanyakan cemila dan minuman, tapi
ada yang aneh, Kamilah tak bersuara diam dan sesekali mengucek matanya sambil
mengerjakan, mungkin sedang fokus mengerjakan pikir aku, anta, iskandar dan
Nabila.
Tak ada angina tak ada hujan taka da badai, tiba-tiba Kamilah meneteskan air
mata, seraya berkata “Mata gue burem, kenapa inii.” Kami yang mendengar sontak
tercengang “Mungkin kacamata lu kotor, sini gue bersihin.” Ucap Nabila, seusai
dibersihkan kamilah masih mengatakan bahwa pandangannya buram, mukanya
memerah, aku coba mengecek ke sampingnya dan meinstruksikan kamilah agar tetap
tenang, atur nafas dan jangan panic, tetapi tiba-tiba dia pingsan dan jatuh kea rah ku
yang sedang ada di sampingnya. Tiba-tiba kami panik, Nabila mencoba untuk
membangunkan Kamilah, Iskandar menggenggam jemari tangan Kamilah “Kaku
coy.” Aku berteriak “ Tanduuuuuu!.” Sontak semua orang rebut, Anta dan aku tanpa
pikir panjang menyingkirkan semua meja dan kursi untuk memberi ruang bagi
Kamilah dan jalur tandu, Anta berkata “Udah hos lu ambil tandu gece.” Kemudian
aku menoleh iskandar “Ayo.” Kami lari menuju Unit Kesehatan Sekolah (UKS)
untuk mengambil tandu. Suasana kelas gaduh, guru-guru dari kelas lain coba
menegur untuk diam tetapi setelah mengetahui keadaan justru mereka ikut panic dan
gaduh.
Aku dan iskandar sibuk mencari tandu di UKS yang entah letaknya dimana,
panik dan terburu-buru membuat kami mengacak-acak ruangan, “Ketemu, ayo gece.”
Ucapku, kami berlari lagi sementara guru dan murid dari kelas lain bingung
menyasikan kami yang berlarian di koridor sekolah. “Minggir, awas, semuanya
7
keluar.” Teriak Iskandar ketika sampai di kelas, semua orang mengikuti apa yang
diperintahkan Iskandar
Setelah kejadian itu aku, anta dan iskandar tanpa disadari sudah menjadi
selayaknya bodyguard Kamilah, saat upacara, saat olahraga dan segala bentuk
kegiatan yang melelahkan kami selalu memperhatikan kamilah, karena masalah
kelamnya membuat fisiknya menurun hingga berpengaruh pada jantung, sering kali
dia pingsan dan kami sudah siap dengan keadaan itu, bahkan kami 5 sejoli selalu
mengingatkan kamilah check up sesuai jadwal yang diberikan oleh pihak rumah sakit.
Untuk menghilangkan pikirannya kami selalu mengajaknya bercerita tentang cita-
cita, motivasi bahkan cerita lucu yang dibuat-buat, semua demi kamilah tertawa.
8
Persahabatan, retak.....
Satu tahun berlalu, tahun pelajaran barupun di mulai, 5 sejoli terpisah oleh
kelas yang berbeda, Anta XI Mipa 6, Kamilah XI Mipa 2, Nabila XI Mips 4, aku dan
Iskandar XI Mipa 1.
Saat itu aku dan Anta sedang berbincang di depan gerbang, kemudian Nabila
datang sambil senyum sumringah seperti orang yang menang undian. “Hei, aku
senang lho” ucap Nabila, aku menimpali “ Kenapa? dapet kupon naik haji lu ?”
sontak Nabila menjawab “Aamiin.” Kami pun tertawa.
Sambil makan di tempat makan dekat sekolah Nabila bercerita dia akan
nonton film di bioskop hari sabtu nanti bersama Iskandar, memang akhir-akhir ini
Nabila dan Iskandar sedang dekat, Nabila sering kali bercerita bahwa mereka saling
bertukar pesan hingga larut malam, bahkan ketika Nabila dan Iskandar sedang
mengerjakan PR di rumah masing-masing, mereka telfonan, hingga PR mereka
selesai.
Iskandar ; “Tipu-tipu doang, biar dia seneng, nanti juga gue batalin.”
Aku : “Buset, parah amat lu, ngasih harapan palsu, dia udah kesenengan
padahal.”
Iskandar tertawa dan berkata : “Yailah, bilang aja ada latihan dadakan.”
Aku bercerita persoalan ini pada Anta, namun aku tidak menduga Nabila
menguping percakapan kami, aku dan Anta tidak menyadari keberadaannya ditengah-
tengah ramainya kantin. Nabila menangis dia menyatakan perasaannya terhadap
Iskandar kepada kami, dan sekarang dia merasa bahwa perasaannya telah
dipermainkan, semua respon Iskandar selama ini, seakan hanya bualan-bualan belaka.
9
Kini 5 sejoli tinggal puing-puingnya saja, kami masih main bersama,
mengadakan open house untuk sekedar bercerita dan makan-makan bersama, tetapi
selalu ada rasa dingin diantara Iskandar dan Nabila, kami masih saling mendukung
dan memotivasi juga membantu satu sama lain, tetapi Iskandar dan Nabila seakan
saling mengasingkan satu sama lain, keadaan itu membuat aku, anta dan kamilah
kebingungan, bersuha menyatukan tetapi tetap tak bisa, Iskandar yang tak merasa
bersalah dan Nabila yang tak mau memaafkan. Asiknya kami tak berkurang tapi ada
lubang hitam yang menjadi aib bersama. Bahkan hingga perasaanku sudah diterima
Sabila, masalah ini tak terselesaikan, hingga saat ini.
10