Anda di halaman 1dari 51

1

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN GANGGUAN

SISTEM MUSKULUSKELETAL PADA KASUS ARTRITIS

REUMATOID

2.1 Konsep Dasar Lansia

2.1.1 Pengertian Lansia

Menurut Undang-Undang RI No.13 tahun 2003 tentang

kesejahteraan lanjut usia pasal 2 ayat (2): Lanjut Usia adalah seseorang

yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.

Lanjut usia adalah bukan suatu penyakit, namun merupakan

tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan

penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress

lingkungan yang besifat ilmiah atau psikologis yang pada umumnya

tampak mulai sejak usia 45 tahun dan akan menimbulkan masalah pada

usia sekitar 60 tahun (Surini, 2003)

Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun

keatas sedangkan menua (menjadi tua) adalah proses menghilangnya

secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri

atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak

dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang

diderita ( Bandiyah, 2009).

Menurut Bandiyah (2009) lanjut usia dikelompokan menjadi:


2

1. Usia pertengahan (middle age) adalah kelompok usia 45 sampai 59

tahun.

2. Usia lanjut (elderly) adalah kelompok usia 60 sampai 74 tahun.

3. Usia lanjut tua (old) kelompok usia antatra 75 sampai 90 tahun.

4. Usia sangat tua (very old) ialah kelompok usia diatas 90 tahun.

Menurut Madani yang dikutip Nugroho (2002) lanjut usia

adalah kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi 4

bagian yaitu:

1. Fase inventus: (antara 25 sampai 40 tahun)

2. Fase fertilitas: kesuburan (antara 40 sampai 50 tahun)

3. Fase prasenium: sebelum atau menjelang kelemahan usia tua

(antara 55 sampai 65 tahun)

4. Fase senium: kelemahan usia tua (antara 65 sampai tutup usia).

2.1.2 Teori Proses Menua

1. Teori-teori biologi

Penuaan merupakan proses secara berangsur yang

mengakibatkan perubahan secara komulatif dan mengakibatkan

perubahan yang berakhir dengan kematian. Teori biologis tentang

penuaan dapat dibagi menjadi teori intrinsik dan teori ekstrinsik

(Mubarak, 2006)

a. Teori intrinsik

Intrinsik berarti perubahan yang berkaitan dengan usia,

timbul akibat penyebab di dalam sel sendiri. Teori ini meliputi:


3

1) Teori genetic clok

Teori ini menyebutkan bahwa menua telah terprogram

secara genetik untuk species-species tertentu. Setiap species

di dalam nukleatnya mempunyai suatu jam genetik yang

telah terputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan

menghitung mitosis dan akan menghentikan replikasi sel

bila tidak diputar. Jadi menurut teori ini, bila jam kita

berhenti berputar maka kita akan meninggal dunia

meskipun tanpa menjadi lemah atau sakit. (Bandiyah, 2009)

2) Teori imunologi slow virus

Sistem imun menjadi tidak efektif dengan

bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh

yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

(Bandiyah, 2009).

3) Teori stress

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa

digunakan oleh tubuh. Regerasi jaringan tidak dapat

mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan

usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.

(Bandiyah, 2009).

4) Teori terprogram
4

Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah

sel yang membelah setelah sel-sel tersebut mati. (Bandiyah,

2009).

5) Teori ranting silang

Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya

menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan

kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis,

kekakuan dan hilangnya fungsi. (Bandiyah, 2009).

b. Teori Ekstrinsik

Teori ini menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi pada

usia lanjut diakibatkan karena pengaruh lingkungan

1) Teori radikal bebas

Radikal bebas dapat dibentuk di alam bebas. Tidak

stabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi oleh

oksigen terhadap bahan-bahan seperti karbohidrat dan

protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat

beregenerasi. (Nugroho, 2002).

2) Teori mutasi somatik

Menurut teori ini faktor yang menyebabkan mutasi

somatik sebagai contoh diketahui bahwa radiasi dan zat

kimia dapat memperpendek umur, sebaliknya

menghindarinya dapat memperpanjang umur. Menurut teori

ini terjadi mutasi yang progesis pada DNA sel somatik akan
5

menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsi sel

tersebut. Sebagai salah satu hipotesis yang berhubungan

dengan mutasi sel adalah hipotesis Erro Catastrophe.

(Nugroho, 2002).

2. Teori Kejiwaan Sosial

Menurut Mubaraq, dkk (2006:169) teori kejiwaan sosial dibagi

menjadi tiga bagian yakni :

a. Aktivitas atau kegiatan (Activity Theory)

Menurut Havighusrst dan Albrecht, 1953 dalam Wahit

Ikbal Mubaraq, dkk (2006:169), berpendapat bahwa sangat

penting bagi individu usia lanjut untuk tetap beraktivitas dan

mencapai kepuasaan hidup. Menurut teori ini usia lanjut yang

sukses adalah mereka yang aktif dan ikut dalam kegiatan sosial

serta dapat mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan

individu agar tetap stabil.

b. Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)

Menurut teori ini dasar kepribadian atau tingkah laku

tidak berubah pada usia lanjut dan perubahan yang terjadi pada

usia lanjut sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas yang

dimilikinya.

c. Teori pembebasan (Disengagement Theory)

Salah satu teori sosial yang berkenaan dengan proses

penuaan adalah teori pembebasan. Teori ini menerangkan


6

bahwa dengan berubahnya usia seseorang, secara berangsur-

angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan diri dan

kehidupan sosial. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial

lansia menurun, baik secara kualitatif maupun kuantitatif

sehingga sering terjadi kehilangan ganda (Triple loss), yakni :

kehilangan peran, hambatan kontak sosial, dan berkurangnya

komitmen.

2.1.3 Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia

Menurut Bandiyah (2009) perubahan yang terjadi pada lansia

meliputi perubahan fisik, sosial, dan psikologis. Adapun perubahan

tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Perubahan Fisik pada Lansia

a. Muskuluskletal

Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh (osteoporosis),

bungkuk (kifosis), persendian membesar dan menjadi kaku (atrofi

otot) kram, tremor, tendon mengerut dan mengalami sklerosis.

b. Kardiovaskuler

Katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa

darah menurun (menurunnya kontraksi dan volume), elastisitas

pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resistensi

pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat.

c. Respirasi
7

Otot-otot pernapasan kekuatannya menurun dan kaku,

elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga

menarik napas lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya

menurun, serta terjadi penyempitan pada bronkus.

d. Persarafan

Saraf pancaindra mengecil sehingga fungsinya menurun serta

lambat dalam merespons dan waktu bereaksi khususnya yang

berhubungan dengan stres. Berkurang atau hilangnya lapisan

myelin akson, sehingga menyebabkan berkurangnya respons

motorik dan refleks.

e. Gastrointestinal

Esofagus melebar, asam lambung menurun, lapar menurun,

dan peristaltik menurun sehingga daya absorpsi juga ikut

menurun. Ukuran lambung mengecil serta fungsi organ aksesori

menurun sehingga menyebabkan berkurangnya produksi hormon

dan enzim pencernaan.

f. Genitourinaria

Ginjal: mengecil, aliran darah ke ginjal menurun, penyaringan

di glomerulus menurun, dan fungsi tubulus menurun sehingga

kemampuan mengonsentrasi urine ikut menurun. Otot-otot

melemah, kapasitasnya menurun, retensi urin. Prostat: hipertrofi

pada 75% lansia.

2. Perubahan sosial
8

a. Peran

Post power syndrome, single women, dan single parent.

b. Keluarga

Emptiness : kesendirian, kehampaan.

c. Teman

Ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan

kapan akan meninggal. Berada di rumah terus-menerus akan cepat

pikun (tidak berkembang).

d. Abuse

Kekerasan berbentuk verbal (dibentak) dan nonverbal

(dicubit, tidak diberi makan).

e. Masalah hukum

Berkaitan dengan perlindungan asset dan kekayaan pribadi

yang dikumpulkan sejak masih muda.

f. Pensiun

Kalau menjadi PNS akan ada hubungan (dana pensiun). Kalau

tidak, anak dan cucu yang akan memberi uang.

g. Ekonomi

Kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang cocok bagi

lansia dan income security.

h. Rekreasi

Untuk ketenangan batin.

i. Keamanan
9

Jatuh, terpeleset, dan resiko mengalami cidera seperti angkutan

umum.

j. Transportasi

Kebutuhan akan sistem transportasi yang cocok bagi lansia.

k. Politik

Kesempatan yang sama untuk terlibat dan memberikan

masukan dalam sistem politik yang berlaku.

l. Pendidikan

Berkaitan dengan pengentasan buta aksara dan kesempatan

untuk tetap belajar sesuai dengan hak asasi manusia.

m. Agama

Melaksanakan ibadah. Agama atau kepercayaan makin

terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia makin matur dalam

kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berfikir dan

bertindak dalam sehari-hari.

n. Panti jompo

Merasa dibuang/ diasingkan.

3. Perubahan Psikologis

Perubahan psikologis pada lansia meliputi: short term

memory, frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut

menghadapi kematian perubahan keinginan, depresi, dan kecemasan.

Dalam psikologi perkembangan, lansia dan perubahan yang

dialaminya akibat proses penuaan digambarkan oleh hal-hal berikut.


10

a. Masalah-masalah umum yang sering dialami oleh lansia

1) Keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga harus

bergantung pada orang lain.

2) Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup beralasan

untuk melakukan berbagai perubahan besar dalam pola

hidupnya.

3) Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan

status ekonomi dan kondisi fisik.

4) Kesehatan umum (Bandiyah, 2009)

b. Perubahan-perubahan umum dalam penampilan lansia

1) Bagian kepala:

Bentuk mulut berubah akibat kehilangan gigi atau karena

harus memakai gigi palsu, penglihatan agak kabur, mata tak

bercahaya dan sering mengeluarkan cairan, dagu mengendur

tampak berlipat, pipi berkerut, kulit berkerut dan kering, bintik

hitam pada kulit tampak lebih banyak, serta rambut menipis

dan berubah menjadi putih atau abu-abu (Bandiyah, 2009)

2) Bagian tubuh :

Bahu membungkuk dan tampak mengecil, perut

membesar dan tampak membuncit, pinggul tampak mengendur

dan lebih lebar dibandingkan dengan waktu sebelumnya, garis

pinggang melebar menjadikan badan tampak seperti terisap,

serta payudara bagi wanita menjadi kendur. (Bandiyah, 2009)


11

3) Bagian persendian :

Pangkal tangan menjadi kendur dan terasa berat,

sedangkan ujung tangan tampak mengerut. Kaki menjadi

kendur dan pembuluh darah balik menonjol, terutama ada

disekitar pergelangan kaki. Tangan menjadi kurus kering dan

pembuluh vena disepanjang bagian belakang tangan menonjol.

Kaki membesar karena otot-otot mengendur, timbul benjolan-

benjolan, serta ibu jari membengkak dan bias meradang serta

timbul kelosis. Kuku tangan dan kaki menebal, mengeras, dan

mengapur. Bandiyah, 2009)

Beberapa kemunduran organ tubuh lain seperti yang

disebutkan oleh Kartari yang dikutip Maryam et al (2008),

diantaranya sebagai berikut :

1) Kulit

Kulit berubah menjadi lebih tipis, kering, keriput, dan

elastisitas menurun. Dengan demikian, fungsi kulit sebagai

penyekat suhu lingkungan dan perisai terhadap masuknya

kuman terganggu.

2) Rambut

Rontok, warna menjadi putih, kering, dan tidak

mengkilap. Ini berkaitan dengan perubahan degenerasi kulit.

3) Otot
12

Jumlah sel otot berkurang, ukurannya mengecil atau

terjadi atrofi sementara jumlah jaringan ikat bertambah,

volume otot secara keseluruhan menyusut, fungsinya

menurun, serta kekuatannya berkurang.

4) Jantung dan pembuluh darah

Pada usia lanjut kekuatan mesin pompa jantung

berkurang. Berbagai pembuluh darah penting khusus di

jantung dan otak mengalami kekakuan. Lapisan intimia

menjadi kasar akibat merokok, hipertensi, diabetes mellitus,

kadar kolesterol tinggi, serta hal lain yang memudahkan

timbulnya penggumpalan darah dan trombosis.

5) Tulang

Pada proses menua, kadar kapur (kalsium) dalam tulang

menurun, akibatnya tulang menjadi keropos (osteoporosis)

dan mudah patah.

6) Seks

Produksi hormon seks pada pria dan wanita menurun

dengan bertambahnya umum.

c. Perubahan umum fungsi pancaindera pada lansia

1) Sistem penglihatan

Ada penurunan yang konsisten dalam kemampuan untuk

melihat objek pada tingkat penerangan yang rendah serta

menurunnya sensitivitas terhadap warna. (Bandiyah, 2009)


13

2) Sistem pendengaran

Pada lansia kehilangan kemampuan mendengar bunyi

dengan nada yang sangat tinggi sebagai akibat dari

berhentinya pertumbuhan saraf dan berakhirnya pertumbuhan

saraf dan berakhirnya pertumbuhan organ basal yang

mengakibatkan matinya rumah siput di dalam telinga.

Menurut pengalaman, pria cenderung lebih banyak

kehilangan pendengaran pada masa tuanya dibandingkan

dengan wanita. (Bandiyah, 2009)

3) Sistem perasa

Perubahan penting dalam alat perasa pada lansia adalah

sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan tunas perasa

yang terletak di lidah dan di permukaan bagian dalam pipi.

Saraf perasa yang berhenti tumbuh ini semakin bertambah

banyak sejalan dengan bertambahnya usia. Selain itu terjadi

penurunan sensitivitas papil-papil pengecap terutama

terhadap rasa manis dan asin. (Bandiyah, 2009).

4) Sistem penciuman

Daya penciuman menjadi kurang sejalan dengan

bertambahnya usia, sebagian karena pertumbuhan sel didalam


14

hidung berhenti dan sebagian lagi karena semakin lebatnya

bulu rambut di lubang hidung. (Bandiyah, 2009)

5) Sistem peraba

Kulit menjadi semakin kering dan keras, maka indera

peraba di kulit semakin peka. Sensitivitas terhadap sakit

dapat terjadi akibat penurunan ketahanan terhadap ketahanan

terhadap rasa sakit. Rasa sakit tersebut berbeda untuk seriap

bagian tubuh. Bagian tubuh yang ketahanannya sangat

menurun, antara lain adalah bagian dahi dan tangan,

sedangkan pada kaki tidak seburuk kedua organ tersebut.

(Bandiyah, 2009)

d. Perubahan Umum Kemampuan Motorik Pada Lansia

1) Kekuatan Motorik

Penurunan kekuatan yang paling nyata adalah pada

kelenturan otot-otot tangan bagian depan dan otot-otot yang

menopang tegaknya tubuh. Orang lanjut usia lebih cepat

merasa lelah dan memerlukan waktu yang lebih lama untuk

memulihkan diri dari keletihan dibanding orang yang lebih

muda. (Bandiyah, 2009)

2) Kecepatan Motorik

Penurunan kecepatan dalam bergerak bagi lansia dapat

dilihat dari tes terhadap waktu, reaksi, dan keterampilan

dalam bergerak seperti dalam menulis. Kecepatan dalam


15

bergerak tampak sangat menurun setelah uisa 60-an.

(Bandiyah, 2009).

3) Belajar Keterampilan Baru

Bahkan pada waktu orang lanjut usia percaya bahwa

belajar keterampilan baru akan menguntungkan pribadi

mereka, mereka lebih lambat dalam belajar dibanding orang

yang lebih muda dan hasil akhirnya cenderung kurang

memuaskan. (Bandiyah, 2009)

4) Kekakuan Motorik

Lansia cenderung menjadi canggung dan kaku. Hal ini

menyebabkan sesuatu yang dibawa dan dipengangnya

tertumpah dan terjatuh. Lansia melakukan sesuatu dengan

tidak hati-hati dan dikerjakan secara tidak teratur. Kerusakan

dalam keterampilan motorik terjadi dengan susunan terbalik

terhadap berbagai keterampilan yang telah dipelajari.

Keterampilan yamg lebih dulu dipelajari justru lebih sulit

dilupakan daan keterampilan yang baru dipelajari lebih cepat

dilupakan. (Mubaraq, 2006).

2.1.4 Permasalahan yang terjadi pada Lanjut Usia

Menurut Setiabudhi (2002) yang dikutip Mubaraq, dkk

(2006), permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian

kesejahteraan lanjut usia, ada dua kategori, yakni:


16

1. Permasalahan Umum

a. Makin banyak jumlah lansia yang berada di bawah garis

kemiskinan.

b. Makin lemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota

keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai

dan dihormati.

c. Lahirnya kelompok masyarakat industri.

d. Masih rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga professional

pelayanan lanjut usia.

e. Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan

kesejahteraan pada lansia.

2. Permasalahan Khusus

a. Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya

masalah fisik, mental maupun sosial.

b. Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.

c. Rendahnya produktifitas kerja lanjut usia.

d. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada

tatanan masyarakat individualistik.

e. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang

dapat mengganggu kesejahteraan fisik lanjut usia.

3. Masalah Kesehatan Utama


17

Menurut “The National Old People’s Welfare Council”

dalam Nugroho (2002:12), penyakit atau gangguan kesehatan

pada lanjut usia, meliputi:

a. Depresi mental

b. Gangguan pendengaran

c. Bronkitis kronis

d. Gangguan pada tungkai/sikap berjalan

e. Gangguan pada koksa/sendi panggul

f. Anemia

g. Demensia

h. Gangguan pengelihatan

i. Ansietas/kecemasan

j. Dekompensasi kordis

k. Diabetes mellitus

l. Gangguan pada defekasi

4. Peningkatan Stressor

Adapun hal yang dapat mengakibatkan peningkatan stressor

pada lanjut usia, yakni : defisit sensorik, hospitalisasi, tinggal

di rumah perawatan, kesulitan berbicara, kehilangan orang

yang dicintai (anak, teman dan suami/istri), pemindahan benda

yang memiliki arti dan cara kerja yang tidak biasa dilakukan

sebagai mana pada waktu masih muda.

5. Post Power Sindrom


18

Post power sindrom merupakan suatu keadaan mal

adjusmentmental dari seseorang yang mempunyai kedudukan

“dari ada menjadi tidak ada” dan menunjukkan gejala-gejala

diantaranya frustasi, depresi dan lain sebagainya.

2.1.5 Kebutuhan Lanjut Usia

Menurut Depsos RI (2005), kebutuhan lanjut usia terdiri atas :

1. Kebutuhan Biologis

Kebutuhan yang berkaitan dengan kebutuhan fisik lanjut usia,

misalnya kebutuhan akan makan dan minum, tempat tinggal, olah

raga, seksual, dan kesehatan.

2. Kebutuhan Sosial

Kebutuhan yang berkaitan dengan hubungan sosial lanjut usia

dalam:

a. Berinteraksi sosial dengan anak, cucu, dan sesama lanjut usia.

b. Berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sosial.

3. Kebutuhan Emosional

Kebutuhan yang berkaitan dengan pengungkapan perasaan

lanjut usia, seperti menyalurkan perasaan suka, duka, cinta, bangga

dihargai, dihormati, bercerita pengalaman, hiburan, rekreasi, dan

memberikan nasehat.

4. Kebutuhan Rohani
19

Kebutuhan yang berkaitan dengan keinginan untuk

mendapatkan ketenangan jiwa dan kedekatan dengan Tuhan yang

Maha Esa, misalnya kebutuhan melaksanakan ibadah (sembahyang),

memperdalam iman (pengkajian), dan melakukan kegiatan amal ke

panti asuhan, memberi bantuan kepada orang yang tidak mampu.

5. Kebutuhan Intelektual

Kebutuhan untuk dapat menambah pengetahuan, keterampilan,

dan mempertahankan daya ingat misalnya kebutuhan membaca buku

dan koran, membuat kerajinan tangan dan sejenisnya.

6. Kebutuhan Ekonomi.

Kebutuhan yang berkaitan dengan pengelolaan penghasilan dan

kekayaan lanjut usia, misalnya mengurus penghasilan, rumah, tanah,

perusahaan, dan harta kekayaan lainnya.

2.2 Konsep Dasar Artritis Reumatoid

2.1.1 Pengertian

Istilah rheumatism berasal dari bahasa Yunani, rheumatismos

yang berarti mucus, suatu cairan yang dianggap jahat mengalir dari

otak ke sendi dan struktur klain tubuh sehingga menimbulkan rasa

nyeri atau dengan kata lain, setiap kondisi yang disertai kondisi nyeri

dan kaku pada sistem muskuloskeletal disebut reumatik termasuk

penyakit jaringan ikat.

Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik

kronik yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif,


20

akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh (Hidayat,

2006).

Artritis Rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana

persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami

peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali

akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi. (www.

medicastore. Com)

Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial

yang bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi

serta jaringan ikat sendi secara simetris (Rasjad Chairuddin, 2008)

Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang

menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2008).

Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-

kanak sampai usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan

meningkatnya umur (Felson dalam Budi Darmojo, 2008).

Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis

yang tidak diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi

inflamasi dalam membrane sinovial yang mengarah pada destruksi

kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut (Susan Martin Tucker.2009)

Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang

terutama mengenai mengenai membran sinovial dari persendian dan

umumnya ditandai dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi,

penurunan mobilitas, dan keletihan (Baughman, 2008)


21

Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik

dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh

organ tubuh (Arif Mansjour, 2008)

2.1.2 Klasifikasi

Reumatik dapat dikelompokkan atas beberapa golongan, yaitu :

1. Osteoartritis.

Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan

sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia

lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran

sendi, dan hambatan gerak pada sendi – sendi tangan dan sendi

besar yang menanggung beban.

2. Artritis rematoid.

Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik

kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan

melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien

artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih

lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga

menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah.

3. Polimialgia Reumatik.

Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa

nyeri dan kekakuan yang terutama mengenai otot ekstremitas

proksimal, leher, bahu dan panggul. Terutama mengenai usia

pertengahan atau usia lanjut sekitar 50 tahun ke atas.


22

4. Artritis Gout (Pirai).

Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai

gambaran khusus, yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak

terdapat pada pria dari pada wanita. Pada pria sering mengenai usia

pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya mendekati masa

menopause.

2.1.3 Anatomi dan fisiologi

Gambar 2.1 Anatomi Tulang/ Sendi (Syaefuddin, 2007)

Muskuloskeletal terdiri dari tulang, otot, kartilago, ligament,

tendon, fasia, bursae dan persendian.

a. Tulang
23

Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada bagian intra-

seluler. Tulang berasal dari embryonic hyaline cartilage yang mana

melalui proses “osteogenesis” menjadi tulang. Proses ini dilakukan

oleh sel-sel yang disebut Osteoblast. Proses mengerasnya tulang

akibat menimbunya garam kalsium.

Fungsi tulang adalah sebagai berikut:

1) Mendukung jaringan tubuh dan menbuntuk tubuh.

2) Melindungi organ tubuh (jantung, otak, paru-paru) dan jaringan

lunak.

3) Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan

kontraksi dan Pergerakan

4) Membuat sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang Hemato

poiesis.

5) Menyimpan garam-garam mineral. Misalnya kalsium, fosfor.

Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok

berdasarkan bentuknya:

1) Tulang panjang (femur, humerus ) terdiri dari satu batang dan

dua epifisis. Batang dibentuk oleh jaringan tulang yang

padat.epifisis dibentuk oleh spongi bone (Cacellous atau

trabecular )

2) Tulang pendek (carpalas) bentuknya tidak teratur dan

cancellous (spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang

padat.
24

3) Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri dari dua lapisan tulang

padat dengan lapisan luar adalah tulang cancellous.

4) Tulang yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang

pendek.

5) Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di

sekitar tulang yang berdekatan dengan persendian dan

didukung oleh tendon danjaringan fasial,missal patella (kap

lutut)

b. Otot

Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama

untuk kontraksi dan untuk menghasilkan pergerakan dari bagian

tubuh atau seluruh tubuh. Kelompok otot terdiri dari:

1) Otot rangka (otot lurik) didapatkan pada system skeletal dan

berfungsi untuk memberikan pengontrolan pergerakan,

mempertahankan sikap dan menghasilkan panas

2) Otot Viseral (otot polos) didapatkan pada saluran pencernaan,

saluran perkemihan dan pembuluh darah. Dipengaruhi oleh

sisten saraf otonom dan kontraksinya tidak dibawah control

keinginan.

3) Otot jantung didapatkan hanya pada jantung dan kontraksinya

tidak dibawah control keinginan.

c. Kartilago
25

Kartilago terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada

gelatin yang kuat. Kartilago sangat kuat tapi fleksibel dan tidak

bervascular. Nutrisi mencapai kesel-sel kartilago dengan proses

difusi melalui gelatin dari kapiler-kapiler yang berada di

perichondrium (fibros yang menutupi kartilago) atau sejumlah

serat-serat kolagen didapatkan pada kartilago.

d. Ligament

Ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibros yang

tebal dimana merupakan ahir dari suatu otot dan dan berfungsi

mengikat suatu tulang.

e. Tendon

Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus

fibrous yang membungkus setiap otot dan berkaitan dengan

periosteum jaringan penyambung yang mengelilingi tendon

tertentu, khususnya pada pergelangan tangan dan tumit.

Pembungkus ini dibatasi oleh membrane synofial yang

memberikan lumbrikasi untuk memudahkan pergerakan tendon.

f. Fasia

Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung

longgar yang didapatkan langsung dibawah kulit sebagai fasia

supervisial atau sebagai pembungkus tebal, jaringan penyambung

yang membungkus fibrous yang membungkus otot, saraf dan

pembuluh darah.bagian ahair diketahui sebagai fasia dalam.


26

g. Bursae

Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan

penyambung dari suatu tempat, dimana digunakan diatas bagian

yang bergerak, misalnya terjadi pada kulit dan tulang, antara

tendon dan tulang antara otot. Bursae bertindak sebagai penampang

antara bagian yang bergerak sepaerti pada olecranon bursae,

terletak antara presesus dan kulit.

h. Persendian

Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan

dalam rangka tulang tidak ada.kelenturan di mungkinkan karena

adanya persendian,atau letak dimana tulang berada bersama-

sama.bentuk dari persendian akan di tetapkan berdasarkan jumlah

dan tipe pergerakan yang memungkinkan dan klasipikasi di

dasarkan pada jumlah pergerakan yang di lakukan.

Berdasarkan klasifikasi terdapat 3 kelas utama persendian

yaitu:

1) Sendi synarthroses (sendi yang tidak bergerak)

2) Sendi amphiartroses (sendi yang sedikit pergerakannya)

3) Sendi diarthoses (sendi yang banyak pergerakannya)

Perubahan fisiologis pada proses menjadi tua

Ada jangka periode waktu tertentu dimana individu paling mudah

mengalami perubahan musculoskeletal. Perubahan ini terjadi pada

masa kanak-kanak atau remaja karena pertumbuhan atau


27

perkembangan yang cepat atau timbulnya terjadi pada usia tua.

Perubahan struktur system muskuloskeletal dan fungsinya sangat

bervariasi diantara individu selama proses menjadi tua.

Perubahan yang terjadi pada proses menjadi tua merupakan

suatu kelanjutan dari kemunduran yang dimulai dari usia

pertengahan. Jumlah total dari sel-sel bertumbuh berkurang akibat

perubahan jaringan prnyambung, penurunan pada jumlah dan

elasitas dari jaringan subkutan dan hilangnya serat otot, tonus dan

kekuatan. Perubahan fisiologis yang umum adalah:

a. Adanya penurunan yang umum pada tinggi badan sekitar 6-10

cm. pada maturasi usia tua.

b. Lebar bahu menurun.

c. Fleksi terjadi pada lutut dan pangkal paha

2.1.4 Etiologi

Penyebab pasti reumatod arthritis tidak diketahui. Biasanya

merupakan kombinasi dari faktor genetic, lingkungan, hormonal dan

faktor system reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah

faktor infeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus (Lemone, 2008).

Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa

teori yang dikemukakan mengenai penyebab artritis reumatoid, yaitu :

1. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non-hemolitikus

2. Endokrin

3. Autoimun
28

4. Metabolik

5. Faktor genetik serta faktor pemicu lainnya.

Pada saat ini, artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor

autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II,

faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme

mikoplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II

kolagen dari tulang rawan sendi penderita

2.1.5 Patofisiologi

Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,

kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan

yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi

artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk

pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke

tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang

menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuler. Kartilago

menjadi nekrosis.

Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidak mampuan

sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara

permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu

(ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan

ligmen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari

persendian.
29

Lamanya arthritis rheumatoid berbeda dari tiap orang. Ditandai

dengan masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara

ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak

terserang lagi. Yang lain, terutama yang mempunyai factor rheumatoid

(seropositif gangguan rheumatoid) gangguan akan menjadi kronis yang

progresif.

2.1.6 Pathway

Inflamasi non- bakteri disebabkan oleh infeksi, endocrine,


autoimun,Inflamasi
metabolik,non-
danbakteri disebabkan
factor genetic, oleh
serta infeksi,
factor lingkungan
endocrine, autoimun, metabolik, dan factor genetic, serta
factor lingkungan

Artritis Rhematoid
Atritis Reumatoid

Sinovilis Tenosinovilis Kelainan pada Kelainan pada Gambaran khas nodul


tulang jaringan ekstra- subkutan
artikular

Hyperemia dan Invasi kolagen Erosi tulang & Miopati Sistemik Kelenjar saraf
pembengkakkan kerusakan pada limfe
tulang rawan

Atrofi
Atrofi otot
otot Sleg nomegali
Nekrosis dan Ruptur tendo
kerusakan dalam secara parsial Instabilitas dan
ruang sendi atau total deformitas sendi Neoropati
Anemia
osteoporosis perifer
generalisata

Nyeri Hambatan Gangguan


akut mobilitas mekanisme & Kelemaha
Kelemah
fisik fungsional n fisik
an fisik Resiko
pada sendi
trauma

Defisit
perawatan
Gambararan nodul Perubahan
diri
subkutan bentuk tubuh
pada tulang
dan sendi
30

Gangguan konsep
diri, citra diri.
Ansietas Defisit
pengetahuan

Gambar 2.2 Pathway Artritis Reumatoid ( Muttaqin Arif, 2008 )

2.1.7 Manifestasi Klinis

Pola karakteristik dari persendian yang terkena mulai pada

persendian kecil ditangan, pergelangan, dan kaki. secara progresif

mengenai persendian, lutut, bahu, pinggul, siku, pergelangan kaki,

tulang belakang serviks, dan temporomandibular.

Awitan biasanya akut, bilateral, dan simetris, persendian dapat

teraba hangat, bengkak, dan nyeri ; kaku pada pagi hari berlangsung

selama lebih dari 30 menit.

Deformitasi tangan dan kaki adalah hal yang umum.

Gambaran Ekstra-artikular

Demam, penurunan berat badan, keletihan, anemia

Fenomena Raynaud.

Nodulus rheumatoid, tidak nyeri tekan dan dapat bergerak bebas, di

temukan pada jaringan subkutan di atas tonjolan tulang.

Rheumatoid arthritis ditandai oleh adanya gejala umum peradangan

berupa:

1. Demam, lemah tubuh dan pembengkakan sendi.


31

2. Nyeri dan kekakuan sendi yang dirasakan paling parah pada pagi

hari.

3. Rentang gerak berkurang, timbul deformitas sendi dan kontraktur

otot.

4. Pada sekitar 20% penderita rheumatoid artritits muncul nodus

rheumatoid ekstrasinovium. Nodus ini erdiri dari sel darah putih

dan sisia sel yang terdapat di daerah trauma atau peningkatan

tekanan. Nodus biasanya terbentuk di jaringan subkutis di atas siku

dan jari tangan (Lemone, 2008).

2.1.8 Komplikasi

Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah

gastritis dan ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama

penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat

pengubah perjalanan penyakit (disease modifying antirhematoid drugs

(DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas

utama pada arthritis reumatoid (Lemone, 2008).

Komlikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas ,

sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi

neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat

ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat

vaskulitis (Hidayat, 2008)

2.1.9 Kriteria Diagnostik


32

Diagnosis arthritis reumatoid tidak bersandar pada satu

karakteristik saja tetapi berdasar pada evaluasi dari sekelompok tanda

dan gejala.

Kriteria diagnostik adalah sebagai berikut:

1. Kekakuan pagi hari (sekurangnya 1 jam)

2. Arthritis pada tiga atau lebih sendi

3. Arthritis sendi-sendi jari-jari tangan

4. Arthritis yang simetris

5. Nodula reumatoid dan Faktor reumatoid dalam serum

6. Perubahan-perubahan radiologik (erosi atau dekalsifikasi tulang)

Diagnosis artritis reumatoid dikatakan positif apabila sekurang-

kurangnya empat dari tujuh kriteria ini terpenuhi. Empat kriteria yang

disebutkan terdahulu harus sudah berlangsung sekurang-kurangnya 6

minggu (Lemone, 2008).

2.1.10 Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi

nyeri, mengurangi inflamasi, menghentikan kerusakan sendi dan

meningkatkan fungsi dan kemampuan mobilisasi penderita (Burke,

2008).

Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain:

1. Pemberian terapi

Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin

untuk mengurangi nyeri dan proses inflamasi, NSAID untuk


33

mengurangi inflamasi, pemberian corticosteroid sistemik untuk

memperlambat destruksi sendi dan imunosupressive terapi untuk

menghambat proses autoimun.

2. Pengaturan aktivitas dan istirahat

Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal

penting untuk mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang

terkena dan pembatasan gerak yang tidak perlu akan sangat

membantu dalam mengurangi progresivitas inflamasi. Namun

istirahat harus diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap

menjaga kekuatan otot dan pergerakan sendi.

3. Kompres panas dan dingin

Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek

analgesic dan relaksan otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih

efektive daripada kompres dingin.

4. Diet

Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur

dietnya. Diet yang disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang

terdapat dalam minyak ikan.

5. Pembedahan

Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai

tahap akhir. Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk

menstabilkan sendi, arthoplasty atau total join replacement untuk

mengganti sendi.
34

2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Lansia dengan Artritis Rheumatoid

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat

mengumpulkan informasi secara terus-menerus tentang lansia yang di

binanya. Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan

keperawatan lansia. Pada kegiatan pengkajian ada beberapa tahap yang

perlu dilakukan, yaitu dalam pengkajian meliputi dua tahap :

Pengkajian pada lansia yang ada di keluarga dilakukan dengan

melibatkan keluarga sebagai orang terdekat yang mengetahui tentang

masalah kesehatan lansia. Sedangkan pengkajian pada kelompok lansia

di panti ataupun di masyarakat dilakukan dengan melibatkan penaggung

jawab kelompok lansia, kultural, kelompok masyarakat, serta petugas

kesehatan. (Dongoes, 2005)

Untuk itu, format pengkajian yang digunakan adalah format

pengkajian pada lansia yang dikembangkan sesuai dengan keberadaan

lansia. Format pengkajian yang dikembangkan minimal terdiri atas :

data dasar (identitas, alamat, usia, pendidikan,pekerjaan, agama dan

suku bangsa ), data biopsikososial spiritual kultural, lingkungan, status

agama, fungsional, fasilitas penunjang, kesehatan yang ada, serta

pemeriksaan fisik. (Bandiyah, 2009).

Tujuan Pengkajian adalah :

1. Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri.

2. Melengkapi dasar-dasar rencana perawatan individu.


35

3. Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien.

4. Memberi waktu kepada klien untuk menjawab.

Meliputi aspek :

1. Fisik

Wawancara :

a. Pandangan lanjut usia tentang kesehatannya

b. Kegiatan yang mampu dilakukan lanjut usia

c. Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri

d. Kekuatan fisik lanjut usia : otot, sendi, penglihatan, dan

pendengaran

e. Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, buang air besar/kecil.

f. Kebiasaan gerak badan/olah raga/ senam lanjut usia.

g. Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna

dirasakan.

h. Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan

kebiasaan dalam minum obat.

i. Masalah-masalah seksual yang dirasakan

Pemeriksaan fisik :

a. Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi,

dan auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh

b. Pendekatan yang digunakan dalam pemeriksaan fisik yaitu :

1) Head to toe

2) Sistem tubuh
36

2. Psikologis

a. Apakah mengenal masalah-masalah utamanya.

b. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan.

c. Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak

d. Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan

e. Bagaimana mengatasi stres yang dialami.

f. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri.

g. Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan.

h. Apakah harapan pada saat ini dan akan datang.

i. Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif : daya ingat, proses

pikir, alam perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam

penyelesaian masalah.

3. Idenfikasi masalah emosional

Ada dua tahap pertanyaan yaitu :

Tahap I :

1. Apakah lansia mengalami susah tidur ?

2. Ada masalah/banyak pikiran ?

3. Apakah lansia murung/menangis sendiri ?

4. Apakah lansia sering was-was/kuatir ?

Tahap II :

1. Keluhan lebih 3 bulan/lebih dari 1 bulan, 1 kali dalam satu

tahun ?

2. Ada masalah/banyak pikiran ?


37

3. Ada gangguan/masalah dengan orang lain ?

4. Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter?

5. Cenderung mengurung diri ?

4. Pengkajian Kognitif (MMS)

Tabel 2.1 Pengkajian Kongnitif pada Lansia


Aspek Nilai Nilai
No. Kriteria
Kognitif Maksimal Klien
1. Oreintasi 5 Menyebutkan dengan benar:
Tahun :
Musim :
Tanggal :
Hari :
Bulan :
2 Orientasi 5 Dimana sekarang kita berada ?
Negara :
Provinsi :
Kabupaten / kota :
Panti :
Wisma :

3. Register 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal :


kursi, meja kertas), kemudian
ditanyakan kepada klien,
menjawab
1. Kursi
2. Meja
3. Kertas
4 Perhatian dan 5 Meminta klien berhitung mulai
kalkulasi dari 100 kemudain kurangi 7
sampai 5 tingkat
Jawaban :
1. 93
2. 86
3. 79
4. 72
5. 65
5 Mengingat 3 Meminta klien untuk mengulangi
ketiga obyek pada poin ke -2 (
tiap poin nilai 1 )
6 Bahasa 9 Menanyakan pada klien untuk
tentang benda ( sambil
menunjukkan benda tersebut )
38

1.
2.
Meminta klien untuk mengulangi
kata beikut :
Tidak ada, dan jika, atau tetapi )
Klien menjawab :
Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut yang terdiri 3
langkah
Ambil kertas ditangan anda, lipat
dua dan taruh dilantai:
1.
2.
3.
Perintah pada klien untuk hal
berikut ( bila aktifitas sesuai
perintah satu poin (tutup mata
anda)

Perintah kepada klien untuk


menulis kalimat dan menyalin
gambar.

Total nilai 30
(Sumber:Bandiyah, 2009)

Interpretasi hasil :

24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif

18 – 23 : gangguan kognitif sedang

0 – 17 : gangguan kognitif berat (Sumber: Nugroho, 2000)

6. Pengkajian Status Mental

Tabel 2.2 Pengkajian Status Mental


No Pertanyaan SPMSQ Benar Salah
1 Tanggal berapa hari ini ?
2 Hari apa sekarang ?
3 Apa nama tempat ini ?
4 Dimana alamat anda ?
5 Berapa umur anda ?
6 Kapan anda lahir ?
7 Siapa presiden indonesia
sekarang ?
39

8 Siapa presiden Indonesia


sebelumnya ?
9 Siapa nama ibu anda ?
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap
pengurangannya 3 dari setiap
angka baru, secara menurun
?

Total Nilai 10
(Sumber: Bandiyah, 2009)

Identifikasi tingkat kerusakan intelektual ( pengetahuan ) dengan

menggunakan SPMSQ ( Short Portable Mental Quessioner )

Pertanyaan SPMSQ :

Kriteria SPMSQ :

Kesalahan 0 -3 = fungsi intelektual utuh

Kesalahan 4 -5 = kerusakan intelektual ringan

Kesalahan 6 -8 = kerusakan intelektual sedang

Kesalahan 9 -10 = kerusakan intelektual berat (Bandiyah, 2009)

7. Pengkajian Status Fungsional

Pengkajian status fungsional adalah suatu bentuk pengukuran

kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-

hari secara mandiri.

Pengkajian ini menggunakan Indeks Kemandirian Kartz untuk

aktivitas kehidupan sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi

fungsi mandiri atau tergantung dari klien dalam hal makan, kontinen

(defekasi/berkemih ), berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan

mandi. (Bandiyah, 2009)

8. Aktifitas dan Latihan


40

Kemampuan perawatan diri :

Skor : 0 = mandiri, 1 = dibantu sebagian, 2 = perlu bantuan orang

lain, 3 = perlu bantuan orang lain dan alat, 4 = tergantung/ tidak

mampu.

Tabel 2.3 Aktivitas Dan Latihan

Aktifitas 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian
Mobilisasi di tempat tidur
Pindah
Ambulasi
Naik tangga
Belanja
Memasak
Merapikan rumah
(Kartika, 2009)

9. Sosial ekonomi

a. Darimana sumber keuangan lanjut usia.

b. Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang.

c. Dengan siapa dia tinggal.

d. Kegiatan organisasi apa yang diikuti lanjut usia.

e. Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya.

f. Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar

rumah.

g. Siapa saja yang biasa mengunjungi

h. Seberapa besar ketergantungannya

i. Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas

yang ada.
41

10. Spiritual

a. Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan

keyakinan agamnya.

b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam

kegiatan keagamaan, misalnya pengkajian dan penyantuan anak

yatim atau fakir miskin.

c. Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah

dengan berdoa.

d. Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakal.

Pengkajian Tanda-Tanda Vital:

a) Temperatur

1. Mungkin serendah 95 F ( hipotermi ) ± 35 °C

2. Lebih teliti diperiksa disublingual

b) Pulse ( denyut nadi )

1. Kecepatan, irama, volume

2. Apikal, radial, pedal.

c) Respirasi

1. Kecepatan, irama, dan kedalaman

2. Tidak teraturnya pernafasan

d) Tekanan darah

1. Saat baring, duduk, berdiri

2. Hipotensi akibat posisi tubuh

e) Berat badan perlahan-lahan hilang pada tahun-tahun terakhir


42

f) Tingkat orientasi

g) Memory ( ingatan )

h) Pola tidur

i) Penyesuaian psikososial.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan

respons manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari

individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat

mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk

menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah, dan

merubah (Carpenito, 2007).

a. Nyeri berhubungan dengan fraktur dan spasme otot.

b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

muskuloskeletal.

c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeri atau

ketidaknyamanan

d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan penyakit: ketidak

aktifan, rutinitas fasilitas dan lingkungan.

e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan

untuk melakukan atau menyelesaikan aktifitas membersihkan

dirinya sendiri

f. Konstipasi berhubungan dengan imobilitas atau terjadinya ileus

(obstruksi usus)
43

g. Kurang pengetahuan tentang proses keperawatan dan program

terapi

h. Risiko cedera (kontraktor), fraktur berhubungan dengan tulang

arthritis rheumatoid.

2.3.3 Rencana Keperawatan

Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk

mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang

diidentifikasi pada diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah

menentukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana

dokumentasi (Nursalam, 2008).

Secara tradisional, rencana keperawatan diartikan sebagai suatu

dokumen tulisan tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan dan

intervensi. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, rencana keperawatan

merupakan metode komunikasi tentang asuhan keperawatan kepada

klien.
44

No Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Rasional

1 Setelah dilakukan 1. Anjurkan klien istirahat 1. Mengurangi


tindakan keperawatan di tempat tidur dengan kekakuan pada saat
kepada klien di posisi terlentang atau tidur
harapkan nyeri klien miring ke samping.
berkurang dengan 2. Fleksikan lutut selama 2. Memberikan
kriteria hasil: istirahat istirahat pada lutut
a) Klien merasa nyaman, agar tidak kaku
rileks 3. Berikan kompres hangat pada sendi lutut
b) Tidak mengalami nyeri dan pijatan punggung 3. Klien merasa rileks
lagi, serta mengurangi
c) Klien menyatakan nyeri nyeri
berkurang/tulag, 4. Anjurkan klien untuk 4. Mencegah
d) Klien mampu menggerakkan kekakuan otot
berpartisipasi dalam ekstrimitasnya, namun
aktivitas, tidak boleh melakukan
No Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Rasional

e) Klien bisa beristirahat gerakan memuntir 5. Mencegah fraktur


dengan santai, 5. Pasang korset lumbo dan kesalahan
f) Klien dapat sakral, untuk dalam pergerakan
menunjukkan menyokong dan pada saat klien
penggunaan imobilisasi sementara turun dari tempat
keterampilan relaksasis ketika klien turun dari tidur
g) Skala nyeri 0 (0-5) tempat tidur. 6. Mencegah nyeri
6. Berikan opioid oral datang kembali
pada pada hari-hari
pertama

2 Setelah dilakukan tindakan 1. Tingkat tirah 1. Meningkatkan


keperawatan kepada klien di baring/duduk. Berukan istirahat dan
harapkan klien tidak lingkungan tenang; ketenangan
mengalami gangguan batasi pengunjung sesuai menyediakan energi
aktivitas dengan kriteria hasil kebutuhan. yang digunakan
a. klien bisa melakukan untuk penyembuhan.
aktivitas tanpa 2. Ubah posisi dengan 2. Meningkatkan fungsi
bantuan siapapun. sering, berikan pernapasan dan
perawatan kulit yang meminimalkan
a) Dapat baik. tekanan pada area
mempertahankan tertentu untuk
posisi fungsional, menurunkan resiko
b) Dapat melakukan kerusakan jaringan.
45

aktivitas, 3. Tingkatkan aktifitas 3. Tirah baring lama


c) Meningkatkan sesuai toleransi, bantu dapat menurunkan
kekuatan otot, lakukan gerakan rentan kemampuan. Ini
d) Klien bebas bergerak gerak sendi dapat terjadi karena
keterbatasan aktivitas
yang mengganggu
periode istirahat.
4. Awasi terulangnya nyeri 4. Mengganti program
pada sendi dan tulang latihan rentan gerak.
5. Kolaborasi pemberian 5. Rasa nyeri dapat
obat mengurangi rasa berkurang
nyeri
3 Setelah dilakukan tindakan 1. Dorong klien untuk 1. Mencegah
keperawatan kepada klien di latihan memperkuat terjadinya
harapkan klien bias otot, mencegah atrofi osteoporosis serta
melakukan latihan mandiri dan menghambat pengecilan tulang
untuk bias mencegah atrofi demineralisasi tulang yang lebih
dengan criteria hasil: progresif progresif.

No Tujuan Dan Kriteria Hasil Rencana Rasional


a. Klien berjalan sesuai 2. Latihan isometrik, untuk 2. Mencegah
dengan postur tubuh memperkuat otot batang terjadinya fraktur
b. Tidak terjadi intoleransi tubuh 3. Mencegah
aktivitas 3. Jelaskan kepada klien terjadinya fraktur
c. Kekuatan otot klien pentingnya menghindari tulang punggung
meningkat membungkuk 4. Klien tahu tentang
4. Berikan informasi manfaat vitamin D
bahwa aktivitas di luar bagi tulang.
rumah penting untuk
memperbaiki
kemampuan tubuh
menghasilkan vitamin
D.

4 Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan perawatan 1. Perawatan


keperawatan kepada klien di sesuai kebutuhan mungkin dapat
harapkan pola tidur klien yang diperoleh ditunda sampai
tidak terganggu dengan kemampuan
kriteria hasil: mengontrol diri
a. Klien bisa tidur ditingkatkan.
nyeyak setiap hari.
b. Klien bisa 2. Libatkan pasien 2. Meningkatkan
melakukan istirahat dalam pembuatan partisipasi
c. Klien mampu rencana perawatan pasien dalam
membuat rencana bila memungkinkan tingkat
46

perawatan bila kemampuan


memungkinkan yang
dimilikinya dan
meningkatkan
kemampuan
mengontrol diri
3. Berikan dan sendiri
tingkatkan privasi 3. Penting untuk
dalam kebutuhan meningkatkan
keamanan yang harga diri.
terbatas

5 Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan tirah 1. Memberikan


keperawatan kepada klien di baring awal dengan waktu stabilisasi
harapkan klien bisa sendi yang sakit dan menurunkan
melakukan perawatan diri pada posisi yang risiko cedera.
secara mandiri dengan dianjurkan dan
kriteria hasil: tubuh dalam
kesejajaraan
No Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Rasional
a. Klien bisa melaku 2. Berikan obat 2. Relaksasi otot,
perawatan diri secara sebelum melakukan analgesik
mandiri aktifitas menurunkan
b. klien bias menggosok nyeri,
gigi tanpa bantuan menurunkan
siapapun tegangan otot,
dan membentu
partisipasi
dalam aktifitas.
3. Bantu lakukan 3. Pasien dengan
rentan gerak sendi penyakit
yang tak sakit. degenerasi sendi
dapat dapat
secara cepat
kehilangan
fungsi sendi
selama periode
pembatasan
aktifitas
4. Tingkatkan
4. Menguatkan
prtisipasi program
kelompok otot
latihan rutin.
dan tulang

6 Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan diet tinggi serat. 1. Melancarkan buang


47

keperawatan kepada klien di air besar (BAB)


harapkan tidak terjadi 2. Anjurkan banyak minum 2.Mencegah terjadinya
konstipasi dengan kriteria sesuai dengan kebutuhan konstipasi
hasil: 3. Berikan obat pelunak 3.Mencegah terjadinya
a. Klien tampak nyaman feses sesuai orde. Pantau peningkatan bising
ketika BAB asupan klien, bising usus
b. Bising usus dalam batas usus, dan aktivitas usus
normal
7 Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan kepada klien 1. Klien tahu
keperawatan kepada klien di tentang faktor yang informasi tentang
harapkan klien tahu tentang mempengaruhi pengaruh
informasi mengenai terjadinya osteoporosis, osteoporosis
penyakitnya dengan kriteria intervensi, dan upaya
hasil klien tampak mengurangi gejala
mengetahui tentang penyakit 2. Konsultasikan dengan 2. Klien mengetahui
yang di alami saat ini dengan ahli gizi untuk makanan yang harus
kriteria hasil: pemberian kalsium yang di konsumsi bagi
a. Klien tahu tentang cukup osteoporosis
penyakit yang dialami
No Rencana
Tujuan dan Kriteria Hasil Rasional
3. Menjelaskan manfaat
saat ini asupan kalsium 3. Klien tahu manfaat
b. Klien tidak merasa dari pada kalsium
bingung 4. Konsultasikan latihan
c. Klien tampak mau pembebanan teratur 4. Klien mengatahui
mengikuti anjuran jenis-jenis serta
perawat untuk selalu jadwal latihan
mengkonsumsi minuman 5. Anjurkan modifikasi pembebanan
atau makanan yang gaya hidup seperti 5. Mencegah
mengandung tinggi berhenti merokok, terjadinya
kalsium. mengurangi kafein, dan osteoporosis yang
alcohol. lebih signifikan
6. Jelaskan efek samping
konsumsi kalsium yaitu: 6. Pasien tahu efek
nyeri lambung dan samping dari
distensi abdomen. mengkonsumsi
kalsium

8 Setelah dilakukan tindakan 1. Tentukan kebiasaan 1. Mengidentifikasi


keperawatan kepada klien di tidur biasanya dan intervensi yang
harapkan tidak terjadi resiko perubahan yang tepat seperti:
cedera dengan kriteria hasil: terjadi. Bantal, guling.
a. Klien bisa berjalan 2. Meningkatkan
tanpa terjadi adanya 2. Berikan tempat kenyamanan
fraktur. tidur yang nyaman tidur serta
48

b. Klien merasa nyaman dan beberapa milik dukungan


dengan posisi yang pribadi fisiologi/
diberikan oleh psikologi
perawat 3. Bila rutinitas
baru
3. Buat pola tidur yang mengandung
dimasukkan dalam aspek sebanyak
pola lama dan kebiasaan lama,
lingkungan baru stress dan
ansietas yang
berhubungan
dapat
berkurang.
4. Cocokan dengan
4. Menurunkan
teman sekamar yang
kemungkinan
mempunyai pola
teman sekamar
tidur serupa dan
dapat menunda
kebutuhan malam
pasien untuk
hari
terlelap atau
No Tujuan dan Kriteria Hasil Rasional
Rencana
menyebabkan
terbangun.

2.3.4 Tindakan Keperawatan

Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap keempat dalam proses

keperawatan, merupakan tahap dimana peran perawat merealisasikan

rencana keperawatan ke dalam tindakan keperawatan yang nyata,

langsung pada klien. Tindakan keperawatan itu sendiri merupakan

pelaksanaan dari rencana tindakan yang telah ditentukan dengan

maksud agar kebutuhan klien terpenuhi secara optimal. (Lukman, 2009)

Dalam tahap pelaksanaan ini, perawat tidak hanya

melakukan tindakan keperawatan saja, tetapi juga melaporkan tindakan


49

yang telah dilakukan tersebut, sekaligus dengan respon klien dan

mendokumentasikannya ke dalam catatan perawatan klien. (Lukman,

2009).

Tindakan perawatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan

pada dasarnya harus disesuaikan dengan intervensi yang ada pada tahap

perencanaan. Namun tidak selamanya hal tersebut dapat dilakukan,

tergantung pada beberapa faktor, antara lain: keadaan klien, fasilitas

atau alat yang ada, pengorganisasian pekerjaan perawat, ketersediaan

waktu serta lingkungan fisik dimana keperawatan tersebut dilakukan.

(Lukman, 2009)

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi adalah tahap yang kelima dan terakhir dalam proses

keperawatan, evaluasi dalam proses penilaian pencapaian tujuan serta

pengkajian ulang rencana keperawatan. Evaluasi merupakan aspek yang

penting dari proses keperawatan, karena kesimpulan yang didapat dari

evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan dihentikan/

dilanjutkan/diubah (dimodivikasi). (Smeltzer, 2001).

Tolak ukur yang digunakan untuk mencapai tujuan pada tahap

evaluasi ini adalah kriteria-kriteria yang telah dibuat pada tahap

perencanaan. Dengan patokan pada kriteria tersebut, dinilai apakah

masalah teratasi sebelumnya, sebagian, atau belum sama sekali atau

malah timbul masalah baru, jika masalah telah teratasi maka intervensi

keperawatan dihentikan, jika masalah belum teratasi atau malah timbul


50

masalah baru, maka intervensi keperawatan diubah atau dimodivikasi.

(Lukman, 2009).

Penilaian dan kesimpulan tersebut dituangkan dalam catatan

perkembangan klien dan diuraikan berdasarkan urutan SOAP yaitu:

S: Subjektif :Ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan

klien secara objektif setelah diberikan tindakan

keperawatan.

O: Objektif :Keadaan subjektif yang di identifikasikan oleh

perawat menggunakan pengamatan yang objektif

setelah implementasi kaperawatan.

A: Analisa :Merupakan analisa perawat sebelum mengetahui

respon subjektif dan objektif klien yang

dibandingkan dengan kriteria dan standar yang

lebih ditentukan mengacu pada tujuan rencana

keperawatan klien, kesimpulan perawat tentang

kondisi klien.

P: Plan of Care :Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan

analisa terhadap keperawatan. (Nursalam, 2008).

Evaluasi di klasifikasikan sebagai berikut

1. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang diberikan pada saat

intervensi dengan respons segera


51

2. Evaluasi sumatif merupakan rekapitulassi dari hasil observasi dan

analisis status pasien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang

direncanakan pada tahap perencanaan. (Nursalam, 2008).

2.2.6 Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi keperawatan adalah pencatatan yang lengkap dan

akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.

Dokumentasi dilakukan segera setelah setiap kegiatan atau tindakan

dalam setiap langkah proses keperawatan dari pengkajian sampai

dengan evaluasi. (Nursalam, 2008).

Sebagai dokumentasi yang mencatat semua pelayanan

keperawatan klien, dokumentasi tersebutdapat diartikan sebagai suatu

catatan bisnis dan hokum yang mempunyai banyak manfaat dan

penggunaan. Tujuan utama dari pendokumentasian adalah untuk:

1. Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat

kebutuhan klien, merencanakan, melaksanakan tindakan

keperawatan dan mengevaluasikan tindakan.

2. Dokumentasi untuk Penulisan, keuangan, hokum dan etika.

Sedangkan manfaat dan pentingnya dokumentasi dapat dilihat

dari berbagai aspek seperti hukum, jaminan mutu pelayanan,

komunikasi, keuangan, pendidikan, Penulisan dan akreditasi

( Nursalam, 2008 )

Anda mungkin juga menyukai