Disusun Oleh :
Nadiya Djaelani
Muhammad Rifatulloh
77881434
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Teori Belajar
dan Pembelajaran ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun sedemikian rupa, guna memenuhi tugas yang diberikan oleh Ibu
Eva Siti Faridah,S.Si.,M.Pd. selaku dosen mata kuliah Filsafat Pendidikan. kami sangat
berharap karya tulis ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan
kita semua. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam karya tulis ini terdapat kekurangan yang
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan karya tulis yang kami buat di masa yang akan datang.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sedangkan etika membahas tentang nilai suatu tentang benar dan salahnya, baik
tidaknya. Berdasarkan teori aksiologi etika keilmuan dalam pendidikan Islam mempunyai
pembahasan khusus dengan tiga teori. Diantaranya pragmatisme, positivisme, renaissance dan
humanisme.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Hakikat Pendidik?
2. Apa Pengertian Anak Didik?
3. Apa Pengertian Etika Keilmuan?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Apa Pengertian Hakikat Pendidik.
2. Untuk Mengetahui Apa Pengertian Anak Didik.
3. Untuk Mengetahui Apa Pengertian Etika Keilmuan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Pendidik
1. Pengertian Hakikat Pendidik
Ahmad Tafsir, mengatakan bahwa pendidik dalam islam, sama dengan teori
yang ada di barat. Yaitu siapa saja orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan anak didik. Selanjutnya ia mengatakan bahwa dalam islam, orang yang
paling bertanggung jawab adalah orang tua (ayah dan ibu). Karena dapat dilihat dari
dua hal, yaitu Pertama, karena kedua orang tua ditakdirkan bertanggungjawab terhadap
anaknya. Kedua karena kepentingan kedua orang tua yaitu berkepentingan dalam
kemajuan perkembangan anaknya.
2. Fungsi Pendidik
Etika merupakan istilah yang berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti:
adat istiadat. Sebagai cabang dari filsafat, maka etika berangkat dari kesimpulan logis
dan rasio guna untuk menetapkan ukuran yang sama dan disepakati mengenai sesuatu
perbuatan, apakah perbuatan itu baik atau buruk, benar atau salah dan pantas atau tidak
pantas untuk dikerjakan.
Menurut Ibnu Miskawaih tentang etika dalam karyanya yang berjudul Tahdzib
Al-Akhlak, dia mencoba menunjukkan bagaimana kita dapat memperoleh watak-watak
yang lurus untuk menjalankan tindakan-tindakan yang secara moral benar terorganisasi
dan tersistem.
Moral, etika atau akhlak menurut Ibnu Miskawaih adalah sikap mental yang
mengandung daya dorong untuk berbuat tanpa berpikir dan pertimbangan. Sikap mental
terbagi dua, yaitu yang berasal dari watak dan yang berasal dari kebiasan dan latihan.
Akhlak yang berasal dari watak jarang menghasilkan akhlak yang terpuji; kebanyakan
akhlak yang jelek. Sedangkan latihan dan pembiasaan lebih dapat menghasilkan akhlak
yang terpuji. Karena itu Ibnu Miskawaih sangat menekankan pentingnya pendidikan
untuk membentuk akhlak yang baik. Dia memberikan perhatian penting pada masa
kanak-kanak, yang menurutnya merupakan mata rantai antara jiwa hewan dengan jiwa
manusia.
Etika dalam kajian filsafat merupakan bagian dari aksiologi karena etika
berbicara tentang tujuan yang hendak dicapai dalam segala sesuatu. Sedangkan dalam
ontologi dipertanyakan apa hakekat sesuatau, dalam epistimologi dipertanyakan
bagaimana sesuatu itu terjadi dan dari mana sesuatu itu ada, maka dalam aksiologi
dipertanyakan mengenai tujuan dari hakikat sesuatu. Misalnya, tentang pendidikan
islam maka muncul pertanyaan, apa pendidikan islam itu? Mengapa pendidikan islam
diperlukan? Untuk apa ada pendidikan islam?.
Aliran pragmatis timbul pada abad 20.Pendiri aliran ini adalah Charks E. Peirce.
Aliran Pragmatisme adalah suatu aliran yang memandang realitas sebagai sesuatu yang
secara tetap mengalami perubahan(terus-menerus berubah).
Secara umum, pargmatisme berarti hanya ide yang dapat dipraktikkan yang benar
dan berguna. Apabila filsafat Islam berkiblat pada pandangan Pragmatime John Dewey,
tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan adalah segala sesuatu yang sifatnya nyata,
bukan hal yang diluar jangkauan panca indra.
Etika keilmuan berkaitan pula dengan kode etik bagi para pendidik (guru).
Maksud dari kode etik guru di sini adalah norma-norma yang mengatur hubungan
kemanusiaan (relationship) antar guru dengan lembaga pendidikan (sekolah); guru
dengan sesama guru; guru dengan peserta didik; dan guru dengan lingkungannya.
Sebagai sebuah jabatan pekerjaan, profesi guru memerlukan kode etik khusus untuk
mengatur hubungan-hubungan tersebut.
Dalam perspektif islam, pendidikan etika juga membahas pula masalah yang
berkaitandengan substansi etika yang dimiiki oleh dunia pendidikan Islam, terutama
berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:
a. Keilmuan yang bersumber pada Al Qur’an dan As-Sunnah.
Paham yang berkaitan dengan etika keilmuan tidak dapat terlepas dari pandangan
positivisme, selain pragmatisme di atas. Positivisme di perkenalkan oleh Aguste
Comte(198-1857) yang bertuang dalam karya utama Aguste Comte adalah Cours de
Philosophic Positive, yaitu kursus tentang Filsafat Positif (180-
1842), selain itu karyanya yang pantas disebutkan di sini adalah Discour L’esprit
Positive(1844) yang artinya pembicaraan tentang jiwa positif.
Positivisme berasal dari kata “positif”. Kata positif disini sama artinya dengan
factual, yaitu apa yang berdasarkan fakta-fakta. Menurut positivisme, pengetahuan kita
tidak boleh melebihi fakta-fakta.Dengan demikian, ilmu pengetahuan empiris menjadi
contoh istimewa dalam bidang pengetahuan.Oleh karena itulah, Positivisme menolak
cabang filsafat metafisika.
Tahap teologis merupakan periode yang paling lama dalam sejarah manusia,
karena bentuk pemikiranya yang dominan dalam masyarakat primitif, meliputi bahwa
semua benda memiliki kelengkapan hidupnya sendiri.
Tahap metafisik terutama merupakan tahap transisi antara tahap teologis dan
metafisik, tahap ini ditandai dengan hukum-hukum alam yang asasi dan dapat
ditemukan dengan akal budi.
Tahap positif ditandai oleh kepercayaan akan data empiris sebagai sumber
pengetahuan terakhir. Akan tetapi, pengetahuan selalu bersifat sementara, dan
pengetahuan dapat ditinjau kembali dan di perluas.
Dari pandangan Comte tentang tiga tahapan pemikiran manusia, dapat diambil
pemahaman bahwa etika keilmuan yang terus berkembang tidak selamanya hierarkis
sistematis sebagaimana dikemukakan oleh Comte sebab ajaran Islam tidak dikenal
tahapan demikian. Pandangan manusia seharusnya didasarkan pada dua etika yang
paling mendasar, yaitu :
a. Pandangan bahwa semua makhluk Allah hanya tunduk mutlak kepada sang
pencipta.
b. Semua pengabdian manusia sepenuhnya harus didukung oleh rencanarencana Allah
yang tertuang dalam wahyu-Nya, yang berupa ( Al-Qur’an dan As-Sunnah).
Apabila pendidikan islam menganut paham ini, tidak akan dibahas segala hal
yang berhubungan dengan metafisikal, apalagi yang supranatural. Akan tetapi, etika
keilmuan yang dibangun oleh filsafat pendidikan islam tidak menganut paham
positivisme, meskipun menerima kebenaran yang menggunakanpaham tersebut. Dalam
islam, kebenaran yang hakiki hanya kebenaran Tuhan, selain kebenaran Tuhan,
hanyalah kebenaran yang nisbi. Akan tetapi, setiap kebenaran nisbi diyakini oleh umat
Islam sebagai cara menuju kebenaran hakiki.
BAB III
KESIMPULAN/PENUTUP
Hakikat Peserta Didik Peserta didik merupakan subjek dan objek pendidikan yang
memerlukan bimbinganpendidik untuk membantu mengembangkan potensi yang dimilikinya
serta membimbing menuju kedewasaan. Tugas Peserta Didik adalah membersihkan hatinya
sebelum menuntut ilmu, belajar ditujukan untuk menghiasi ruh dengan berbagai sifat
keutamaan, Memiliki kemauan yang kuat untuk mencari dan menuntut ilmu di berbagai tempat,
belajar secara sungguh-sungguh dan sabar dalam belajar.
Peserta Didik Merupakan Objek dan Subjek Pendidikan. Sikap Murid Terhadap Guru
adalah mempercayai guru, Tidak boleh mendahului ketetapan dan jawaban guru, tidak boleh
meninggikan suaranya, tidak layak memanggil guru seperti memanggil temannya
http://gheetsul-wudda.blogspot.com/2014/08/etika-keilmuan-dalam-filsafat.html.m=1
http://muhsinmuhsin.blogspot.com/2016/11/pendidik-dan-peserta-didik-dalam.html tml
Remaja Rosdakarya.