Molekul-molekul yang sangat kecil (seperti urea, air dan gula) dapat melintasi membran sel secara cepat jika membran mempunyai celah atau pori. Walau pori tersebut tidak pernah teramati secara langsung dengan mikroskop, model permeasi obat melalui pori yang bersifat “aqueous” digunakan untuk menjelaskan ekskresi obat lewat ginjal dan pengambilan obat ke dalam hati.
WAKTU TRANSIT OBAT DALAM SALURAN CERNA
Usus halus dan terutama mukosa duodenum, mempunyai luas permukaan yang besar untuk absorbsi obat. Untuk memastikan absorbsi cepat suatu obat setelah pemberian oral, maka obat harus mencapai duodenum secara cepat. Secara anatomik, obat yang ditelan pertama kali akan mencapai lambung. Selanjutnya lambung akan mengosongkan isinya ke dalam usus halus, yang mempunyai kapasitas terbaik absorpsi obat. Oleh karena itu, berbagai faktor yang mempengaruhi motilitas pencernaan dapat mempengaruhi laju absorpsi obat. Suatu penundaan pengosongan obat dari lambung ke dalam duodenum akan memperlambat absorpsi obat dan dengan demikian menunda awal dari efek terapetik. Sejumlah faktor telah menunjukkan pengaruh terhadap waktu pengosongan lambung. Beberapa faktor yang cenderung menghambat pengosongan lambung meliputi konsumsi makanan dengan lemak tinggi, minuman dingin dan obat-obat anti kolinergik. Beberapa dari faktor-faktor ini digunakan oleh Gibaldi (1977). Sebagai tambahan, obat-obat yang tidak stabil pada pH asam, seperti penisilin dapat terurai jika pengosongan lambung tertunda. Gerakan peristaltik normal dari duodenum sangat membantu absorpsi, karena gerakan inj membawa partikel-partikel obat ke dalam kontak yang lebih dekat dengan mukosa sel usus. Untuk absorpsi yang optimum, suatu obat harus mempunyai waktu tinggal tertentu dalam duodenum. Bila motilitas duodenum tinggi, seperti dalam keadaan diare, maka obat mempunyai waktu tinggi dalam duodenum yang sangat singkat dan kesempatan diabsorpai sangat kecil.
ALIRAN (PERFUSI) DARAH DARI SALURAN CERNA
Aliran darah ke saluran cerna merupakan hal yang penting untuk membawa obat ke sirkulasi sistemik dan kemudian ke tempat kerja. Daerah usus diperfusi oleh pembuluh-pembuluh darah mesenterika. Obat dilepaskan ke dalam hati melalui vena porta hepatik dan kemudian ke sirkulasi umum atau sirkulasi sistemik. Berbagai penurunan aliran darah mesenterika, seperti pada kegagaln jantung kongestif, akan menurunkan laju pemindahan obat dari saluran usus dan oleh karena itu menurunkan laju bioavailabilitas obat.