OLAHRAGA REHABILITAS
Dosen Pengampu:
Tri Sutrisno, S. Pd
Oleh:
KELOMPOK 5 PGSD 7C
1. Prasetyo Adi W. H (1152000097)
2. Robi Ardianto (1152000124)
3. Putri Novitasari (1152000102)
4. Novandayu D. M (1152000090)
5. Paullisti Cahya K. P. (1152000098)
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
herbal, hydrotherapy, thermotherapy, coldtherapy, excersisetherapy, terapi
oksigen, terapi yoga, terapi pernapasan dan lain-lain (Ali Satia Graha,
2009: 2).
Cedera merupakan masalah yang sulit dihindari oleh olahragawan,
baik di dalam kompetisi maupun di saat latihan. Cedera yang timbul ini
sering kali diabaikan oleh penderita dikarenakan kurangnya pengetahuan
bagaimana penanganan yang tepat dan cepat salah mengalami cedera.
Selain itu setelah mengalami cedera banyak olahragawan tidak melakukan
rehabilitasi untuk memulihkan cedera yang dialami, sehingga cedera yang
dialami dapat menghambat dan menurunkan fungsi dari otot, syaraf
maupun sendi yang mengalami cedera.
Latihan fisik dengan segala metodenya dapat membantu mengatasi
dan memperbaiki fungsi saraf dan otot serta memperlancar aliran darah,
sehingga sangat bermanfaat bagi penderita pasca cedera. Penggunaan
latihan fisik ini adalah meningkatnya kemampuan penderita untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari terutama dalam menolong dirinya
sendiri untuk mandiri.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini rumusan makalah mengenai olahraga rehabilitas
antara lain:
1. Apakah pengertian olahraga rehabilitas?
2. Bagaimana tahap rehabilitasi pada cedera olahraga?
3. Sebutkan bentuk-bentuk latihan olahraga rehabilitasi?
4. Sebutkan prinsip pelayanan rehabilitasi medis pada cedera?
C. Tujuan Penulisan
Dalam makalah ini tujuan penulisan makalah mengenai olahraga
rehabilitas antara lain:
1. Untuk mengetahuai pengertian olahraga rehabilitas?
2. Untuk mengetahuai tahap rehabilitasi pada cedera olahraga
2
3. Untuk mengetahuai bentuk-bentuk latihan olahraga rehabilitasi
4. Untuk mengetahuai prinsip pelayanan rehabilitasi medis pada cedera
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Jika melihat dari tujuannya, olahraga menurut KDI-Keolahragaan
(2002: 10-11) dapat diklasifikasikan menjadi olahraga pendidikan, olahraga
kesehatan, olahraga rekreatif, olahraga rehabilitatif dan olahraga kompetitif.
Olahraga rehabilitatif adalah jenis kegiatan olahraga atau latihan jasmani
yang menekankan pada tujuan yang bersifat terapi atau aspek psikis dan
perilaku.
Menurut Houglum (2005:13-15), prinsip rehabilitasi harus
memperhatikan prinsip-prinsip dasar seperti misalnya: tidak memperburuk
keadaan, dilakukan sesegera mungkin, Semakin cepat pasien memulai porsi
latihan, semakin cepat dapat kembali ke aktivitas sepenuhnya. Setelah cedera,
istirahat memang diperlukan, namun demikian hasil penelitian menunjukkan
bahwa terlalu banyak istirahat akan memperlambat pemulihan. Dikatakan
bahwa imobilisasi seminggu pertama setelah cedera, 3%-4% kekuatan otot
berkurang setiap harinya. Beberapa studi menemukan bahwa laju pemulihan
jauh lebih lambat daripada laju kehilangan kekuatan otot. Penemuan tersebut
mengindikasikan pentingnya memulai program terapi latihan sesegera
mungkin setelah kondisi memungkinkan. Kepatuhan dan individualisasi juga
merupakan prinsip rehabilitasi cedera. Perbedaan psikologis dan kimiawi
mempengaruhi respon spesifik terhadap cedera.
Menurut Houglum (2005:13-15), prinsip rehabilitasi harus
memperhatikan prinsip-prinsip dasar seperti misalnya: tidak memperburuk
keadaan, dilakukan sesegera mungkin, Semakin cepat pasien memulai porsi
latihan, semakin cepat dapat kembali ke aktivitas sepenuhnya. Setelah cedera,
istirahat memang diperlukan, namun demikian hasil penelitian menunjukkan
bahwa terlalu banyak istirahat akan memperlambat pemulihan. Dikatakan
bahwa imobilisasi seminggu pertama setelah cedera, 3%-4% kekuatan otot
berkurang setiap harinya. Beberapa studi menemukan bahwa laju pemulihan
jauh lebih lambat daripada laju kehilangan kekuatan otot. Penemuan tersebut
mengindikasikan pentingnya memulai program terapi latihan sesegera
mungkin setelah kondisi memungkinkan. Kepatuhan dan individualisasi juga
5
merupakan prinsip rehabilitasi cedera. Perbedaan psikologis dan kimiawi
mempengaruhi respon spesifik terhadap cedera.
Program rehabilitasi cedera dimulai dengan latihan fleksibilitas
dan range of motion (ROM), latihan kekuatan dan daya tahan otot, serta
latihan proprioseptif, koordinasi, dan kelincahan. Lebih dari itu harus juga
diperhatikan dan dipertahankan kebugaran kardiovaskuler seperti sebelum
cedera. Menurut Viljoen (2000: 54), rehabilitasi cedera meliputi pencegahan
cedera, penilaian cedera, dan manajemen cedera. Pencapaian fleksibilitas
lebih awal dalam terapi latihan diperlukan karena parameter lain ditentukan
oleh fleksibilitas daerah cedera dan efek dari proses penyembuhan. Jaringan
yang sembuh dari cedera meninggalkan jaringan penyembuhan yang dapat
menyebabkan kontraktur. Selama masa penyembuhan, ada kesempatan emas
untuk mengubah jaringan sikatrik tersebut. Kekuatan dan daya tahan otot
saling mempengaruhi. Saat kekuatan otot meningkat, daya tahan juga
meningkat dan sebaliknya.
Melihat dari berbagai macam penjelasan di atas, maka olahraga
rehabilitasi dapat diberikan setelah proses peradangan berkurang, yaitu
kurang lebih satu minggu setelah mengalami cedera. Setelah itu, latihan
pertama yang dilakukan adalah dimulai dari hal sederhana yang bertujuan
untuk meningkatkan fleksibilitas otot dan luas gerak sendi tubuh yaitu dengan
melakukan peregangan dengan menggunakan beban tubuh selama 1, 5 bulan.
Setelah mengalami peningkatan, maka peregangan tersebut ditambahi dengan
beban alat. Misal menggunakanthera band untuk melatih fleksibilitas sendi
dan meningkatkan kekuatan otot selama 1, 5 bulan. Setelah 3 bulan maka
dapat diberikan latihan pembebanan untuk meningkatkan kekuatan dan daya
tahan otot.
6
latihan, dan latihan harus terus dilakukan pada jaringan-jaringan yang
tidak mengalami cedera. Dibutuhkan lebih banyak waktu untuk
memulihkan jaringan yang cedera dibandingkan untuk merusaknya dan
dapat memakan waktu berbulan-bulan untuk memulihkan cedera seperti
semula. istirahat selama latihan dapat memperlemah semua otot, tendon,
ligament dan tulang:
a) Latihan kebugaran (bersepeda, berenang, lari dengan injury pada
tubuh bagian atas apabila memungkinkan)
b) Latihan beban dengan semua otot yang tidak cedera
c) Stretching dan latihan ketangkasan untuk pencegahan dan koordinasi.
2. Bagian dua meliputi rehabilitasi yang spesifik pada jaringan yang rusak,
dengan tujuan membuat jaringan menjadi sangat kuat dan dapat mengatur
beban yang diperlukan. Rehabilitasi yang spesifik harus dimulai 24-48 jam
setelah cedera terjadi (sehingga tidak menimbulkan perdarahan yang lebih
buruk).
7
a. Menghilangkan kekakuan.
b. Agar otot-otot dapat belajar untuk bergerak kembali.
2. Active Passive exercise.
Terapi latihan yang mengerakkan anggota tubuh pasien adalah pasien
sendiri dan dibantu oleh orang lain. Terapi ini dipakai untuk pasien yang
mengalami tirah baring. Tujuannya untuk memacu kembali atau untuk
mengembalikan kekuatan otot-ototnya.
3. Active exercise.
Terapi latihan yang keseluruhannya dilakukan oleh sipasien itu sendiri
(100% digerakan oleh pasien itu sendiri). Tujuan terapi ini adalah untuk
a. meningkatkan kekuatan otot (strength).
b. Meningkatkan daya tahan (endurance).
c. Meningkatkan keseimbangan(balance).
d. Meningkatkan koordinasi.
Adapun terapi latihan masuk ke dalam salah satu dari tiga kategori:
1. Flexibility (Fleksibilitas). Ini termasuk berbagai gerak dan latihan
peregangan yang membantu memudahkan gerakan di sendi. Ada dua
macam peregangan, yaitu :
a. Calistenik (statis)
Stretching yang dilakukan dengan menggerakan anggota tubuh lalu
ditahan selama beberapa saat tanpa penggulangan. Pada fisioterapi
stretching ini sangat penting dan sering digunakan, karena dapat
mencegah terjadinya microtear (sobeknya serabut otot-otot kecil
atau sedikit).
b. Balistik (dinamis).
Stretching yang dilakukan dengan menggerakan anggota tubuh
secara berulang-ulang tanpa adanya tahanan. Sterching ini dapat
mengakibatkan terjadinya microtear apabila tidak dilakukan terlebih
dahulu stretching calistenik, oleh sebab itu stretching ini tidak
digunakan dalam fisioterapi.
8
2. Aerobic capacity (Kapasitas aerobik), Latihan yang membantu
memperkuat jantung, paru-paru dan otot-otot yang berkaitan dengan
sistem kardiovaskular.
3. Strength (Kekuatan), Latihan yang membantu membangun otot yang
kuat.
Walaupun jenis latihan akan bervariasi tergantung pada jenis rasa sakit
dan komplikasi pasien, beberapa latihan intensitas rendah umum digunakan
untuk mengobati berbagai jenis nyeri mencakup:
1. Stationary bersepeda
2. Berenang
3. Berjalan
4. Menggunakan bola latihan
5. Peregangan, fleksibilitas
9
h. Speed
i. Agility
j. Factor Anaerobik
3. Program-program tersebut diberikan sesuai kondisi cederanya, dengan
tujuan atlet bisa bermain kembali secepat mungkin atau alih profesi.
4. Banyak kesalahan cedera atlet hanya ditangani bagian yang cederanya
saja, sehingga bila atlet bermain kembali mudah terjadi cedera lagi atau
kebugarannya tidak maksimal.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Olahraga rehabilitasi cedera dimulai dengan latihan fleksibilitas
dan range of motion (ROM), latihan kekuatan dan daya tahan otot, serta
latihan proprioseptif, koordinasi, dan kelincahan. Lebih dari itu harus juga
diperhatikan dan dipertahankan kebugaran kardiovaskuler seperti sebelum
cedera.
Olahraga rehabilitasi diberikan setelah satu minggu pasca cedera,
kemudian diberikan program latihan untuk melatih fleksibilitas otot dan gerak
sendi denganstretching. Kemudian melatih untuk meningkatkan fleksibilitas
dan kekuatan otot dengan thera band. Setelah kondisi membaik, maka
diberikan latihan pembebanan untuk meningkatkan daya tahan otot setelah
mengalami cedera.
B. Saran
Saat melakukan olahraga hendaknya melakukan pemanasan terlebih
dahulu untuk menghindari terjadinya cedera, namun apabila terjadi cedera
maka harus mengikuti prosedur rehabilitasi agar dapat pulih.
11
DAFTAR PUSTAKA
12