Penulis menyadari Makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi
penulisan maupun materi penyampaian. Dengan menyadari hal tersebut maka
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan
selanjutnya. Namun demikian, penulis berharap Makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat dalam menambah wawasan dan pengetahuan bagi berbagai pihak yang
membutuhkan. Atas perhatiannya, penulis mengucapkan terima kasih.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Purin dan Pirimidin ....................................................................... 2
2.2 Mekanisme Biosintesis Nukleotida Purin dan Pirimidin ............... 6
2.3 Metabolisme Purin dan Pirimidin .................................................. 12
2.4 Disfungsi / kelainan........................................................................ 28
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Asam nukleat adalah molekul makro yang dibentuk oleh kombinasi dari
ribuan nukleotida. Mereka memiliki C, H, N, O, dan P. Ada dua jenis asam
nukleat dalam sistem biologis sebagai DNA dan RNA. Mereka adalah bahan
genetik dari suatu organisme dan bertanggung jawab untuk meneruskan
karakteristik genetik dari generasi ke generasi.
Selanjutnya, mereka penting untuk mengendalikan dan menjaga fungsi sel.
Sebuah nukleotida terdiri dari tiga unit. Ada sebuah molekul gula pentosa, basa
nitrogen dan gugus fosfat. Ada terutama dua kelompok basa nitrogen sebagai
purin dan pirimidin.
Mereka adalah molekul organik heterosiklik. Sitosin, timin, dan urasil
adalah contoh untuk basa pirimidin. Adenin dan guanin adalah dua basis purin.
DNA memiliki adenin, Guanin, sitosin, dan basa timin, sedangkan RNA memiliki
A, G, C, dan urasil (bukan timin). Dalam DNA dan RNA, basa bebas membentuk
ikatan hidrogen di antara mereka. Itu adalah adenin: tiamin / urasil dan guanin:
sitosin disediakan bebas untuk satu sama lain.
2
3
Purin dan senyawanya tersebar luas di alam. Mereka hadir dalam asam
nukleat. Dua molekul purin, adenin dan guanin, yang hadir baik pada DNA dan
RNA. Gugus amino dan gugus keton yang melekat pada struktur basa purin untuk
membuat adenin dan guanin. Mereka memiliki struktur sebagai berikut.
proses kehidupan manusia seperti contohnya pada proses pembuatan asam urat
pada tubuh manusia.
Jika seseorang memiliki kadar purin yang tinggi maka akan semakin besar
potensi memiliki kadar asam urat tinggi. Purin sendiri bisa kita temukan dalam
sistem pencernaan maupun sistem lainnya dalam tubuh.
2. Fungsi Purin
Ada beberapa fungsi yang diberikan oleh Purin yang akan sangat berguna
sekali dengan kehidupan kita. Berikut ini adalah fungsi yang diberikan antara lain:
a. Daur ulang dalam sel, ketika ada beberapa sel mati maka purin akan
membantu dalam pendaur-ulangan.
b. Asam urat, purin sangat berperan sekali dalam pembentukan asam urat yang
membuat manusia yang memiliki asam urat tinggi pastinya juga memiliki
purin tinggi.
3. Pengertian pirimidin
Pirimidin adalah senyawa aromatik heterosiklik. Hal ini mirip dengan
benzena kecuali pirimidin memiliki dua atom nitrogen. Atom-atom nitrogen pada
posisi 1 dan 3 dari cincin dengan enam anggota. Ini memiliki struktur dasar
berikut.
Rumus bangun dan tata cara pemberian nama basa pirimidin (pyrimidine) :
Sitosin = 2-oksi 4-amino pirimidin
Orotat = 2,4-dioksi 6-karboksil pirimidin
Urasil = 2,4-dioksi pirimidin (Uracil)
Timin = 2,4-dioksi 5 –metil pirimidin
4. Fungsi pirimidin
Berbeda dengan purin maka pirimidin memiliki fungsi yang lebih singkat
dibandingkan dengan purin. Pirimidin ini sangat banyak sekali ditemukan di alam
yang akan mempermudah kita dalam menemukannya. Kebanyakan fungsi dari
pirimidin ini adalah berhubungan dengan DNA dan RNA dimana ada
penerjemahan basa nitrogen yaitu C dan T yaitu Sitosin dan juga Timin.
Enzyme Names:
a. Glutamin amidotransferase phosphoribosylpyrophosphate
b. Glycinamide sintase ribotide
c. Glycinamide transformylase ribotide
d. Formylglycinamide sintase
e. Sintase ribotide aminoimidazole
f. Karboksilase ribotide aminoimidazole
g. Succinylaminoimidazolecarboxamide sintase ribotide
h. Adenylosuccinate lyase
i. Transformylase aminoimidazole ribotide karboksamida
j. IMP cyclohydrolase
Nama Enzim
a. Aspartate transcarbamoylase, ATCase
b. Karbamoil dehydratase aspartate
c. Dihydroorotate dehidrogenase
d. Orotate fosforibosiltransferase
e. -5'-fosfat karboksilase orotidine
12
reaksi yang memakai energi (ATP) yang cukup besar (5 ATP), sehingga harus
betul-betul dalam pengontrolan yang ketat.
Hal-hal penting dalam Anabolisme de novo purin:
a) Sangat tergantung pada “pool” ribosa
b) Gugus amina → didonor oleh glutamin dgn enzim amidotransferase
c) Glisin dan fumarat → donor ring dlm nukleotida
d) Daur reaksi → dikontrol secara alosterik dgn AMP, ADP, GMP dan GDP.
→ bekerja pada PRPP amidotransferase
2) Pembentukan IMP
Ada sepuluh tahap pembentukan IMP. Penelitian tahapan reaksi
pembentukan IMP ini dimulai tahun 1950 oleh kelompok JM Buchanan dan GR
Greenberg, dan memakan waktu 10 tahun untuk mnyelesaikan seluruhnya.
Setelah terbentuk 5-fosforibosilamin, maka selanjutnya terjadi pengikatan
atau pembentukan cincin purin C-4, C-5, dan N-7 yang semuanya berasal dari
glisin. Proses ini memerlukan ATP. Setelah itu pengikatan anggota C-8 yang
berasal dari 10formiltetrahidrofolat (10-FTHF). Sebelum cincin persegi 5 tertutup,
terjadi pengikatan N-3 (yang berasal dari amida glutamin) pada C-4. Pengikatan
ini memerlukan ATP. Tahap selanjutnya pembentukan C-6 yang berasal dari
CO2, N-1 yang berasal dari aspartat. N-1 terikat pada C-6 dan memerlukan ATP.
Sebagian molekul aspartat lepas membentuk fumarat. Anggota cincin terakhir dari
purin yaitu C-2 berasal dari 10-FTHF. Penutupan cincin akan membentuk suatu
nukleotida purin yaitu IMP.
Kesepuluh tahapan itu adalah :
Satu. PRPP + glutamin membentuk 5-fosforibosilamin (PRA)(glutamin-
PRPP amidotransferase).
Dua. Gugus amino mengalami asilasi oleh glisin menjadi glisinamid
ribonukleotida (GAR) (GAR sintase)
Tiga. Transfer gugus formil dari 10-formiltetrahidrofolat pada N-7
menjadi Formilglisinamid ribonukleotida (FGAR) ( GAR transformilase)
15
Nukleosida di dalam lumen usus sebagian besar akan diserap masuk ke sel
usus. Kemudian sebagian diteruskan ke dalam hepar. Di dalam sel usus dan hepar
nukleosida akan mengalami katabolisme menjadi asam urat. Di dalam banyak sel
jaringan, nukleosida akan dipecah menjadi basa purin atau pirimidin, kemudian
mengalami “salvage” menjadi nukleotida kembali (lihat di atas).
2. Metabolisme Pirimidin
a. Anabolisme Pirimidin
1) De Novo sintesa pirimidin nukleotida
Pirimidin berasal dari bicarbonat ( C-2 ), amida dari glutamin ( N-3 ),
aspartat ( C-4, C-5, C-6 dan N-1 ).
yang lebih cenderung memakai amonia bebas, CPS II memakai glutamin sebagai
sumber N-nya, dan tidak memerlukan N-Asetilglutamat. Termasuk reaksi di atas
(reaksi pertama), ada 6 tahap reaksi dalam pembentukan nukleotida pirimidin.
Reaksinya sebagai berikut :
Oksidasi pada cincin dengan suatu enzim kompleks yang masih belum banyak
diketahui menghasilkan suatu pirimidin bebas, asam orotat (orotic acid). Enzim
ini terletak di permukaan luar membran dalam mitokhondria. Sedangkan enzim-
enzim lainnya didapatkan dalam sitosol.
Untuk GMP enzimnya spesifik, demikian pula ada enzim untuk suatu
bentuk deoksi. Pembentukan trifosfat dari difosfat dikatalisa enzim nukleosida
difosfat kinase. Mungkin ada satu nukleosida difosfat kinase yang mempunyai
spesifisitas yang luas. Sehingga bisa saja dikatakan ada suatu “pool” nukleotida
yang terdapat dalam keseimbangan. BDP + ATP → BTP + ADP
5) Pembentukan deoksiribonukleotida
De novo sintesa dan sebagian besar “salvage pathways” melibatkan
nukleotida (kecuali sedikit “salvage” dari timin). Deoksiribonukleotida untuk
sintesa DNA dibentuk dari ribonukleotida difosfat (pada mammalia dan E. Coli)
Suatu basa difosfat (BDP) direduksi pada posisi 2‟ ribosa oleh suatu protein,
tioredoksin (thioredoxin) dan enzim nukleosida difosfat reduktase. Tioredoksin
mempunyai dua gugus sulfhidril yang dioksidasi menjadi ikatan disulfida dalam
prosesnya. Agar dapat dipakai kembali maka harus direduksi yang mana
memerlukan NADPH.
Sistim ini berada dalam suatu kontrol yang ketat oleh berbagai efektor.
dATP adalah suatu inhibitor untuk semua substrat dan ATP sebagai aktivator.
Tiap substrat mempunyai spesifik aktivator ( BTP atau dBTP). Hasilnya adalah
terjadi keseimbangan diantara deoksinukleotida untuk kebutuhan sintesa DNA.
6) Sintesa dTMP
Sintesa DNA memerlukan dTMP (dTTP). Senyawa ini tidak terbentuk
dalam de novo sintesa sedangkan lewat “salvage pathways” tidak mencukupi.
dTMP disintesa dari dUMP dengan memakai “the folate-dependent one-carbon
26
suatu pengertian yang lebih baik mengenai dasar molekuler kelainan mental
seperti itu.
d. Penyakit von gierke adalah defisiensi glukosa fosfatase yang terjadi karena
sekunder akibat peningkatan atau pembentukan prekursor PRPP, ribosa 5-
fosfat, disamping it asidosis laktat yang menyertai akan menikan ambang
ginjal untuk urat sehingga terjadi peningkatan total kadar urat dalam tubuh.
Penderita von Gierke mengalami kekurangan enzim glukosa 6 fosfatase.
Akibatnya kelebihan glukosa 6 fosfat akan masuk ke dalam jalur HMP Shunt
dan menghasilkan ribose 5 fosfat, yang selanjutnya akan meningkatkan
pembentukan PRPP. Peningkatan PRPP ini akan menyebabkan meningkatnya
pembentukan purin dan hasil katabolismenya.
e. Penyakit pirai disebabkan oleh kadar urat yang tinggi dalam serum.
Natrium urat merupakan bentuk terbanyak pada Ph netral dan bersifat
lebih mudah larut dari pada asam urat. Meskipun demikian, batas
kelarutannya yang sekitar 7 mg/dl (7 mg per 100 ml) pada suhu 37˚C menjadi
masalah pada orang dengan kadar hasil pemecahan purin ini yang tinggi pada
serumnya. Hiperurikemia dapat menyebabkan terjadinya pirai, yaitu suatu
penyakit yang menyerang sendi-sendi dan ginjal. Peradangan sendi dipicu
oleh pengendapan Kristal natrium urat. Suatu gambaran yang jelas mengenai
serangan akut penyakit pirai diterangkan oleh Thomas Sydenham, seorang
dokter inggris ternama pada abad ke 17, yang mengalami sendiri derita akibat
penyakit itu.
“Korban penyakit ini tidur dalam keadaan sehat. Kira-kira pukul dua dini
hari dia terbangun oleh rasa sakit yang sangat pada ibu jari kaki; sekali-kali
juga tumit, pergelangan kaki, atau bagian dorsal kaki. Rasa sakit itu seperti
yang ditimbulkan oleh keseleo dan sekaligus seperti tersiram dengan air
dingin. Kemudian menyusul keadaan menggigil dan gemetar, serta sedikit
demam. Rasa sakit yang mula-mula msih tertahankan berubah menjadi parah.
Bersamaan denga ini menggigil dan gemetar juga bertambah. Selang
beberapa lama, keadaan ini mencapai puncaknya, meluas ke tulang dan
ligament tarsus dan metatarsus. Suatu saat terjadi penarikan dan perobekan
ligament secara kasar suatu saat rasa sakit bagaikan diterkam dan suatu saat
32
seperti ditekan dan terasa ketat. Sementara itu, perasaan pada bagian yang
diserang luar biasa dan sangat sensitive, sampai-sampai tidak sanggup
menahan beban sprei atau getaran orang yang sedang berjalan dalam kamar
itu. Malam itu dilalui dalam siksaan, tidak dapat tidur, berulang kali memutar
bagian yang terserang dan tak hentinya berubah posisi tubuh;bolak-balik
badan berlanjut terus bersama dengan rasa sakit pada sendi yang cedera dan
semakin parah bila datang serangan sakit menyengat”.
Pirai merupakan suatu penyakit metabolic yang diturunkan tetapi
kerusakan biokimia pada banyak kasus belum dapat dijelaskan. Pada sebagian
kecil pasien pirai terdapat defisiensi enzim hipoxantin-guanin fosforibosil
transferase (HGPRT), yaitu enzim yang mengkatalisis reaksi penyelamatan
IMP dan GMP.
Defisiensi HGPRT menyebabkan berkurangnya sintesis GMP dan IMP
melalui jalur penyelamatan. Peningkatan kadar PRPP yang disebabkannya
secara nyata mempercepat biosintesis purin melalui jalur de novo.
Pembentukan 5-fosforibosil-1-amin yang merupakan zat antara penentu yang
pertama, biasanya dibatasi oleh jumlah PRPP yang ada. PRPP yang
berlebihan juga berpengaruh terhadap inhibisi umpan balik amidotransferase
yang mengkatalisis langkah ini. Penyakit pirai dapat juga timbul dari
kelebihan PRPP yang dihasilkan oleh suatu sintetase yang hiperaktif yang
pengaturan alosetriknya terganggu.
Allopurinol suatu analog hipoxantin, dengan atom N dan C pada posisi 7
dan 8 saling bertukar, digunakan secara luas untuk mengatasi penyakit pirai.
Mekanisme kerja lopurinol sangat menarik, karena pada awalnya bertindak
sebagai substrat dan kemudian sebagai inhibitor xantin oksidase. Oksidase ini
akan menghidroksilasi allopurinol menjadi aloxantin (oksipurinol), yang
selanjutnya tetap terikan kuat pada situs aktif. Atom moilibdenum pada xantin
oksidase ditahan pada status oksidasi +4 oleh pengikatan dari aloxantin dan
bukan kembali pada status oksidasi +6 seperti pada siklus kutalitik normal.
Sintesis urat dari hipoxantin dan xantin segera menurun setelah pemberian
allopurinol. Itu sebabnya konsentrasi hipoxantin dan xantin serum meningkat,
sedangkan kadar urat menurun. Pembentukan batu asam urat sesungguhnya
33
1. Purin dan Pirimidin merupakan komponen utama RNA dan DNA. Purin
terdiri dari Adenin, Guanin, Hipoxantin, Xantin. Di metabolisme menjadi
asam urat. Sedangkan Pirimidin yaitu Sitosin, Urasil, Timin.
2. Biosintesis purin diawali dengan pembentukan molekul PRPP (5-phospho
ribosil pyrophosphate) dan selanjutnya membentuk senyawa 5-
phosphoribosilamin dari hasil PRPP dan membentuk senyawa GAR
kemudian GAR membentuk reaksi formilase yang dikatalisis oleh enzim
kemudian senyawa formil glisin amid ribosil 5P sehingga terjadi penutup
rantai, senyawa 5 amino-4-imidazole-karboksamid-ribosil-5P yang
merupakan penutup cincin.
3. Sedangkan biosintesis pirimidin memerlukan bahan pembentk yang sama
yaitu PRPP, glutamin, CO2, asam aspartate dan FH4, adapun kelainan
metabolisme purin yaitu gout, sindrom lesch-nyhan dan penyakit von gierke.
Sedangkan pirimidin mempunyai kelainan kekurangan enzim. Metabolisme
pirimidin larut dalam air.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa penyusunan
makalah ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang konstruktif akan senantiasa penyusun nanti dalam upaya evaluasi diri.
Akhirnya penulis hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidaksempurnaan
penulisan dan penyusunan makalah ini adalah ditemukan sesuatu yang dapat
memberikan manfaat atau bahkan hikmah bagi penulis, pembaca. Sehingga
teman-teman yang akan menjadi seorang guru profesional dibidang ilmu masing-
masing untuk memberi saran dan perbaikan terhadap makalah yang penulis buat
ini.
34
DAFTAR PUSTAKA
35