Anda di halaman 1dari 73

PROPOSAL PTK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA DENGAN


MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPS PADA
MATERI KIMIA UNSUR KELAS XII
DI SMA NEGERI 7 KOTA JAMBI.

Disusun Oleh :
1. Novela Melinda (A1C117007)
2. Yulinarti Choinirul Nisyah (A1C117025)
3. Hefty Juwita (A1C117053)
4. Oktora Oktaviani Sihaloho (RSA1C17010)

Dosen Pengampu :
Dra. M Dwi Wiwik Ernawati M.Kes
Prof. Dr. rer. nat. Rayandra Ansyhat M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan, pendidikan dan kualitas sumber daya manusia
berbanding lurus. Jika taraf pendidikan rendah, maka kualitas sumber daya
manusiapun rendah. Begitu juga sebaliknya jika taraf pendidikan tinggi, maka
kualitas sumber daya manusia tinggi. Pendidikan memiliki peranan yang sangat
penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dimana
peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan
proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Karena menyadari pentingnya
pendidikan dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka
diharapkan terdapat upaya mewujudkan hal tersebut melalui konsep pendidikan
yang terangkum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang pendidikan nasional yang
berdasarkan nilai – nilai pancasila. Berdasarkan undang-undang tersebut,
pendidikan merupakan proses belajar untuk mencapai tujuan, sehingga segala
sesuatu yang dilakukan guru dan peserta didik diarahkan pada pencapaian tujuan,
baik itu pembentukan sikap, pengembangan kecerdasan atau intelektual, serta
pengembangan keterampilan anak sesuai kebutuhan.
Selain itu, pendidikan harus berpusat kepada peserta didik yang diwujudkan
dalam proses pembelajaran. Pembelajaran dirancang untuk terciptannya aktivitas
belajar dalam diri individu yang lebih menekankan pada keaktifan peserta didik,
dalam hal ini pendidik hanya mengarahkan peserta didik untuk memperoleh dan
memproses pengetahuan, keterampilan, serta sikap. Pendidik merupakan salah
satu komponen yang terpenting dalam keberhasilan proses pendidikan. Oleh
karena itu, dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan seharusnya dimulai dari
pembenahan kemampuan pendidik. Salah satunya yaitu pendidik harus mampu
merencanakan sutau pembelajaran, baik itu dari metode serta pendekatan
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi pembelajaran yang akan
dicapai. Ketepatan dalam menggunakan pendekatan pembelajaran tidak hanya
membangkitkan motivasi, minat dan prestasi belajar tetapi juga meningkatkan
pemahaman peserta didik terhadap materi yang diberikan, sehingga terjadi
interaksi yang baik antara pendidik dengan peserta didik.
Interaksi dalam kegiatan belajar-mengajar yang baik dapat diwujudkan jika
dalam kegiatan tersebut terdapat pemaduan antara kegiatan mengajar (usaha
pendidik) dengan kegiatan belajar (tugas peserta didik) yang berfungsi dalam
mencapai tujuan pengajaran. Pembelajaran tidak hanya sekedar kegiatan
mentransfer pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik, tetapi bagaimana
peserta didik mampu memaknai apa yang dipelajari, sehingga perserta didik dapat
memporeh ilmu dalam jangka panjang. Setiap belajar melibatkan proses dimana
setiap siswa harus mengkonstrak dan mencari informasi sebanyak mungkin agar
proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Keberhasilan proses belajar
mengajar dapat diamati melalui suatu proses perubahan tingkah laku akibat dari
pengalaman, yang relatif menetap, menuju kebaikan, perubahan positif-kualitatif
(Suyono dan Hariyanto, 2014).
Dalam belajar melibatkan proses pembelajaran dimana dalam proses
pembelajaran siswa tidak hanya dituntut untuk menghafal suatu konsep atau
mengingat suatu materi saja. Namun, dalam proses pembelajaran diharapkan
siswa memiliki keterkaitan antar konsep, jika suatu konsep tidak dapat dipahami
dengan benar maka akan menghambat pemahaman konsep berikutnya. Untuk
memahami konsep dengan benar maka siswa perlu mengembangkan keterampilan
berpikir abstrak, kritis dan analitis. Keterampilan ini merupakan kemampuan
untuk berargumentasi.
Argumentasi adalah proses memperkuat suatu klaim melalui analisis
berpikir kritis berdasarkan dukungan bukti-bukti dan alasan yang logis. Bukti
bukti ini dapat mengandung fakta atau kodisi objektif yang dapat diterima suatu
kebenarannya. Argumentasi memainkan peran penting dalam mengembangkan
pola berpikir dan menambahkan pemahaman yang mendalam terhadap suatu
gagasan maupun ide. Menurut Siswanto, dkk (2014) keterampilan berargumentasi
berperan penting dalam membangun suatu eksplanasi, model, dan teori dari suatu
konsep yang dipelajari, karena dengan melatihkan keterampilan berargumentasi
berarti melatihkan kemampuan kognitif dan afektif yang dapat digunakan untuk
membantu pemahaman konsep Berdasarkan Toulmins’s Argumentation Pattern
(TPA) komponen utama dalam argumentasi kimia terdiri atas claim, evidence,
warrant, backing, qualifier, dan rebuttal. Pengertian dari masing–masing
komponen argumentasi. Toulmin telah disesuaikan McNeill & Krajcik (dalam
Robertshaw & Campebell 2013) dengan kemampuan siswa, yaitu: Claim
merupakan kemampuan siswa dalam memberikan pendapat berdasarkan informasi
yang dia peroleh atau argumentasi siswa dalam menjawab pertanyaan yang di
berikan. Evidence merupakan kemampuan siswa untuk menginformasikan apa
saja yang mereka ketahui. Warrant merupakan kemampuan siswa memberikan
dan menganalisis data, kemampuan memberikan pembenaran dimana siswa dapat
menghubungkan data dan klaim dengan menuliskan contoh, menuliskan apa saja
yang diketahui dalam soal matematis, menuliskan persamaan. Backing
merupakan kemampuan siswa dalam memberikan dukungan dimana siswa dapat
menjawab semua pertanyaan yang di minta oleh soal. Qualifier merupakan
kemampuan siswa dalam memberikan jawaban yang akurat sesuai dengan teori.
Rebuttal merupakan kemampuan siswa dalam membuat sanggahan terhadap
permasalahan dimana siswa harus menolak sebuah pernyataan yang di anggap
mereka salah.
Kemampuan argumentasi sangat penting untuk dilatihkan di dalam
pembelajaran kimia agar peserta didik memiliki nalar yang logis, pandangan yang
jelas dan penjelasan yang rasional dari hal-hal yang dipelajari. Selain itu,
kemampuan argumentasi dapat membekali peserta didik untuk memberikan
penjelasan terhadap fenomena kimia yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari
berdasarkan teori/konsep pada materi kimia. Materi kimia memiliki kesulitan pada
memahami istilah, kesulitan angka dan kesulitan memahami konsep kimia.
sehingga untuk mengatasi hal tersebut, pembelajaran kimia perlu ditunjukan
dalam bentuk yang lebih kongkrit. Sehingga siswa harus mengembangkan
kemampuan berpikir abstrak, kritis dan analisis yang merupakan kemampuan
untuk berargumentasi.
Kemampuan berargumentasi kimia dibutuhkan proses pembelajaran yang
melaksanakan kegiatan berbasis penemuan, sehingga proses pembelajaran
berlangsung menjadi lebih bermakana. Namun berdasarkan video yang telah
dianalisis, ditemukan bahwasanya siswa masih kurang aktif dalam memberikan
argumentasinya. Hal tersebut memperlihatkan bahwa kemampuan berargumentasi
siswa masih rendah dikarenakan siswa jarang dilatih dalam menemukan data
secara mandiri untuk membangun kemampuan berargumentasinya. Rendahnya
kemampuan argumentasi juga disebabkan oleh kurang tersedianya model
pembelajaran yang bertujuan untuk membangun keterampilan argumentasi kimia.
Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan suatu model
pembelajaran yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan argumentasi
kimia. Salah satu model pembelajaran kimia yang dipandang efektif dalam
meningkatkan kemampuan berargumentasi siswa yaitu model kooperatif kancing
gemerincing atau yang lebih dikenal dengan talking chips. Model ini pada
dasarnya adalah untuk menyalurkan pandangan ataupun pendapat siswa dalam
situasi pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif tipe talking chips merupakan salah satu tipe
model pembelajaran kooperatif yang masing-masing anggota kelompoknya
mendapat kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi mereka dan
mendengarkan pandangan serta pemikiran anggota kelompok lain. Model
kooperatif talking chips merupakan salah satu model pembelajaran yang
menyenangkan sebab model ini menuntut siswa mengeluarkan pendapat maupun
pandangannya dalam kelompoknya yang telah ditetapkan oleh guru secara
heterogen sehingga dapat meningkatkan kemampuan berargumentasi siswa.
Berdasarkan hasil jurnal penelitian Desi Kartila ,dkk (2016), bahwa terdapat
perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan teknik talking chips dengan
siswa yang diajar menggunakan pembelajaran konversional, dimana pembelajaran
talking chips memberikan pengaruh sebesar 23,57% terhadap peningkatan hasil
beljaran siswa dalam materi koloid kelas XI SMA Panca Bhakti Pontianak.
Penelitian lain juga dilakukan olen Andi Syukri Syamsuri dan Wahyuni (2018),
bahwa terdapat pengeruh yang segnifikan dalam penggunaan teknik talking chips
terhadap keaktifan berbicara siswa kelas X MIA 6 SMA Negeri 2 Bantaeng.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul : “ Upaya Meningkatkan Kemampuan Berargumentasi Siswa
Menggunakan Model Pembelajaran Koopertif Talking Chips Pada Materi Kimia
Unsur Kelas XII di SMA “
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan hasil analisi video yang telah
dikemukakan diatas, terdapat beberapa masalah yang muncul dalam kegiatan
belajar mengajar yang diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran
2. Tidak semua terlibat dalam proses pembelajaran
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, masalah yang akan dikaji dalam
proposal ini dibatasi pada peningkatan kemampuan berargumentasi siswa melalui
model pembelajaran kooperatif talking chips.
1.4 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam proposal ini adalah bagaimana upaya
meningkatkan kemampuan berargumentasi siswa kelas XII IPA di SMA Negeri 7
Kota Jambi. dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Talking Chips
dilihat bedasarkan penilain dalam proses pembelajaran.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana upaya
meningkatkan kemampuan berargumentasi siswa kelas XII IPA di SMA Negeri 7
Kota Jambi. dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Talking Chips
dilihat bedasarkan penilain dalam proses pembelajaran.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis yang akan diperoleh adalah :
1. Mendapatkan teori/penegtahuan dan pengalaman baru yang relevan dalam
upaya meningkatkan kemampuan berargumentasi siswa.
2. Sebagai dasar untuk mengembangkan dan melaksanakan penelitian lebih
lajut, baik untuk diri sendiri maupun guru kelas.
Hasil penelitian tindakan kelas ini akan memberikan manfaat yang berarti
bagi perseorangan atau institusi, seperti diuraikan berikut ini :
1. Bagi siswa
a. Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
b. Untuk meningkatkan kemampuan berargumentasi siswa
2. Bagi guru
a. Memberikan manfaat kepada guru dalam rangka mengembangkan dan
memperbarui cara mengajarnya untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran
b. Sebagai masukan bagi guru dalam rangka meningkatkan kualitas
proses belajar
c. Menemukan strategu untuk meningkatkan kamapuan berargumentasi
siswa
3. Bagi sekolah
a. Sebagai masukan dalam rangka memotivasi para guru untuk
meningkatkan kualitas proses pembelajaran
b. Sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk
meningkatkan mutu sekolah
4. Bagi peneliti
Dapat digunakan sebagai bahan rujukan yang dapat memberikan
manfaat dalam memperkuat landasan teori yang dibutuhkan dalam
penelitiannya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Belajar, Pembelajaran
2.1.1 Pengertian Belajar
Islam memandang umat manusia sebagai makhluk yang dilahirkan dalam
keadaan kosong, tidak berilmu pengetahuan.Akan tetapi, Tuhan memberi potensi
yang bersifat jasmaniah dan rohaniah untuk belajar dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan umat manusia itu sendiri.
Potensipotensi tersebut terdapat dalam organ-organ fisik dan psikis manusia yang
berfungsi sebagai alat-alat penting untuk kegiatan belajar.
Belajar sangat berperan penting dalam mempertahankan kehidupan
sekelompok bangsa ditengah-tengah persaingan yang semakin ketat diantara
bangsa-bangsa lainnya yang lebih dahulu maju. Secara psikologis, belajar
merupakan suatu proses perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu,
pengertian belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan adalah
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya
(Slameto, 2010).
Sebagian beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan
atau menghafalkan fakta-fakta dalam bentuk informasi/materi pelajaran
(Muhibbinsyah, 2013). Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara
seseorang dengan lingkungannya.Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja
dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah
adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh
terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan atau sikapnya.
Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada
disekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada
tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Sejalan dengan konsep
diatas tersebut menegaskan bahwa indikator belajar ditentukan oleh perubahan
dalam tingkah laku yang bersifat permanaen sebagai hasil dari pengalaman atau
latihan (Al-Tabany, 2015).
Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu usaha atau kegiatan yang
bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan
tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya.
Secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan tingkah laku
yang relatif menetap yang terjadi sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Artinya bahwa dalam belajar
terdapat tingkah laku yang mengalami perubahan sebagai akibat dari interaksi dan
pengalaman serta latihan, dan karena itu, perubahan tingkah laku yang disebabkan
bukan oleh latihan dan pengalaman tidak digolongkan sebagai belajar.Belajar
menyangkut perubahan dalam suatu organisme sebagai hasil pengalaman
(Dalyono, 2010).
Belajar berlangsung secara berkelanjutan, artinya bahwa belajar diarahkan
kepada adanya perubahan tingkah laku, proses perubahan tingkah laku dimulai
dari suatu yang tidak dikenal, kemudian dikuasai atau dimiliki serta dipergunakan.
Belajar juga sebagai suatu aktivitas yang berproses menuju kepada suatu
perubahan dan terjadi melalui tahapan-tahapan tertentu, tahapan-tahapan tersebut
dapat ditunjukan dalam bentuk perubahan kognitif, afektif, dan psikomotor
peserta didik.
Hakikat belajar apabila diintepretasikan mengandung pengertian bahwa
setelah belajar peserta didik yang pada mulanya tidak mengerti menjadi
mengerti.Peserta didik yang pada mulanya tidak memiliki kemampuan untuk
melakukan sesuatu menjadi mampu melakukannya, peserta didik yang semula
belum terampil menjadi terampil dan peserta didik yang tidak memiliki sikap
menjadi bersikap. Dengan demikian maka pada diri peserta didik akan terjadi
perubahan-perubahan yang sifatnya relatif permanen (Febriyanti, 2015).
Secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan tingkah
laku yang relatif menetap yang terjadi sebagai hasil pengalaman dan interaksi
dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Itu artinya bahwa dalam
belajar terdapat tingkah laku yang mengalami perubahan sebagai akibat dari
interaksi dan pengalaman serta latihan, dan karena itu, perubahan tingkah laku
yang disebabkan bukan oleh latihan dan pengalaman tidak digolongkan sebagai
belajar.Belajar menyangkut perubahan dalam suatu organisme sebagai hasil
pengalaman (Dalyono, 2010).
2.1.2 Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta
didik, dimana diantara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan
terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya (Al-Tabany,
2015). Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.Manusia terlibat dalam sistem
pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya (Oemar Hamalik, 1999).
Pembelajaran adalah suatu kegiatan di mana seorang tenaga pendidik
memberikan informasi atau ilmu kepada para peserta didiknya atau dapat kita
katakan bahwa pembelajaran ini merupakan sebuah alih atau transfer ilmu.
Pembelajaran sendiri saat ini yang diterapkan di sekolah yang ada di masyarakat
memang semakin bervariasi. Hal ini terjadi karena dorongan yang kuat untuk
memiliki atau menciptakan sebuah pembelajaran yang lebih baik dan efektif
sehingga akan mampu mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan hal tersebutlah maka yang
akhirnyamenjadi dasar pengembangan pendidikan melalui inovasi terhadap
kegiatan pembelajaran yang berlangsung di sekolah.
Proses pembelajaran saat ini terlihat aktivitas yang menonjol terjadi pada
peserta didik, guru lebih cenderung berperan sebagai fasilitator dan motivator,
dalam kegiatan ini guru berhadapan dengan peserta didik yang mempunyai
karakterisktik yang berbeda. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, sudah
banyak metode dan model yang diciptakan oleh pada ahli pendidikan dalam
melalukan pendekatan agar ketiga ranah yaitu kognitif, afektif, psikomotor dapat
tercapai secara utuh (Febriyanti, 2015).
Proses pembelajaran merupakan rangkaian kegiatan yang melibatkan
berbagai komponen. Adapun komponen-komonen pembelajaran yaitu: Guru,
siswa, kurikulum, metode, materi, alat pembelajaran dan evaluas (Sanjaya, 2008).
Dari semua komponen pembelajaran, antara komponen yang satu dengan yang
lain memiliki hubungan yang saling berkaitan. Guru sebagai ujung tombak
pelaksanaan pendidikan dilapangan sangat menentukan keberhasilan dalam
mencapai tujuan pendidikan.
Berdasarkan paparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
merupakan proses belajar mengajar seseorang yang menyebabkan terjadinya
perubahan didalam diri manusia. Apabila setelah melaksanakan pembelajaran
tidak terjadi perubahan didalam dirinya, maka tidak dapat dikatakan bahwa
seseorang telah melaksanakan proses belajar mengajar.
2.2 Pembelajaran Kooperatif
Model Pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan
prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuanbelajar. fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang
pengajaran dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Kerangka
konsepual ini memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan,
dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran (Al-Tabany, 2015).
Proses belajar mengajar melibatkan berbagai macam kegiatan yang harus
dilakukan, terutama jika menginginkan hasil yang optimal. Salah satu cara yang
dapat dipakai agar mendapatkan hasil optimal seperti yang diinginkan adalah
memberi tekanan dalam proses pembelajaran. Guru harus dapat menciptakan
kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, efektif dan menyenangkan bagi para
siswa. Dalam hal ini, guru harus dapat merancang suatu pendekatan pembelajaran
–baik dari segi metode maupun menyediakan media pembelajaran- yang dapat
menarik minat siswa, sehingga siswa dapat termotivasi untuk belajar di sekolah.
Pendekatan pembelajaran yang dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan
motivasi dan prestasi akademik siswa antara lain dengan menggunakan metode
pembelajaran kooperatif (cooperative learning) (Qudsyi et al., 2011).
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada
siswa (studend oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan
guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerjasama dengan orang lain
dan siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain. Pada model cooperative
learning siswa diberi kesempatan untuk berkomunikasi dan berinteraksi sosial
dengan temannya untuk mencapai tujuan pembelajaran, sementara guru bertindak
sebagai motivator dan fasilitator aktivitas siswa.Artinya dalam pembelajaran ini
kegiatan aktif dengan pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa dan mereka
bertanggung jawab atas hasil pembelajarannya (Emda, 2014).
Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang
bersifat heterogen (Rusman, 2012). Oleh karena itu, dalam model pembelajaran
kooperatif akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan
komunikasi yang dilakukan diantara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan
siswa dengan guru.
2.3 Model Pembelajaran Kooperatif TalkingChips
2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif TalkingChips
Menurut (Anita, 2008), model Pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips
pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992. Istilah
pembelajaran ini yaitu pembelajaran gotong royong, yang mana sistem
pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang berstruktur.
Model pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips adalah salah satu tipe
model pembelajaran kooperatif yang masing-masing anggota kelompoknya
mendapat kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi mereka dan
mendengarkan pandangan serta pemikiran anggota kelompok lain (Isjoni, 2014).
Teknik Talking Chips mempunyai dua proses yang penting, yaitu proses
sosial dan proses dalam penguasaan materi. Proses sosial berperan penting dalam
talking chips yang menuntut siswa untuk dapat bekerjasama dalam kelompoknya,
sehingga para siswa dapat membangun pengetahuan mereka di dalam suatu
bingkai sosial yaitu pada kelompoknya. Para siswa belajar untuk berdiskusi,
meringkas, memperjelas suatu gagasan, dan konsep materi yang mereka pelajari,
serta dapat memecahkan masalah-masalah. Teknik Talking Chips adalah teknik
pembelajaran yang menggunakan kartukartu (chips) sebagai syarat sebelum
memulai pembicaraan atau aktivitas belajar dalam kelompok. Dalam
pelaksanaannya setiap siswa di setiap kelompok diberikan dua kartu (chips). Jika
siswa melakukan aktivitas belajar seperti bertanya, menjawab pertanyaan,
mengemukakan pendapat dan aktivitas nyata lainnya, maka mereka wajib
menyerahkan salah satu kartu yang dimilikinya dan meletakkan kartu pada kotak
yang telah disediakan pada kelompok masing-masing (Kartilla, 2016).
2.3.2 Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif TalkingChips
Keunggulan teknik ini adalah untuk mengatasi hambatan pemerataan
kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok. Dalam diskusi kelompok
sering ada anggota yang terlalu dominan dan banyak bicara, sebaliknya ada juga
anggota kelompok yang pasif. Dalam situasi seperti ini, pemeratan tanggung
jawab dalam kelompok tidak bisa tercapai karena anggota kelompok yang pasif
terlalu menggantungkan diri pada rekannya yang dominan. Dengan menggunakan
tipe Talking Chips memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan kesempatan
yang sama untuk berperan serta dalam diskusi (Anita, 2008).
Menurut (Sri, 2008), berpendapat bahwa model Talking Chips bertujuan
tidak hanya sekedar penguasaan bahan pelajaran, tetapi adanya unsur kerjasama
untuk penguasaan materi tersebut. Ciri khas lainnya adalah Talking Chips
merupakan pembelajaran secara tim, maka tim merupakan tempat untuk mencapai
tujuan sehingga tim harus mampu membuat setiap mahasiswa belajar, dengan
demikian semua anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan
pembelajaran dengan berpartisipasi aktif memanfaatkan kartunya untuk
berpendapat dan berkomunikasi menjawab soal.
2.3.3 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif TalkingChips
Menurut (Warsono dan Hariyanto, 2013) ,langkah-langkah pelaksanaan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kartu-kartu ataukancing
2. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-6 orang
siswa dengan kemampuan yang berbeda(heterogen).
3. Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok untuk di diskusikan
bersama kelompoknya.
4. Sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap anggota kelompok diberi
sejumlah kartu / “chips” (biasanya dua sampai tigakartu).
5. Setiap kali salah seorang anggota kelompok menyampaikan pendapat dalam
diskusi, ia harus meletakkan satu kartunya ditengah kelompok. Setiap
anggota kelompok diperkenankan menambah pendapatnya sampai semua
kartu yang dimilikinyahabis.
6. Guru memberikan kesempatan kepada setiap siswa berlomba-lomba untuk
berkontribusi dalam diskusi tersebut seperti mengekspresikan keraguan,
menjawab pertanyaan, mengajukan pertanyaan, memberikan gagasan,
bertanya untuk klarifikasi/penjelasan, klarifikasi suatu gagasan, tanggapan
terhadap gagasan, membuat ringkasan, mendorong partisipasi, mengatakan
sesuatu yang positif terhadap gagasan seseorang dengan memegang
kartuberbicara.
7. Jika kartu yang dimilikinya habis, ia tidak boleh berbicara lagi sampai
semua anggota kelompoknya juga menghabiskan semua kartumereka.
8. Jika semua kartu telah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok
boleh mengambil kesempatan untuk membagi-bagi kartu lagi dan diskusi
dapat diteruskankembali.
9. Dengan demikian, semua siswa mendapat kesempatan yang sama dalam
mengungkapkan pendapatnya.

Tabel 2.1 : Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Talking Chips


menurut (Warsono dan Hariyanto, 2013).

No Fase-fase Perilaku Guru

Fase-1
1 Guru melakukan presentasi singkat
Menyajikan informasi
Guru membagi siswa dalam beberapa
kelompok dan menyuruh siswa memilih
Fase-2
keping bicara dan
2 Mengorganisasikan siswa
menempatkankepingberbicaratersebutdi
dalamkelompok
meja
Kelompoknya
Guru meminta salah satu siswa berbicara
Fase-3
3 terkait tugas
Membimbing siswa
yang diminta dalam keping bicara
Setelah selesai berbicara, siswa lain
memikirkan cara lain untuk
Fase-4 melanjutkan diskusi dan angkat bicara
4
Siswa berdiskusi terkait tugas yang diarahkan keping
bicarasampai semuasiswa
telah menggunakan keping bicara
Fase-5
5 Guru melakukan refleksi kelas
Melakukan evaluasi

2.4 Pembelajaran Kimia Unsur


2.4.1 Kelimpahan unsur-unsur di alam
Dari 118 unsur yang diketahui, sekitar 90 unsur berada di alam dan sisanya
merupakan unsur sintesis (unsur buatan). Sebagian dari unsur tersebut terdapat
sebagai unsur bebas, tetapi lebih banyak yang berupa senyawa. Sebagian besar
logam diperoleh dari deposit tanah, bahan-bahan alam yang mengandung unsur
atau senyawa tertentu disebut mineral. Mineral yang mengandung unsur atau
senyawa tertentu dengan konsentrasi cukup tinggi dan diolah agar bernilai
ekonomis disebut bijih.
Unsur-unsur di alam lebih banyak berupa senyawa dibandingkan dalam
keadaan bebas sesuai bentuk unsurnya. Unsur gas mulia terdapat dalam bentuk
bebas dan unsur gas mulia ditemukan dalam bentuk senyawa alami di alam.
Unsur-unsur gas mulia (helium, neon, kripton, xenon dan radon) termasuk dalam
90 jenis unsur yang terdapat di alam, sedangkan sisanya merupakan unsur buatan
seperti plutonium dan amerisium.
Beberapa unsur logam dapat ditemukan dalam keadaan bebas maupun
dalam bentuk senyawa seperti emas, perak, platina dan tembaga. Unsur nonlogam
juga ada dalam bentuk senyawa seperti oksigen, belerang, nitrogen, dan karbon.
Unsur-unsur yang paling melimpah di kulit bumi adalah oksigen, silikon dan
aluminium. Sumber komersial dari oksigen dan nitrogen adalah udara.
Kelimpahan unsur nitrogen dalam udara 78,09% dan oksigen 20,94% sedangkan
unsur lainnya kurang dari 1%. Beberapa unsur diperoleh dari air laut misalnya
natrium, klorin, magnesium dan bromin. Konsentrasi unsur terbesar dalam air laut
adalah klorida sebesar 18,980 g/kg air laut, kemudian diikuti unsur natirum
sebesar 10,556 g/kg air laut.
Pada umumnya unsur-unsur logam terkandung dalam batuan sebagai
senyawa yang disebut mineral bijih logam. Berbagai bijih logam tersebar di
seluruh Indonesia dan beberapa di antaranya tercantum dalam tabel dibawah ini.
Tabel 2.2 Beberapa Mineral Bijih Logam
Logam Mineral Rumus
Besi Hematite Fe2O3
Magnetit Fe2O4
Siderite FeCO3
Pirit FeS2
Nikel Pentlandit (FeNi)S
Garnerit H2(NiMg)SiO4.2H2O
Timah Kasiterit SnO2
Tembaga Kalkopirit CuFeS2

Untuk memperoleh logam-logam berat seperti besi, timah dan tembaga dari
bijihnya biasa dilakukan melalui langkah-langkah pemekatan, pengeringan,
pembakaran (untuk bijih yang bukan oksida), reduksi dan pemurnian. Aluminium
diperoleh melalui elektrolisis.
2.4.2 Sifat Fisis dan Sifat Kimia Unsur – Unsur
Penggunaan suatu unsur atau senyawanya selalu didasarkan pada sifat-sifat
unsur tersebut. Sifat fisik suatu unsur menyangkut wujud, kekerasan, warna, bau,
titik didih, jari-jari atom dan kalor jenis. Adapun sifat-sifat kimia suatu unsur
menyangkut kereaktifan, daya oksidasi- reduksi dan sifat asam basa. Sifat kimia
unsur dapat berkaitan dengan sifat fisiknya, misal kereaktifan unsur yang
dikaitkan dengan energi ionisasinya.
1. Gas Mulia.
Gas mulia dalam sistem periodik terdapat golongan VIIIA. Gas mulia
dahulu juga disebut golongan nol. Gas mulia terdiri atas unsur-unsur helium (He),
neon (Ne), argon (Ar), kripton (Kr), xenon (Xe) dan radon.
a. Sifat Fisis Gas Mulia
Beberapa data sifat sifat fisis gas mulia dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 2.3 Sifat Fisis Gas Mulia
Sifat He Ne Ar Kr Xe Rn
Nomor atom 2 10 18 36 54 86
Konfigurasi electron 2 28 288 2 8 18 2 8 18 2 8
8 18 8 18 32
18 8
Jari – jari atom 0,50 0,65 0,95 1,10 1,30 1,45
Titik leleh (0C) - - - - - -71
272,2 248,6 189,4 157,2 111,8
Titik didih (0C) - - - - - -62
268,9 246,0 185,9 153,4 108,1
Afinitas electron -48 -120 -96 -96 -77 -
Energy ionisasi 2640 2080 1520 1350 1170 1040
Keelektronegatifan - - - 3,1 2,4 2,1

Unsur-unsur gas mulia mengandung 8 elektron pada kulit terluarnya kecuali


He mengandung 2 elektron, energi ionisasinya sangat tinggi, akibatnya unsur-
unsur gas mulia sukar bereaksi dengan unsur-unsur lainnya, titik leleh dan titik
didihnya sangat rendah, namun baik titik leleh maupun titik didih semakin ke
bawah semakin tinggi, sesuai dengan semakin besarnya massa atom gas mulia,
molekul gas mulia monoatomik.
b. Sifat kimia gas mulia
Kereaktifan gas mulia sangat rendah, gas mulia bersifat inert/lembam atau
sukar beraksi. Hal ini berhubungan dengan konfigurasi elektron terluar dari gas
mulia yang stabil yaitu 8 elektron terluar kecuali helium. Kestabilan unsurunsur
gas mulia tercermin dari besarnya energi ionisasi (menunjukkan sukarnya
melepaskan elektron) dan rendahnya afinitas elektron (menunjukkan kecilnya
kecenderungan untuk menyerap elektron. Makin besar jari-jari atom gas mulia
makin besar keraktifannya.
2. Halogen
Halogen merupakan unsur-unsur nonlogam di mana terdapat dalam bentuk
molekul diatomik. Halogen berada pada golongan VIIA dalam sistem periodik.
Halogen berasal dari bahasa Yunani yang berarti “pembentuk garam” disebut
demikian karena unsur-unsur halogen dapat bereaksi dengan logam membentuk
garam
a. Sifat Fisis Halogen
Beberapa data sifat-sifat fisis halogen dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.4 Sifat Sifat Fisis Halogen
Sifat fisis Flour Klor Brom Iod Astatine
Nomor atom 9 17 35 53 85
Konfigurasi electron 27 287 2 8 18 2 8 18 2 8 18
7 18 7 32 18 7
Jari – jari atom 72 99 115 133 155
Titik leleh (0C) -220 -101 -7 114 302
Titik didih (0C) -188 -35 59 184 337
Afinitas electron -328 -349 -325 -295 -2
Energy ionisasi (Kj/ 1680 1250 1140 1008 912
Keeletronegatifan 4,0 3,0 2,8 2,5 2,2

Dari tabel di atas tampak bahwa titik leleh dan titik didih naik seiring
dengan bertambahnya nomor atom. Hal ini karena fakta menunjukkan bahwa
molekul-molekul yang lebih besar mempunyai gaya tarik menarik Van Der Waals
yang lebih besar daripada yang dimiliki molekul-molekul yang lebih kecil.
Kecuali gas mulia, halogen mempunyai energi ionisasi dan elektronegatifitas yang
paling tinggi dari golongan unsur manapun. Dari unsur golongan VIIA, fluor lah
yang paling erat mengikat elektron-elektronnya dan iod yang paling lemah.
Kecenderungan ini bisa dikaitkan dengan ukuran atom halogen.
b. Sifat Kimia
Kelarutan halogen dalam air, dari atas ke bawah dalam satu golongan
semakin kecil. Halogen dengan air akan mengalami peristiwa disproporsionasi
kecuali fluorin, karena fluorin hanya mempunyai 1 bilangan oksidasi. Unsur
halogen merupakan unsur yang reaktif. Unsur halogen memiliki tujuh elektron
valensi yang memudahkan halogen menarik elektron dan menjadikannya ion
negatif. Di antara kelima unsur halogen, fluorin adalah yang paling reaktif karena
ikatan F-F merupakan ikatan paling lemah di antara unsur halogen lainnya. Dalam
satu golongan semakin ke bawah, elektronegativitas unsur-unsur halogen semakin
kecil.
Ada dua jenis asam yang dibentuk oleh halogen, yaitu asam halida dan asam
oksihalida. Asam halida dalam satu golongan dari atas ke bawah, kekuatan asam
halida semakin besar sehingga molekul HX mudah putus dan mudah
menghasilkan ion H+ . Asam oksihalida adalah asam dengan bilangan oksidasi
(biloks) positif (+1, +3, +7) karena adanya oksigen di dalamnya. Biloks positif ini
tidak berlaku untuk F tetapi berlaku untuk Cl, Br, dan I. Hal ini karena semakin
banyak jumlah atom oksigen pada asam oksihalida, kekuatan asam semakin besar.
3. Alkali
Unsur logam alkali (IA) terdiri dari litium, natrium, kalium, rubidium,
sesium dan fransium. Unsur ini mempunyai energi ionisasi paling kecil karena
mempunyai konfigurasi ns1 . Oleh karena itu, unsur logam alkali mudah
melepaskan elektron dan merupakan reduktor paling kuat.
a. Sifat fisis logam alkali
Beberapa sifat fisis logam-logam alkali dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 2.5 Sifat – Sifat Fisis Logam Alkali
Sifat fisis Li Na K Rb Cs
Nomor atom 3 11 19 37 55
Konfigurasi electron 21 281 2881 2 8 18 2 8 18
81 18 8 1
Jari – jari atom 0,255 0,190 0,235 0,248 0,267
Titik leleh (0C) 179 97,6 63 39 28
Titik didih (0C) 1317 892 770 688 678
Afinitas electron 60,4 52,2 48,9 47,7 46,0
Energy ionisasi (Kl/mol) 520 496 419 403 375
Keelektronegatifan 1,0 0,9 0,8 0,8 0,7
Unsur alkali merupakan logam lunak, berwarna putih mengkilap, konduktor
yang baik dan mempunyai titik leleh yang rendah serta ditemukan dalam bentuk
garamnya. Unsur-unsur pada golongan ini mempunyai energi ionisasi dan
keelektronegatifan rata-rata yang paling rendah. Hal ini dikarenakan ukuran atom
dan jarak yang relatif besar antara elektron terluar dengan inti.
b. Sifat kimia logam alkali
Logam alkali termasuk logam yang sangat reaktif karena merupakan
pereduksi kuat. Ia mudah bereaksi dengan air, halogen, gas hidrogen, oksigen,
belerang dan nitrogen. Dalam satu golongan dari atas ke bawah, kecenderungan
logam alkali untuk menghasilkan senyawa peroksida atau superperoksida semakin
besar karena sifat unsurnya semakin reaktif.
Dalam satu golongan semakin ke bawah sifat logam alkali semakin kuat.
Oleh karena itu, sifat basa golongan alkali semakin ke bawah juga semakin besar.
Basa senyawa alkali semuanya mudah larut dalam air, kelarutannya dalam air
makin ke bawah semakin besar. Warna nyala logam alkali litium berwarna merah,
natrium warna kuning, kalium warna ungu, rubidium warna merah, cesium warna
biru.
4. Alkali tanah
Unsur-unsur logam alkali tanah (IIA) ini terdiri dari Be, Mg, Ca, Sr, Ba dan
Ra. Golongan ini mempunyai sifat-sifat yang mirip dengan golongan IA.
Perbedaannya adalah bahwa golongan IIA ini mempunyai konfigurasi elektron
ns2 dan merupakan reduktor yang kuat. Meskipun lebih keras dari golongan IA,
tetapi golongan IIA ini tetap relatif lunak, perak mengkilat, dan mempunyai titik
leleh dan kerapatan lebih tinggi.
a. Sifat fisik alkali tanah
Beberapa sifat fisis logam-logam alkali tanah dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 2.6 Sifat Sifat Fisis Logam Alkali Tanah
Sifat fisis Be Mg Ca Sr Ba
Nomor atom 4 12 20 38 56
Konfigurasi electron 22 282 2882 2 8 18 2 8 18
82 18 8 2
Jari – jari atom 0,89 1,36 1,74 1,91 1,98
Titik leleh (0C) 1287 650 842 777 727
Titik didih (0C) 2471 1090 1484 1382 1897
Afinitas electron 240 230 156 168 52
Energy ionisasi (Kl/mol) 899,9 737,7 589,8 549,5 502,9
Keelektronegatifan 1,5 1,2 1,0 1,0 0,9

Unsur-unsur logam alkali tanah selalu berwujud padat pada suhu ruangan.
Hal ini karena titik didih dan titik leleh alkali tanah lebih tinggi daripada suhu
ruangan. Logam alkali tanah bersifat lebih keras daripada logam alkali. Hal ini
disebabkan massa jenis logam alkali tanah lebih besar daripada kerapatan logam
alkali. Kekerasannya berkisar dari barium yang kira-kira sama keras dengan
timbal, sampai berilium yang cukup keras untuk menggores kebanyakan logam
lainnya. Golongan ini mempunyai struktur elektron yang sederhana, unsur-unsur
logam alkali tanah mempunyai 2 elektron yang relatif mudah dilepaskan. Selain
energi ionisasi yang relatif rendah, keelektronegatifan rata-rata golongan ini juga
rendah dikarenakan ukuran atomnya dan jarak yang relatif besar antara elektron
terluar dengan inti.
b. Sifat Kimia Alkali Tanah
Logam alkali tanah dalam satu golongan dari atas ke bawah sifat
pereduksinya semakin kuat. Sifat logam dan sifat basa dari berilium ke barium
semakin kuat. Semakin banyak basa terlarut, kemungkinan ionisasi membentuk
OH- makin besar sehingga basa semakin kuat. Jika logam alkali tanah dibakar,
maka akan muncul warna-warna yang khas dan menarik. Oleh karena itu banyak
dimanfaatkan untuk kembang api. Logam alkali tanah mengalami reaksi redoks
yang sama dengan logam alkali, hanya saja mereka melepaskan dua elektron,
logam alkali tanah cenderung kurang reaktif dibandingkan dengan logam alkali
karena energi ionisasinya lebih besar daripada logam alkali tanah.
2.4.3 Kegunaan unsure – unsure golongan utama
1. Gas mulia
a. Helium digunakan sebagai gas pengisi balon udara, serta sebagai
campuran oksigen untuk pernapasan para penyelam.
b. Neon digunakan dalam dunia reklame, selain itu neon juga digunakan
dalam peralatan elektronik seperti stabilizer tegangan dan tombol waktu
(alarm)
c. Argon berfungsi untuk mengisi bola lampu filament
d. Kripton digunakan sebagai gas pengisi lampu filamen sebagai ganti
argon karena lebih rendah daya hantar panasnya sehingga lebih efisien
e. Xenon digunakan sebagai gas pengisi lampu berfilamen karena daya
hantar panas lebih rendah. Xenon juga digunakan dalam proyektor film
sebagai pengisi lampu lucutan
f. Radon digunakan dalam pengobatan kanker dalam bentuk kapsul yang
berisi gas radon.
2. Halogen
a. Fluorin digunakan sebagai bahan pembuat teflon dan freon CCl2F2
b. Klorin untuk pemurnian air dan pemutih pada bubur kertas dan tekstil
c. Bromin sebagai bahan pembuat pewarna, etilena bromin, cairan
antiknocking bensin bertimbal (etil bromida) serta digunakan pada
bidang fotografi
d. Iodin sebagai antiseptic
3. Alkali
a. Natrium sebagai bahan baku pembuatan NaOH, dapat juga digunakan
sebagai pupuk, zat warna, dan soda kue
b. Kalium dapat digunakan sebagai pupuk, bahan pembuat sabun mandi,
dan obat penenang
4. Alkali tanah
a. Kalsium untuk perekat bangunan, pengatur pH pada pengolahan limbah
industry
b. Magnesium sebagai antasida, batu bata tahan panas dan lain-lain
c. Barium digunakan sebagai pemutih pada kertas (Utami et al., 2009).
2.5 Kemampuan Berargumentasi
2.5.1 Argumentasi
Argumentasi melatih siswa dalam menggunakan kemampuan berpikirnya.
Argumentasi memainkan peran penting dalam mengembangkan pola berpikir
kritis dan menambah pemahaman yang mendalam terhadap suatu gagasan
maupun ide. Argumentasi penting dikembangkan dalam pembelajaran biologi
karena mampu meningkatkan pemikiran untuk menguji pemahaman siswa.
Argumentasi memuat tiga aspek meliputi claim, evidence, dan reasoning.
Claim merupakan pernyataan yang menjawab permasalahan. Evidence merupakan
data ilmiah yang mendukung suatu pernyataan. Reasoning merupakan suatu
alasan atau pembenaran yang menghubungkan pernyataan dengan bukti.
Penyebab kemampuan argumentasi siswa masih rendah adalah proses
pembelajaran yang kurang memaksimalkan siswa dalam berargumentasi. Aspek-
aspek dalam argumentasi dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran yang
tepat (Pritasari, A. C., 2016).
Menurut (Pritasari, A. C., 2016),komponen argumentasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah komponen argumentasi antara lain: claim, evidence,
reasoning dan rebuttal.
1. Claim
Claim yang merupakan pernyataan muncul pada fase meeting the problem
dan problem analysis and learning issues. Pada fase meeting the problem, claim
muncul untuk mengawali pembelajaran. Dalam fase ini pernyataan berupa
masalah muncul dari pemikiran setiap siswa. Pada fase problem analysis and
learning issues siswa membuat daftar berupa pernyataan mengenai identifikasi
masalah, rumusan masalah, serta analisis masalah.
2. Evidence
Evidence merupakan data ilmiah yang mendukung suatu pernyataan. Dalam
problem based learning, penggunaan data sebagai bukti berkembang pada fase
discovery and reporting. Dalam fase ini siswa berdiskusi terkait daftar
permasalahan dan mencari bukti yang mendukung pernyataan awal terkait
masalah. Semua informasi yang masing-masing individu peroleh didiskusikan
untuk menentukan informasi yang tepat digunakan sebagai data pendukung.
3. Reasoning
Reasoning sebagai pembenaran terkait pernyataan dan bukti yang digunakan
berkembang dalam fase solution presentation and reflection.. Siswa dalam
kelompok melaporkan dan menyajikan solusi hasil diskusi. Selama presentasi
siswa memberi penjelasan terkait solusi permasalahan hasil diskusi. Kemampuan
menjelaskan dan memberi pembenaran berdasarkan pernyataan yang didukung
oleh data merupakan bagian dari kemampuan menciptakan argumen.
4. Integration, overview and evaluation.
Integration overview and evaluation adalah menggabungkan pengetahuan
sebelum dan sesudah penyelesaian masalah. Overview berupa menarik
kesimpulan tentang tujuan pembelajaran yang telah dicapai. Evaluation adalah
mengevaluasi pembelajaran yang telah dilakukan. Pada fase ini claim muncul
dalam bentuk pernyataan berupa kesimpulan atau keputusan. Kesimpulan
didukung oleh evidence atau bukti yang kuat. Reasoning juga muncul berupa
analisis yang memberi pembenaran terkait kesimpulan atau keputusan yang
dibuat. Keputusan yang berupa sebuah pernyataan dengan didukung bukti dan
hasil analisis merupakan dasar suatu argumen.
2.5.2. Kemampuan Argumentasi
Kemampuan argumentasi menjadi salah satu tujuan utama pembelajaran
sains karena siswa yang belajar sains harus mengetahui penjelasan ilmiah
mengenai fenomena alam, menggunakannya untuk memecahkan masalah dan
mampu memahami temuan lain yang mereka dapatkan. Selain itu mereka harus
memahami karakter pengetahuan ilmiah yang selalu berkembang dari waktu ke
waktu. Siswa yang mengerti sains secara utuh harus dapat memahami bahasa
sains dan berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan ilmiah seperti observasi dan
argumentasi.
Keterampilan argumentasi adalah keterampilan seseorang untuk
melakukan proses penyusunan sebuah pernyataan yang disertai dengan bukti dan
alasan yang logis dengan tujuan untuk membenarkan keyakinan, sikap atau suatu
nilai, mempertahankannya, dan mempengaruhi orang lain. Keterampilan
argumentasi merupakan keterampilan dasar yang paling fundamental dalam ilmu
pengetahuan. Melalui argumentasi seseorang dapat menunjukkan pernyataan-
pernyataan atau teori-teori yang dikemukakan benar atau tidak dengan mengacu
pada fakta atau bukti-bukti yang ditunjukkan. Selain itu, keterampilan
argumentasi dapat mengembangkan keterampilan berpikir. Keterampilan berpikir
yang dapat dikembangkan melalui kegiatan berargumentasi adalah keterampilan
berpikir kritis. Keterampilan argumentasi memainkan peran penting dalam
mengembangkan pola berpikir kritis dan menambah pemahaman yang mendalam
terhadap suatu gagasan maupun ide. Argumen dalam berpikir kritis merujuk pada
proporsi dengan bukti pendukung dan penalaran. Melalui keterampilan
argumentasi siswa melakukan proses berpikir dan berinteraksi sosial untuk
membangun dan mengevaluasi argumen lain (Amielia, S. D., 2017).
Argumentasi dapat membantu siswa untuk mencapai beberapa tujuan
pembelajaran. Pertama, argumentasi melibatkan elaborasi, penalaran, dan refleksi.
Aktivitas ini menunjukkan pembelajaran konseptual lebih dalam. Kedua, dengan
melibatkan argumentasi membantu siswa belajar tentang struktur argumentatif.
Ketiga, argumentasi dibentuk secara kolaborasi, sehingga membantu
mengembangkan kesadaran soosial dan keterampilan kolaborasi secara umum.
Keempat, pada sekumpulan orang di tempat kerja, rumah atau di lingkungan
masyarakat sering terlibat dalam sebuah argumentasi dan dengan membiasakan
dalam pembelajaran merupakan cara efektif untuk mempersiapkan siswa untuk
beropini dengan pengetahuannya. Oleh karena itu, tujuan pembelajaran sains tidak
hanya memahirkan konsep sains namun juga belajar bagaimana membentuk
keterampilan argumentasi dalam pembelajan sains.
Struktur Argumen
Argumen adalah sebuah pernyataan yang disertai dengan pembenaran.
dihasilkan melalui proses argumentasi dan dinyatakan dalam dialog ataupun
tulisan. Melalui buku The Uses of Argument, Toulmin mendefinisikan argumen
dan mengklasifikasikan struktur yang terdapat pada sebuah argumen (Toulmin,
2003) seperti pada gambar 1.

Argumen dapat mengilustrasikan struktur sebuah argumen yang


menghubungkan sebuah claim (pernyataan), data yang mendukung pernyataan,
warrant yang menyediakan hubungan antara data dan claim, backing yang
memperkuat warrant, dan akhirnya rebuttal merupakan sanggahan dari sebuah
claim. Secara spesifik, Toulmin mendefinisikan sebuah claim merupakan
pernyataan mengemukakan untuk diterima. Data merupakan bukti yang
mendukung pernyataan. Backing merupakan teori dasar yang membangun
kepercayaan pada pernyataan. Rebuttal merupakan kondisi pengecualian atau
bantahan dari argument (Hendri, S., & Defianti, 2015).
2.6 Kajian Penelitian yang Relevan
Nama
Judul Metode Hasil
Peneliti
Lailatul Peningkatan Penelitian Hasil penelitian
Nurul Ayni Keterampilan Tindakan menunjukkan bahwa
Berbicara Materi Kelas penerapan metode
Memberikan talkingchips,memberikan
Tanggapan Disertai tanggapan disertai alasan
Alasan Melalui dalam meningkatkan
Metode TalkingChips keterampilan berbicara
Pada Siswa Kelas Via siswa kelas VIA MI
Mi Badrussalam Kali Badrussalam Kali Kendal
Kendal Surabaya Surabaya berjalan dengan
baik. Siklus I diperoleh
nilai rata-rata kelas sebesar
78 dan hasil persentase
ketuntasan belajar siswa
adalah 68% (cukup). Hasil
tersebut menunjukkan
bahwa padasiklus I, siswa
belum memenuhi kriteria
persentase ketuntasan hasil
belajar yang telah
ditentukan. Hal tersebut
mendorong peneliti untuk
melakukan perbaikan pada
siklus II, hasil nilai rata-
rata kelas dan ketuntasan
keterampilan berbicara
siswa meningkat, yakni
nilai rata-rata siswa
menjadi 81 dan persentase
ketuntasan belajar siswa
menjadi 88% (tinggi).
Melia Penerapan Model Penelitian Hasil penelitian
SeptianiHeri Pembelajaran tindakan menunjukkan bahwa
yaman Kooperatif Tipe kelas penerapan model
TalkingChips Dalam pembelajaran kooperatif
Pembelajaran Tematik tipe talkingchips terbukti
Untuk Meningkatkan dapat meningkatkan
Kemampuan kemampuan komunikasi
Komunikasi Siswa Di interpersonal siswa di kelas
Kelas Ii A Min 1 II-A MIN 1 Tangerang
Tangerang Selatan Selatan. Hal ini dapat
dilihat dari analisis data
siklus I pertemuan 1
sebesar 60% dari jumlah
siswa, pertemuan 2 sebesar
68%. Maka dapat
disimpulkan rata-rata
perolehan data kemampuan
komunikasi siswa pada
siklus I adalah 64,5% dari
jumlah siswa. Pada siklus II
perolehan dari hasil analisis
data pada pertemuan 1
yaitu sebesar 79% dari
jumlah peserta didik dan
pertemuan 2 sebesar 86%
dari jumlah peserta didik.
Maka dapat disimpulkan
rata-rata perolehan data
kemampuan komunikasi
interpersonal siswa pada
siklus II adalah 82,5% dari
jumlah siswa.

2.7 Kerangka Berpikir


Siswa perlu dalam meningkatkan keaktifan verbalnya di kelas. Salah satu
cara untuk meningkatkan keaktifan siswa yaitu dengan melatih kemampuan
argumentasi peserta didik. Siswa perlu dalam meningkatkan keaktifan verbalnya
di kelas. Salah satu cara untuk meningkatkan keaktifan siswa yaitu dengan
melatih kemampuan argumentasi peserta didik. Argumentasi merupakan usaha
yang dilakukan seseorang dalam menyampaikan suatu pendapat yang disertai
fakta yang menguatkan pendapat tersebut. Namun, dalam video pembelajaran
yang kami analisis kelas kurang aktif dan tidak semua siswa berpartisipasi dalam
proses pembelajaran. Guru sebagai pembimbing dan fasilitator perlu
mendampingi siswa dalam setiap aktivitas belajarnya untuk dapat membantu
siswa dalam membangun sebuah konsep. Salah satu model pembelajaran yang
dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berargumentasi siswa adalah
model pembelajaran kooperatif Talking Chips.
Model pembelajaran kooperatif tipe talking chips merupakan salah satu tipe
model pembelajaran kooperatif yang masing-masing anggota kelompoknya
mendapat kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi mereka dan
mendengarkan pandangan serta pemikiran anggota kelompok lain. Model
kooperatif talking chips merupakan salah satu model pembelajaran yang
menyenangkan sebab model ini menuntut siswa mengeluarkan pendapat maupun
pandangannya dalam kelompoknya yang telah ditetapkan oleh guru secara
heterogen sehingga dapat meningkatkan kemampuan berargumentasi siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang menggunakan satu
kelas. Pada penelitian ini dilakukan pengujian untuk mengetahui pengaruh
kemampuan argumentasi terhadap hasil belajar siswa SMA Negeri 7 Kota Jambi.

Menggunakan model pembelajaran kooperatif


Talking Chips diharapkan dapat meningkatkan
kemamouan berargumentasi siswa

Meningkatkan Kemampuan Berargumentasi Siswa Dengan Menggunakan


Model Pembelajaran Talking Chips Pada Materi Kimia Unsur Kelas Xii
Di Sma Negeri 7 Kota Jambi.

PTK

Hasil penelitian

Implikasi terhadap Proses Belajar

Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman secara Nyata

Skema kerangka berpikir

2.8 Hipotesis Penelitian


Berlandaskan kerangka pikir yang telah diuraikan, hipotesis penelitian ini
Adalah meningkatkan kemampuan berargumentasi siswa dengan menggunakan
model pembelajaran talking chips pada materi kimia unsur kelas xii di Sma
Negeri 7 Kota Jambi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini sifatnya berbasis kelas, karena
dilakukan dengan melibatkan komponen yang terdapat di dalam proses belajar mengajar di
dalam kelas, materi pelajaran, dan metode pembelajaran. Menurut pendapat Sanjaya dalam
Susetyo (2010:89) menjelaskan penelitian tindakan kelas diartikan sebagai proses pengkajian
masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan
masalah dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta
menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut.
Trianto (2012:14) mengatakan PTK merupakan salah satu bentuk penelitian kualitatif
yang dilakukan oleh seseorang secara individual atau kolektif, yang bertujuan untuk
mengubah atau memperbaiki berbagai hal tentang permasalahan yang mendesak dalam suatu
komunitas atau kelompok tersebut. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
PTK merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang bertujuan untuk
memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah
3.2 Tempat danWaktuPenelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 7 Kota Jambi yang beralamat di Jl. KH. M.
Zuhdi Kecamatan Danau Teluk, Kota Jambi. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan
April- Mei tahun ajaran 2019/2020 dengan jumlah siklus minimum, 2 siklus.
3.3 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK).
Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan terhadapkegiatan belajar
berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam kelas secara bersama.
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui dua siklus untuk melihat peningkatan
aktivitas, respon siswa dan hasil belajar siswa selama mengikuti proses belajar mengajar
pada materi asam basa dikelas dengan menggunakan model Talking Chips. Penelitian tidakan
kelas (PTK) terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang.
Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus, yaitu (a) perencanaan, (b) tindakan, (c)
pengamatan, (d) refleksi.
Pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus pertama yang terdiri dari empat kegiatan.
Pelaksanaan siklus pertama, apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari
tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama tersebut, guru bersama peneliti menentukan
rancangan untuk siklus kedua. Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang
sama dengan kegiatan sebelumnya yaitu siklus pertama apabila ditunjukan untuk
mengulangi kesuksesan atau untuk menyakinkan/menguatkan hasil. Umumnya kegiatan yang
dilakukan pada siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari tindakan
terdahulu yangtentu saja ditujukan untuk memperbaiki berbagai hambatan atau kesulitan
yang ditemukan dalam siklus pertama. Rancangan untuk siklus kedua guru dapat melanjutkan
dengan tahapan-tahapan kegiatan seperti pada siklus pertama.Rancangan penelitian tindakan
kelas (PTK) yang digunakan pada penelitian ini adalah model Kemmis, yang terdiri atas 4
tahap penelitian yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Dalam penelitian ini akan dilakukan tiga siklus, dimana tiap siklus terdiri dari
beberapa tahap yaitu : tahap perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action),
observasi atau pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Alur dalam penelitian
tindakan kelas adalah sebagai berikut :

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

SIKLUS III
Gambar 2. Alur Penelitian Tindakan Kelas

PTK dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang yang didalamnya terdapat empat
tahapan, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting),pengamatan (observing), refleksi
(reflecting). Adapun penjelasan masing - masing tahap adalah sebagai berikut :
4.3.1 Siklus I
1. Perencanaan
Tahapan ini berupa menyusun rancangan tindakan yang menjelaskantentang apa,
mengapa, kapan, dimana, dan bagaimana tindakan tersebut akandilakukan.Adapun rencana
yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
a. Menetapkan materi yang akan diajarkan.
b. Menyusun RPP untuk masing-masing siklus.
c. Membuat lembar kerja siswa (LKS) pada tiap RPP.
d. Menyusun alat evaluasi yang berupa :
1) Lembar observasi aktivitas guru dan siswa selama berlangsungnyaproses
pelaksanaan pada masing-masing siklus.
2) Soal-soal yang akan diberikan setelah pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
pada masing-masing siklus.
e. Menunjuk obsever (pengamat).
f. Melakukan pelatihan guru untuk mengajar saat penelitian.
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pihak yangmelakukan
tindakan (peneliti), sedangkan yang bertindak sebagai pengamatadalah guru kelas dan teman
sejawat
2. Pelaksanaan
Tahap kedua pelaksanaan, yaitu penerapan isi rancangan atau melaksanakan rencana
didalam kelas. Langkah awal yang dilakukan olehpeneliti adalah melaksanakan pembelajaran
siklus pertama sesuai dengan yang sudah direncanakan dalam RPP. Pada masing-masing
siklus diberikan testuntuk melihat ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa, dan jika
belumberhasil atau belum terlihat adanya peningkatan, peneliti dapat melaksanakan
pembelajaran siklus kedua dan siklus-siklus seterusnya, sehingga mencapaiketuntasan dalam
penelitian.
3. Pengamatan
Pada tahap ini pengamat mengamati setiap kegiatan yang dilakukan olehpeneliti ketika
proses pelaksanaan tindakan berlangsung. Sambil melakukanpengamatan ini, pengamat
mengisi lembar kemampuan guru dan siswa padaproses kegiatan belajar mengajar yaitu
tentang kemampuan guru dalammengelola pembelajaran dan kemampuan siswa dalam
berargumentasi padatema makananku sehat dan bergizi, melalui metode debat aktif
menggunakanmedia animasi gambar.Pengamatan dilakukan oleh dua orang yaitu gurubidang
studi dan teman sejawat.
4. Refleksi
Refleksi adalah kegiatan merenungkan atau mengemukakan kembali apa yang telah
dilakukan peneliti. Refleksi bisa juga dikatakan dengan suatuupaya untuk mengkaji apa yang
telah terjadi. Refleksi dilakukan secarakolaboratif yaitu adanya diskusi antara guru dengan
pengamat. Dengandemikian, refleksi dapat ditentukan setelah pelaksanaan tindakan
selesaidilakukan.Refleksi dilakukan untuk melihat kemajuan yang diperoleh dankekurangan-
kekurangan yang harus diperbaiki ataupun hambatan-hambatan. yang harus dihadapi pada
siklus selanjutnya.Peneliti mencatat semua masukandan saran dari pengamat untuk perbaikan
pada siklus selanjutnya.Dengandemikian, refleksi dapat diartikan dengan kegiatan pengkajian
terhadapkeberhasilan atau kegagalan dalam suatu tindakan yang telah dlakukan, dandengan
adanya refleksi ini suatu perbaikan tindakan selanjutnya ditentukandan dilaksanakan.
4.3.2 Siklus II
Siklus II dilaksanakan dengan melakukan berdasarkan refleksi siklus I. hasil yang
diperoleh dari siklus II dianalisis dan digunakan untuk mengukur keberhasilan pelaksaan
sikulus II. Kelemahan pada siklus II dipelajari untuk memecahkan tindakan pada siklus III.
4.3.3 Siklus III
Siklus III dilaksanakan dengan melakukan perubahan berdasarkan refleksi siklus II.
Hasil yang diperoleh dari siklus III akan dianalisis dan digunakan untuk melihat sejauh mana
penerapan model Talking Chips dapat meningkatkan kemampuan argumentasi siswadi kelas
XII IPA SMA Negeri 7 Kota Jambi.
3.4 Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 7 Kota Jambi. Subjek penelitian merupakan
orang yang akan diteliti dalam penelitian. Adapun yang menjadi subjek penelitian disini
adalah siswa kelas SMA Negeri 7 Kota Jambi, tahun ajaran 2019/2020 yang berjumlah 20
orang.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
3.5.1 Instrumen Tes
Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal pilihan ganda dan essai untuk
mengetahui kemampuan kognitif yang dimiliki siswa.
3.5.2 Instrumen Nontes
Instrumen nontest yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar observasi dan
dokumentasi. Lembar observasi adalah alat penilaian yang digunakan untuk mengukur
tingkah laku individu maupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik
dalam situasi sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Lembar observasi pada penelitian ini
dibagi menjadi dua kategori yaitu:
1. Lembar observasi untuk aktivitas guru
Lembar observasi ini untuk mengamati guru saat pembelajaran melalui pembelajaran
berbasis masalah dalam kemampuan menulis paragraph argumentasi.
2. Lembar observasi untuk aktivitas siswa
Lembar aktivitas siswa digunakan untuk melihat aktivitas siswa selamaproses
pembelajaran berlangsung melalui pembelajaran berbasis masalah dalam kemampuan
menulis paragraf argumentasi. Sama seperti observasiguru, yang menjadi observernya yaitu
peneliti dan teman sejawat.
3.6 Pengambilan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara, yaitu sebagai berikut.
3.6.1 Observasi
Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan dan pencatatan pelaksanaan
pembelajaran dan partisipasi siswa di kelas dengan menggunakan lembar observasi. Pada
penelitian ini yang diobservasi adalah aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran menulis
paragraph argumentasi melalui pembelajaran berbasis masalah.
3.6.2 Tes
Tes menulis paragraf argumentasi dilaksanakan sesudah implementasi tindakan dengan
menerapkan pembelajaran berbasis masalah untuk mengukur keterampilan siswa dalam
menulis paragraf argumentasi.
3.7 Analisis Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data
deskriptif, yaitu mendeskriptifkan data yang diperoleh dari sumber data melalui pengambilan
tes dan observasi aktivitas. Rumus yang digunakan untuk perhitungan pengolahan data dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
3.7.1 Data Tes
Data berupa tes, dihitung nilainya untuk menentukan rata-rata hasil belajar siswa yaitu :
1. Nilai Rata – rata
∑𝑥
𝑋=
𝑁
Keterangan :
X = rata – rata (mean)
∑ 𝑥 = jumlah nilai
𝑁 = jumlah siswa
2. Daya Serap Klasikal
𝑁𝑠
𝐷𝑠 = 𝑥 100%
𝑆 𝑥 𝑁𝑖
Keterangan :
Ds = daya serap
Ns = jumlah nilai yang diperoleh seluruh siswa
Ni = nilai ideal (100)
S = jumlah peserta test
Daya serap dikatakan meningkat apabila daya serap siswa pada siklus II lebih besar
daripada siklus I dan daya serap siswa pada siklus III lebih besar daripada siklus II
(DS3>DS2>DS1).
3. Ketuntasan Belajar Secara Klasikal
𝑁
𝐾𝑏 = 𝑥 100%
𝑆
Keterangan :
Kb = ketuntasan belajar secara klasikal
N = jumah siswa untuk yang nilainya > 75 untuk ranah kognitif
S = Jumlah siswa
3.7.2 Data Obeservasi
Data hasil observasi dengan menggunakan lembar observasi guru dan siswa untuk
setiap aspek yang diamati dan diolah dengan ketentuan sebagai berikut :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟
1. Rata – rata skor = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑒𝑟

2. Skor tertinggi = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟


3. Skor terendah = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖−𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
4. Kisaran nilai untuk tiap kriteria = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖

a. Lembar Observasi Guru


Lembar observasi aktivitas guru berjumlah 12 butir obesrvasi, skor tertinggi tiap butir
observasi adalah 4, dan terendah adalah 1, maka :
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟
= 12 𝑥 4 = 48
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟
= 12 𝑥 1 = 12
Sehingga
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖
48 − 12
=
3
= 12
No Kriteria Penilaian Interval Penilaian
1. Kurang 12 – 24
2. Cukup 25 – 36
3. Baik 37 – 48

b. Lembar Observasi siswa


Lembar observasi aktivitas siswa berjumlah 12 butir obesrvasi, skor tertinggi tiap
butir observasi adalah 4, dan terendah adalah 1, maka :
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟
= 12 𝑥 4 = 48
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟
= 12 𝑥 1 = 12
Sehingga
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖
48 − 12
=
3
= 12
No Kriteria Penilaian Interval Penilaian
1. Kurang 12 – 24
2. Cukup 25 – 36
3. Baik 34 – 48
3.7.3 Indikator Keberhasilan
1. Daya serap telah mencapai ketuntasan belajar
2. Telah dicapai ketuntasan belajar apabila 85% siswa mendapat > 75
3. Aktivitas siswa mencapai kriteria baik
4. Aktivitas guru mencapai kriteria baik
DAFTAR PUSTAKA
Al-Tabany, T. I. B. (2015). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan
Kontekstual : Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum
2013(Kurikulum Tematik Integratif/TKI. In Kencana Prenada Media.
Amielia, S. D., et all. (2017). Profil Keterampilanargumentasi Siswa SMA Negeri 5
Surakarta. Seminar Nasional Pendidikan Sains II UKSW 2017.
Anita, L. (2008). Cooperative Learning : Memprakktikan Cooperative Learning Di Ruang-
Ruang Kelas. In Cooperative Learning : Memprakktikan Cooperative Learning Di
Ruang-Ruang Kelas. PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia.
Dalyono. (2010). Bab I-Iii. In Psikologi Pendidikan.
https://doi.org/10.1016/j.ceramint.2017.09.172
Emda, A. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS DI SMA NEGERI 12
BANDA ACEH. Lantanida Journal. https://doi.org/10.22373/lj.v2i1.663
Febriyanti, C. (2015). Pengaruh Bentuk Umpan Balik dan Gaya Kognitif terhadap Hasil
Belajara Trigonometri. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA.
https://doi.org/10.30998/formatif.v3i3.125
Hendri, S., & Defianti, A. (2015). Membentuk Keterampilan Argumentasi Siswa Melalui Isu
Social Ilmiah dalam Pembelajaran Sains. Prosiding Symposium Nasional Inovasi Dan
Pembelajaran Sains.
Isjoni. (2014). Cooperative Learning efektifitas pembelajaran kelompok. In Bandung:
Alfabeta. https://doi.org/10.1038/nmeth.2839.A
Kartilla, D. (2016). Pengaruh Teknik Talking Chips Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar
Materi Koloid Di SMA Phanca Bakti. Prodi Kimia FKIP Untan, 1–10.
Muhibbinsyah. (2013). Psikologi Pendidikan. In Psikologi Pendidikan. PT Remaja
Rosdakarya.
Oemar Hamalik. (1999). Kurikulum dan Pembelajaran. In Yayasan Kesuma Karya.
Pritasari, A. C., & dkk. (2016). Peningkatan Kemampuan Argumentasi melalui Penerapan
Model Problem Based Learning pada Siswa Kelas X MIA 1 SMA Batik 2 Surakarta
Tahun Pelajaran 2014/2015. Jurnal Pendidikan Biologi, 8(1), 1–7.
Qudsyi, H., Indriaty, L., Herawaty, Y., & Khaliq, I. (2011). Pengaruh metode pembelajaran
kooperatif dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa SMA. Proyeksi.
Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. In
Jakarta: Rajawali Pers.
Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan pembelajaran: teori dan praktik pengembangan
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. In Belajar dan Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta.
Sri, U. (2008). Penerapan Model Talking Chips Dalam Pembelajaran Kooperatif Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Profesi Kependidikan II. Artikel Penelitian, 1.
Toulmin, S. E. (2003). The Uses of Argument. In The Uses of Argument.
https://doi.org/10.1017/cbo9780511840005
Utami, B., Nugroho, A., & Mahardiani, L. (2009). kimia untuk SMA Kelas XII. In budi
utami. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Warsono dan Hariyanto. (2013). Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen. In Remaja
Rosdakarya Offset.
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

Sekolah : SMA/MA
Mata pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XII/1
Materi Pokok : Kimia Unsur
Alokasi Waktu : 9 x 45 menit (3x pertemuan)

A. Kompetensi Inti
KI 1: Menghayati danmengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2: Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja
sama, toleran, damai), santun, responsif, dan proaktif sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3: Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4: Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya disekolah secara mandiri serta
bertindak secara efektif dan kreatif, danmampu menggunakan metoda sesuai kaidah
keilmuan.

B. Kompetensi Dasar
3.1. Mengidentifikasi kelimpahan unsur-unsur utama dan transisi di alam dan produk yang
mengandung unsur tersebut.
3.2 Mendeskripsikan kecenderungan sifat fisik dan kimia unsur utama dan unsur transisi
(titik didih, titik leleh, kekerasan, warna, kelarutan, kereaktifan, dan sifat khusus
lainnya).
3.3 Menjelaskan manfaat, dampak dan proses pembuatan unsur-unsur dan senyawanya
dalam kehidupan sehari-hari.

C. Indikator Pencapaian Kompetensi


1. Mengidentifikasi keberadaan unsur-unsur yang ada di alam terutama di Indonesia (gas
mulia, halogen, alkali, alkali tanah, aluminium, karbon, silikon, belerang, krom,
tembaga, seng, besi, oksigen dan nitrogen).
2. Mengidentifikasi produk-produk yang mengandung zat tersebut.
3. Mengidentifikasi sifat-sifat fisik unsur utama dan unsur transisi (titik didih, titik leleh,
kekerasan, warna, kelarutan dan sifat khusus lainnya).
4. Mengidentifikasi sifat-sifat kimia ( kereaktifan, kelarutan) melalui percobaan.
5. Mengidentifikasi daya pengoksidasi halogen dan daya pereduksi halide melalui
percobaan.
6. Mengidentifikasi reaksi nyala senyawa logam (terutama alkali dan alkali tanah)
melalui percobaan.
7. Mengidentifikasi keteraturan sifat fisik dan sifat kimia unsur-unsur periode ke tiga
melalui percobaan.
8. Menjelaskan manfaat dan dampak unsur-unsur (seperti gas mulia, halogen, alkali, alkali
tanah, aluminium, karbon, silikon, belerang, krom, tembaga, seng, besi, oksigen dan
nitrogen) serta senyawanya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
9. Menjelaskan pembuatan unsur dan senyawanya di laboratorium dan industri
(misalnya H2SO4, N2, Fe, Al, NH3 dan O2).
10. Menentukan komposisi unsur dalam pupuk.

D. Tujuan Pembelajaran
Melalui model pembelajaran kooperatif talking chips dengan menggali informasi
dari berbagai sumber belajar, penyelidikan sederhana dan mengolah informasi, diharapkan
siswa terlibat aktif selama proses belajar mengajar berlangsung, memiliki sikap ingin tahu,
teliti dalam melakukan pengamatan dan bertanggungjawab dalam menyampaikan pendapat,
menjawab pertanyaan, memberi saran dan kritik, serta dapat mengidentifikasi kelimpahan
unsur-unsur utama dan transisi di alam dan produk yang mengandung unsur tersebut,
mendeskripsikan kecenderungan sifat fisik dan kimia unsur utama dan unsur transisi (titik
didih, titik leleh, kekerasan, warna, kelarutan, kereaktifan, dan sifat khusus lainnya) serta
menjelaskan manfaat, dampak dan proses pembuatan unsur-unsur dan senyawanya dalam
kehidupan sehari-hari.

E. Materi Pembelajaran
1. Kelimpahan unsur-unsur di alam.
2. Produk yang mengandung unsur tertentu.
3. Sifat-sifat fisik dan kimia unsur-unsur golongan utama dan transisi.
4. Manfaat dan dampak unsur-unsur.
5. Pembuatan unsur dan senyawanya.

F. Pendekatan, Metode dan Model Pembelajaran


Pendekatan : Saintifik
Metode : Diskusi Kelompok
Tanya Jawab
Penugasan
Model : Talking Chips

G. Media Pembelajaran
Media/Alat : Lembar Kerja
Papan Tulis/White Board
Kancing Gemerincing

H. Sumber Belajar
1. Buku Kimia untuk SMA/MA kelas XII.
2. Internet.
3. Buku/ sumber lain yang relevan.
4. LKPD

I. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan  Mengucapkan salam 15
 Berdoa bersama menit
 Absensi dan mengkondisikan kelas
 Memberikan apersepsi
 Memberikan motivasi
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti Stimulation (memberi stimulus) 100
 Guru Peserta didik dibagi dalam beberapa menit
kelompok yang terdiri dari 5-6 orang
secara heterogen dan setiap kelompok
mendapatkan kancing gemerincing
sebanyak 2-3 butir.
 Guru membagikan LKPD kepada masing-
masing kelompok
Problem Statement (mengidentifikasi masalah)
 Peserta didik diberi kesempatan bertanya
tentang kelimpahan unsur-unsur di alam
dan produk yang mengandung unsur
tertentu.
Data Collecting (mengumpulkan data)
 Peserta didik secara berkelompok mencari
informasi dari berbagai sumber tentang
kelimpahan unsur-unsur di alam dan
produk yang mengandung unsur tertentu.
Data Processing (mengolah data)
Setiap kelompok melakukan :
 Peserta didik secara berkelompok
mendiskusikan LKPD yang telah diberikan
oleh guru
 Menuliskan hasil diskusi pada lembar
kegiatan peserta didik
 Peserta didik mengolah informasi yang
sudah dikumpulkan dan guru memantau
jalannya diskusi dan membimbing peserta
didik dalam menyelesaikan LKPD nya.
 Masing-masing kelompok menuliskan
hasil kerja kelompoknya pada lembar
jawaban LKPD yang telah disediakan
guru.
Verification (memverifikasi)
 Hasil-hasil kerja kelompok yang telah
dituliskan pada lembar jawaban
ditempelkan di dinding untuk digunakan
sebagai bahan pada langkah berikutnya
 Perwakilan kelompok yang akan
mempersentasikan hasil karya kelompok
harus menyerahkan salah satu kancingnya
dan meletakkannya ditengahtengah meja
kelompok.
 Perwakilan kelompok diminta untuk
memberikan tanggapan dengan
mengajukan pertanyaan, meminta
konfirmasi ataupun memberikan masukkan
terhadap kelompok lainnya harus
menyerahkan salah satu kancingnya dan
meletakkannya ditengah-tengah meja
kelompok.
 Guru mencatat hal-hal yang menyimpang
atau tumpang tindih atau “unik” antara
kelompok yang satu dengan yang lain.
 Guru menilai keaktifan peserta didik
(individu dan kelompok) dalam kelas saat
berdiskusi, merancang/melakukan
penyelidikan sederhana maupun presentasi
berlangsung.
Generalization (menyimpulkan)
 Peserta didik mengkaji ulang dan
menyimpulkan hasil diskusi dalam
kelompok tentang kelimpahan unsur-unsur
di alam dan produk yang mengandung
unsur tertentu.
 Guru memberikan penguatan dengan
memberikan penjelasan pada materi
Penutup  Guru membimbing peserta didik 20
menyimpulkan materi yang dipelajari menit
 Guru melakukan posttest
 Guru menginformasikan tentang
pertemuan selanjutnya

Pertemuan 2
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan  Mengucapkan salam 15
 Berdoa bersama menit
 Absensi dan mengkondisikan kelas
 Memberikan apersepsi
 Memberikan motivasi
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti Stimulation (memberi stimulus) 100
 Guru Peserta didik dibagi dalam beberapa menit
kelompok yang terdiri dari 5-6 orang
secara heterogen dan setiap kelompok
mendapatkan kancing gemerincing
sebanyak 2-3 butir.
 Guru membagikan LKPD kepada masing-
masing kelompok
Problem Statement (mengidentifikasi masalah)
 Peserta didik diberi kesempatan bertanya
tentang sifat-sifat fisik dan kimia unsur-
unsur golongan utama dan transisi.
Data Collecting (mengumpulkan data)
 Peserta didik secara berkelompok mencari
informasi dari berbagai sumber tentang
sifat-sifat fisik dan kimia unsur-unsur
golongan utama dan transisi.
Data Processing (mengolah data)
Setiap kelompok melakukan :
 Peserta didik secara berkelompok
mendiskusikan LKPD yang telah
diberikan oleh guru
 Menuliskan hasil diskusi pada lembar
kegiatan peserta didik Peserta didik
mengolah informasi yang sudah
dikumpulkan dan guru memantau jalannya
diskusi dan membimbing peserta didik
dalam menyelesaikan LKPD nya.
 Masing-masing kelompok menuliskan
hasil kerja kelompoknya pada lembar
jawaban LKPD yang telah disediakan
guru.
Verification (memverifikasi)
 Hasil-hasil kerja kelompok yang telah
dituliskan pada lembar jawaban
ditempelkan di dinding untuk digunakan
sebagai bahan pada langkah berikutnya
 Perwakilan kelompok yang akan
mempersentasikan hasil karya kelompok
harus menyerahkan salah satu kancingnya
dan meletakkannya ditengahtengah meja
kelompok.
 Perwakilan kelompok diminta untuk
memberikan tanggapan dengan
mengajukan pertanyaan, meminta
konfirmasi ataupun memberikan
masukkan terhadap kelompok lainnya
harus menyerahkan salah satu kancingnya
dan meletakkannya ditengah-tengah meja
kelompok.
 Guru mencatat hal-hal yang menyimpang
atau tumpang tindih atau “unik” antara
kelompok yang satu dengan yang lain.
 Guru menilai keaktifan peserta didik
(individu dan kelompok) dalam kelas saat
berdiskusi, merancang/melakukan
penyelidikan sederhana maupun presentasi
berlangsung.
Generalization (menyimpulkan)
 Peserta didik mengkaji ulang dan
menyimpulkan hasil diskusi dalam
kelompok tentang sifat-sifat fisik dan
kimia unsur-unsur golongan utama dan
transisi.
 Guru memberikan penguatan dengan
memberikan penjelasan pada materi
Penutup  Guru membimbing peserta didik 20
menyimpulkan materi yang dipelajari menit
 Guru memberikan posttest untuk peserta
didik
 Guru menginformasikan tentang
pertemuan selanjutnya

Pertemuan 3
Kegiatan Deskripsi kegiatan Alokasi
waktu
Pendahuluan  Mengucapkan salam 15
 Berdoa bersama menit
 Absensi dan mengkondisikan kelas
 Memberikan apersepsi
 Memberikan motivasi
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti Stimulation (memberi stimulus) 100
 Guru Peserta didik dibagi dalam beberapa menit
kelompok yang terdiri dari 5-6 orang
secara heterogen dan setiap kelompok
mendapatkan kancing gemerincing
sebanyak 2-3 butir.
 Guru membagikan LKPD kepada masing-
masing kelompok
Problem Statement (mengidentifikasi masalah)
 Peserta didik diberi kesempatan bertanya
tentang manfaat dan dampak unsur- unsur
serta pembuatan unsur dan senyawanya.
Data Collecting (mengumpulkan data)
 Peserta didik secara berkelompok mencari
informasi dari berbagai sumber tentang
manfaat dan dampak unsur-unsur serta
pembuatan unsur dan senyawanya.
Data Processing (mengolah data)
Setiap kelompok melakukan :
 Peserta didik secara berkelompok
mendiskusikan LKPD yang telah
diberikan oleh guru
 Menuliskan hasil diskusi pada lembar
kegiatan peserta didik
 Peserta didik mengolah informasi yang
sudah dikumpulkan dan guru memantau
jalannya diskusi dan membimbing peserta
didik dalam menyelesaikan LKPD nya.
 Masing-masing kelompok menuliskan
hasil kerja kelompoknya pada lembar
jawaban LKPD yang telah disediakan
guru.
Verification (memverifikasi)
 Hasil-hasil kerja kelompok yang telah
dituliskan pada lembar jawaban
ditempelkan di dinding untuk digunakan
sebagai bahan pada langkah berikutnya
 Perwakilan kelompok yang akan
mempersentasikan hasil karya kelompok
harus menyerahkan salah satu kancingnya
dan meletakkannya ditengah-tengah meja
kelompok.
 Perwakilan kelompok diminta untuk
memberikan tanggapan dengan
mengajukan pertanyaan, meminta
konfirmasi ataupun memberikan
masukkan terhadap kelompok lainnya
harus menyerahkan salah satukancingnya
dan meletakkannya ditengah-tengah meja
kelompok.
 Guru mencatat hal-hal yang menyimpang
atau tumpang tindih atau “unik” antara
kelompok yang satu dengan yang lain.
 Guru menilai keaktifan peserta didik
(individu dan kelompok) dalam kelas saat
berdiskusi, merancang / melakukan
penyelidikan sederhana maupun presentasi
berlangsung.
Generalization (menyimpulkan)
 Peserta didik mengkaji ulang dan
menyimpulkan hasil diskusi dalam
kelompok tentang manfaat dan dampak
unsur-unsur serta pembuatan unsur dan
senyawanya.
 Guru memberikan penguatan dengan
memberikan penjelasan pada materi
Penutup  Guru membimbing peserta didik 20
menyimpulkan materi yang dipelajari menit
 Memberikan tes akhir
 Guru menginformasikan tentang
pertemuan selanjutnya
 Salam

J. Penilaian
a. Bentuk instrumen
o Post-tes
lampiran 2. Soal Prostes
Soal pertemuan 1
1. Logam barium jika dimasukkan ke dalam air akan bereaksi dan menghasilkan gas
hidrogen. Benarkah demikian? Jelaskan pendapat anda disertai claim,evidence, dan
warrant.
2. Halogen dikatakan golongan yang sangat reaktif dalam menerima elektron dan
bertindak sebagai oksidator kuat dalam satu golongan. Apakah hal tersebut benar?
Jelaskan dengan data.
3. unsur-unsur gas mulia memiliki energi ionisasi yang sangat kecil dan afinitas elektron
yang sangat rendah. Apakah pernyataan tersebut benar? Jelaskan argumen anda
dengan data.
4. Unsur transisi merupakan konduktor panas dan listrik yang baik. Apakah hal tersebut
benar? Jelaskan argumen anda.
5. Al(OH)3 berada pada lingkungan basa kuat, maka akan bersifat sebagai asam,
sebaliknya jika berada pada lingkungan asam kuat, maka akan bersifat sebagai basa.
Berikan argumen anda disertai data.

Soal pertemuan 2
1. Apakah penggunanaan Kobalt berlebihan berpengaruh buruk terhadap kesehatan
manusia. Dukung jawaban dengan data dan alasan.
2. Apakah kadar Tembaga yang berlebihan berpengaruh buruk terhadap kesehatan
manusia. Dukung jawaban dengan data dan alasan.
3. Apakah logam perak pada tumbuhan dapat menghambat pertumbuhan pada tanaman?
Dukung jawaban dengan data dan alasan.
4. Apakah penggunaan Merukuri pada penambangan emas member dampak buruk
terhadap lingkungan? Dukung jawaban dengan data dan alasan.
5. Apakah dampak buruk jika merkuri terkena pada kulit berlebihan? Dukung jawaban
dengan data dan alasan.

Soal pertemuan 3
1. Benarkah unsur alumunium terdapat di dalam sungai? Apakah warna air dapat
mempengaruhi kandungannya? Jelaskan argumen anda disertai data.
2. Baterai disusun oleh unsur-unsur seperti kobalt, litium, dan sebagainya. Unsur
manakah yang berpengaruh besar dalam daya kerja baterai? Jelaskan dengan data.
3. Emas kita ketahui banyak melimpah di bumi. Di bagian manakah emas banyak
ditemukan? Jelaskan argumen anda disertai data.
4. Bensin adalah senyawa yang terbuat dari unsur karbon heptana. Namun diketahui pula
bahwa unsur Bromin yang terdapat dalam senyawa etilendibromida C2H4Br2, juga
merupakan sebuah komponen bensin etil. Manakah diantara kedua senyawa ini yang
paling baik untuk bahan bensin? Jelaskan argumen anda disertai data.
5. Logam alumunium dapat digunakan untuk membuat pesawat dikombinasikan dengan
logam lainnya, dan ada pula pesawat yang menggunakan bahan penyusunnya dari
titanium. Apakah logam ini efektif untuk membuat pesawat? Logam manakah yang
paling menguntungkan untuk digunakan? Jelaskan argumen anda disertai data.
Lampiran 3. LKPD
1. LKPD SIFAT ALKALI DAN ALKALI TANAH
Materi Pengantar:
A. Alkali
Logam alkali adalah unsur-unsur golongan IA (kecuali Hidrogen) yaitu Litium,
Natrium, Kalium, Rubidium, Sesium dan Fransium. Kata alkali berasal dari bahasa arab yang
bearti abu. Air abu bersifat basa, oleh karena itu logam-logam golongan IA membentuk basa-
basa kuat yang larut dalam air. Logam Alkali memliliki sifat-sifat fisik dan kimia.
B. Alkali Tanah
Unsur-unsur golongan IIA disebut juga alkali tanah sebab unsur-unsur tersebut bersifat
basa dan banyak ditemukan dalam mineral tanah. Logam alkali tanah umumnya reaktif, tetapi
kurang reaktif jika dibandingkan dengan logam alkali. Unsur alkali tanah terdiri atas berilium
(Be), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), Strontium (Sr), Barium (Ba), dan Radium (Ra).
Seperti unsur logam alkali, alkali tanah juga memiliki sifat-sifat fisik dan kimia.

SIFAT-SIFAT FISIKA DAN KIMIA


LOGAM ALKALI DAN ALKALI TANAH

KEGIATAN 1

SIFAT FISIKA DAN KIMIA LOGAM ALKALI


Pelajari tabel dibawah ini!
TABEL SIFAT FISIKA UNSUR LOGAM ALKALI
1. Berdasarkan tabel diatas isilah titik-titik dibawah ini tentang sifat-sifat fisik alkali :

...........................
Li ...........................

Na
K Semakin bertambah

Rb
Cs .................................
........................
Fr .....................

Semakin berkurang

KEGIATAN 2

SIFAT FISIKA DAN KIMIA LOGAM ALKALI TANAH


Pelajari tabel dibawah ini!

Sifat Fisika Logam


No Be Mg Ca Sr Ba
Alkali Tanah

1. Nomor atom 4 12 20 38 56
2. Konfigurasi Elektron [He]2s2 [Ne]3s2 [Ar]4s2 [Kr]5s2 [Xe]6s2
3. Titik Cair 0C 1278 649 839 769 725
4. Titik Didih 0C 2970 1090 1484 1384 1640
5. Jari-jari logam Å 1,11 1,60 1,97 2,17
6. Jari-jari ion Å 0,31 0,65 0,99 1,13 1,35

Energi ionisasi
[M(p)→M2+(g) + 2 e-],
7. Pertama, kJ/mol 899 738 590 590 503
Kedua, kJ/mol 1757 1451 1145 1064 965
Ketiga, kJ/mol 14848 7733 4912 4210 3430
Potensial Reduksi
8. Standart -1,87 -2,36 -2,87 -2,90 -2,91

Massa Jenis (g/cm3)


9. 1,85 1,74 1,54 2,60 3,57

Tidak Tidak Jingga-


10. Warna Nyala Merah Hijau
Ada Ada Merah

1. Berdasarkan tabel diatas isilah titik-titik dibawah ini tentang sifat-sifat fisik alkali tanah.

........................
Be
.........................

Mg

Ca Semakin bertambah

.................................
Sr .....

.........................
Ba
........................

Ra

Semakin berkurang
2. LKPD SIFAT UNSUR HALOGEN DAN GAS MULIA

LEMBAR KERJA PESERTA


DIDIK
Kelompok : ...........................................................................

Kelas : ........................................................................

Tujuan Pembelajaran

a. Siswa mampu menjelaskan sifat-sifat fisis unsur golongan VII A (Halogen) dengan
baik dan benar.
b. Siswa dapat menjelaskan sifat kimia unsur golongan VII A (Halogen) dengan baik
dan benar.
c. Siswa mampu menjelaskan sifat-sifat fisis unsur golongan VIII A (Gas Mulia)
d. Siswa dapat menjelaskan sifat kimia unsur golongan VIII A (Gas mulia)

KEGIATAN 1

1. Dari gambar di bawah ini,


Tentukanlah wujud dan warna dari unsur halogen.
.......................................................................................................................................

2. Dari data percobaan pada tabel di bawah ini,

Jelaskan bagaimanakah titik didih dan titik leleh dari unsur Flour sampai Astatin
......................................................................................................................................

3. Dari data di bawah ini

1,69 kg/m3 3,21kg/m3 3.119 kg/m3 4.930 kg/m3

Flourin Klorin Bromin Iodin

Jelaskan bagaimanakah kerapatan golongan halogen dari Flourin ke Iodin !


...............................................................................................................................

4. Bagaimanakahdaya Oksidasi Halogen dari Flour ke Iodin berdasarkan data di bawah


ini:
Daya Oksidasi Flourin Klorin Bromin Iodin
(V) 2,87 1,36 1,06 0,54

.......................................................................................................................

KEGIATAN 2

1. Mengapa golongan VIII A disebut dengan gas mulia?

………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………

.............................................................................................................................
.
2. Bagaimana titik didih dan titik leleh golongan gas mulia dari Helium ke Radon?

…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………

3. Jelaskan mengapa gas mulia tidak reaktif?

…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
………………
3. LKPD UNSUR PERIODE KETIGA

Lembar Kegiatan Peserta Didik


SIFAT FISIS DAN SIFAT KIMIA UNSUR – UNSUR PERIODE 3
GTY3333333KETIGA

Tujuan Pembelajaran :

1. Siswa mampu mengidentifikasi sifat-sifat fisik unsur-unsur periode


ketiga dengan menganalisis data pada tabel melalui diskusi kelompok
2. Siswa mampu mengidentifikasi sifat – sifat kimia unsur – unsur
periode ketiga dengan menganalisis data pada tabel melalui diskusi
kelompok

Nama : …………………………………….
Kelas : …………………………………….
Kelompok : …………………………………….

Kegiatan 1

1. Sebutkan unsur - unsur yang berada pada periode ketiga!


……………………………………………………………………………………………

2. Bisakah kamu menyebutkan apa saja fasa unsur – unsur yang terdapat pada perioda
ketiga?
……………………………………………………………………………………………

3. Kelompokkanlah unsur – unsur pada periode ketiga, ke dalam unsur logam, semi logam
/ metaloid atau non logam!
……………………………………………………………………………………………
Sifat Atomik Unsur – Unsur Periode Ketiga:

Sifat fisis dipelajari dengan menggunakan data sifat atomik dan struktur unsurnya.
Amatilah tabel sifat atomik unsur – unsur periode ketiga berikut ini! Kemudian buatlah
kesimpulanmu!

Tabel 1. Sifat Atomik Unsur - UnsurPeriode Ketiga


Sifat Atomik Na Mg Al Si P S Cl Ar
Jari – jari atom 190 160 118 111 102 102 99 98
Energi ionisasi 496 738 578 789 1013 1000 1250 1520
Afinitas elektron -52,8 >0 -42,5 -134 -72,0 -200 -349 >0
Keelektronegatifan 1,0 1,2 1,5 1,8 2,1 2,5 3,0 -
Bilangan oksidasi +1 +2 +3 +4 +5 +6 +7 -
(maksimum)

Berdasarkan tabel sifat atomik unsur – unsur periode ketiga diatas, jawablah pertanyaan
berikut ini!

1. Bagaimanakah kecendrungan jari – jari atom untuk unsur periode ketiga dari Na ke
Ar? Apa yang menyebabkannya? Coba kemukakan alasanmu!
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
Bagaimanakah kecendrungan energi ionisasi unsur – unsur periode ketiga?
…………………………………………………………………………………………..
2. Nilai energi ionisasi unsur-unsur perioda ketiga bertambah dari Na ke Ar. Namun,
penyimpangan terjadi pada Mg dan P, mengapa energi ionisasi Mg lebih besar dari
Al? dan mengapa energi ionisasi P lebih besar dari S?
………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………
Bagaimanakah hubungan antara kenaikan keelektronegatifan unsur – unsur periode
ketiga dengan jari – jari atomnya?
…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

3. Bagaimanakah kaitan antara keelektronegatifan dengan sifat logam dan non logam
unsur periode ketiga?
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

Kegiatan 2

Berdasarkan sifat atomiknya, marilah kita pelajari sifat fisis dari unsur – unsur periode ketiga
berikut ini! Amatilah tabel berikut ini!

Tabel 2. Sifat Fisis Unsur - UnsurPeriode Ketiga


Sifat Atomik Na Mg Al Si P S Cl Ar
Fase padat Padat Padat padat padat padat gas Gas
Kerapatan (kg/m3) 970 1.740 2.702 2.330 1.820 2.070 3,214 1,78
Kekerasan (Mohs) 0,5 2,5 2,75 6,5 - - - -
0
Titik Leleh ( C) 98 649 660 1.410 44,1 115 -101 -189
Titik Didih (0C) 883 1.107 2.519 3.280 277 444 -35 -186
ΔHvus (kj/mol) 2,60 8,95 10,79 50,55 0,657 1,718 5,9 1,19
ΔHvus (kj/mol) 97 127 293 359 12,1 9,8 10,2 6,45
Daya hantar listrik 0,210 0,226 0,377 << << << - -
(MΩ-1cm-1)
Daya hantar panas 1,41 1,56 2,37 1,48 0,00235 0,00269 0,00009 0,00018
(W/cmK)

Jawablah pertanyaan berikut ini!


1. Apakah yang dimaksud dengan kerapatan? Faktor apa yang mempengaruhi kerapatan
unsur periode ketiga?
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
2. Bagaimana kecendrungan kerapatan unsur periode ketiga dari kiri kekanan? Apakah
terdapat penyimpangan dari beberapa unsurnya? Apa yang mempengaruhinya?
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
3. Apakah yang dimaksud dengan kekerasan? Bagaimana kecendrungan kekerasan unsur
– unsur pada periode ketiga? Apa yang menyebabkan beberapa unsur diperiode ketiga
tidak memiliki nilai kekerasan?
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
4. Bagaimanakah kecendrungan nilai titik didih untuk unsur periode ketiga dari kiri
kekanan? Jika terdapat penurunan dan kenaikan pada beberapa unsurnya, coba
jelaskan penyebabnya!
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
5. Apakah yang dimaksud dengan titik leleh? Bagaimana kecendrungan titik leleh unsur
– unsur periode ketiga?
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
6. Apakah yang dimaksud dengan daya hantar listrik dan daya hantar panas?
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
7. Bagaimanakah kecendrungan daya hantar listrik dan daya hantar panas unsur – unsur
periode ketiga dari kiri kekanan (Na ke Ar)?
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

8. Berdasarkan data nilai daya hantar listrik dan daya hantar panas, kelompokkanlah
unsur – unsur pada periode ketiga ke dalam unsur logam, semi logam dan non logam.
Unsur manakah yang paling baik menghantarkan arus listrik?
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

4. LKPD PEMBUATAN UNSUR DAN SENYAWA


PEMBUATAN UNSUR-
UNSUR DAN SENYAWA

Nama :___________________________

Kelas :___________________________

Kelompok :___________________________

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Siswa dapat menjelaskan proses pembuatan unsur-unsur gas mulia melalui


diskusi kelompok
2. Siswa dapat menjelaskan proses pembuatan unsur-unsur halogen melalui
dikusi kelompok
3. Siswa dapat menjelaskan proses pembuatan unsur-unsur alkali dan alkali
tanah melalui diskusi kelompok
4. Siswa dapat menjelaskan proses pembuatan unsur-unsur periode 3dan
senyawanya melalui diskusi kelompok
5. Siswa dapat menjelaskan proses pembuatan unsur-unsur golongan transisi
(periode 4) dan senyawanya melalui diskusi kelompok

Kegiatan 1: Pembuatan Unsur-Unsur gas Mulia


 Siswa dapat menjelaskan proses pembuatan unsur-unsur gas mulia melalui diskusi kelompok
Lengkapi pernyataan-pernyataan berikut dengan pilihan dalam kotak di bawah ini.
Gas alam Pengotor Diembunkan
Bintang Pendinginan cepat Nitrogen (N2)
Kriogenik Matahari Diembunkan
Adsorbsi CO2 Helium (He)
Destilasi fraksionasi Titik didih Radio aktif U-238
Ra-226 Adsorbsi Uap air

Sumber gas helium yang utama terdapat _____________dan__________, di

udara helium sangat sedikit dan sumber lainnya adalah _____________. Untuk

mendapatkan helium dari gas alam ini ________________sehingga diperoleh

produk berupa _________________, _______________ dan ____________.

Agar gas helium yang dihasilkan murni maka dilakukan ________________ dan

_____________.

Pengambilan Ne, Ar, Kr dan Xe dari udara dilakukan pemisahan _______ dan

______ dari udara. Kemudian udara ________________ dengan pemberian

tekanan 200 atm dan ikuti dengan _________________________sehingga

terbentuk udara fase cair. He dan Ne tidak tidak mengembum karena

____________________ keduanya sangat rendah. Ar, Kr dan Xe dipisahkan

menggunakan proses _________________ atau ____________________.

Radon (Rn) diperoleh dari peluruhan unsur ___________________ dan

Peluruhan Langsung __________.

Kegiatan 2 : Pembuatan Unsur-Unsur Halogen


 Siswa dapat menjelaskan proses pembuatan unsur-unsur halogen melalui diskusi kelompok
Kegiatan 2 : Pembuatan Unsur-Unsur Halogen
 Siswa dapat menjelaskan proses pembuatan unsur-unsur halogen melalui diskusi kelompok

Perhatikan informasi yang ada, lengkapi Tabel dibawah ini !


No Nama Unsur Senyawaan yang Proses Pembuatan Reaksi kimia yang terjadi

terdapat dialam

1. Fluorin (F2) Hidrogen fluorida KHF2→ K+ + HF2-

(KHF2) HF2-→ H+ + 2F

Katode: 2H+ + 2e → H2

Anoda : 2F- → F2 + 2e

2. Natrium Klorida Elektrolisis

(NaCl)

3. Bromin (Br2) Mengoksidasi ion

Bromida

4. Iodin (I2) Natrium iodat

(NaIO3)

5. Astatin (At) Reaksi Peluruhan

Kegiatan 3 : Pembuatan Unsur-Unsur Alkali dan alkali


Tanah
 Siswa dapat menjelaskan proses pembuatan unsur-unsur alkali dan alakali tanah
Pembuatan
melalui Logam
diskusi Natrium dari lelehan Natrium Klorida secara elektrolisis
kelompok
Reaksi yang terjadi
Katode :.... +....... → .....
Anode : .............. → ..... + .. . . .
+ →
Hasil sampingan dari pembuatan natrium adalah . . . . . . . . . . .
5. LKPD KELIMPAHAN UNSUR-UNSUR DI ALAM

LEMBAR KERJA SISWA


KELIMPAHAN UNSUR-UNSUR DI ALAM

NAMA :
KELOMPOK :
KELAS :

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Siswa dapat menyebutkan keberadaan unsur-unsur di alam melalui


media yang ditayangkan.
2. Siswa dapat menganalisis kelimpahan unsur-unsur di alam,
khususnya di Indonesia melalui media yang ditayangkan.

KEGIATAN 1

Isilah titik-titik berikut dengan benar!


Unsur-unsur dalam sistem periodik dikelompokkan dalam golongan dan
periode.Tunjukkan letak kelompok-kelompok unsurlogam alkali, logam alkali
tanah, gas mulia, halogen, , unsur-unsur periode ketiga, dan unsur-unsur periode
keempat dengan mengisi titik-titik di bawah ini.
2. ……………………. 4. …………..
1. ………………
3. …………………

5. ……………

6. …………….

KEGIATAN
1. 2 p
Isilah titik-titik
1. Isilah titik-titik pada tabel kelimpahan unsur - unsur golongan alkali di alam
berikut dengan benar!
UNSUR KELIMPAHAN MINERAL/SENYAWA LOGAM ALKALI DI
ALAM
Litium ………………………………………………………………………

Natrium ………………………………………………………………………

Kalium ………………………………………………………………………

Rubidium ……………………………………………………………………….

Sesium ………………………………………………………………………

Fransium ………………………………………………………………………

2. Isilah titik-titik pada tabel kelimpahan unsur – unsur golongan alkali tanah di
alam berikut dengan benar!
UNSUR KELIMPAHAN MINERAL/SENYAWA LOGAM ALKALI
TANAH DI ALAM
Berilium ………………………………………………………………………

Magnesium ………………………………………………………………………

Kalsium ………………………………………………………………………

Stronsium ………………………………………………………………………

Barium ………………………………………………………………………

Radium ………………………………………………………………………

3. Isilah titik-titik pada tabel kelimpahan unsur halogen di alam berikut dengan
benar!
UNSUR KELIMPAHAN MINERAL/SENYAWA HALOGEN DI
ALAM
Fluorin ………………………………………………………………………

……… - Garam NaCl, KCl, MgCl2, dan CaCl2 dalam air laut
- Dalam kerak bumi 0,2%
Bromin ………………………………………………………………………

……… - Dalam senyawa NaIO3 (Natrium iodat) yang bercampur dengan


deposit NaNO3 di daerah Chili
- Dalam larutan garam bawah tanah di Jepang dan Amerika dengan
kadar sampai 100 ppm
- Dalam sumber air di daerah Watudakon (Mojokerto) Jatim juga
mengandung yodium dengan kadar cukup tinggi
Astatin ……………………………………………………………………
KEGIATAN 3

Isilah titik-titik berikut ini berdasarkan gambar-gambar yang ada!


No 1 2 3

Nama Unsur : Belerang (S) Nama Mineral : Bauksit Nama Mineral : Kuarsa
Golongan : VIA Nama Unsur: ………………. Nama Unsur : …………….
Periode : 3 Golongan : ………………… Golongan : …………………
Keberadaan di alam : unsur bebas Periode : …………………… Periode : ……………………
dan dalam bentuk senyawa Keberadaan di alam : ……… Keberadaan di alam : ………
……………………………. ……………………………..
No 4 5 6

Nama Unsur : Emas (Au) Nama Mineral : Pirit Nama Mineral : Krisokola
Golongan : …………………….. Nama Unsur : ………………. Nama Unsur : ……………..
Periode : ……………………….. Golongan : ………………….. Golongan : ……………….
Keberadaan di alam : ………… Periode : ……………………. Periode : ………………….
Keberadaan di alam : ………. Keberadaan di alam :
……………………………… ………...
…………………………….
Lampiran 4 lembar kisi – kisi soal
Kisi-kisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
No Materi Jumlah Soal Jenjang Kemampuan
Sifat Fisika dan Kimia
1 5 C3 – C5
Unsur-Unsur Utama
Kelimpahan Unsur-
2 3 C3 – C5
Unsur Utama di Alam
Pembuatan dan Unsur
3 1 C3 – C5
dan Senyawa
Kegunaan Unsur dan
4 1 C3 – C5
Senyawa

Dampak Negatif Unsur-


5 5 C3 – C5
Unsur
Lampiran 5 Lembar kisi kisi aktivitas guru
Tabel kisi kisi Lembar Aktifitas Guru Selama Penerapan Model Talking Chips
Pada Materi Unsur Kimia
Aktifitas Guru Nomor Item

Guru mempersiapkan peserta didik 1

Guru memusatkan perhatian siswa 2

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran .3

Guru membagi kelompok peserta didik dan menjelaskan 4


prosedur pembelajaran kooperatif Talking Chips
Guru menjelaskan secara umum tentang materi unsur kimia 5

Guru membagi kelompok peserta didik 6

Guru memberikan LKPD tentang unsur kimia kepada peserta 7


didik
Guru mengarahkan dan mengamati siswa melakukan 8
model pembelajaran
kooperatif tipe talking chips
Guru bertanya kepada siswa yang sehubungan dengan materi 9
yang dipelajari
Guru mengajak siswa untuk mengumpulkan informasi dan 10
menyimpulkan
Guru mengajak siswa untuk mempresentasika hasil diskusi 11

Guru melakukan penguatan tentang materi yang dipelajari dan 12


menginformasikan pertemuan selanjutnya

Skor item
Sangat baik : 4
Baik :3
Kurang baik : 2
Tidak baik :1
Lampiran 6. Lembar Kisi – Kisi Observasi Aktivitas Siswa
Berikut kisi-kisi lembar observasi untuk argumentasi siswa :
No Indikator Aspek yang diamati Nomor Item
Membuat klaim sesuai dengan
1 Akurasi klaim 1,2
permasalahan

Menganalisis data untuk Kecukupan data 3,4,5


2
mendukung klaim Kualitas data 6,7
Memberikan pembenaran yaitu
3 menjelaskan hubungan data Kualitas pembenaran 8,9,10
terhadap klaim
Melandasi pembenaran untuk
4 Kualitas dukungan 11, 12
mendukung klaim (dukungan)

Anda mungkin juga menyukai