Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Aging Terhadap Produksi Sitokin

Imunologi dan Gizi

Dosen Pengampu : Diyan Yunanto Setyaji, S.Gz., M.P.H

Disusun Oleh :

1. Audrey Angelica B.S (201833007)


2. Ceacilia Eva L.S (201833012)
3. Dyah Hayot R (201833017)
4. Sally Pradipta (201833038)
5. Theresia Avila E.N (201833041)

PROGRAM STUDI SARJANA GIZI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH

YOGYAKARTA

2019
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Aging

Aging atau penuaan adalah suatu proses alami yang pasti akan terjadi kepada
semua mahkluk hidup. Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan
secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri
manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga perubahan fisiologis, kognitif,
perasaan, sosial dan sexual (Azizah, 2011).

Perubahan fisik :

a) Pada indera pendengaran, umunya lansia mengalami prebiakusis atau gangguan


pada pendengaran karena membran timpani mengalami atrofi sehingga
menyebabkan otosklerosis. Pada indera pengecapan, umumnya lansia mengalami
penurunan kemampuan pengecap sehingga rasa makanan menjadi hambar karena
saraf pengecap yang berkurang. Sedangkan pada indera penghlihatan, umumnya
lansia sulit untuk melihat dalam kondisi gelap atau remang-remang karena
meningkatnya ambang pengamatan sinar.
b) Umumnya, kulit lansia mengalami atrofi jaringan, mengendur, tidak elastis dan
cenderung kering. Kulit kering disebabkan oleh atrofi glandula sebasea dan
glandula sudoritera, dan disertai dengan timbulnya pigmen berwarna coklat pada
kulit lansia yang dikenal dengan liver spot.
c) Pada lansia, kepadatan tulang sudah mulai berkurang yang dapat mengakibatkan
osteoporosis, perubahan postur menjadi lebih bungkuk hingga risiko tinggi
mengalami fraktur. Selain itu, penurunan jumlah dan ukuran serabut otot yang
mengakibatkan lansia tidak dapat lagi mengangkat beban yang berat.

Perubahan fisiologis :

a) Elastisitas paru dan aktivitas sel pembersih paru akan berkurang seiring
bertambahnya usia. Akibatnya kapasitas paru dan jumlah oksigen maksimal yang
dapat dihirup akan berkurang.

b) Lambung akan memproduksi asam lambung dalam jumlah yang lebih sedikit,
akibatnya tubuh lansia rentan terhadap infeksi dari makanan.
c) Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi yang
mengalami penurunan, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.

d) Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang progresif pada
serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan
dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

Perubahan Sexual :

a) Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan uterus.
Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi
spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.

Selain perubahan-perubahan diatas, penuaan berhubungan dengan penurunan fungsi


dari sistem kekebalan tubuh, sehingga pada lansia menjadi lebih rentan terhadap
penyakit infeksi.

2. Pengertian Sitokin
Sitokin adalah golongan protein atau glikoprotein atau polipeptida yang larut
dan diproduksi oleh sel limfosit dan sel-sel lain seperti makrofag, eosinofil, sel mast
dan sel endotel. Sitokin berfungsi sebagai sinyal intraseluler yang mengatur hampir
semua proses biologis penting seperti halnya aktivasi, pertumbuhan, proliferasi,
diferensiasi. proses inflamasi sel serta imunitas dan pertahanan jaringan atau
morfogenesis. Sinyal yang dikeluarkan oleh sitokin terjadi karena adanya rangsangan
dari luar. Sitokin yang dibentuk akan segera dilepaskan dan tidak akan disimpan
didalam sel. Satu sitokin dapat bekerja terhadap berbagai jenis sel, satu jenis sel dapat
menimbulkan efek melalui berbagai mekanisme. Saat melakukan kerjanya, sitokin
dapat berperan sebagai inhibitor atau antagonis sitokin lain, juga dapat menghambat
kerja sitokin yang bersangkutan, selain itu sitokin juga berperan dalam sistem
imunitas alami dan spesifik. Berbagai macam produk sitokin yang dihasilkan antara
lain :
a) Interleukin-4
Interleukin-4 atau IL-4 merupakan regulator potensial dari kekebalan
tubuh yang disekresikan oleh sel mast yang teraktivasi. IL-4 berperan dalam
leukosit baik pada kondisi fisiologis maupun patologis, imunitas yang diperantarai
sel Th2, perubahan kelas IgE pada sel B, serta perbaikan jaringan dan homeostasis
melalui aktivitas makrofag alternative. Efek dari sinyal IL-4 dimediasi oleh rantai
α IL-4R (IL-4Rα). IL-4 pada makrofag berperan sebagai agen anti-inflamasi
setelah adanya stimulus inflamasi, serta mampu menurunkan produksi sitokin
inflamasi seperti TNF.
b) Tumor Necrosis Factor (TNF-α)
TNF-α adalah salah satu jenis sitokin pro inflamasi yang diproduksi oleh
makrofag dan sel T sebagai respon inflamasi akut atau respon terhadap trauma.
TNF-α dapat berperan dalalm sistem inflamasi, yang menginisiasi
polymorfonuklear atau PMN, dan menaktivasinya sehingga PNM dapat mencapai
lokasi terjadinya inflamasi.
c) Interferon Gamma
Homon berbentuk sitokin berupa protein berjenis glikoprotein yang
disekresi oleh sel vertebrata karena akibat rangsangan biologis, seperti virus,
bakteri, protozoa, mycoplasma, mitogen dan senyawa lain. Interferon gamma
berperan dalam respon imun bawaan maupun respon imun adaptif. Interferon
disekresikan secara cepat oleh sel efektor seperti makrofag, monosit dan leukosit
dalam perlawanan terhadap infeksi. Interferon juga merupakan salah satu sitokin
pro inflamasi yang disekresi sel T-Helper (TH1) pada saat terjadi infeksi parasit
dan sangat berperan aktif melawan infeksi parasit baik pada stadium hepatosit
maupun stadium eritrosit. Interferon memacu sekresi TNF-α untuk mengaktifkan
fagosit dan juga meningkatkan daya bubuh neutrofil.
3. Pengaruh Aging Terhadap Produksi Sitokin
Penuaan berhubungan dengan penurunan fungsi dari sistem kekebalan tubuh pada
lansia. Berikut ini adalah bagian sistem kekebalan tubuh yang mengalami penurunan :
a) Interleukin-4
Usia berpengaruh terhadap tinggi dan rendahnya produksi Interleukin-4.
Semakin bertambahnya usia, maka produksi Interleukin-4 juga semakin
berkurang. Berkurangnya produksi Interleukin-4 menyebabkan penghambatan
diferensiasi dan proliferasi sel T, menurunnya aktivasi sel makrofag sehingga
respon inflamasi menurun, dan menurunnya hipersensitivitas.
b) TNF-α
Sistem imun berpengaruh terhadap tinggi dan rendahnya TNF-α, pada lansia
umunya sistem imun menurun, sehingga tubuh akan lebih mudah terserang
penyakit. Hal itu dikarenakan kemampuan imunitas tubuh yang lemah untuk
melawan infeksi sehingga menyebabkan TNF-α diproduksi secara berlebihan dan
kadar TNF-α meningkatkan. Kadar TNF-α yang berlebihan dapat memicu gejala
sistemik organ seperti proses peradangan.
c) INF-
Pada lansia yang sistem imunnya menurun akan berpengaruh pada proses
penurunan aktivasi interferon gamma yang bersama IL-12 untuk membunuh
parasit,virus,dan bakteri oleh makrofag monosit.
DAFTAR PUSTAKA

1. Fatma. 2006. Respons Imunitas Yang Rendah Pada Tubuh Manusia Pada Usia
Lanjut. Makara, Kesehatan, 10 (1) : 47-53
2. Soeroso, Admadi. 2007. SITOKIN. Jurnal Olfatmologi Indonesia, 5 (3) : 171-180
3. Darlina dan Siti Nurhayati. 2015. Respon Sitokin Pada Kultur Sel Limfosit
Sebagai Uji Penting Dalam Pengembangan Vaksin Malaria Iradiasi. Buletin
Alara, 17 (1), 1-7
4. Lumentut, Aristo R., dkk. 2015. Profil TNF-α Pada Orang Lanjut Usia di Panti
Wredha Bethania Lembean. Jurnal e-biomedik, 3 (2) : 644-647
5. Supit, Ivander., dkk. 2015. Profil Tumor Necrosis Factor (TNF-α) berdasarkan
indeks massa tubuh (IMT) pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unsrat Angkatan
2014. Jurnal e-Biomedik, 3 (2) : 640-643
6. Herminawati, Lusia., Julius July. 2016. IL-4: Prediktor Anti-Inflamasi Pada
Stroke Iskemik. Medicinus, 5 (1) : 16-21
7. Aryantie, Moniq W., dkk. 2018. Plasma malonialdehid and histopatology healing
score differences in incised old and young mice with zinc administration. Journal
of medicine and health , 2 (1) : 656-671
8. Prahasanti, Kartika. 2019. Gambaran Kejadian Infeksi Pada Usia Lanjut.Qanun
Medika, 3(1), 81-91

Anda mungkin juga menyukai