Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah


memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan
kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Pendidikan
Agama Islam yang berjudul Islam Menjamin Kebahagiaan ini. Kemudian
shalawat beserta salam kami sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW
yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan sunnah untuk
keselamatan umat di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama
Islam di program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan pada Universitas Sebelas Maret. Selanjutnya kami mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Imam Suyatno, M.Pd
selaku dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan Agama Islam dan kepada
segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan
makalah ini.

Akhirnya kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan


dalam penulisan makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Terima
kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan manfaat positif bagi kita semua.

Amin.!

Kebumen, 15 September 2016

Penyusun
BAB I

MUQODIMAH

A. Latar Belakang
Islam menjamin kebahagiaan bagi setiap penganutnya di dunia maupun
di akhirat kelak. Ia mempunyai sendi yang sangat esensial yaitu al-Qur’an. Al-
qur’an adalah Kalam Allah ta’ala yang diturunkan kepad Rasulullah SAW,
sebagai penutup para nabi, diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan
surat An-Nas, Ia merupakan wahyu yang berfungsi untuk menjelaskan segala
sesuatu, sebagai petunjuk dan rahmat, serta memberi kabar gembira bagi orang-
orang Islam.
Intinya al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW, yang mengandung kisah-kisah terdahulu, kejadian yang akan
datang, perintah, larangan ataupun intisari dari kitab-kitab suci terdahulu
membacanya dianggap sebagai ibadah, bernilai mukjizat, penulisan dan
pengumpulannya dimulai sejak masa Nabi SAW, kemudian diteruskan para
sahabat, berlanjut ke tabiin hingga akhirnya sampai kepada kita secara mutawatir
yang selanjutnya berfungsi untuk memberi petunjuk kepada jalan yang sebaik-
baiknya.
Di dalamnya terkandung ajaran-ajaran pokok (prinsip dasar) menyangkut
segala aspek kehidupan manusia, yang selanjutnya dapat dikembangkan sesuai
dengan nalar masing-masing bangsa, kapanpun masanya, dan di manapun
tempatnya, ia selalu hadir secara fungsional memecahkan problem
kemanusiaan,karna tidak ada sesuatu apapun yang tidak terkandung di dalamnya.
Bagaimana islam dalam menjamin kebahagiaan umat islam akan
dijelaskan lebih spesifik pada makalah berikut ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah yang
diajukan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana islam menjamin kebahagiaan?
2. Apa prinsip bahagia dalam islam?
3. Bagaimana islam menjamin kesejahteraan rakyat?
4. Bagaimana hidup bahagia menurut al-Qur’an?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui
2. Untuk mengetahui prinsip bahagia dalam islam
3. Untuk mengetahui bahwa islam menjamin kesejahteraan rakyat
4. Untuk mengetahui bahagia menurut al-Qur’an
BAB II

PEMBAHASAN

A. ISLAM MENJAMIN KEBAHAGIAAN

Menurut Al-Alusi bahagia adalah perasaan senang dan gembira karena bisa mencapai
keinginan atau cita-cita yang dituju dan diimpikan. Pendapat lain menyatakan bahwa
bahagia atau kebahagiaan adalah tetap dalam kebaikan, atau masuk ke dalam kesenangan
dan kesuksesan.

Mungkin Anda pernah mendengar, ada teman yang mengatakan, “Saya bahagia sekali
karena saya memperoleh nilai bagus dalam mata kuliah Pendidikan Agama Islam.” Ada
juga yang menyatakan, “ Saya bahagia karena mendapat beasiswa.” Kalau Anda bertanya
pada teman Anda, misalnya, apa tujuan hidup? Ia akan menjawab bahwa tujuan hidup
adalah bahagia di dunia dan bahagia di akhirat.

Berbeda dengan konsep diatas, Ibnu Qoyyim Al Jauziyah berpendapat bahwa


kebahagiaan itu adalah perasaaan senang dan tentram karena hati sehat dan berfungsi
dengan baik. Hati yang demikian bisa berhubungan dengan tuhan pemilik kebahagiaan.
Pemilik kebahagiaan, kesuksesan, kekayaan, kemuliaan, ilmu, dan hikmah adalah Allah
SWT.kebahagiaan dapat diraih jika dekat dengan pemilik kebahagiaan itu sendiri yaitu
Allah SWT.

Dalam kitab Mizanul ‘amal, Al Ghazali menyebut bahwa As-Sa’adah ( bahagia terbagi
dua pertama bahagia khakiki dan kedua, bahagia majasi. Bahagia khakiki adalah
kebahagiaan Ukhrawi, sedangkan kebahagiaan majasi adalah kebahagiaan duniawi.
Kebahagiaan ukhrawi akan diperoleh dengan modal iman, ilmu dan amal. Adapun
bahagia duniawi bisa didapat oleh orang yang beriman dan bisa didapat oleh orang yang
tidak beriman. Ibnu ‘Athaillah mengatakan, Allah memberikan harta kepada orang yang
dicintai Allah dan kepada orang yang tidak dicintai Allah, tetapi Allah tidak akan
memberikan iman kecuali kepada orang yang dicintainya.

Kebahagiaan duniawi adalah kebahagiaan yang fana dan tidak abadi. Adapun
kebahagiaan Ukhrawi adalah kebahagiaan abadi dan rohani. Kebahagiian duniawi ada
yang melekat pada dirinya dan ada yang melekat pada manfaatnya. Diantara kebahagiaan
duniawi adalah memiliki harta keluarga, kedudukan terhormat dan keluarga yang mulia.
Menurut al-Gazali kebahagiaan harta bukan melekat pada dirinya, namun pada
manfaatnya. Orang yang ingin menggapai kesempurnaan hidup, tetapi tidak memiliki
harta bagaikan orang yang mau pergi berperang tanpa membawa senjata, atau seperti
orang mau menangkap ikan tanpa pancing atau jaring itulah sebabnya, Nabi Muhammad
SAW bersabda, “Harta yang terbaik adalah harta yang ada pada seseorang laki-laki yang
baik pula( saleh). “ (HR Ibnu Hiban). Sebaik baik pertolongan adalah pertolongan yang
dapat membantu kita semakin bertaqwa kepada Allah “ (HR Ad-daruqutni).

Di antara kebahagiaan duniawi adalah memiliki keluarga, anak-anak yang saleh, dan
istri yang salihah pula. Istri yang salihah bagaikan kebun yang dapat mengikat
pemiliknya, yaitu suami untuk tidak terjerumus pada hal-hal yang diharamkan Allah azza
wajallah Nabi Muhammad mengatakan “sebaik baik penolong untuk kebutuhan beragama
adalah istri yang salihah.” Menyangkut keutamaan anak, Nabi Muhammad SAW, “ jika
anak adam meninggal dunia, maka putuslah segala amalnya kecuali tiga perkara: sedekah
jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang saleh yang mendoakan orangtanya. “(HR
Thabrani).

Agama adalah landasan atau fundamen, sedangkan jabatan atau kedudukan adalah
lembaganya. Barang siapa yang tidak memiliki fondasi, maka akan roboh. Sebaliknya,
barang siapa yang tidak mempunyai penjaga, maka akan kehilangan. Allah berfirman:

‫َللاِ بِ ِإذ ِنْ فَ َه َز ُمو ُه ْم‬


ّْ ‫َاو ُْد َوقَت َ َْل‬ُ ‫َللاُ َوآتَاهُْ َجاْلُوتَْ د‬
ّْ َْ‫ال ُملك‬
َ‫علّ َم ْهُ َوال ِحك َم ْة‬َ ‫َللاِ دَف ُْع َولَوال َيشَا ُْء ِم ّما َو‬
ّْ ‫اس‬ َْ ّ‫ض ُهمْ الن‬َ ‫َبع‬
ْ‫ت ِببَعض‬ َ َ‫ض َلف‬
ِْ ‫س َد‬ ُْ ‫ن األر‬ ّْ ‫علَى فَضلْ ذُو‬
ّْ ‫َللاَ َولَ ِك‬ َ ‫ين‬َْ ‫العَالَ ِم‬
Yang artinya: “seandainya bukan karena perlindingan allah kepada sebagian manusia atau
sebagian yang lain maka rusaklah bumi ini “ (Quran surah al-baqarah 251)

Yang perlu anda ketahui berikutnya adalah faktor-faktor yang menyebabkan hati
manusia menjadi sakit. Dengan kata lain dapat dikatakan beberapa sebab yang dapat
merusak hati manusia sehingga fungsi hati terganggu dan menjadi tidak normal aliyas
sakit. Untuk menjawab persoalan ini, anda dapat menyelusuri dalam kitab thibb al-qulub,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Banyak bergaul dengan orang-orang yang tidak baik tidak ada yang merusak
manusia kecuali manusia itu sendiri. Sebaliknya, tidak ada yang dapat
memperbaiki manusia kecuali manusia yang baik.

Betapa besar pengaruh pergaulan dalam kehidupan seseorang.dalam kehidupan sehari


,anda dapat menyaksikan yang baik bisa terbawa jelek karena berteman dengan teman-
temannya yang jelek. Perilaku teman yang jelekitu, misalnya,sering bolos kuliah, sering
bergadang semalaman , sering bermain ke luar rumah malam-malam , malas mengerjakan
tugas-tugas kuliah atau bisa jadi terbawa menggunakan narkoba dan lain-lain.

A. PRINSIP BAHAGIA DALAM ISLAM

Setiap manusia menghendaki kehidupan yang bahagia. Tidak ada satupun manusia
yang ingin hidup susah, gelisah, dan tidak merasakan ketentraman. Akan tetapi setiap
manusia memiliki prinsip dan cara pandang yang berbeda dalam mengukur kebahagiaan.
Karena yang paling mempengaruhi sesorang dalam mengukur kebahagiaan adalah prinsip
dan pandangan hidup yang dipijaknya.

Berikut ini beberapa prinsip kebahagiaan dalam konsep hidup Islam.

1. berpegang pada Al-qurandan As-sunnah.


Setiap rasul yang diutus oleh Allah kepada umatnya ,terlebih rasulullah
SAW yang diutus rahmatan lil alami.itu diutus untuk menunjukan kepada
umatnya jalan kebahagiaan.rasulullah bersabda:telah aku tinggalkan untuk kalian
dua perkara yang apabila kalian berpegang kepada keduanya, kalian tidak akan
sesat selamanya yaitu kitabullah(Alquran) dan sunnah rasulnya(Al-hadist).
2. beriman dan bertaqwa dengan sebenar-benarnya.
Dengan keimanan dan dengan keimanan. Orang yang beriman akan lebih
berani menghadapi hidup yang fana ini. Kebahagiaan batin dan sikap ridha
terhadap kehidupan,penciptaan ketaqwaan yang sebenarnya segala hal yang
dianggap menjadi duri kehidupan dan penghambat kebahagiaan akan menjadi
sebuah kebahagiaan karena dia menganggap bahwa dia memiliki tuhan yang maha
besarsehingga segala problema kehidupan menjadi ringan terlebih cara berfikirnya
pun berbeda dengan orang yang kering, alam berikut sang penciptanya, adalah
buah hasil yang baik dari kebenaran iman. Kehidupan seorang muslim begitu
indah. Apabila diberi kenikmatan dia bersyukur dan apabila ditimpa musibah dia
bersabar. Sebagaimana yang disabdakan oleh rasulullah SAW:”urusan orang
mu’min itu mengagumkan. Semua urusannya itu baik.jika sedang mendapatkan
kenikmatan-kenikmatan ia bersyuku,dan itu baik baginya.namun jika sedang
ditimpa mudharat ia bersabar, dan itu baik baginya.”
3. bertawakkal kepada Allah.
Tawakkal artinya menyerahkan urusan kepada Allah setelah ada proses
sebelumnya. Tawakkal bukan berarti pasrah tanpa berusaha, justru dengan
bertawakkal terdapa hikmah bahwa kita sebagai manusia harus berusaha karena
itu adalah sebuah keharusan namun manusia juga harus berdoa, karena manusia
tidak luput dari segala kekhilafan.setelah itu semua maka bertawakkallah.maka
dengan bertawakkal Allah akan mencukupi,maka tiada kata lagi bagi orang yang
bertawakkal kecuali kebahagiaan.
4. memahami makna kehidupan .
Timbulnya rasa kesusahan pada seseorang itu disebabkan karena tidak
memahami makna kehidupan yang sesungguhnya.karena dalam kehidupan ada
berbagai macam ujian baik itu berupa kebaikan dan keburukan ser ta Allah
jadikan segala sesuatu didalamnya berpasang pasangan(biner) tidak akan
sesorang merasakan apa yang menurut dia indah dan baik selamanya.kadang akan
merasakan sesuatu yang pahit.namun bagi siapa yang mamahami makna
kehidupan tentu tiadak akan merasakan duri kehidupan karena itu adalah sebuah
keniscayaan.
5. menjaga keharmonisan kepada sesama.
Karena orang yang akan selalu bahagia adalah orang yang bisa menjaga
keharmonisan ukhuwah kepada sesama dan bahagia melihat orang lain bahagia
akan merasa bahagia mengingat begitu banyaknya orang yang akan merasa
bahagia.
6. menjauhi perbuatan tercela.
Menjauhi perbuatan tercela seperti iri, dengki, dendam dan saudaranya akan
membawa kepada kepada kebahagiaan karena dengan memelihara sifat tersebut
hanya akan menyiksa diri sendiri.terlebih sifat-sifat tersebut termasuk sifat yang
sangat dibenci dalam agama yang mengakibatkan pelakunya sengsara didunia dan
diakherat.oleh karenanya orang yang berbahagia adalah orang orang yang
menjauhi apa yang telah dilarang agama dan mengerjakan apa yang diperintahkan
agama.
7. bersifat qona’ah.
Bersifat qona’ah kekayaan yang tidak ternilai harganya.Allah
SWT.berfirman:”barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki
maupun wanita,maka sungguh akan kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik”. Banyak ahli tafsir yangmengatakan bahwa hayatan thoyyibah(kehdupan
yang baik) adalah qon’aah.imam ali mengatakan: qona’ah adalah sebaik-baiknya
kekayaan. Qana’ah , merasa cukup dan menerima bagian yang ditentukan Allah
SWT., adalah gerbang utama menuju bahagi, karena ambisi untu menggapai
segala sesuatu merupakan penyakit jiwa yang bebahaya. Sesungguhnya orang
yang qona’ah sadar sepenuhnya bahwa dirinya tidak dapat mewujudkan apa yang
diinginkannya. Oleh karena itu dia akan mengendalikan dirinya dari ambisinya.
Inilah sumber kebahagiaan
8. sederhana dan tidak usil.
Kebahagiaan mempunyai dua ajudan yang setia dan sejati, kesederhanaan dan
tidak usil. Agar jiwa dan hati penuh dengan ketentraman dan kedamaian, maka
dua sifat tadi harus ditanamkan pada kehidupan kita. Sederhana adalah bersikap
apa adany,polos, tidak dibuat-buat dan tidak terlewat batas formal.setiap orang
pasti menginginkan segala urusannya tidak berbelit-belit dan dibuat-buat,karena
hal itu dapat menyusahkan dan tidak mendatangkan kebahagiaan sama
sekali.sedangkan tidak usil adalah diantara sumber kebahagiaan dengan tidak
mencampuri serta mengorek kesalahan orang lain.
9. introspeksi diri dan melihat diri sendiri.
orang yang dapat melihat kesalahan dan kekurangan diri sendiri adalah orang
yang sangat bahagia karena dengan seperti itu dia lebih bisaa memperbaiki dirinya
sendiri.rasulullah bersabda:berbahagialah bagi siapa yang disibukkan oleh aibnya
sendiri daripada aib orang lain.
10. bersikap moderat dan istiqomah.
Bersifat moderat artinya bersikap tidak berlebihan dalam segala urusan,
bersikap tawassuth berada ditengah-tengahnya serta harus istiqomah dalam
mencapai sesuatu atau mengerjakan sesuatu.
11. tidak berbuat dzalim.
Dzalim berarti tidak meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya.perbuatan ini
dilarang oleh agama, terlebih rasulullah menjelaskan bhwa berbuat dzalim adalah
kegelapan pada hari kiamat.sedangkan dalam hadist qudtsi:wahai hamba-
hambaku sesungguhnya aku mengharamkan atas dzatku berbuat dzalim dan aku
jadikan kedzaliman menjadi sesuatu yang diharamkan maka janganlah kalian
berbuat dzalim.
12. berkata yang baik dan menangisi dosa-dosa.
Agama islam sangat menganjurkan umatnya agar selalu memelihara lisannya
agar selalu berkata baik . bahkan dijelaskan dalam sebuah hadist bahwa amal yang
paling dicintai adalah menjaga lisan.nabi SAW bersabda: “sungguh
beruntung/bahagia bagi siapa yang bisa memelihara lisannya, rumahnya terasa
lapang bagi dirinya, dan menangis karena dosa-dosanya.”(HR.THABRANI).
bahkan sebuah hadist lain menjelaskan bahwa tujuh golongan yang akan
mendapatkan naungan Allah diantaranya adalah orang yang menyendiri dalam
kesepian hingga air matanya jatuh.
Itulah sebagian diantara kiat-kiat kita dalam meraih kebahagiaan yang hakiki,
kebahagiaan didunia maupun diakherat. Yang pada dasarnya rumus kebahagiaan
adalah kebahagiaan dalam pers pektif islam.
13. gemar menuntut ilmu.
Inilah diantara kiat terpenting dari kiat-kiat untuk mencapai kebahagiaan
hidup dunia dan akherat. Karena dengan ilmu sesorang bisa meraih apa yang dia
cari dari segi keduniaan maupun ukhrawi. Terlebih ilmu yang bisa mendekatkan
diri kita dan menimbulkan rasa takut ke hadrat Allah. Dengan ilmu berarti dia
telah menghilangkan musuh dalam dirinya diantaranya kebodohan yang ada pada
dirinya. Karena kebodohan adalah musuh manusia yang akan menjeratnya kepada
kubang kehinaan. Oleh karenanya bagi siapa yang menginginkan kebahagiaan
hidup didunia maupun diakherat syaratnya harus berilmu. Maka isilah waktumu
untu mencari ilmu sehingga kita dengan sebabnya dijauhkan dari kesengsaraan
hidup.

C . Islam Menjamin Kesejahteraan Rakyat

Salah satu bagian terpenting dari syari’at Islam adalah adanya aturan-
aturan yang berkaitan dengan jaminan pemenuhan kebutuhan pokok bagi tiap
individu masyarakat, baik berupa pangan, pakaian, dan papan, serta lapangan
pekerjaan. Berikut beberapa konsep Islam berkaitan dengan hal tersebut:

1. Mewajibkan dan memberikan dorongan spiritual kepada laki-laki agar


bekerja untuk mencukupi kebutuhan pokok dirinya dan tanggungannya.

‫س ِإ ََّل ُو ْس َع َها‬
ٌ ‫ف نَ ْف‬ ِ ‫َو َعلَى ْال َم ْولُو ِد لَهُ ِر ْزقُ ُه َّن َو ِكس َْوت ُ ُه َّن ِب ْال َم ْع ُر‬
ُ َّ‫وف ََل ت ُ َكل‬

“Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara
yang ma’ruf. Seorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya.”[TQS. al-Baqarah:233].

‫طاهُ أَ ْو‬
َ ‫ فَيَ ْسأَلَهُ أَ ْع‬،‫ي َر ُج اًل‬ ْ َ ‫ فَيَحْ ت َِط‬،ُ‫َوالَّذِي نَ ْفسِي بِيَ ِد ِه ََل َ ْن يَأ ْ ُخذَ أ َ َحد ُ ُك ْم َح ْبلَه‬
َ ِ‫ظ ْه ِر ِه َخي ٌْر لَهُ ِم ْن أ َ ْن يَأت‬
َ ‫ب َعلَى‬
ُ‫َمنَعَه‬

“Demi Allah, jika seseorang di antara kamu membawa tali dan pergi ke bukit
untuk mencari kayu bakar, kemudian dipikul ke pasar untuk dijual, itu lebih baik
daripada ia meminta-minta kepada orang lain, baik ia diberi atau ditolak. (HR.
Bukhari & Muslim)

‫ َكانَ يَأ ْ ُك ُل ِم ْن َع َم ِل‬،‫سًلَ ُم‬


َّ ‫علَ ْي ِه ال‬ َّ ‫ي‬
َ َ‫َّللاِ دَ ُاود‬ َّ ‫ َو ِإ َّن نَ ِب‬،ِ‫ َخي اْرا ِم ْن أ َ ْن يَأ ْ ُك َل ِم ْن َع َم ِل يَ ِده‬،‫ط‬
ُّ َ‫ط َعا اما ق‬
َ ٌ ‫َما أ َ َك َل أ َ َحد‬
‫َي ِد ِه‬

“Tidak ada orang yang makan makanan yang lebih baik daripada hasil pekerjaan
tangannya sendiri, dan sesungguhnya Nabi Daud makan dari hasil kerjanya
sendiri” (HR. Bukhory)

2. Mewajibkan kepada sanak kerabat yg hidupnya sudah melebihi standar


untuk menanggung saudaranya yang tidak mampu, bahkan tetangga juga
punya kewajiban terhadap tetangganya.
‫ما آمن بي من بات شبعان وجاره جائع إلى جنبه وهو يعلم‬

"Tidak beriman kepada-Ku seorang yang tidur malam dalam keadaan kenyang,
sementara tetangga sebelahnya lapar dan dia mengetahui" (HR.al Bazzar dan
Thabarani, dengan sanad Hasan)

3. Memberikan peluang yang sama untuk hidup lebih sejahtera.


Khalifah Umar menyatakan: “Orang yang memagari tanah tidak berhak (atas
tanah yang telah dipagarinya) setelah (membiarkannya) selama tiga tahun.”

4. Melarang setiap hal yang dapat menimbulkan kekacauan ekonomi. Antara


lain:

a. Riba

b. Judi

c. Ghabn Fâhisy (penipuan harga dlm jual beli)

d. Tadlis (penipuan barang/alat tukar)

e. Ihtikar (menimbun)

f. Mengemis

"Wahai Qobishoh, sesungguhnya meminta itu tidak dibolehkan kecuali dalam


salah satu dari tiga hal, yaitu : Seseorang (yang mendamaikan pertikaian antara
manusia lalu) dia menanggung beban biayanya maka boleh baginya meminta
hingga dia mendapatkannya kemudian dia berhenti dari meminta. Seseorang
yang tertimpa bencana hingga musnah hartanya maka boleh baginya untuk
meminta hingga dia mendapatkan hal yang bisa menopang hidupnya. Seseorang
yang tertimpa kemiskinan yang sangat hingga 3 orang yang cerdik dari kaumnya
berkata: telah menimpa orang itu kemiskinan yang sangat maka boleh bagi orang
ini untuk meminta sampai dia mendapatkan hal yang bisa menopang hidupnya.
Selain ketiga hal ini -wahai Qobishoh- meminta-minta itu termasuk memakan
harta yang haram" (HR Muslim)
g. Setiap hal yang diharamkan Allah SWT, kalau dilanggar akan menimbulkan
kerusakan.

5. Mewajibkan Negara untuk memelihara urusan rakyat dg ancaman yg


berat bagi yang melalaikannya.

Rasulullah saw bersabda: “Seorang Imam adalah pemelihara dan


pengatur urusan rakyatnya, dan ia akan diminta pertanggungjawaban atas
rakyatnya.”[HR. Bukhari dan Muslim].
“Tidak ada seorang hamba yang dijadikan Allah mengatur rakyat, kemudian dia
mati dalam keadaan menipu rakyatnya (tidak menunaikan hak rakyatnya), kecuali
Allah akan haramkan dia (langsung masuk) surga.” (HR. Muslim)

Diantara tanggung jawab yg dipikul negara antara lain:

a. Memberikan pendidikan kepada rakyat, dan mendorong mereka


untuk giat bekerja.

Pada masa Rasulullah, sebagai kepala negara, beliau membebankan biaya


pendidikan ke baitul maal, Rasulullah pernah menetapkan kebijakan terhadap
tawanan perang Badar, apabila seorang tawanan telah mengajar 10 orang
penduduk Madinah dalam hal baca dan tulis akan dibebaskan sebagai tawanan.
Ad-Damsyiqy menceritakan suatu kisah dari al-Wadliyah bin Atha’, yang
mengatakan bahwa di kota Madinah ada tiga orang guru yang mengajar anak-
anak. Oleh khalifah ‘Umar bin Khaththab ra guru-guru tersebut digaji 15 dinar
tiap bulannya.
Dalam suatu riwayat, Rasulullah Saw pernah mencium tangan Saad bin Muadz
begitu melihat tangan Saad yang kasar karena bekerja keras. Beliau
bersabda, “Inilah dua tangan yang dicintai Allah dan rasul-Nya!”

b. Menciptakan lapangan kerja & menyuruh rakyatnya untuk bekerja.


Rasulullah pernah menyuruh seorang shahabat yg meminta untuk
mengambil barangnya, kemudian Rasul melelangnya dan memberikan hasil
penjualannya sambil berkata: …

‫صلَّى‬ َ ِ‫َّللا‬َّ ‫سو ُل‬ُ ‫شدَّ فِي ِه َر‬َ َ‫طعَا اما فَا ْنبِذْهُ ِإلَى أَ ْهلِكَ َوا ْشت َِر بِ ْاْلخ َِر قَد ُو اما فَأْتِنِي بِ ِه فَأَتَاهُ بِ ِه ف‬
َ ‫َوقَا َل ا ْشت َِر بِأ َ َح ِد ِه َما‬
َ ‫سلَّ َم عُوداا ِبيَ ِد ِه ث ُ َّم قَا َل لَه ُ اذْهَبْ فَاحْ ت َِطبْ َو ِب ْع َو ََل أَ َريَنَّكَ خَ ْم‬
‫سةَ َعش ََر يَ ْو اما‬ َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬
َّ

"Belilah makanan dengan satu dirham kemudian berikan kepada keluargamu,


dan belilah kapak kemudian bawalah kepadaku." Kemudian orang tersebut
membawanya kepada beliau, lalu Rasulullah mengikatkan kayu pada kapak
tersebut dengan tangannya kemudian berkata kepadanya: "Pergilah kemudian
carilah kayu dan juallah. Jangan sampai aku melihatmu selama lima belas
hari." … (HR. Abu Dawud & Ibnu Majah)
Ketika Khalifah Umar r.a. mendengar jawaban orang-orang yang berdiam di
masjid di saat orang sibuk bekerja bahwa mereka bertawakkal, beliau
berkata: “Kalian adalah orang-orang yang malas bekerja, padahal kalian tahu
bahwa langit tidak akan menurunkan hujan emas dan perak.”
Kemudian Umar ra. mengusir mereka dari masjid, dan memberi mereka setakar
biji-bijian. Beliau katakan pada mereka: “Tanamlah dan bertawakkallah kepada
Allah!”
Dari sini, Imam Ghazali rahimahullah menyatakan bahwa wajib atas Waliyul amri
(pemerintah) memberi sarana-sarana pekerjaan kepada para pencari kerja.

c. Menyuruh rakyatnya yg hidup diatas standar untuk menanggung nafkah


kerabatnya yg tidak mampu mencari nafkah.

d. Negara wajib menanggung kebutuhan pokok rakyatnya saat rakyat


tersebut sudah tidak mampu bekerja, dan kerabatnya juga hidupnya tidak
melebihi standard.

“Barang siapa meninggalkan harta (kekayaan), maka (harta itu) untuk ahli
warisnya, dan barang siapa meninggalkan keluarga (miskin yg tak mampu), maka
itu menjadi tanggunganku kepadaku”(H.R. Bukhari).
‘Umar bin Khaththab. ra, pernah membangun suatu rumah yang diberi nama ,
“daar al-daaqiq’ (rumah tepung) antara Makkah dan Syam. Di dalam rumah itu
tersedia berbagai macam jenis tepung, korma, dan barang-barang kebutuhan
lainnya. Tujuan dibangunnya rumah itu adalah untuk menolong orang-orang yang
singgah dalam perjalanan dan memenuhi kebutuhan orang-orang yang perlu
sampai kebutuhannya terpenuhi.

Diriwayatkan melalui Umar ra. di mana ia melihat seorang kafir dzimmi yang
mengemis, padahal dia sudah tua. Umar pun berkata;"Kami tidak adil kepadamu,
kami mengambil jizyah darimu ketika kamu masih muda, dan hari ini kami telah
menyia-nyiakanmu."Kemudian Umar ra memerintah untuk menjatah bahan
makanan untuk orang ini dari Baitul Mal. (As Samarqandy, Tanbîhul Ghâfiliin)

6. Menjaga harta kaum muslimin dan menyerahkan pada yg berhak.

Suatu ketika Rasulullah bergegas setelah shalat Ashar, melangkahi pundak


orang- orang menuju kamar istrinya, setelah kembali Beliau saw bersabda:

“Aku bergegas dari shalat karena aku ingat suatu lantakan emas yang masih
tersimpan di rumah kami. Aku tidak suka jika barang itu menahanku, maka aku
memerintahkan (kepada istriku) untuk membagi-bagikannya.” (HR. Bukhory)

Imam Ali juga meriwayatkan bahwa khalifah ‘umar pernah mencari unta zakat yg
lepas, dan khawatir kalau diakhirat akan dituntut gara-gara menyia-nyiakan hak
umat Islam (Al Ghazali, Mukâsyafatul Qulûb)

7. Mewajibkan kepada setiap rakyat untuk menolong yang kekurangan

Ketika negara memang tidak mempunyai kas lagi untuk menolong orang yang
kekurangan, maka kewajiban ini kembali berasli ke umat Islam yang mempunyai
kelebihan harta. Berkata Imam Ibnu Hazm dalam kitabnya, Al-Muhalla
(4/281) “Orang-orang kaya ditempatnya masing-masing mempunyai kewajiban
menolong orang-orang fakir dan miskin, dan pemerintah pada saat itu berhak
memaksa orang-orang kaya (untuk menolong fakir-miskin).
D. HIDUP BAHAGIA MENURUT AL-QURAN

Allah Subhanahu Wa Ta’ala :

َ‫س ِن َما كَانُوا َي ْع َملُون‬ َ ‫صا ِل احا ِم ْن ذَك ٍَر أ َ ْو أ ُ ْنثَى َوه َُو ُمؤْ ِم ٌن فَلَنُحْ ِييَنَّهُ َحيَاةا‬
َ ْ‫طيِِّبَةا َو َلنَجْ ِزيَ َّن ُه ْم أَجْ َر ُه ْم بِأَح‬ َ ‫َم ْن َع ِم َل‬

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan


dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An-
Nahl : 97)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah swt menjanjikan kepada orang yang
beramal shalih baik itu perempuan atau laki-laki dan ia beriman, untuk
memberikan kehidupan yang baik serta pahala yang lebih baik dari apa yang ia
amalkan sebagai balasan.
Ada beberapa pendapat dari ulama mengenai makna amal shalih, diantaranya
sebagai berikut:

1. Ibnu Katsir menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan amal shalih di sini
adalah amal yang bermanfaat dan sesuai dengan al-Qur’an dan Hadis Nabi saw.
2. Muhammad Abduh berpendapat bahwa amal shalih adalah segala perbuatan
yang berguna bagi pribadi, keluarga, kelompok, dan manusia secara
keseluruhan.
3. Az-Zamakhsyari berpendapat bahwa amal shalih adalah segala perbuatan yang
sesuai dengan dalil akal, al-Qur’an dan sunah Nabi
Dari beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa makna pokok
dari amal shalih adalah amal yang bermanfaat baik bagi diri sendiri dan orang
lain.
Adapun kehidupan yang baik dalam ayat tersebut menurut Ibnu Katsir adalah
kehidupan yang bahagia, tenang, dan mendapatkan kecukupan rezeki yang halal.
Yang perlu digaris bawahi di sini adalah kehidupan yang baik itu bukan berarti
kehidupan yang mewah yang luput dari ujian, tetapi ia adalah kehidupan yang
diliputi rasa lega, kerelaan, serta kesabaran dalam menerima cobaan dan rasa
syukur atas nikmat Allah swt. Dengan demikian, yang bersangkutan tidak merasa
takut yang mencekam, atau kesedihan yang melampaui batas, karena dia selalu
menyadari bahwa pilihan Allah swt adalah yang terbaik, dan di balik segala
sesuatu ada ganjaran yang menanti.

Masih ada pendapat lain tentang makna kehidupan yang baik yang
dimaksud. Misalnya, kehidupan di surga kelak, atau di alam Barzah, atau
kehidupan yang diwarnai oleh qana’ah, atau rezeki yang halal.

Kesemuanya itu jika disatukan maka berkumpul pada satu titik kesimpulan
bahwa yang dimaksud kehidupan yang baik adalah kehidupan yang bahagia di
dunia dan akhirat.
Selain itu, dapat kita cermati bahwa dalam ayat ini juga berbicara tentang
pentingnya iman dalam menyertai amal.

Setiap amal yang tidak dibarengi dengan keimanan, maka dampaknya


hanya sementara. Dalam kehidupan dunia ini terdapat hal-hal yang kelihatan
sangat kecil bahkan tidak terlihat oleh pandangan, tetapi justru merupakan unsur
asasi bagi sesuatu. Ibaratnya seperti setetes racun yang diletakan di gelas yang
penuh air, tidaklah mengubah kadar dan warna cairan di gelas itu, tetapi
pengaruhnya sangat fatal. Begitu pula, kekufuran/ketiadaan iman yang bersemai
di hati orang-orang kafir bahkan yang mengaku muslim sekalipun, merupakan
nilai yang merusak. Karena itulah sehingga berkali-kali al-Qur’an
memperingatkan pentingnya iman menyertai amal, karena tanpa iman kepada
Allah swt amal ini akan menjadi sia-sia belaka. Allah berfirman:

‫َوقَ ِد ْمنَا إِلَى َما َع ِملُوا ِم ْن َع َم ٍل فَ َجعَ ْلنَاهُ َهبَا اء َم ْنث ُ ا‬


‫ورا‬
Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu
(bagaikan) debu yang berterbangan. (QS. Al-Furqan (25): 23)

Maka beruntunglah orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih


dengan hadiah yang telah dijanjikan oleh Allah swt, karena hal tersebut tidak akan
diperoleh oleh orang-orang yang berpaling dari mengingat Allah swt, tidak
beriman dan tidak mengerjakan amal shalih.

Rasulullah saw bersabda:

ُ‫قَا َل قَدْ أ َ ْفلَ َح َم ْن أَ ْسلَ َم َو ُر ِزقَ َكفَّافاا َوقَنَعَهُ هللاُ بِ َما آتاه‬
Sungguh beruntung orang yang memeluk Islam, ia mendapat rezeki yang cukup
dan merasa puas dengan apa yang diberikan Allah kepadanya. (HR. Muslim)

Sebaliknya, orang yang tidak beriman serta tidak mengerjakan amal shalih, maka
ia akan senantiasa berada dalam kesusahan. Apabila ditimpa suatu bencana atau
cobaan, maka ia akan merasa sangat bersedih hati, gundah dan gelisah. Kemudian
apabila ia tidak memperoleh apa yang ia kehendaki berupa kesenagan dunia, maka
ia akan bersedih hati karena ia mengira bahwa puncak kebahagiaan adalah
tercapainya kesenangan hidup dan menikmati kelezatannya

Hal lain yang dapat kita maknai adalah bahwa ayat ini menekankan persamaan
antara perempuan dan laki-laki dalam hal beramal shalih. Artinya baik laki-laki
maupun perempuan dituntut agar melakukan amalan-amalan yang bermanfaat
baik untuk dirinya dan orang lain.

7 Tanda Kebahagiaan Dunia

Ibnu Abbas r.a. adalah salah seorang sahabat Nabi SAW yang terkenal
dengan julukan Turjumaanul Qur’an (orang yang paling ahli dalam
menerjemahkan Alquran). suatu hari ia ditanya oleh para Tabi’in (generasi
sesudah para Sahabat) mengenai apa yang dimaksud dengan kebahagiaan dunia.
Ibnu Abbas menjawab bahwa ada 7 (tujuh) indikator kebahagiaan dunia, yaitu :

Pertama, Hati yang selalu bersyukur.


Artinya selalu menerima apa yang telah Allah SWT berikan dengan ikhlas
apapun bentuknya. Agar dapat selalu bersyukur, maka mestilah kita memahami
ayat. "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman.” (QS. Al
Mu’minun, 23 : 1)

Mengapa beruntung?. Karena setiap peristiwa apapun itu yang ditimpakan oleh
Allah terhadap hambanya yang beriman adalah sebuah keberuntungan bagi
dirinya. Apapun bentuknya. Tetapi kuncinya jika hambanya ikhlas. Ikhlas dalam
artian memurnikan. Ilustrasinya jika dia diberikan kesenangan, orang yang
beriman akan ikhlas dan bersyukur dengan memuji Allah, berdoa serta
membagikan rizki, kesenangan atau nikmatnya kepada hamba-hamba lainnya.
Dalam hadits yg diriwayatkan Imam Muslim (shahih muslim no. 4673)
dinyatakan bahwa : Rasulullah bersabda "janganlah kamu sekalian terlalu
bersedih & tetaplah berbuat kebaikan karena dalam setiap musibah yang menimpa
seorang muslim terdapat penghapusan dosa bahkan bencana kecil yg menimpanya
atau karena sebuah duri yg menusuknya."
Memiliki jiwa syukur berarti selalu menerima apa adanya (qona’ah),
sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stress, inilah nikmat bagi
hati yang selalu bersyukur. berbahagialah orang yang pandai bersyukur!

Kedua, pasangan hidup yang sholeh.


Pasangan hidup yang sholeh akan menciptakan suasana rumah dan
keluarga yang sholeh pula. Di akhirat kelak seorang suami (sebagai imam
keluarga) akan diminta pertanggungjawaban dalam mengajak istri dan anaknya
kepada kesholehan. Berbahagialah menjadi seorang istri bila memiliki suami yang
sholeh, yang pasti akan bekerja keras untuk mengajak istri dan anaknya menjadi
muslim yang sholeh.
sebaliknya pula seorang istri yang sholehah, akan memiliki kesabaran dan
keikhlasan yang luar biasa dalam melayani suami dan anak-anaknya. Pasangan
hidup yang saleh. ia menciptakan suasana rumah teduh dan menurunkan keluarga
yang saleh pula. indah dan menentramkan. para peneliti membuktikan, kesalehan
(inner beauty) adalah 2/3 faktor penentu kebahagiaan hidup, sedangkan
kecantikan atau ketampanan dan kekayaan hanyalah 1/3 darinya. Maka
berbahagialah menjadi seorang suami/istri yang memiliki seorang suami/istri yang
sholehah.
Ketiga, anak yang sholeh.
Rasulullah saw bersabda: "Apabila seorang anak Adam mati maka
terputuslah seluruh amalnya kecuali dari tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu
yang bermanfaat atau anak shalih yang selalu mendoakannya." (HR. Muslim)

Saat Rasulullah SAW thawaf. Rasulullah bertemu dengan seorang anak muda
yang pundaknya lecet-lecet. Setelah selesai thawaf Rasul bertanya kepada anak
muda itu : “Kenapa pundakmu itu ?” Jawab anak muda itu : “Ya Rasulullah, saya
dari Yaman, saya mempunyai seorang ibu yang sudah udzur. Saya sangat
mencintai dia dan saya tidak pernah melepaskan dia.
Saya melepaskan ibu saya hanya ketika buang hajat, ketika sholat, atau
ketika istirahat, selain itu sisanya saya selalu menggendongnya”. Lalu anak muda
itu bertanya: ” Ya Rasulullah, apakah aku sudah termasuk kedalam orang yang
sudah berbakti kepada orang tua?”
Nabi SAW sambil memeluk anak muda itu dan mengatakan: “Sungguh
Allah ridho kepadamu, kamu anak yang soleh, anak yang berbakti, tapi anakku
ketahuilah, cinta orangtuamu tidak akan terbalaskan olehmu”. Dari hadist tersebut
kita mendapat gambaran bahwa amal ibadah kita ternyata tidak cukup untuk
membalas cinta dan kebaikan orang tua kita, namun minimal kita bisa
memulainya dengan menjadi anak yang soleh, dimana doa anak yang sholeh
kepada orang tuanya dijamin dikabulkan Allah. Berbahagialah kita bila memiliki
anak yang sholeh.

Keempat, lingkungan yang kondusif untuk iman kita.


"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu
bersama orang-orang yang benar(jujur)." (QS. At Taubah, 9 : 119)
Nabi SAW juga mengajarkan kepada kita agar bersahabat dengan orang

yang dapat memberikan kebaikan dan sering menasehati kita.
 “Seseorang yang

duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan
berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak
dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal
dapat harumnya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak
mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya
yang tidak enak.” (HR. Bukhari)

Kelima, harta yang halal.


Harta yang halal. yang terpenting dalam Islam kualitas harta, bukan
kuantitas harta. Ini tidak berarti Islam tidak menyuruh umatnya untuk kaya.
Dalam riwayat Imam Muslim di dalam bab sadaqoh, Rasulullah SAW pernah
bertemu dengan seorang sahabat yang berdoa mengangkat tangan. “Kamu berdoa
sudah bagus”, kata Nabi SAW, “Namun sayang makanan, minuman dan pakaian
dan tempat tinggalnya didapat secara haram, bagaimana doanya dikabulkan”.
Berbahagialah menjadi orang yang hartanya halal karena doanya sangat
mudah dikabulkan Allah. Harta yang halal juga akan menjauhkan setan dari
hatinya, maka hatinya semakin bersih, suci dan kokoh, sehingga memberi
ketenangan dalam hidupnya. Maka berbahagialah orang-orang yang selalu dengan
teliti menjaga kehalalan hartanya.
Keenam, semangat untuk memahami agama.
Semangat memahami agama diwujudkan dalam semangat memahami
ilmu-ilmu agama Islam. Semakin ia belajar, semakin cinta ia kepada agamanya,
semakin tinggi cintanya kepada Allah dan rasul-Nya. Cinta inilah yang akan
memberi cahaya bagi hatinya. Semangat memahami agama akan meng “hidup”
kan hatinya, hati yang “hidup” adalah hati yang selalu dipenuhi cahaya nikmat
Islam dan nikmat iman. Maka berbahagialah orang yang penuh semangat
memahami ilmu agama Islam.
Ketujuh, umur yang barokah.
Umur yang baroqah itu artinya umur yang semakin tua semakin sholeh,
yang setiap detiknya diisi dengan amal ibadah. Umur yang dalam kesehariannya
selama 24 jam adalah menjadi nilai ibadah. Seseorang yang mengisi hidupnya
untuk kebahagiaan dunia semata, maka hari tuanya akan diisi pada bagaimana
caranya menikmati sisa hidupnya, maka iapun sibuk berangan-angan terhadap
kenikmatan dunia yang belum ia sempat rasakan, hatinya kecewa bila ia tidak
mampu menikmati kenikmatan yang diangankannya. Sedangkan orang yang
mengisi umurnya dengan banyak mempersiapkan diri untuk akhirat (melalui amal
ibadah) maka semakin tua semakin rindu ia untuk bertemu dengan Allah SWT.
Inilah semangat “hidup” orang-orang yang baroqah umurnya, maka berbahagialah
orang-orang yang umurnya barokah.
BAB III
KESIMPULAN

· Nilai kebahagiaan tidak bisa diukur dengan materi, akan tetapi adalah kekayaan
keyakinan kepada Allah, serta ketenangan jiwa karena hanya berharap pada Allah
dan keharmonisan kepada sesama.
· Terpuasnya keinginan kita bukan berarti sumber kebahagiaan, akan tetapi justru
dapat menimbulkan kesengsaraan serta penyesalan yang tiada berujung.karena
dengan seperti itu berarti kita memuaskan nafsu yang menunjukan kepada
kesengsaraan bukan kebahagiaan.
· Kebahagiaan yang hakiki adalah kebahagiaan yangberdasarkan tuntutan Al-
quran dan As-sunnah.dan itulah yang menunjukan jalan kebahagiaan.
· Manusia berdasarkan tabiatnya selalu menginginkan kebahagiaan namun
berbagai macam cara yang ditempuh itu salah, sehingga bukan kebahagiaan yang
didapatkan tetapi kesengsaraan.
· Banyak sekali cara yang bisa ditempuh dalam mencapai kebahagiaan asalkan
sesuai dengan ajaran agama islam,karena tidak bisa dipungkiri bahwa
kebahagiaan bersifat subyektif.(sesuai orang yang menghendaki kebahagiaan.
Kemudian penulis menyadari bahwa penulis dalam menyusun makalah ini banyak
sekali kekurangan disana-sini sehingga apabila pembaca menemukan sesuatu
yang kurang, maka penulis dengan senang hati menerima kritik serta saran yang
membangun. Untuk perbaikan tugas-tugas yang selanjutnya.semoga dengan
makalah ini Allah SWT. Menetapkan kita semua menjadi orang yang
mendapatkan kebahagiaan.
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.uinsby.ac.id/1364/4/Bab%201.pdf

https://www.academia.edu/29950038/AGAMA_FIX

Anda mungkin juga menyukai

  • 5 Penutup
    5 Penutup
    Dokumen2 halaman
    5 Penutup
    Anonymous 5osIc7ImJ2
    Belum ada peringkat
  • Daftar Is1
    Daftar Is1
    Dokumen1 halaman
    Daftar Is1
    Anonymous 5osIc7ImJ2
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi Fix
    Daftar Isi Fix
    Dokumen5 halaman
    Daftar Isi Fix
    Anonymous 5osIc7ImJ2
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen2 halaman
    COVER
    Anonymous 5osIc7ImJ2
    Belum ada peringkat
  • Daftar Gambar
    Daftar Gambar
    Dokumen4 halaman
    Daftar Gambar
    Anonymous 5osIc7ImJ2
    Belum ada peringkat
  • COVERR
    COVERR
    Dokumen5 halaman
    COVERR
    Anonymous 5osIc7ImJ2
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen2 halaman
    Bab 1
    Anonymous 5osIc7ImJ2
    Belum ada peringkat
  • Daftar Gambar
    Daftar Gambar
    Dokumen1 halaman
    Daftar Gambar
    Anonymous 5osIc7ImJ2
    Belum ada peringkat
  • Diagram Alir Prosedur Proses Elektrokoagulasi
    Diagram Alir Prosedur Proses Elektrokoagulasi
    Dokumen1 halaman
    Diagram Alir Prosedur Proses Elektrokoagulasi
    Anonymous 5osIc7ImJ2
    Belum ada peringkat
  • Tugas Pak TJ
    Tugas Pak TJ
    Dokumen3 halaman
    Tugas Pak TJ
    Anonymous 5osIc7ImJ2
    Belum ada peringkat
  • Gambar Alat Adsorpsi
    Gambar Alat Adsorpsi
    Dokumen1 halaman
    Gambar Alat Adsorpsi
    Anonymous 5osIc7ImJ2
    Belum ada peringkat