Anda di halaman 1dari 23

PENGEMBANGAN PRODUK

ALGINAT TROPIS : PRODUK FERMENTASI SECARA FED-BATCH


OLEH Azotobacter vinelandii
Sebagai Prasyarat Kelulusan Mata Kuliah Pengembangan Produk Mikroba (BM - 4102)

Oleh:

Cyntia Sari Dewi

10413018

PROGRAM STUDI SARJANA MIKROBIOLOGI

SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2016
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim

Puji syukur penulis ucapkan, kehadirat Allah SWT karena atas izin dan karunianya saya dapat
menyelesaikan proposal pengembangan produk dengan judul “ALGINAT TROPIS : PRODUK
FERMENTASI SECARA FED-BATCH OLEH Azotobacter vinelandii”. Proposal ini berisi
abstrak, pendahuluan, ide produk, knowledge, alur produksi, dan kesimpulan terkait produk yang di
ajukan.Proposal ini dibuat untuk memenuhi persyaratan mata kuliah Pengembangan Produk Mikroba
BM-4102 pada program sarjana Mikrobiologi Sekolah ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi
Bandung. Selesainya proposal ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Gede Suantika , selaku dosen koordinator mata kuliah, yang telah banyak memberi saran dan
masukan untuk kesuksesan pengembangan produk ini
2. Ayah, Ibu, dan Adik-adik yang telah memberi dukungan materi serta moril sehingga proposal ini
dapat terselesaikan
3. Teman-teman mikrobiologi 2013 yang selalu aktive dan ceria sehingga memberi semangat untuk
saya guna menyelesaikan proposal ini

Penulis menyadari proposal ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan proposal ini, sehingga untuk
kedepannya dihasilkan proposal yang lebih baik.

Bandung, Desember 2016

Cyntia Sari Dewi


(Penulis)

2
DAFTAR ISI

Summary Of Develop Product ...................................................................................................................... 1


BAB II........................................................................................................................................................... 2
INTRODUCTION ........................................................................................................................................ 2
2.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 2
2.2 Existing typical product ................................................................................................................ 3
2.3 Challenge ...................................................................................................................................... 4
2.4 Importance of your new product ................................................................................................... 5
2.5 Goal of product development ........................................................................................................ 6
BAB III ......................................................................................................................................................... 7
SELECTED PRODUCT ............................................................................................................................... 7
BAB IV ......................................................................................................................................................... 8
KNOWLEDGE ............................................................................................................................................. 8
BAB V ........................................................................................................................................................ 14
PRODUCTION FLOW CHART ................................................................................................................ 14
5.1 Flow Chart .................................................................................................................................. 14
5.2 Process description...................................................................................................................... 14
BAB VI ....................................................................................................................................................... 19
CLOSING REMARK ................................................................................................................................. 19
BAB VII ...................................................................................................................................................... 20
PUSTAKA .................................................................................................................................................. 20

i
Summary Of Develop Product

Alginat merupakan salah satu produk yang berfungsi sebagai stabilizer, emulsifier,
dan pengental. Penggunaan alginat sangat luas mulai dari industri kosmetik, farmasi,
tekstil, dan makanan. Alginat dapat di produksi dari alga coklat. Namun produksi dari
alga cokat memiliki kelemahan, diantaranya; dibutuhkan waktu untuk melakukan
pembiakan alga coklat terlebih dahulu, proses purifikasi terdiri dari beberapa
tingkatan yang cukup kompleks. Di Indonesia spesies alga coklat yang dapat
berkembang biak terbatas hanya pada jenis Sargassum sp dan Turbinaria sp. Setelah
melakukan pencarian literatur ternyata alginat dapat diproduksi dari bakteri
Azotobacter vinelandii. Keuntungan produksi alginat dari bakteri antara lain; waktu
produksi relatif singkat, tidak membutuhkan biaya yang mahal karena substrat yang
digunakan bisa berasal dari produk samping pertanian seperti produk samping
industri pertanian, dan dapat menghasilkan produk dalam jumlah besar. Dilihat dari
segi produk, alginat dari A vinelandii memiliki kekuatan yang lebih dibanding alginat
yang di produksi dari alga coklat. Hal ini karena struktur alginat A vinelandii di
dominasi oleh komponen guluronik yang mampu mempengaruhi kekuatan gel yang
dibentuk. Sampai saat ini jumlah impor alginat untuk industri di indonesia mencapai
2.6663,5 ton per tahun dengan nilai Rp.41.550.600.000,00. Hal ini menjadi peluang
besar untuk terjun di dalam dunia produksi alginat. Adapun proses produksi alginat
dari A vinelandii memiliki beberapa tahapan diantaranya; pengadaan bahan baku,
pengolahan bahan baku, proses fermentasi, purifikasi, dan packaging. Semua tahapan
proses produksi tersebut di kontrol oleh SOP yang telah di tetapkan pihak
perusahaan. Dari 1 L medium produksi yang digunakan dapat dihasilkan alginat
sebanyak 18,6-20 gram.

1
BAB II

INTRODUCTION

2.1 Latar Belakang


Terdapat berbagai macam senyawa stabilizer es krim. Gelatin merupakan jenis
stabilizer yang paling umum digunakan dalam industri makanan. Gelatin diproduksi
dari kulit atau tulang hewan ternak seperti babi, kambing, dan sapi. Namun produksi
gelatin masih terbatas di Indonesia. Sampai saat ini kebutuhan gelatin masih di impor
dari negara India, Cina, Thailand, dll. Gelatin yang masuk ke Indonesia, beberapa
diantaranya harus melalui sertifikasi halal. Sehingga perlu dicari alternatif lain bahan
sebagai stabilizer. Salah satu yang paling berpotensi adalah alginat. Alginat umumnya
diproduksi dari brown seewed, dari jenis Macrocystis pyrifera, Laminaria digitata, L.
hyperborea, L.japonica, Ascophyllum nodosum, Ecklonia masima, dan Eisenia
bycyclis. Jenis alga coklat tersebut tumbuh dengan baik di daerah perairan subtropis,
sedangkan di perairan tropis seperti di Indonesia, jenis alga coklat yang ada hanya
dari genus Sargassum sp dan Turbinaria sp. Produksi alginat dari rumput laut
memiliki kelemahan yaitu membutuhkan waktu budidaya yang cukup lama yaitu
sekita 4-5 minggu, dan sistem pengontrolan produksi yang kompleks, maka perlu
dicari solusi lain, terkait produsen alginat (Purwaningsih, 1996). Setelah melakukan
studi literatur, ternyata bakteri Azotobacter vinelandii memiliki kemampuan untuk
memproduksi alginat. Kelebihan alginat dari bakteri ini adalah memiliki kemampuan
membentuk gel dengan struktur yang lebih kuat. Alginat memiliki struktur kimia
polimer linear yang terdiri dari alpha-L-guluronic acid dan beta-D-mannuronic acid.
Ketika kekuatan gel menjadi hal yang penting maka komponen L-guluronic harus
lebih tinggi dibanding komponen mannuronic. Alginat yang dihasilkan oleh
Azotobacter vinelandii kaya akan komponen guluronik jika dipanen di awal fasa
eksponensial, sehingga gel yang dihasilkan memiliki kekuatan yang lebih baik.
Selain itu, memproduksi alginat dari bakteri memiliki beberapa keuntungan,
diantaranya; waktu yang diperlukan untuk memproduksi produk yang diinginkan
relatif singkat, tidak membutuhkan biaya yang mahal karena substrat yang digunakan

2
bisa berasal dari produk samping pertanian seperti produk samping pengolahan
tapioka, maupun pengolahan tebu (molase), dan produksi dengan menggunakan
mikroorganisme dapat menghasilkan produk dalam jumlah besar.

2.2 Existing typical product


Permintaan alginat di Indonesia terus meningkat, seiring dengan peningkatan
jumlah penduduk. Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) yang dikutip dari Jurnal
Syahputra tahun 2016, dilaporkaan bahwa kebutuhan alginat masih di penuhi dengan
cara impor. Jumlah impor alginat mencapai 2.6663,5 ton per tahun dengan nilai
Rp.41.550.600.000,00. Jumlah tersebut dapat memenuhi kebutuhan industri
kosmetik, makanan, farmasi, dll. Saat ini baru ada 1 pabrik pengolahan rumput laut
coklat menjadi alginat di Indonesia.

Untuk memenuhi kebutuhan pasar, sampai saat ini pemerintah masih


melakukan impor. Berikut merupakan data statistik impor alginat (Prasetya, 2009).

Tahun Agar-agar Alginat


Volume (Kg) Nilai (US$) Volume (Kg) Nilai (US$)
1999 159.349
2000 43.472 300.710 4.639.508 5.114.598
2001 261.947 542.193 2.938.303 4.764.968
2002 350.111 526.957 3.717.901 4.848.997
2003 162.885 273.973 3.653.365 5.473.142

Permintaan akan stabilizer, gelling agent, dan emulsifier di dunia industri


terus meningkat. Selain itu, saat ini alginat secara luas digunakan sebagai bahan
mikroenkapsulasi probiotik untuk menjaga viabilitasnya selama proses, dan tambahan
pangan (Zanjani, 2014). Hal ini akan menjadi peluang besar untuk melakukan suatu
usaha (bisnis) di bidang produksi alginat. Adapun permintaan pasar akan alginat di
Indonesia menurut data tahun 2001 adalah (Prasetya, 2009).

Aplikasi Volume (ton) Persentase (%)


Makanan dan farmasi 10.000 33
Technical grade 20.000 67

3
2.3 Challenge
Alginat merupakan salah satu produk yang penting, banyak digunakan di berbagai
industri, baik di industri makanan, industri tekstil, industri farmasi, kosmetik,
deterjen, dll. Di dunia industri senyawa ini berguna sebagai pembentuk gel,
pengemulsi, dan penstabil. Seperti telah di jelaskan sebelumnya untuk memnuhi
kebutuhan industri yang ada di indonesia, kebutuhan alginat masih di penuhi dengan
cara impor dari berbagai negara seperti inggris, RCC, Perancis, dan Jepang.
Kebutuhan pasar dunia terus meningkat yang berarti merupakan peluang yang cukup
menjanjikan untuk berkecimpung di bidang produksi alginat. Saat ini nilai alginat di
pasaran berkisar antara 170.000 – 200.000 per Kg. Sampai sejauh ini indonesia masih
memproduksi alginat dalam skala kecil. Alternatif yang telah banyak dilakukan oleh
negara maju adalah produksi alginat dengan menggunakan mikroorganism. Selain
mudah melakukan kontrol, waktu yang di butuhkan pun relatif singkat dibanding
produksi dengan rumput laut (Karistian, 2010).

Namun, disisi lain, untuk memproduksi alginat dari mikroorganisme memiliki


tantangan. Teknologi produksi jenis ini tergolong baru untuk negara berkembang
seperti Indonesia. Jumlah ahli yang ada pun masih terbatas, masih banyak ilmu-ilmu
yang harus di pelajari dan dikembangkan dengan cara mengadopsi penerapan yang
telah dilakukan negara-negara maju, sehigga dapat dicapai pembuatan pabrik (LIPI,
2016).

Paradigma pemerintah untuk melakukan importasi masih tinggi. Sehingga banyak


kebijakan-kebijakan yang di buat pemerintah cenderung melegalkan impor barang
dalam jumlah besar, terutama untuk memenuhi kebutuhan di bidang pangan.
Importasi dianggap memiliki biaya yang lebih murah dibandingkan produksi secara
mandiri. Hampir 65% kebutuhan pangan dalam negeri di penuhi dengan cara impor
(Neraca, 2012).

4
2.4 Importance of your new product
Kemampuan alginat untuk membentuk kekentalan dalam suatu larutan
bergantung pada masa molekul alginat itu sendiri. Alginat yang dihasilkan oleh alga
coklat memiliki masa molekul berkisar antara 48 sampai 186 kDa. Sedangkan, alginat
yang diisolasi dari A vinelansii memiliki masa molekul dengan rentang yang lebih
luas yaitu 80-4000 kDa. Properti pembentukan gel alginat berhubungan dengan
afinitasnya terhadap ion tertentu, khususnya ion Ca2+ kemampuan alginat mengikat
ion ini bersifat selektive dan kooperative. Sifat selektive ditentukan oleh residu G,
yaitu panjang dari molekul G (guluronat). Alginat yang kaya akan properti residu
blok G akan memiliki kemampuan mengikat ion yang lebih baik, sehingga
meningkatkan sifat rigid dari alginat. Alginat yang memiliki rasio M/G rendah akan
membentuk gel yang sifatnya kuat dan kasar. Sedangkan alginat dengan rasio M/G
tinggi akan membentuk gel lebih lemah dan halus, tapi lebih elastis (Pena, 2009).
Alginat yang dihasilkan oleh Azotobacter vinelandii kaya akan komponen guluronik
jika dipanen di awal fasa eksponensial, sehingga gel yang dihasilkan memiliki
kekuatan yang lebih baik. selain itu, memproduksi alginat dari bakteri memiliki
beberapa keuntungan, diantaranya; waktu yang diperlukan untuk memproduksi
produk yang diinginkan relatif singkat, tidak membutuhkan biaya yang mahal karena
substrat yang digunakan bisa berasal dari produk samping, mampu menghasilkan
produk dalam jumlah besar (Purwaningsih, 1996).

Alginat dari A vinelandii berbeda dari alginat dari alga, alginat bakteri memiliki
komponen O-acetylated, sedangkan alginat alga tidak memiliki properti acetylated.
Alginat bakteri memiliki struktur yang lebih baik, hal ini karena kelompok acetyl
akan mempengaruhi sekuens stereoangular dan mempengaruhi efek konformasi
secara signifikan. Keberadaan O-acetylated menguntungkan, karena dapat
meningkatkan viskositas dan kemampuan polimerisasi (Pena, 2009). Dalam dunia
industri alginate menjadi zat yang banyak digunakan karena memiliki karakteristik
berupa memiliki kapasitasa membentuk gel, berperan sebagai stabilizer, agen
pengental (Then, 2012).

5
2.5 Goal of product development
Tujuan perancangan pengembangan produk ini adalah menerapkan disiplin ilmu
mikrobiologi yang telah didapat khususnya dalam bidang operasi produk fermentasi,
yaitu produk alginat. Adapun tujuan konkret dari produk yang di kembangkan adalah
menyediakan produk untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik khususnya, dan
internasional umumnya akan produk alginat. Lebih jauh lagi diharapkan
keterhantungan terhadap impor produk alginat akan berkurang, mendorong usaha
untuk memenuhi kebutuhan alginat secara mandiri, dan dapat membuka lapangan
kerja bagi masyarakat Indonesia.

6
BAB III

SELECTED PRODUCT

Berdasarkan penjelasan yang ada pada BAB II, bahwa kebutuhan akan produk
alginat sebagai bahan tambahan pangan terus meningkat, baik di lingkungan
domestik maupun mancanegara. Oleh karena itu, guna menjawab tantangan akan
pemenuhan kebutuhan bahan alginat khususnya di Indonesia, di usulkan ide produksi
natrium-alginat menggunakan Azotobacter vinelandii. Alginat dalam bentuk alaminya
tidak larut dalam air namun dapat larut dalam pelarut organik. Sehingga, untuk
membuat alginat yang dapat diaplikasikan di berbagai industri, khususnya industri
pangan, perlu di buat alginat yang bersifat larut dalam air. Alginat akan bersifat larut
dalam air apabila berada dalam bentuk garam alkali. Salah satu golongan alkali (IA)
dalam sistem periodik unsur kimia yang paling umum digunakan adalah Natrium.
Untuk itu digunakan lah Natrium sebagai senyawa yang akan berikatan dengan
alginat pada pembuatan produk ini. Produk dalam bentuk Na-alginat memiliki sifat
stabilitas yang lebih baik di banding bentuk lainnya. Sehingga, pada saat proses
distribusi produk kemungkinan kerusakan produk akan diminimalisir. Na-alginat
ketika dilarutkan dalam air akan membentuk kisi-kisi seperti jala yang mampu
mengikat molekul air dalam jumlah banyak, dan menahan molekul tersebut dengan
baik, sehingga kemampuannya sebagai emulsifier menjadi lebih baik.

7
BAB IV

KNOWLEDGE

Alginat merupakan suatu polisakarida linear yang tersusun dari komponen


(14)-β-D-asam manuronik dan epimernya, dan (14)-α-L-asam guluronat (Pena,
200x). Struktur alginat berupa cincin tetrahydopran yang dapat membentuk 2
konfigurasi seperti gambar di bawah ini. Di alam konfigurasi C1 dimiliki oleh
manuronat, sedangkan konfigurasi guluronat berbentuk 1C. Polimer alginat
dihubungkan antara C-1 dan C-4 melalui ikatan eter oksigen. Polimer ini terdiri dari 3
jenis, yaitu ; polimer M (manuronat, G (guluronat), dan MG ( campuran keduanya).

Alginat memiliki sifat koloidal, dapat membentuk gel dan hidrofobik, sehingga
senyawa ini banyak diaplikasikan sebagai agen emulsifier, pengental dan stabilizer di
berbagai industri, baik itu industri kosmetik, obat, maupun pangan. Alginat dapat
mengeyalkan, menjaga tekstur, serta meningkatkan cita rasa dalam pembuatan
puding. Dalam dunia kosmetik, alginat dimanfaatkan karena memiliki sifat dapat
mengikat air dan mudah menembus jaringan kulit. Sehingga, membuat polimer ini
dapat terikat dengan sempurna di jaringan kulit untuk dapat mempertahankan

8
kelembaban dan elastisitas kulit. Adapun secara khusus penjelasan manfaat alginat di
dunia industri adalah

Aplikasi industri Alginate

1. Makanan
Pada industri makanan, alginat berfungsi sebagai bahan
tambahan, dimanfaatkan karena kemampuannya memberi kekentalan,
sebagai stabilizing atau emulsifer dan sebagai pembentuk gel. Industri
makanan yang sangat membutuhkan emulsifier adalah industri
pembuatan es krim. Alginat digunakan sebagai agen yang dapat
menjaga kestabilan es krim dengan cara mengikat air. Karena alginat
berikatan dengan air, maka akan di hindarkan terjadinya pembentukan
kristal air, sehingga tektur es krim yang di hasilkan akan lebih lembut.
Pada industri makanan yang dibekukan, polimer alginat akan
membantu mempertahankan struktur dan jaringan makanan. Aplikasi
lain adalah pada pembuatan saus mustard, sodium alginat digunakan
sebagai stabilize, sehingga menjadikan produk lebih kompak. Selain
itu dalam pembuatan mayonise alginat digunakan sebagai agen
pengental emulsi fasa minyak. Konten rendah kalori alginat
menjadikan polimer ini di aplikasikan sebagai bulking agent pada
pembuatan produk hipokalori.
2. Biomedical

Dalam dunia medis alginate yang digunakan harus memiliki tingkat


kemurnian yang tinggi. Dalam dunia farmasi secara umum alginat
digunakan sebagai stabilizer larutan, sebagai pengikat agen yang bersifat
tidak stabil pada obat. Alginat memiliki sifat non-toksin, biocompatible,
non-imunogenik, hydrophilic, dan biodegradable. Hidrogel alginat
digunakan sebagai materi bulking untuk imobilisasi secara in vivo maupun
invitro, dalam mengontrol sistem delivery suatu obat. Alginat digunakan

9
dalam bentuk hidrogel, untuk penutupan luka, pengantaran obat, dan
aplikasi rekayasa jaringan.Selain itu, konjugat alginat telah diuji sebagai
antigen untuk mengontrol cyctis fibrosis, dan infeksi bakteri. Dalam
beberapa dekade terakhir mikroenkapsulasi menggunakan alginat telah
banyak diteliti dan dilaporkan, diketahui bahwa alginat akan
mengantarkan dan melindungi properti farmasi dari degradasi oleh sistem
imun, tidak hanya berupa obat obatan, namun juga bisa dalam bentuk sel
transplant. Polimer ini kemudian difungsikan sebagai agen imobilisasi
molekul/sel.

Azotobacter vinelandii pathway alginate production

A vinelandii merupakan kelompok gamma proteobakteri yang memiliki tipe


respirasi secara aerob, dimana membutuhkan oksigen sebagai akseptor elektron
terminal. Nitrogen akan difiksasi saat berada pada kondisi mikroaerofilik atau pada
konsidi aerob. Pertumbuhannya bersifat heterotrofik dimana A vinelandii akan
memanfaatkan gula, alkohol, garam dari asam organik sebagai sumber karbon. Gula
akan dimetabolisme melalui jalur Entner-Doudoroff. Genus Azotobacter jarang
membentuk suatu dormant cyst pada fase stasioner. Cyst secara signifikan bersifat
lebih resisten terhadap desikasi daripada sel vegetative. Alginat merupakan
komponen dari envelope yang melindungi cyst, dan secara langsung akan melindungi
sel dari kekeringan. Alginat juga berfungsi melindungi sel dari toksistan logam berat,
membantu sel menangkap ion divalen, dan menyediakan properti pelindung dari
perubahan kondisi lingkungan yang terjadi secara mendadak.

10
Gambar 1 pathway biosintesis alginat

Jalur sintesis alginat pada Azotobacter spp ditunjukan pada Gambar 2 diatas.
Fruktosa 6- fosfat yang merupakan prekursor jalur metabolik, akan dikonversi
menjadi GDP-asam manuronik oleh 4 reaksi enzimatik (PMI, PMM, GMPP, GMD).
Polimerisasi GDP asam manuronik dikonduksi oleh suatu inner membran
mannuronate polymerase (Alg8), aktivitasnya diregulasi oleh protein iner membran
Alg44, dimana protein ini bersifar esensial untuk biosintesis alginat.
Poliasammanuronik kemudian di modifikasi oleh komplek periplasmik O-acetylase
(AlgI,AlgV,AlgF), beberapa residu manuronate yang tidak di acetilasi akan
mengalami epimerisasi oleh epimerase periplasmik manuronat (AlgG) menjadi
guluronate. Polimer kemudian di bawa ke mambran luar melalui protein pore-forming
AlgJ, dimana terdapat beberapa aktivitas dari C- 5 epimerase ekstraselular. (AlgE1-

11
7). A vinelandii memproduksi residu dengan jumlah berbeda dimana akan
berpengaruh pada panjang blok G (Galindo, 2007).

Faktor yang mempengaruhi produksi alginat oleh A vinelandii melalui metode


fermentasi

1. Pengaruh Dissolve oxgen tension


Aerasi dan pengadukan merupakan parameter penting dalam produksi
polisakarida mikroorganisme. Diketahui bahwa dalam kondisi rendah dissolve
oxygen tension, organisme akan mengakumulasi polimer intraseluler,
sedangkan pada kadar DOT tiggi A vinelandii menggunakan sumber karbon,
untuk memproduksi biomasa. Efisiensi produksi alginar dari A vinelandii
terjadi jika dan hanya jika kondisi oksigen dikontrol berada pada rentang 1-
10%. Selain itu DOT dan kecepatan pengadukan berpengaruh pada komposisi
dan masa molekul penting atau mean mass molecular (MMM) dari alginat
yang diproduksi A vinelandii.
Contoh, pada kultur yang diberi perlakuan dengan tingkat agitasi
rendah (300rpm) dan DOT 5%, MMM mencapai kadar maksimum pada
680kDa. Sedangkan pada agitasi tinggi (700 rpm), molekul MMM akan
meningkat dengan DOT (1-3%). Kadar tersebut akan menurun saat DOT
dinaikan (5%). Pada kondisi phospate terbatas, molekular mass dan guluronik
akan meningkat seiring peningkatan DOT, mencapai nilai maksimal pada 800
kDa MM dan 50% asam guluronat dalam medium akan terbentuk saat saturasi
sebesar 10%. Kemudian, dibawah kondisi fiksasi nitrogen, bakteri akan
membentuk slimy layer atau kapsul alginat di sekitar sel, untuk menangani
stres oksigen dan melindungi sistem nitrogenase, sehingga menyebabkan
penurunan biosintesis alginat.
2. Pengaruh komponen medium
Akan dibahas lebih dalam mengenai pengaruh calcium, phosphate, dan
nitrogen pada produksi alginat dan masa molekul (MM). Penelitian Parente

12
yang di publikasi tahun 2000 menunjukan bahwa kelebihan fosfat pada
medium (400mg/L) menyebabkan penurunan jumlah alginat.
Sumber nitrogen paling baik untuk produksi alginat adalah pepton,
tripton, dan ekstrak yeast, yang akan menghasilkan alginat sebesar 4±0,4 g/L.
konsentrasi algiant terbesar dihasilkan saat bakteri di tumbuhkan pada
medium yang mengandung sumber nitrogen berupa pepton. Mean molecular
mass (MMM) diperoleh dalam konsentrasi yang sangat rendah dibawah
kondisi N2-Fixing. Keberadaan asam 3N-morpholino-propane-sulfonic
(MOPS) dalam medium akan menyebabkan pH medium bersifat konstan
selam proses fermentasi. Komponen tersebut akan berpengaruh terhadap
konten acetyl dan properti fisikokimia dari polimer tersebut. pH medium yang
terkontrol menghasilkan efisiensi produksi alginat pada medium. Ilustrasi
dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar 2 pengaruh pH terkontrol dan tidak terkontrol terhadap produksi alginat dan biomasa

13
BAB V

PRODUCTION FLOW CHART

5.1 Flow Chart

5.2 Process description

Pengadaan Bahan Baku

Pengadaan bahan baku untuk proses fermentasi bisa di lakukan melalui jalur
darat dan jalur laut. Dalam setiap pengadaan bahan baku, pasti dilakukan pengujian
Quality control, sesuai dengan SOP yang telah di tetapkan. Adapun bahan baku yang
di maksud mencakup ;

1. Medium pertumbuhan dan aktivasi A vinelandii


A vinelandii ditumbuhkan dalam medium padat vegetative ATCC 14 dengan
komposisi medium sebagai berikut dalam (g/L); sucrose, 20.0; yeast extract,
0.5; KH2PO4, 0.2; K2HPO4, 0.8; MgSO4.7H2O, 0.2; CaSO4.2H2O, 0.1;

14
FeCl3, 0.002; Na2MoO4.2H2O, 0.001, dengan penambahan bakto agar
sebanyak 2%. Untuk medium aktivasi, digunakan medium vegetative tanpa
penambahan bakto agar. Jika pada suatu kondisi supplier tidak dapat
menyediakan medium yang sudah siap digunakan, maka pabrik akan
melakukan pencampuran bahan baku tersebut secara mandiri
2. Medium Fermentasi
Dalam proses produksi alginat digunakan medium dasar berupa produk
samping industri tapioka, yang memiliki standar sebagai berikut :
Komponen Nilai
Kandungan organik 2541,41 ppm
Total amonia Nitrogen 11,39 ppm
Total Fosfat 24,02 ppm
Orthofosfat 16,32 ppm
Kalsium 18,7 ppm
Magnesium 4,64 ppm
Natrium 2,68 ppm
Besi 2,3 ppm
Gula 0,11 g/L
pH 3,76

Sebagai sumber karbon yang murah digunakan molase. Molase merupakan


produk samping dari pengolahan gula dari tebu. Sebanyak 100 g molase
mengandung 75 g sumber karbon berada dalam bentuk gula. Selain itu
terdapat bahan tambahan lain, yang digunakan untuk proses produksi antara
lain adalah ; (NH3)2SO4, 2.0; MgSO4.7H2O, 0.2; CaSO4.2H2O, 0.1;
FeSO4.7H2O, 0.005; Na2MoO4.2H2O, 0.0002.
Jika bahan baku tidak memenuhi standar mutu tersebut, bahan akan di reject
dan dikembalikan ke supplier.
3. NaOH
NaOH berfungsi dalam pembuatan Na-Alginat, Na-OH harus dipastikan tidak
tercampur dengan garam basa lainnya, termasuk garam basa dari golongan
alkali itu sendiri.
4. Sumber Air.

15
Air yang digunakan dalam proses produksi berasal dari air
peggunungan/sungai ynag mengalir di sekitar pabrik produksi, dimana kadar
mineral dan logamnya sudah diketahui. Adapun standar mutu air untuk
industri menurut peraturan pemerintah no 82 tahun 2001 adalah; tidak berbau,
tidak berwarna, tidak berasa, tidak mengandung besi dan mangan (PPRI,
2001).

Pengolahan Bahan Baku

Bahan baku seperti medium, NaOH, dan produk samping tapioka yang telah
lulus QC kemudian di simpan digudang penyimpanan. Gudang penyimpanan harus
berada pada kondisi kering, dimana di lengkapi dengan blower untuk mengalirkan
udara lembab ke luar gudang. Kondisi lembab harus dihindari karena dapat merusak
kondisi bahan baku, akibat adanya insuksi pertumbuhan mikroba baik itu jamur
maupun bakteri lain.

Khusus untuk air, jika sumber air mengandung mineral, maka air harus
melewati proses treatment terlebih dahulu untuk menghilangkan kandungan mineral
tersebut. Kandungan mineral yang tidak terkontrol dalam air dapat mengganggu
proses fermentasi nantinya.

Medium aktivasi dan medium pertumbuhan sebelum bisa digunakan harus


melalui proses sterilisasi. Komponen yeast extract KH2PO4,K2HPO4,
MgSO4.7H2O, CaSO4.2H2O, FeCl3, dan Na2MoO4.2H2O di sterilisasi dengan cara
autoklave pada suhu 121oC selama 15 menit, sedangkan sukrosa di sterilisasi secara
terpisah dengan metode pasterisasi pada suhu 65oC selama 30 menit.

Medium produksi utaama adalah produk samping tapioka yang berbentuk


cair. Untuk memaksimalkan produksi alginat oleh A vinelandii maka perlu di lakukan
penambahan beberapa kandungan nutrisi, diantaranya dalam g/L adalah ; molase 30,
(NH3)2SO4, 2.0; MgSO4.7H2O, 0.2; CaSO4.2H2O, 0.1; FeSO4.7H2O, 0.005;
Na2MoO4.2H2O, 0.0002. semua kandungan tersebut di sterilisasi dengan

16
menggunakan autoklave selama 12 menit pada suhu 121 oC. Kecuali untuk molase di
sterilisasi secara terpisah menggunakan metode pasteurisasi selama 30 menit pada
suhu 65oC.

Proses Fermentasi

Langkah pertama yang perlu dilakukan sebelum melakukan proses fermentasi


adalah menyiapkan kultur A vinelandii. Kultur A vinelandii diaktivasi dengan cara
menginokulasikan 1-2 oose stock kultur ke dalam medium aktivasi berupa medium
vegetative cair 500 mL, dengan komponen medium sudah di jelaskan sebelumnya.
Aktivasi tersebut dilakukan dalam beberapa ulangan, mengingat proses produksi yang
dilakukan sudah dalam skala industri maka dibutuhkan kultur starter dalam jumlah
banyak. Kemudian kultur di inkubasi pada suhu 30oC dengan agitasi 200 rpm selama
24 jam. Kemudian masing- masing kultur ukuran 500 mL di pindahkan ke medium
aktivasi dalam jumlah lebih besar yaitu kedalam 5 L medium aktivasi. Hasil inokulasi
tersebut diinkubasi pada kondisi yang sama selama 24 jam. Kemudian dilakukan
produksi dengan skala produksi 250 L, dengan menambahkan kultur starter yang
telah diaktivasi sebanyak 5 L (2% dari medium produksi). Jumlah ini diperuntukan
untuk 1 bioreaktor. Dalam proses produksi digunakan 5 bioreaktor yang berbeda,
dengan ukuran yang sama. Inkubasi dalam proses produksi dilakukan pada suhu 30oC
± 3, selama 32 jam , dengan agitasi 200 -300 rpm. Dengan menggunakan fermentasi
fed-batch, dibarengi dengan pengontrolan oksigen secara mikroaerofil akan diperoleh
hasil alginat maksimal sebesar 18,6 g/L, atau 0,66 g/g cell.

Purifikasi

Purifikasi dilakukan dengan menambhakan etanol 95% v/v ke dalam medium


fermentasi. Etanol berfungis untuk mengendapkan alginat. Campuran tersebut
kemudian di sentrifugasi selama 30 menit dengan kecepatan 6000 rpm. Supernatan
yang terbentuk dipisahkan, dan presipitat di rendam dengan menggunakan NaOH cair
yang telah disiapkan, kemuian dicuci dengan menggunakan air distilasi sebanyak 2

17
kali, dan dikeringkan dalam oven 105oC selama 24 jam. Na-Alginat pun siap dikemas
dan dipasarkan.

Pengemasan (packaging)

Terdapat 2 jenis produk yang akan di pasarkan, yaitu produk ukuran besar (25
Kg) dan ukuran kecil 500 gr. Produk ukuran besar akan di pack ke dalam karung
berbahan kain seperti karung terigu. Na-alginat yang bertektur halus perlu
ditempatkan dalam wadah yang memiliki pori-pori kecil.

Untuk ukuran produk yang kecil akan dikemas dalam box-box berbahan kardus,
sebelumnya alginat ditempatkan dalam wadah sejenis alumunium foil. Bentuk produk
yang akan di pasarkan seperti pada gambar berikut.

18
BAB VI

CLOSING REMARK

Kesimpulan

Berdasarkan analisis permintaan pasar dan peluang yang telah di lakukan adapun
poin-poin penting terkait bisnis di bidang ini antara lain ;

1. Prospek bisnis terbuka lebar, dengan melihat kebutuhan produk alginat yang
besar di Indonesia. Hal ini di dukung dengan semakin berkembanganya dunia
industri di dalam negeri.
2. Keuntungan produk cukup menjanjikan ; memiliki kekuatan tekstur yang
lebih baik, dapat diproduksi dengan jumlah banyak, waktu produksi relatif
cepat.
3. Dapat diperoleh alginat dengan jumlah maksimal sebesar 18,6 – 20 gr/ L.

Saran

Untuk mengatasi masalah yang mungkin terjadi selama proses produksi, saya
mengajukan beberapa saran diantaranya ;

1. Memiliki penasehat perusahaan yang memang sudah terbukti capable di


bidang produksi in i, seperti dosen-dosen mikrobilogi di SITH.
2. Melakukan pematangan rencana usaha sebelum benar-benar terjun ke dunia
bisnis.
3. Selalu melakukan monitoring secara berkala saat proses produksi sudah
dimulai, hal ini untuk mengurangi kemungkinan kontaminasi yang terjadi

19
BAB VII

PUSTAKA

Karistian, Y. 2010. Produksi Sodium Alginat dari Rumput Laut Coklat. [online]
http://repository.wima.ac.id/3857/2/BAB%201.pdf. Diakses : 3 Desember 2016

LIPI (Lembaga Ilmu dan Pengetahuan Indonesia). 2016. 3 Tantangan Pengembangan


Bioteknologi di Indonesia. [online]
http://www.biotek.lipi.go.id/index.php/publication/berita/biotek-dalam-
berita/1610-ini-tiga-tantangan-pengembangan-bioteknologi-di-indonesia.
Diakses : 3 Desember 2016

Neraca. 2012. Kedaulatan Pangan Sulit Lepas dari Paradigma Impor. [online]
http://www.neraca.co.id/article/21456/kedaulatan-pangan-sulit-lepas-dari-
paradigma-impor. Diakses : 3 Desember 2016

PPRI.2001. Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. [online]


http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuAirLimbahDomestikDKI/LAMP2.
pdf. Diakses : 3 Desember 2016

Prasetya, T. 2009. Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Natrium Alginat dari Rumput
Laut Coklat dengan Proses Ekstraksi. Skripsi universitas sumatera utara.
Medan.
Purwaningsih, S., & Trilaksani, W. (1996). Produksi Alginat Oleh Bakteri
Azotobacter Vinelandii Datam Medium Limbah Cair Tapioka.
SYAPUTRA SABIR, S. U. R. Y. A. (2016). UJI KARAKTERISTIK FISIK BAHAN
CETAK Irreversible Hydrocolloid DARI ALGA COKELAT (Phaeophyta) JENIS
Padina sp (Doctoral dissertation).

Then, C., Othman, Z., Mustapha, W. W., Sarmidi, M. R., Aziz, R., & El Enshasy, H.
A. (2012). Production of alginate by Azotobacter vinelandii in semi-industrial
scale using batch and fed-batch cultivation systems. Journal of Advanced
Scientific Research, 3(4), 45-50.
Zanjani, M. A. K., Tarzi, B. G., Sharifan, A., & Mohammadi, N. (2014).
Microencapsulation of probiotics by calcium alginate-gelatinized starch with
chitosan coating and evaluation of survival in simulated human gastro-intestinal
condition. Iranian journal of pharmaceutical research: IJPR, 13(3), 843.

20

Anda mungkin juga menyukai