PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana diketahui, manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang
selalu membutuhkan sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu tidak
dapat dihindari bahwa manusia harus selalu berhubungan dengan manusia lainnya.
Hubungan manusia dengan manusia lainnya, atau hubungan manusia dengan
kelompok, atau hubungan kelompok dengan kelompok inilah yang disebut sebagai
interàksi sosial. Banyak pakar menilai bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan
yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat. Komunikasi dan
masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.
Sebab tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat terbentuk, sebaliknya tanpa
masyarakat maka manusia tidak mungkin dapat mengembangkan komunikasi.
(Riswandi, 2009)
Komunikasi kesehatan menjadi semakin populer dalam upaya promosi kesehatan.
Komunikasi kesehatan sangat efektif dalam mempengaruhi perilaku karena
didasarkan pada psikologi sosial, pendidikan kesehatan, komunikasi massa, dan
pemasaran untuk mengembangkan dan menyampaikan promosi kesehatan dan pesan
pencegahan.
Komunikasi terapeutik mengarah pada bentuk komunikasi interpersonal. Suatu
bentuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual yang
didasarkan pada pencapaian kebutuhan dasar manusia. (Suparyanto, 2010) Dalam hal
ini asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien bersifat komprehensif,
ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat, baik dalam kondisi sehat dan sakit
yang mencakup seluruh kehidupan manusia. Sedangkan asuhan yang diberikan berupa
bantuan-bantuan kepada pasien karena adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemampuan dan kemauan dalam
melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri. (Mungin, 2008).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud komunikasi?
2. Apa yang dimaksud komunikasi terapeutik?
3. Apa yang di maksud dengan penyakit terminal?
4. Bagaiman perawatan pada pasien dengan penyakit terminal?
5. Bagaimana peran perawat dalam melakukan komunikasi terapeutik pada pasien
terminal?
6. Apa saja teknik-teknik komunikasi pada pasien dengan penyakit terminal?
C. Tujuan
1. Menjelaskan yang dimaksud komunikasi.
2. Menjelaskan yang dimaksud komunikasi terapeutik.
3. Menjelaskan yang di maksud dengan penyakit terminal.
4. Mengetahui perawatan pada pasien dengan penyakit terminal.
5. Mengetahui peran perawat dalam melakukan komunikasi terapeutik pada pasien
terminal.
6. Menjelaskan teknik-teknik komunikasi pada pasien dengan penyakit terminal.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Komunikasi
Istilah ‘komunikasi’ (communication) berasal dari Bahasa Latin ‘communicatus’ yang
artinya berbagi atau menjadi milik bersama. Dengan demikian komunikasi menunjuk
pada suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Secara
harfiah, komunikasi berasal dari Bahasa Latin: “Communis” yang berarti keadaan
yang biasa, membagi. Dengan kata lain, komunikasi adalah suatu proses di dalam
upaya membangun saling pengertian. Jadi kominukasi dapat diartikan suatu proses
pertukaran informasi di antara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda
atau tingkah laku.
William F. Glueck membagi komunikasi menjadi dua bagian yaitu, komunikasi antar
personal (interpersonal communication), yaitu proses pertukaran informasi dan
pemindahan pengertian antara dua orang atau lebih dalam suatu kelompok kecil.
Sedangkan komunikasi kelompok (organization communication), yaitu proses
pemindahan informasi dan pemindahan pengertian dari satu pembicara kepada
kelompok dalam suatu organisasi.
Komunikasi merupakan suatu proses karena melalui komunikasi seseorang
menyampaikan dan mendapatkan respon. Komunikasi dalam hal ini mempunyai dua
tujuan, yaitu : mempengaruhi orang lain dan untuk mendapatkan informasi. Akan
tetapi, komunikasi dapat digambarkan sebagai komunikasi yang memiliki kegunaan
atau berguna (berbagi informasi, pemikiran, perasaan) dan komunikasi yang tidak
memiliki kegunaan atau tidak berguna (menghambat/ blok penyampaian informasi
atau perasaan). (Mungin, 2008)
Keterampilan berkomunikasi merupakan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang
untuk membangun suatu hubungan, baik itu hubungan yang kompleks maupun
hubungan yang sederhana melalui sapaan atau hanya sekedar senyuman. Pesan verbal
dan non verbal yang dimiliki oleh seseorang menggambarkan secara utuh dirinya,
perasaannya dan apa yang ia sukai dan tidak sukai. Melalui komunikasi seorang
individu dapat bertahan hidup, membangun hubungan dan merasakan kebahagiaan.
(Pendi, 2009)
B. Defenisi Komunikasi Terapeutik
Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik, dalam hal ini
komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat melakukan intervensi
keperawatan harus mampu memberikan khasiat therapi bagi proses penyembuhan
pasien.Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat-
pasien yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah pasien. Maksud komunikasi
adalah untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Oleh karenanya seorang perawat
harus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan aplikatif komunikasi terapeutik
agar kebutuhan dan kepuasan pasien dapat dipenuhi. Di dalam komunikasi terapeutik
ini harus ada unsur kepercayaan. (Pendi, 2009)
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar dan
bertujuan dan kegiatannya difokuskan untuk kesembuhan pasien, dan merupakan
komunikasi professional mengarah pada tujuan untuk penyembuhan pasien. (Suryani,
2005)
Komunikasi terapeutik adalah modalitas dasar intervensi utama yang terdiri
atas teknik verbal dan nonverbal yang digunakan untuk membentuk hubungan
antara terapis dan pasien dalam pemenuhan kebutuhan (Mubarak, 2012). Oleh
karena itu, komunikasi terapeutik merupakan hal penting dalam kelancaran
pelayanan kesehatan yang dilakukan terapis untuk mengetahui apa yang dirasakan
dan diinginkan pasien.
Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling
memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dan
komunikasi interpersonal adalah adanya saling membutuhan antara perawat dan
pasien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat
dan pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan. (Purwanto, 2011)
Komunikasi Terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan
dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. (Suparyanto, 2010) Jadi,
komunikasi terapeutik merupakan suatu bentuk komunikasi yang di rencanakan dan
dilakukan untuk membantu penyembuhan atau pemulihan pasien.
C. Penyakit Terminal
Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan
melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi individu.
(Carpenito, 2004) Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit
yang menuju kearah kematian contohnya seperti penyakit jantung, dan kanker atau
penyakit terminal ini dapat dikatakan harapan untuk hidup tipis, tidak ada lagi obat-
obatan, tim medis sudah give up (menyerah) dan seperti yang dikatakan di atas tadi
penyakit terminal ini mengarah kearah kematian.
(Nursedarsana, 2010) Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya,
kematian tidak dapat dihindari dalam waktu bervariasi. ( Stuart & Sundeen, 2009)
Penyakit pada stadium lanjut, penyakit utama tidak dapat diobati, bersifat progresif,
pengobatan hanya bersifat paliatif (mengurangi gejala dan keluhan, memperbaiki
kualitas hidup. (Heelya, 2009) Pasien penyakit terminal adalah pasien yang sedang
menderita sakit dimana tingkat sakitnya telah mencapai stadium lanjut sehingga
pengobatan medis sudah tidak mungkin dapat menyembuhkan lagi. Oleh karena itu,
pasien penyakit terminal harus mendapatkan perawatan paliatif yang bersifat
meredakan gejala penyakit, namun tidak lagi berfungsi untuk menyembuhkan. Jadi
keadaan terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak ada
harapan lagi bagi yang sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh
suatu penyakit atau suatu kecelakaan.
Adapun kriteria penyakit terminal menurut Stuart & Sundeen (2009), adalah sebagai
berikut:
a. Penyakit yang tidak dapat disembuhkan lagi
b. Mengarah pada kematian
c. Diagnosa medis sudah jelas
d. Tidak ada obat untuk menyembuhkan
e. Prognosis jelek f. Bersifat progresif
2. Jenis-Jenis Penyakit Terminal
Adapun yang dapat dikategorikan sebagai penyakit terminal menurut Stuart &
Sundeen (2009) adalah :
a. Penyakit-penyakit kanker
Kanker merupakan salah satu penyakit berbahaya yang ada. Diantara beberapa jenis
kanker, kanker payudara adalah jenis kanker yang paling berbahaya dan paling sering
terjadi. Kanker payudara sangat berbahaya dikarenakan kanker jenis ini menyerang
organ reproduksi luar yaitu payudara dan dapat menyebar ke bagian tubuh lain.
Kanker payudara juga dapat menyebabkan kematian. Kanker payudara yang dapat
menyebabkan kematian adalah kanker payudara stadium IV.
Pada kanker payudara stadium IV seseorang sudah menderita kanker payudara yang
sangat parah atau bahkan tidak memiliki harapan hidup (terminal). Kondisi terminal
pada penderita kanker payudara stadium IV tidak dapat dihindari dan ini pasti akan
dialami oleh setiap penderita yang akan menjelang ajal. Pada kondisi terminal
perubahan utama yang terjadi adalah perubahan psikologis yang menyertai pasien.
Perubahan psikologis tersebut biasanya mengarah ke arah yang lebih buruk dan
membuat pasien menjadi tidak koperatif. Disini peran perawat sangat dibutuhkan dan
menjadi hal yang penting, dan untuk membuat klien merasa lebih nyaman dan mampu
membuat klien menjadi tenang pada saat menjelang ajal.
b. Penyakit-penyakit infeksi
Meningitis merupakan infeksi pada selaput otak yang di sertai radang membran
pelindung yang menyelubungi otak dan sumsum tulang belakang, yang mana
keseluruhan tersebut di sebut meningen. Bahayanya adalah Apabila Meningitis telah
masuk stadium terminal dan tidak ditangani segera, maka adanya resiko kematianlah
yang akan terjadi dalam waktu kurang lebih 3 pekan.
Respon terhadap penyakit yang mengancam hidup dibagi kedalam empat fase, yaitu
(Doka,1993):
1.Fase Prediagnostik
2.Fase Akut
3.Fase Kronis
Dalam kondisi ini kematian bukan lagi hanya kemungkinan, tetapi pasti terjadi
1.Problem Oksigenisasi
Respirasi irregular, cepat atau lambat, sirkulasi perifer menurun, perubahan mental;
agitasi-gelisah, tekanan darah menurun, hypoksia, akumulasi secret, nadi ireguler.
2.Problem Eliminasi
Konstipasi, medikasi atau imobilitas memperlambat peristaltik, kurang diet serat dan
asupan makanan juga mempengaruhi konstipasi.
4.Problem suhu
5.Problem Sensori
6.Problem nyeri
Ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara intra vena, pasien harus
selalu didampingi untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kenyaman.
Seringkali tirah baring lama menimbulkan masalah pada kulit sehingga pasien
terminal memerlukan perubahan posisi yang sering.
8.Masalah Psikologis
Pasien terminal dan orang terdekat biasanya mengalami banyak respon emosi,
perasaaan marah dan putus asa seringkali ditunjukan. Problem psikologis lain yang
muncul pada pasien terminal antara lain ketergantungan, hilang control diri, tidak
mampu lagi produktif dalam hidup, kehilangan harga diri dan harapan, kesenjangan
komunikasi/ barrier komunikasi.
Seseorang dengan penyakit terminal akan mengalami rasa berduka dan kehilangan.
Sebagai seorang perawat kita harus mampu memahami hal tersebut. Komunikasi
dengan pasien penyakit terminal merupakan komunikasi yang tidak mudah.
Perawat harus memiliki pengethauan tentang penyakit yang mereka alami serta
pengetahuan tentang proses berduka dan kehilangan.
(Potter & Perry, 2009) Dalam berkomunikasi, gunakan komunikasi terbuka dan
jujur, tunjukkan rasa empati. Dengarkan dengan baik, tetap berpikiran terbuka,
serta amati respon verbal dan nonverbal pasien dan keluarga. Saat berkomunikasi
mungkin saja pasien akan menghindari topik pembicaraan, diam, atau mungkin
saja menolak untuk berbicara. Hal tersebut adalah respon umum yang mungkin
terjadi. Respon berduka yang normal seperti kesedihan, mati rasa, penyangkalan,
marah, membuat komunikasi menjadi sulit. Jika pasien memilih untuk tidak
mendiskusikan penyakitnya saat ini, perawat harus mengizinkan dan katakana
bahwa pasien bisa kapan saja mengungkapkannya. Beberapa pasien tidak akan
mendiskusikan emosi karena alasan pribadi atau budaya, dan pasien lain ragu -
ragu untuk mengungkapkan emosi mereka karena orang lain akan meninggalkan
mereka. (Potter & Perry, 2009) Memberi kebebasan klien memilih dan
menghormati keputusannya akan membuat hubungan terapeutik dengan pasien
berkembang. Terkadang pasien perlu mengatasi berduka mereka sendirian sebelum
mendiskusikannya dengan orang lain. Ketika pasien ingin membicarakan tentang
sesuatu, susun kontrak waktu dan tempat yang tepat.
Tingkat kesadaran terhadap kondisi penyakit terminal menurut Stuart & Sundeen
(2009), adalah sebagai berikut :
a. Closed Awareness
Dalam hal ini pasien dan keluarga tidak menyadari datangnya kematian, tidak tahu
mengapa sakit dan percaya akan sembuh.
b. Mutual Pretense
Dalam hal ini pasien, keluarga, team kesehatan tahu bahwa kondisinya terminal
tetapi merasa tidak nyaman untuk dan menghindari membicarakan kondisi yang
dihadapi pasien. Ini berat bagi pasien karena tidak dapat mengekspresikan
kekuatannya.
c. Open Awareness
Pada kondisi ini pasien dan orang disekitarnya tahu bahwa dia berada diambang
kematian sehingga tidak ada kesulitan untuk membicarakannya. Pada tahap ini
pasien dapat dilibatkan untuk proses intervensi keperawatan.
3) Focusing
Membantu pasien mendiskusikan hal yang mencapai topik utama dan menjaga agar
tujuan komunikasi tercapai. Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang dan
damai. Kepada keluarga dan teman-temannya dibutuhkan pengertian bahwa pasien
telah menerima keadaanya dan perlu dilibatkan seoptimal mungkin dalam program
pengobatan dan mampu untuk menolong dirinya sendiri sebatas kemampuannya.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Tujuan
komunikasi terapeutik adalah membantu pasien untuk memperjelas dan
mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk
mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan,
mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya, mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik,
dan dirinya sendiri.
Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan
melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi
individu. (Carpenito, 2004) Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu
penyakit yang menuju kearah kematian contohnya seperti penyakit jantung, dan
kanker atau penyakit terminal ini dapat dikatakan harapan untuk hidup tipis, tidak
ada lagi obat-obatan, tim medis sudah give up (menyerah) dan seperti yang
dikatakan di atas tadi penyakit terminal ini mengarah kearah kematian.
Pasien dengan penyakit terminal tentu akan merasakan situasi dan kondisi tidak
nyaman, merasa kehilangan, untuk itu perlu dukungan dari orang-orang sekitar
khususnya perawat dengan cara memberikan perhatian kepada pasien agar
memberikan sedikit kenyamanan dan rasa perhatian dengan menggunakan teknik
komunikasi terapeutik.
B. Saran
Sebagai seorang perawat sudah semestinya untuk memahami bagaimana teknik
komunikasi terapeutik kepada pasien khususnya kepada pasien dengan penyakit
terminal yang bertujuan untuk memberikan dukungan dan bantuan bagi pasien,
sehinggan pasien merasa hidupnya lebih bermakna dan akhirnya dapat meninggal
dengan tenang dan damai.