Tugas Frs Ulkus Dekubitus
Tugas Frs Ulkus Dekubitus
Puji syukur kepada tuhan yang maha esa sehingga dapat menyelesaikan tugas
farmasi rumah sakit berupa makalah tentang Ulkus Dekubitus. Makalah ini
menjabarkan tentang dekubitus, faktor-faktor yang mempengaruhi serta penanganan
atau pengobatanya decubitus.
Terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah farmasi rumah sakit serta
anggota kelompok yang telah membantu proses pembuatan makalah. Jika ada
kekurangan ataupun kekeliruan pada penulisan, penyusun mengucapkan permohonan
maaf yang sebesar-besarnya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Istilah ulkus dekubitus (pressure sore, dan bed sore) merupakan jenis luka
tekanan, yang dapat terjadi akibat posisi pasien. Luka akibat tekanan merupakan
komplikasi serius dari multimorbiditas dan kurangnya mobilitas.Ulkus dekubitus
tidak selalu dapat dicegah dan disembuhkan. Gangguan perfusi dan faktor lain
meningkatkan risiko ulkus dekubitus dan gangguan kognitif dapat membuat langkah-
langkah profilaksis menjadi lebih sulit. Angka kejadian ulkus dekubitus stadium III
dan stadium IV sekitar 3 % dan dapat meningkat menjadi 4 % pada orang tua yang
dirawat di lembaga. Menurut study dari Hamburg belum ada penurunan angka
kejadian ulkus dekubitus selama 10 tahun terakhir. 1,2
Faktor risiko merupakan hal utama yang harus diperhatikan oleh tenaga
kesehatan jika menemukan pasien yang immobile. Langkah - langkah yang tepat
kemudian diambil agar dapat mencegah terjadinya ulkus dekubitus pada pasien yang
berisiko, dengan dua prinsip utama yaitu sosialisasi gerakan aktif dan penurunan
tekanan secara pasif dengan seringnya dilakukan perubahan posisi. Selain itu,
kekurangan gizi, gangguan perfusi dan penyakit yang mendasari yang membatasi
mobilitas harus ditangani secara spesifik dan gejala yang menyertainya, seperti
nyeri,harus ditangani gejalanya. Selama pengobatan pasien, kelayakan, implementasi
dan efektivitas tindakan terapeutik harus secara berkala ditinjau dan
didokumentasikan dan setiap koreksi yang dipelukan harus dilakukan.
1.4 Manfaat
Dapat menjadi informasi tambahan mengenai faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kejadian ulkus decubitus serta cara menanganinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi
Lebih dari 60% pasien usia lanjut menderita ulkus decubitus pasien dan
dengan demikian ini merupakan kelompok terbesar di antara mereka, baik karena
orang tua lebih mungkin untuk menderita penyakit yang melumpuhkan seperti stroke
dan karena perubahan yang berkaitan dengan usia di kulit, pembuluh darah, dan
organ lainnya membuat pasien usia lanjut yang lebih rendah secara fungsional dalam
menghadapi penyakit dari pasien yang lebih muda dengan penyakit yang sama.
Dengan demikian, perubahan posisi saat tidur jauh lebih sering pada orang tua
(bahkan ketika sehat) dibandingkan pada orang yang lebih muda. Pasien usia lanjut
yang multimorbid juga lebih mungkin menderita komplikasi seperti kekurangan gizi
atau delirium. Kualitas kulit juga mempengaruhi tekanan yang menyebabkan ulserasi.
Kelumpuhan, pingsan, dan penuaan menyebabkan atrofi kulit dengan penipisan
lapisan kulit. Penurunan omset epidermal, penipisan dermal-epidermal junction, dan
hilangnya vaskularisasi terjadi pada usia lanjut. Selain itu, kulit menjadi lebih rentan
terhadap traumatis ringan, seperti gesekan dan geseran. Trauma yang menyebabkan
de-epitelisasi atau menghilangkan penghalang terhadap kontaminasi bakteri dan
menyebabkan transdermal kehilangan air, menciptakan maserasi.
Sebuah penilaian yang sistematis risiko ukus dekubitus dapat dilakukan dengan
menggunakan alat penilaian seperti skala Braden atau skala Norton.
2.3 Etiopathogenesis
Gesekan adalah kekuatan yang menahan gerak relatif antara dua permukaan
yang berada dalam kontak. Hal ini menyebabkan kerusakan pada lapisan superficial
kulit (misalnya ketika seorang pasien diangkat dengan seprai). Gaya geser dan
gesekan memperburuk efek dari tekanan dan merupakan komponen penting dari
mekanisme cedera. Maserasi dapat terjadi pada pasien yang memiliki inkontinensia,
predisposisi kulit cedera. Tekanan, gaya geser, dan gesekan menyebabkan oklusi
mikrosirkulasi dan akibat iskemia, yang mengarah ke peradangan dan jaringan
anoksia. Jaringan yang anoksia menyebabkan kematian sel, nekrosis, dan ulserasi.
Dari berbagai jaringan pada risiko kematian akibat tekanan, jaringan otot
rusak terlebih dahulu, sebelum kulit dan jaringan subkutan, mungkin karena
meningkatnya kebutuhan oksigen dan kebutuhan metabolisme yang lebih tinggi.
Perubahan ireversibel dapat terjadi selama sedikitnya 2 jam tekanan terganggu. Kulit
dapat menahan iskemia dari tekanan langsung hingga 12 jam. Pada saat terjadi
ulserasi melalui tingkat kulit, kerusakan yang signifikan dari otot yang mendasarinya
mungkin sudah terjadi, membuat keseluruhan bentuk dari ulkus seperti kerucut
terbalik.
1. Tuberositas ischii
Frekuensinya mencapai 30% dari lokasi tersering. Terjadi akibat tekanan
langsung pada keadaan duduk. Juga karena foot rest pada kursi roda yang
terlalu tinggi, sehingga berat badan tertumpu pada daerah ischium.
2. Trochanter mayor
Frekuensinya mencapai 20% dari lokasi yang tersering. Terjadi karena
lama berbaring pada satu sisi, kursi roda terlalu sempit, osifikasi
heterotropik, skoliosis, yang mengakibatkan pindahnya berat badan ke sisi
panggul yang lain.
3. Sacrum
Frekuensinya mencapai 15% dari lokasi tersering. Terjadi pada penderita
yang lama berbaring terlentang, tidak mengubah posisi berbaring secara
teratur, salah posisi path waktu duduk dikursi roda juga dapat terjadi
karena penderita merosot di tempat tidur dengan sandaran miring, terlalu
lama kontak dengan urin, keringat ataupun feces.
4. Tumit
Frekuensinya mencapai 10% dari lokasi tersering. Keadaan spastik pada
anggota gerak bawah dapat menimbulkan tekanan dan gesekan tumit pada
tempat tidur atau pada foot rest kursi roda.
5. Lutut
Terjadi bila penderita lama berbaring telungkup, sedangkan sisi lateral
lutut terkena karena lama berbaring pada satu sisi.
6. Maleolus
Maleolus lateralis dapat terkena karena berbaring terlalu lama pada satu
sisi, trauma pada waktu pemindahan penderita, posisi foot rest kurang
baik. Maleolus medialis juga dapat terkena karena gesekan kedua
maleolus kanan dan kiri akibat keadaan spastik otot aduktor.
7. Siku
Dapat terkena bila siku sering dipakai sebagai penekan tubuh atau
membantu mengubah posisi.
8. Jari kaki
Dapat terkena pada posisi telungkup, sepatu yang terlalu sempit dan
sebagainya.
9. Scapulae dan Processus spinosus vertebrae
Dapat terkena akibat terlalu lama berbaring terlentang dan gesekan yang
sering.
2.6 Klasifikasi
Sistem klasifikasi ulkus dekubitus didefinisikan oleh Shea pada tahun 1975
dan diberikan nama sesuai jumlah jaringan anatomi yang hilang. Definisi asli
membingungkan banyak dokter dan klasifikasi yang tidak akurat pada ulkus terkait
atau karena dermatitis perineal dan mereka mengakibatkan cedera yang dalam pada
jaringan kulit. Definisi yang diusulkan yang disempurnakan oleh NPUAP dan definisi
akhir yang diusulkan ditinjau oleh konferensi konsensus dan hasilnya digunakan
untuk membuat definisi akhir.
2.7 Komplikasi
Komplikasi sering terjadi pada stadium 3 dan 4 walaupun dapat juga pada
ulkus yang superfisial. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain :4,7
2.8 Penatalaksanaan
a. Pencegahan
Pencegahan adalah aspek yang paling penting dalam pengelolaan dekubitus.
Pencegahan jauh lebih mudah dan lebih murah daripada perawatan intensif
diperlukan untuk penyembuhan dan penutupan akhirnya dekubitus. Paling penting,
kemudian, adalah kemampuan untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko tinggi
sehingga tindakan preventif dapat dilembagakan. Tindakan pencegahan dapat dibagi
atas :
1) Umum :
Pendidikan kesehatan tentang ulkus dekubitus bagi staf medis, penderita
dan keluarganya.
Pemeliharaan keadaan umum dan higiene penderita.
2) Khusus :
Mengurangi/menghindari tekanan luar yang berlebihan pada daerah tubuh
tertentu dengan cara :
perubahan posisi tiap 2 jam di tempat tidur sepanjang 24 jam.
melakukan push up secara teratur pada waktu duduk di kursi roda.
pemakaian berbagai jenis tempat tidur, matras, bantal anti dekubitus
seperti circolectric bed, tilt bed, air-matras; gel flotationpads, sheepskin
dan lain-lain.
Pemeriksaan dan perawatan kulit dilakukan dua kali sehari (pagi dan
sore), tetapi dapat lebih sering pada daerah yang potensial terjadi ulkus
dekubitus. Pemeriksaan kulit dapat dilakukan sendiri, dengan bantuan
penderita lain ataupun keluarganya. Perawatan kulit termasuk
pembersihan dengan sabun lunak dan menjaga kulit tetap bersih dari
keringat, urin dan feces. Bila perlu dapat diberikan bedak, losio yang
mengandung alkohol dan emolien.
b. Pengobatan
Pada pengobatan ulkus dekubitus ada beberapa hal yang perlu diperhatkan antara
lain :
Secara umum sama dengan tindakan pencegahan yang sudah ulkus tidak akan
sembuh selama masih ada tekanan yang berlebihan dan terus menerus.
Adanya jaringan nekrotik pada ulkus akan menghambat aliran bebas dari
bahan yang terinfeksi dan karenanya juga menghambat pembentukan jaringan
granulasi dan epitelisasi. Oleh karena itu pengangkatan jaringan nekrotik akan
mempercepat proses penyembuhan ulkus.
Terdapat 3 metode yang dapat dilakukan antara lain :
2.9 Prognosis
KESIMPULAN
Perry & Potter, 1999. Buku Ajar fundamental Of Nursing Vol. 2. Jakarta : EGC
Luka dan Perawatannya (Ismail S.Kep, Ns, M.Kes) Manajemen Luka (Moya J.
Morison, 2003)