BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dispepsia
2.1.1 Pengertian
Dispepsia merupakan istilah yang umum dipakai untuk suatu sindroma
atau kumpulan gejala atau keluhan, berupa nyeri atau perasaan tidak nyaman pada
ulu hati, mual, kembung, muntah,sendawa, rasa cepat kenyang, dan perut merasa
penuh atau begah. Keluhan tersebut dapat secara bergantian dirasakan oleh si
penderita. Biasanya, dispepsia dialami oleh orang yang tidak teratur dalam pola
makannya (Yuliarti, 2009).
Menurut Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (2014) dispepsia
merupakan rasa tidak nyaman yang berasal dari daerah abdomen bagian atas. Rasa
tidak nyaman tersebut dapat berupa salah satu atau beberapa gejala berikut yaitu:
nyeri epigastrium, rasa terbakar di epigastrium, rasa penuh setelah makan, cepat
kenyang, rasa kembung pada saluran cerna atas, mual, muntah, dan sendawa.
2.1.2 Klasifikasi Dispepsia
Klasifikasi dispepsia dibagi atas dispepsia organik dan dispepsia
fungsional. Dispepsia organik adalah apabila penyebab dispepsia sudah jelas,
misalnya ada ulkus peptikum. Dispepsia organik jarang ditemukan pada usia
muda, tetapi banyak ditemukan pada usia lebih dari 40 tahun (Rani, 2011).
Dispepsia fungsional adalah apabila penyebab dispepsia tidak diketahui atau tidak
didapati kelainan pada pemeriksaan gastroenterologi konvensional, atau tidak
ditemukannya adanya kerusakan organik dan penyakit-penyakit sistemik
(Djojoningrat, 2009).
Mansjoer (2001) membagi dispepsia menjadi dua yaitu :
1) Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai
penyebabnya. Sindroma dispepsia organik terdapat kelainan yang nyata
terhadap organ tubuh misalnya tukak (ulkus peptikum), gastritis,
stomach cancer, Gastro-Esophageal reflux disease, hiperacidity.
5
BAB 3
METODE PENELITIAN
565
𝑛=
1 + 565(0.05)2
565
=
2,413
Dimana,
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = batas toleransi kesalahan
3.4 Pengambilan dan Pengolahan Data
Data yang diambil adalah resep yang mengandung obat dispepsia dari
bulan Januari-April 2018 lalu diberi angka, selanjutnya dipilih secara acak untuk
dijadikan sampel, data yang diambil adalah nomor medrek, jenis kelamin, umur,
nama obat, dan penyakit penyerta, selanjutnya pengolahan data dengan distribusi
frekuensi
3.5 Analisi Data
Data diteliti kemudian dianalisis secara deskriptif ditampilkan melalui
tabel dan frekusensi.
18
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Persensetase
Karakteristik Jumlah
(%)
Jenis Kelamin 234 100
Laki-Laki 86 36,75
Perempuan 148 63,25
Persentase
Kelas Terapi Jumlah
(%)
Antitukak 418 69,55
Antiemetika 183 30,45
Total 601 100
Sumber : Depo farmasi IGD Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat Cimahi pada Bulan Januari -
April 2018
Kelas terapi yang digunakan di Depo IGD RSUD Cibabat Cimahi yaitu
Antitukak dan Antiemetika. Untuk Antitukak golongan obat yang digunakan
diantaranya adalah PPI, Pelapis Mukosa, H2 Bloker, dan Antasida.
Persentase
Kelas Terapi Nama Obat Jumlah
(%)
Antitukak 418 69.55
PPI Lansoprazol Kapsul 141 23,46
Pantoprazol Injeksi 48 7,99
Omeprazole Kapsul 4 0,67
Omeprazole Injeksi 4 0,67
Pelapis
Mukosa Sucralfat Sirup 77 12,81
H2 Bloker Ranitidin Tablet 13 2,16
Ranitidin Injeksi 124 20,63
Antasida Antasida Tablet 2 0,33
Antasida Sirup 5 0,83
Berdasarkan tabel 4.4 terlihat bahwa obat antitukak yang digunakan untuk
pasien dispepsia di depo farmasi IGD Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat
Cimahi pada bulan Januari - April 2018 untuk golongan Pompa Proton Inhibitor
(PPI) yaitu Lansoprazol 141 lembar resep (23,46%), Pantoprazol injeksi 48
lembar resep (7,99%), dan Omeprazole injeksi 4 lembar resep (0,67%)
Omeprazole kapsul 4 lembar resep (0,67%), sedangkan untuk golongan Antagonis
Reseptor H2 adalah Ranitidin injeksi 124 lembar resep (20,63%) dan Ranitidin
tablet 13 lembar resep (2,16%). Golongan Pelindung Mukosa adalah Sucralfat
sirup 77 lembar resep (12,81%), dan golongan Antasida adalah Antasida tablet 2
lembar resep (0,33%) dan Antasida sirup 5 lembar resep (0,83%). Untuk
penggunaan obat antiemetika yang digunakan adalah Domperidon tablet 29
lembar resep (4,83%), Domperidon sirup 4 lembar resep (0,67%), Ondansentron
tablet 33 lembar resep (5,49%) Onadancentron injeksi 117 lembar resep (19,47%).
Persentase
Jenis Terapi Jumlah
(%)
Tunggal
Antitukak 90 38,46
Kombinasi
Antitukak + Antiemetika 144 61,5
Total 234 100
Sumber : Depo farmasi IGD Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat Cimahi pada Bulan Januari -
April 2018
Tabel 4.6 Gambaran Penggunaan Obat Lain pada Terapi Dispepsia di RSUD
Cibabat Cimahi Periode Januari - April 2018
Persentase
Nama Obat Jumlah
(%)
Ketorolac Injeksi 73 28,52
Paracetamol Tablet 87 33,98
Ibuprofen Tablet 2 0,78
Antalgin Tablet + Diazepam Tablet 1 0,39
Natrium Diklofenak 2 0,78
Paracetamol Tablet +Hyoscine Butylbromid 8 3,13
Oralit 16 6,25
Betahistin 12 4,69
Attapulgite 13 5,08
Ciprofloxacin 9 3,52
Amlodipin 8 3,13
Cefixim 7 2,73
Enzim 4 1,56
Zink syr 1 0,39
Thiampenikol 5 1,95
Ambroxol tab 2 0,78
Acetylcystein 3 1,17
Salbutamol+Ipratopium Bromida 1 0,39
Fluticasone+Propionat 1 0,39
Vitamin B1+B6+B12 1 0,39
Total 256 100
Sumber : Depo farmasi IGD Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat Cimahi pada Bulan Januari -
April 2018
Berdasarkan tabel 4.6 terlihat bahwa pengunaan obat lain yang digunakan
untuk pasien dispepsia di depo farmasi IGD Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat
Cimahi pada bulan Januari - April 2018 adalah Ketorolak Injeksi 73 lembar resep
(28,52%), Paracetamol Tablet 87 lembar resep (33,98%), Ibuprofen Tablet 2
lembar resep (0,78%), Antalgin Tablet + Diazepam Tablet 1 lembar resep
(0,39%), Natrium Diklofenak 2 lembar resep (0,78%), Paracetamol Tablet +
Hyoscine Butylbromid Tablet 8 lembar resep (3,13%), Oralit 16 lembar resep
(6,25%), Betahistin 12 lembar resep (4,69%), Attapulgite 13 lembar resep
(5,08%), Ciprofloxacin 9 lembar resep (3,52%), Amlodipin 8 lembar resep
23