Anda di halaman 1dari 10

12. Px Fisik yang dilakukan ?

Px Toraks posterior :

Inspeksi
Dari posisi garis tengah di belakang pasien, perhatikan bentuk dan pergerakan dada, termasuk:
●◗ Deformitas atau asimetri ketika dada mengembang.
●◗ Retraksi abnormal sela iga sewaktu inspirasi. Retraksi paling jelas di sela-sela iga bawah.
●◗ Gangguan gerakan pernapasan di satu atau kedua sisi atau keterlambatan gerakan unilateral.

Palpasi
●◗ Identifikasi daerah-daerah yang nyeri. Secara hati-hati
palpasi setiap daerah yang dilaporkan nyeri oleh pasien atau
tempat terlihat lesi atau memar.
●◗ Nilai semua kelainan yang terlihat, misalnya massa atau
traktus sinus (struktur mirip saluran
saluran yang meradang dan buntu dan membuka ke kulit).
●◗ Memeriksa pengembangan toraks. Letakkan kedua
jempol Anda setinggi iga ke-10, dengan jari-jari lain
memegang dengan longgar dan sejajar dengan sangkar iga
lateral. Setelah ditempelkan, geser tangan Anda ke arah
medial untuk menghasilkan lipatan kulit di kedua sisi antara
jempol dan tulang punggung pasien. Minta pasien menarik
napas dalam. Perhatikan jarak antara kedua jempol Anda sewaktu keduanya bergerak memisah
selama inspirasi, dan rasakan gerakan dan simetri sangkar iga sewaktu dada mengembang dan
berkontraksi. Hal ini
kadang dinamai ekskursi paru.
●◗ Palpasi untuk fremitus taktil. Fremitus merujuk kepada
getaran yang dapat diraba dan disalukan melalui saluran
bronkopulmonaris ke dinding dada sewaktu pasien berbicara.
Untuk
mendeteksi fremitus, gunakan pangkal jari di telapak tangan atau permukaan ulnar tangan
Anda untuk mengoptimalkan sensitivitas getar tulang-tulang tangan Anda. Minta pasien
untuk mengulang kata "tujuh-tujuh" atau "satu-satu-satu". Jika fremitus lemah minta pasien
untuk berbicara lebih keras atau dengan suara yang lebih dalam. Gunakan satu tangan sampai
Anda mengetahui rasa fremitus. Beberapa dokter mendapatkan bahwa menggunakan satu tangan
lebih akurat. Gunakan kedua tangan untuk membandingkan kedua sisi dan mempercepat
pemeriksaan serta mungkin mempermudah terdeteksinya perbedaan.
●◗ Palpasi dan bandingkan daerah-daerah simetrik paru dalam pola yang diperlihatkan di foto.
Identifikasi dan tentukan lokasi setiap bagian yang fremitusnya meningkat, menurun, atau
lenyap. Fremitus biasanya lebih jelas di daerah interskapula daripada di lapang paru bawah dan
sering lebih jelas di sisi kanan daripada kiri. Fremitus lenyap di bawah diafragma. Fremitus taktil
adalah alat penilaian yang agak kurang presisi, tetapi sebagai teknik pemandu, cara ini
mengarahkan perhatian Anda ke mungkinan kelainan. pemeriksaan selanjutnya, konfirmasi
perkiraan temuan Anda dengan mendengarkan bunyi napas, bunyi bicara, dan bunyi bisikan.
Semua atribut ini cenderung meningkat atau menurun bersama-sama.

Perkusi
● Hiperekstensikan jari tengah tangan kiri Anda, yang dikenal sebagai jari pleksimeter. Tekan
sendi antarfalang distalnya ke permukaan yang akan diperkusi. Hindari kontak permukaan
dengan bagian lain tangan kiri Anda tersebut, karena hal ini dapat meredam getaran. Perhatikan
bahwa jempol dan jari ke-2, 4, dan 5 tidak
menyentuh dada.
● Letakkan lengan bawah kanan Anda cukup dekat dengan permukaan, dengan tangan tertekuk
ke atas. Jari tengah harus difleksikan parsial, lemas, dan siap memukul.
● Dengan gerakan pergelangan tangan yang cepat, tajam, tetapi lemas, pukul jari pleksimeter
dengan jari tengah kanan, atau jari pleksor. Arahkan ke sendi antar falang distal. Anda mencoba
memindahkan getaran melalui tulang sendi ini ke dinding
dada di bawahnya. Gunakan kekuatan yang sama untuk setiap pukulan perkusi dan tekanan
pleksimeter yang sama untuk menghindari perubahan nada perkusi yang
lebih berkaitan dengan teknik Anda dan bukan temuan pada pasien.
● Pukul gunakan ujung jari pleksor, jangan bantalan jari. Jari Anda harus hampir tegak
lurus terhadap pleksimeter. Kuku jari dianjurkan dipotong pendek untuk menghindari cedera
buku jari Anda.
●◗ Tarik jari pemukul Anda dengan cepat untuk menghindari teredamnya getaran yang Anda
ciptakan. Secara singkat, gerakan berlangsung di pergelangan tangan. Gerakan terarah, cepat
tetapi relaks, dengan sedikit ayunan.
Nada Perkusi. Dengan jari pleksor atau perkusi Anda, gunakan perkusi paling ringan yang
menghasilkan nada yang jelas. Dinding dada yang tebal memerlukan perkusi lebih kuat
daripada dinding yang tipis. Namun, jika diperlukan nada yang lebih keras, berikan tekanan
lebih kuat dengan jari pleksimeter (ini lebih efektif untuk meningkatkan volume nada perkusi
daripada mengetuk lebih keras dengan jari pleksor).
●◗ Ketika melakukan perkusi dada posterior bawah, berdiri agak di samping dan bukan tepat
di belakang pasien. Hal ini memungkinkan Anda meletakkan jari pleksimeter Anda lebih
erat di dada dan pleksor Anda lebih efektif, sehingga nada perkusi yang dihasilkan menjadi
lebih baik.
●◗ Dalam membandingkan dua area, gunakan teknik perkusi yang sama di kedua area. Lakukan
perkusi atau pukulan dua kali di masing-masing
lokasi. Perbedaan dalam nada perkusi akan lebih mudah diketahui dengan membandingkan
satu area dengan area lain daripada dengan melakukan pemukulan repetitif di satu tempat.
●◗ Pelajari cara mengetahui lima nada perkusi. Anda dapat melatih empat nada perkursi pada
diri Anda sendiri. Nada-nada ini berbeda dalam kualitas suara dasarnya: intensitas, tinggi
nada, dan durasi. Latihlah telinga Anda dengan berkonsentrasi pada
satu kualitas setiap kali
Anda melakukan perkusi pertama di satu lokasi lalu di lokasi lain.
Pelajari tabel di bawah
ini. Paru sehat bersifat resonan (sonor).
Sementara pasien menyilangkan lengan di depan dadanya, lakukan
perkusi toraks di lokasilokasi simetrik di masing-masing sisi dari
apeks ke basal.
●◗ Lakukan perkusi di satu sisi dada lalu di sisi lain di masing-masing
ketinggian dalam pola
seperti tangga, seperti diperlihatkan oleh angka-angka di bawah. Hilangkan daerah-daerah
di atas skapula—ketebalan otot dan tulang mengubah nada perkusi di atas paru. Identifikasi
dan tentukan lokasi area dan kualitas setiap nada perkusi yang abnormal.
●◗ Identifikasi turunnya diafragma, atau ekskursi diafragma. Pertama, tentukan level redup
diadiafragma sewaktu pernapasan tenang. Dengan menekan jari pleksimeter di atas dan
Sejajar dengan perkiraan redup diafragma, lakukan perkusi ke arah bawah secara progresif
sampai redup jelas menggantikan sonor. Konfirmasi tingkat perubahan ini dengan perkusi
dekat bagian tengah hemitoraks dan juga ke arah lateral.

Auskultasi
Auskultasi adalah teknik pemeriksaan terpenting untuk menilai aliran udara melalui
percabangan trakeobronkus. Bersama dengan perkusi, cara ini juga membantu dokter
memperkirakan kondisi sekitar paru dan rongga pleura. Auskultasi melibatkan (1)
mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh napas, (2) mendengarkan setiap bunyi tambahan,
dan (3) jika dicurigai terdapat kelainan, mendengarkan suara pasien ketika ia berbicara atau
berbisik sewaktu suara tersebut ditransmisikan melalui dinding dada.
Bunyi Napas (Bunyi Paru). Belajarlah untuk mengenali pola bunyi napas berdasarkan
intensitas, nada, dan durasi relatif selama fase inspirasi dan ekspirasi. Bunyi napas normal
adalah:
●◗ Vesikular, atau bernada rendah dan lembut. Bunyi ini terdengar sewaktu inspirasi, berlanjut
tanpa jeda melalui ekspirasi, lalu menurun sekitar sepertiga jalan melalui ekspirasi
● Bronkovesikular, dengan bunyi inspirasi dan ekspirasi sama panjang, kadang terpisah oleh
oleh interval senyap. Mendeteksi perbedaan dalam nada dan intensitas sering lebih mudah
sewaktu ekspirasi.
● Bronkial, atau bunyi yang lebih keras, lebih kasar, dan bernada lebih tinggi dengan senyap
sesaat antara bunyi inspirasi dan ekspirasi. Bunyi ekspirasi berlangsung lebih lama
daripada bunyi inspirasi.
Dengarkanlah bunyi napas dengan diafragma stetoskop setelah meminta pasien bernapas dalam
melalui mulut terbuka. Gunakan pola tangga yang disarankan untuk perkusi, berpindah dari
satu sisi ke sisi lain dan membandingkan daerah-daerah simetrik di dada. Jika Anda mendengar
atau mencurigai bunyi abnormal, lakukan auskultasi daerah sekitar untuk menilai luas kelainan.
Dengarkan paling sedikit satu pernapasan penuh di setiap lokasi. Jika pasien menyatakan
bahwa kepalanya terasa ringan akibat
hiperventilasi, biarkan pasien bernapas normal
beberapa
kali.
Perhatikan intensitas bunyi napas, yang
mencerminkan laju aliran udara di mulut. Bunyi
napas
biasanya lebih keras di lapang paru bawah.
Intensitas bunyi mungkin bervariasi dari satu
tempat ke tempat lain. Jika bunyi napas terdengar
lemah, minta pasien untuk bernapas lebih
dalam. Bernapas dangkal atau dinding dada yang
tebal dapat mengubah intensitas bunyi napas.
Apakah terdapat jeda senyap antara bunyi
inspirasi dan ekspirasi?
Dengarkan nada, intensitas, serta durasi bunyi ekipirasi dan inrpirasi. Apakah bunyi napas
vesikular tersebar merata di dinding dada? Atau apakah terdapat bunyi napas bronkovesikular
atau bronkial di tempat-tempat yang tidak terduga? Jika ya, di mana?
Bunyi Tambahan. Dengarkan setiap bunyi tambahan yang terdapat pada bunyi napas
biasa. Deteksi bunyi napas tambahan—crack/es
(kadang dinamai ronki basah), mengi, dan
ronki kering (rhonchi)—merupakan bagian
penting dari pemeriksaan Anda, sering
menghasilkan diagnosis penyakit jantung dan
paru. Jenis tersering bunyi-bunyi tambahan ini
dijelaskan di halaman berikut.
Jika Anda mendengar ronki basah, khususnya
yang tidak hilang setelah batuk, dengarkan
secara cermat karakteristik-karakteristik berikut.24,27Ini adalah petunjuk untuk penyakit yang
mendasari:
●◗ Kekerasan (intensitas), nada, dan durasi, diringkaskan sebagai ronki basah halus atau kasar
●◗ Jumlah, sedikit atau banyak
●◗ Awitan pada siklus pernapasan
●◗ Lokasi di dinding dada
●◗ Persistensi pola dari satu napas ke napas berikutnya
●◗ Setiap perubahan setelah batuk atau perubahan posisi pasien
●◗ Minta pasien membisikkan "tujuh-tujuh" atau "satu-dua-tiga". Suara berbisik dalam keadaan
normal terdengar secara samar dan tidak jelas, kalaupun terdengar.

Px Toraks Anterior
Inspeksi
Amati bentuk dada pasien dan pergerakan dinding dadanya.
Perhatikan:
●◗ Deformitas atau asimetri
●◗ Retraksi abnormal sela-sela iga bawah sewaktu inspirasi. Sering terlihat retraksi supraklavika
●◗ Keterlambatan lokal atau gangguan dalam gerakan pernapasan
Palpasi
Palpasi memiliki empat potensi penggunaan:
●◗ Identifikasi daerah-daerah yang nyeri
●◗ Penilaian kelainan yang teramati
●◗ Penilaian lebih lanjut terhadap ekipansi dada . Letakkan kedua jempol Anda di sepanjang
tepi iga, tangan Anda di sepanjang sangkar iga lateral. Setelah berada di posisinya, geser
tangan Anda sedikit ke medial untuk membentuk lipatan kulit longgar di antara kedua
jempol Anda. Minta pasien untuk menarik napas dalam. Amati seberapa jauh kedua jempol
Anda berpisah sewaktu toraks mengembang,dan rasakan tingkat dan simetri gerakan
pernapasan.
●◗ Penilaianf remitus taktil. Bandingkan kedua sisi dada, dengan menggunakan permukaan
ulnar tangan Anda. Fremitus biasanya berkurang atau lenyap di atas prekordium. Bila memeriksa
wanita, geser payudara dengan sesuai kebutuhan.

Perkusi
●◗ Lakukan perkusi pada dada anterior dan lateral, juga dengan membandingkan kedua sisi.
Jantung normalnya menghasilkan daerah redup di sebelah kiri sternum dari sela iga ke-3
sampai ke-5. Lakukan perkusi paru kiri lateral dari daerah redup.
●◗ Pada wanita, untuk meningkatkan perkusi, secara lembut geser payudara dengan tangan kiri
Anda sewaktu melakukan perkusi dengan tangan kanan.
Selain itu, Anda mungkin dapat meminta pasien untuk menggeser payu-daranya bagi Anda.
Identifikasi dan tentukan lokasi setiap daerah dengan nada perkusi yang abnormal.
●◗ Dengan jari pleksimeter Anda di atas dan sejajar dengan perkiraan batas atas pekak hati,
lakukan perkusi secara progresif ke arah bawah di garis midklavikula. Identifikasi batas atas
pekak hati. Kemudian, sewaktu me-meriksa abdomen, Anda akan menggunakan metode ini
untuk memper-kirakan ukuran hati. Sewaktu Anda melakukan perkusi ke arah bawah di dada
kiri, suara sonor paru normal biasanya berubah menjadi timpani karena gelembung-gelembung
udara lambung
●◗ Selain itu, Anda mungkin dapat meminta pasien untuk menggeser payu-daranya bagi Anda.
Identifikasi dan tentukan lokasi setiap daerah dengan nada perkusi yang abnormal.
Dengan jari pleksimeter Anda di atas dan sejajar dengan perkiraan batas atas pekak hati,
lakukan perkusi secara progresif ke arah bawah di garis midklavikula. Identifikasi batas atas
pekak hati. Kemudian, sewaktu me-meriksa abdomen, Anda akan menggunakan metode ini
untuk memper-kirakan ukuran hati. Sewaktu Anda melakukan perkusi ke arah bawah di dada
kiri, suara sonor paru normal biasanya berubah menjadi timpani karena gelembung-gelembung
udara lambung.

Auskultasi
Dengarkanlah dada di anterior dan lateral sewaktu pasien bernapas dengan mulut terbuka, dan
sedikit lebih dalam daripada normal. Bandingkan area-area simetrik paru, dengan
menggunakan pola seperti yang dianjurkan pada perkusi dan memperluasnya ke daerah-daerah
sekitar jika diindikasikan.
Dengarkan bunyi napas, dengan memerhatikan intensitas dan mengidentifikasi setiap variasi
pernapasan vesikular normal. Bunyi napas biasanya lebih keras di lapang paru anterior atas.
Bunyi napas bronkovesikular dapat terdengar di atas saluran napas besar, khususnya di sisi
kanan.
Identifikasi setiap bunyi tambahan, waktunya pada sildus pernapasan, dan lokasinya di dinding
dada. Apakah bunyi tambahan itu menghilang jika pasien bernapas dalam?
Jika diindikasikan, dengarlah transmisi bunyi bicara.

SUMBER
1. Bickley L, Szilagyi P. Bates' guide to physical examination and history taking. 11th ed.
Philadelphia: Wolters Kluwer Health/Lippincott Williams & Wilkins; 2013.
FAKTOR RESIKO ASTHMA

Atopi adalah faktor risiko utama untuk asma, dan nonatopik individu memiliki risiko yang
sangat rendah terkena asma. Pasien dengan asma umumnya menderita penyakit atopik lainnya,
terutama rinitis alergi, yang dapat ditemukan pada lebih dari 80% pasien asma, dan dermatitis
atopik (eksim).
Predesposisi Genetik, Pengamatan ini menunjukkan bahwa interaksi banyak gen adalah
penting, dan ini mungkin berbeda pada populasi yang berbeda. Temuan paling konsisten adalah
hubungan dengan polimorfisme gen pada kromosom 5q, termasuk sel T helper 2 (TH2)
interleukin (IL) -4, IL-5, IL-9, dan IL-13, yang terkait dengan atopi. Ada semakin banyak bukti
untuk interaksi yang kompleks antara polimorfisme genetik dan faktor lingkungan.
Infeksi, Meskipun infeksi virus (terutama rhinovirus) adalah pemicu umum eksaserbasi asma,
tidak pasti apakah mereka berperan dalam etiologi. Ada beberapa hubungan antara infeksi virus
pernapasan pada bayi dan perkembangan asma, tetapi patogenesis spesifiknya sulit dijelaskan
karena infeksi ini sangat umum pada anak-anak. Bakteri atipikal, seperti Mycoplasma dan
Chlamydophila, telah terlibat dalam mekanisme asma yang parah, tetapi sejauh ini, bukti tidak
terlalu meyakinkan tentang hubungan yang benar.
Diet, Pengamatan studi telah menunjukkan bahwa diet rendah antioksidan seperti vitamin C dan
vitamin A, magnesium, selenium, dan lemak tak jenuh ganda omega-3 (minyak ikan) atau tinggi
lemak tak jenuh ganda natrium dan omega-6 berhubungan dengan peningkatan risiko asma.
Polutan udara, seperti sulfur dioksida, ozon, dan diesel partikulat, dapat memicu gejala asma,
tetapi perannya berbeda polutan udara dalam etiologi penyakit ini jauh lebih tidak pasti.
Alergen yang dihirup adalah pemicu umum gejala asma dan juga terlibat dalam sensitisasi
alergi. Paparan tungau debu rumah pada anak usia dini merupakan faktor risiko untuk sensitisasi
alergi dan asma, tetapi penghindaran alergen yang ketat belum menunjukkan bukti penurunan
risiko pengembangan asma.
Paparan Kerja, Asma akibat pekerjaan relatif umum dan dapat mempengaruhi hingga 10%
orang dewasa muda. Lebih dari 300 agen sensitisasi telah diidentifikasi. Bahan kimia seperti
toluene diisocyanate dan trimellitic anhydride, dapat menyebabkan sensitisasi terlepas dari atopi
Obesitas ,Asma terjadi lebih sering pada orang gemuk (massa tubuh indeks> 30 kg / m2) dan
seringkali lebih sulit dikendalikan.
Faktor-faktor lain, Beberapa faktor lain telah terlibat dalam etiologi asma, termasuk usia ibu
yang lebih rendah, durasi menyusui, prematuritas dan berat badan lahir rendah, dan tidak aktif,
tetapi tidak mungkin berkontribusi pada peningkatan global baru-baru ini dalam prevalensi asma.

SUMBER
1. Kasper D, Harrison T. Harrison's Principles of internal medicine. 19th ed. New York:
McGraw-Hill Education; 2015.

Anda mungkin juga menyukai