Anda di halaman 1dari 22

TUGAS PEMERIKSAAN AKUNTANSI I

“PERENCANAAN AUDIT DAN PROSEDUR ANALITIS”

DISUSUN OLEH :

ACHMAD FAIZAL

17622185

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PEMBANGUNAN


TANJUNGPINANG

KEPULAUAN RIAU

TAHUN AJARAN 2019/2020

1
DAFTAR ISI
BAB I ......................................................................................................................................... 3

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 3

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 3

1.3 Tujuan ............................................................................................................................. 3

BAB II........................................................................................................................................ 4

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 4

2.1 Pentingnya Perencanaan Audit ....................................................................................... 4

2.2 Menerima Klien Baru Dan Atau Meanjutkan Penugasan ............................................... 5

2.3 Memahami Dan Menilai Risiko Bisnis Dan Industri Klien ............................................ 8

2.4 Prosedur Analitis ........................................................................................................... 11

2.5 Jenis-Jenis Prosedur Analitis......................................................................................... 13

2.6 Penggunaan Rasio Keuangan ........................................................................................ 14

BAB III .................................................................................................................................... 21

PENUTUP................................................................................................................................ 21

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 22

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Suatu tahap penting dari setiap perikatan audit adalah perencanaan. Perencanaan
menyajikan tujuan yang sama dalam audit seperti dalam perencanaan pribadi untuk kuliah
atau dalam perencanaan bisnis untuk pengembangan produk baru sepertikomputer
personal. Dalam setiap hal, perencanaan menghasilkan peraturan atas urutan dari bagian-
bagian atau langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam perencanaan
audit, terdapat lima langkah penting dalam merencanakan audit,yaitu memperoleh
pemahaman tentang bisnis dan industri klien, melaksanakan prosedur analitis, membuat
pertimbangan awal tentang tingkat materialitas, mempertimbangkan risiko audit,
mengembangkan strategi audit awal untuk asersi signifikan, dan memperoleh pemahaman
tentang pengendalian intern. Dalam makalah ini akan dibahaslebih rinci mengenai dua
langkah pertama dalam perencanaan audit.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Pentingnya perencanaan audit.
2. Perusahaan Menerima klien baru.
3. Memahami dan menilai risiko bisnis dan industri klien.
4. Prosedur analitis.
5. Jenis-jenis prosedur analitis.
6. Penggunaan rasio keuangan.

1.3 TUJUAN
1. Memahami Pentingnya perencanaan audit
2. Memahami bagaimana Menerima klien baru
3. Memahami dan menilai risiko bisnis dan industri klien
4. Memahami Prosedur analitis
5. Mengetahui apasaja Jenis-jenis prosedur analitis
6. Memahami Penggunaan rasio keuangan

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENTINGNYA PERENCANAAN AUDIT


Berdasarkan standar auditing yang berlaku umum (standar pekerjaan lapangan),
auditor diharuskan untuk merencanakan pekerjaannya secara memadai dan jika
digunakan asisten harus disupervisi sebagaimana mestinya. Auditor merencanakan
penugasan audit dengan sebaik-baiknya untuk mendapatkan bahan bukti yang tepat pada
setiap situasi yang dihadapi dan untuk menciptakan tingkat efisiensi biaya audit. Bukti
audit yang tepat harus diperoleh auditor untuk memperkecil kewajiban hukum dan
mempertahankan reputasinya. Disamping itu, efisiensi biaya audit juga menjadi penting
agar kantor akuntan publik dapat tetap kompetitif.
Sehubungan dengan pelaksanaan audit dan biaya audit, ada dua jenis risiko yang
sangat mempengaruhinya, yaitu risiko audit yang dapat diterima (acceptable audit risk)
dan risiko bawaan (inherent risk). Risiko yang dapat diterima adalah ukuran seberapa
besar auditor bersedia menerima bahwa laporan keuangan akan salah saji secara material
setelah audit diselesaikan dan pendapat wajar tanpa pengecualian diterbitkan. Sedangkan
risiko bawaan adalah ukuran kemungkinan adanya salah saji yang material dalam suatu
saldo akun sebelum mempertimbangkan keefektifan pengendalian internal. Kedua jenis
risiko ini merupakan bagian yang penting dari perencanaan audit untuk membantu
auditor dalam menentukan jumlah bukti yang harus diperoleh dan banyaknya staf yang
dibutuhkan untuk setiap penugasan.
Untuk dapat membuat perencanaan audit secara memadai, auditor harus memiliki
pengetahuan tentang bisnis kliennya agar dapat memahami kejadian, transaksi, dan
praktek yang mempunyaia pengaruh signifikan terhadap laporan keuangan klien. Dalam
penugasan audit ulang, auditor bisa memperoleh pengetahuan tentang klien dengan cara
mereview kertas kerja tahun lalu. Kertas kerja juga bisa menunjukkan masalah-masalah
yang muncul dalam audit pada tahun lalu, yang mungkin masih akan berlanjut pada audit
tahun-tahun berikutnya. Komite audit dan dewan komisaris bisa memberi penjelasan
penting kepada auditor mengenai bisnis dan industri klien. Komite audit juga bisa
memberikan informasi kepada auditor tentang perubahan-perubahan penting dalam
manajemen perusahaan dan struktur organisasi klien. Baik untuk klien baru maupun
ulangan, diskusi dengan manajemen akan berguna bagi auditor untuk dapat mengetahui

4
perkembangan terakhir klien, yang mungkin dapat berpengaruh signifikan terhadap audit
yang akan dilakukan auditor.
Perencanaan audit yang dilakukan dengan baik dapat menciptakan audit yang efisiensi
dan efektif. Kegagalan untuk merencanakan penugasan audit secara tepat dapat
menyebabkan penerbitan laporan audit yang keliru atau audit menjadi tidak efisien dan
tidak efektif. Penugasan audit biasanya akan dimulai dari penunjukkan awal atau
penunjukkan kembali auditor oleh klien. Setelah itu, auditor menjalankan sejumlah
aktivitas yang akan mengembangkan strategi audit secara keseluruhan.
Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi secara menyeluruh atas
pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan. Sifat, lingkup, dan saat perencanaan
bervariasi tergantung pada ukuran dan kompleksitas entitas klien, pengalaman mengenai
entitas klien, dan pengetahuan tentang bisnis entitas klien. Dalam perencanaan auditnya,
auditor harus mempertimbangkan sifat, lingkup, dan saat pekerjaan yang haarus
dilaksanakan dan harus membuat suatu program audit secara tertulis untuk setiap audit.
Program audit harus memuat prosedur audit secara rinci, yang menurut keyakinan
auditor diperlukan untuk mencapai tujuan audit. Bentuk program audit dan tingkat
kerinciannya sangat bervariasi sesuai keadaan. Dalam mengembangkan program audit,
auditor harus berpedoman pada pertimbangan dan prosedur perencanaan auditnya.
Selama berlangsungnya audit, perubahan kondisi dapat menyebabkan diperlukannya
perubahan posedur audit yang telah direncanakan tersebut.

2.2 MENERIMA KLIEN BARU DAN ATAU MEANJUTKAN PENUGASAN


Fase pertama dari proses audit yang terkait dengan perencanaan audit adalah
memutuskan apakah akan menerima klien baru atau terus melayani klien yang lama.
Usaha yang signifikan biasanya akan lebih dicurahkan untuk mengevaluasi menerima
klien baru dibanding keputusan untuk melanjutkan penugasan dari klien yang telah ada
sekarang. Dengan melanjutkan penugasan dari klien yang lama, auditor akan
mendapatkan pengetahuan yang lebih luas mengenai bisnis klien dan lingkungannya.
Meskipun untuk memperoleh dan mempertahankan klien bukanlah hal yang mudah,
kantor akuntan publik harus ekstra hati-hati dalam memutuskan klien yang akan
diterima. Sebisa mungkin kantor akuntan publik menolak penugasan audit dari klien
yang memiliki reputasi manajemen yang buruk (tidak memiliki integritas). Bahkan, saat
ini beberapa KAP menolak klien yang berkecimpungan dalam industri tertentu yang

5
berisiko tinggi, seperti perusahaan simpan pinjam dan perusahaan asuransi jiwa (asuransi
kesehatan dan kecelakaan).
Kantor akuntan publik juga seharusnya melakukan investigasi atas klien barunya
sebelum menerima penugasan. Prosedur yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi klien
baru adalah:
1. Memperoleh dan meninjau informasi keuangan yang ada, seperti laporan keuangan
bulanan, laporan keuangan tahunan, surat pemberitahuan pajak penghasilan, dan
sebagainya.
2. Menanyakan kepada pihak ketiga, seperti pihak bank, pengacara, dan supplier,
mengenai beberapa informasi yang terkait dengan integritas dan reputasi manajemen
klien
3. Mengkomunikasikannya dengan auditor sebelumnya, sebagaimana yang diharuskan
oleh standar auditing, mengenai apakah terdapat ketidaksesuaian dengan prinsip-
prinsip akuntansi, prosedur audit, atau masalah penting lainnya.
4. Mempertimbangkan apakah klien baru memiliki beberapa keadaan yang memerlukan
perhatian khusus atau menunjukkan risiko bisnis atau risiko audit yang tidak
biasanya, seperti masalah tuntutan hukum atau masalah kesinambungan usaha
5. Mengidentifikasi alasan klien untuk diaudit.
6. Memahami syarat-syarat penugasan yang ditetapkan oleh klien.
7. Menentukan apakan KAP dapat bertindak independen dengan klien dan dapat
memberikan jasa yang diinginkan klien baru.
8. Menentukan apakah KAP memiliki keahlian dan pengetahuan teknis khusus tentang
industri klien agar dapat melaksanakan penugasan secara baik.
9. Menentukan apakah penerimaan klien baru tersebut tidak melanggar kode perilaku
profesional.

Ketika klien baru sebelumnya telah diaudit oleh KAP lain, standar auditing
mengharuskan auditor baru (auditor penerus) untuk berkomunikasi dengan auditor
pendahulu sebelum menerima penugasan. Tujuan ketentuan ini adalah untuk membantu
auditor penerus dalam mengevaluasi apakah ia akan menerima penugasan tersebut.
Sebagai contoh, komunikasi ini dapat menginfomasikan kepada auditor penerus bahwa
klien kurang memiliki integritas atau ada pertentangan terhadap prinsip-prinsip akuntansi
dan atau prosedur audit.

6
Beban untuk memulai komunikasi ditanggung oleh auditor penerus, tetapi auditor
pendahulu diwajibkan untuk menanggapi permintaan akan informasi. Berdasarkan
persyaratan kerahasiaan dalam kode perilaku profesional, auditor pendahulu harus
memperoleh izin dari klien sebelum komunikasi dapat dilaksanakan. Dalam peristiwa
tidak biasa seperti adanya perselisihan antara klien dengan auditor pendahulu, tanggapan
auditor terdahulu dapat terbatas pada pernyataan bahwa tidak ada informasi yang akan
diberikan. Jika klien tidak mengijinkan komunikasi atau auditor pendahulu menyatakan
tidak ada informasi yang akan diberikan, auditor penerus sebaiknya mempertimbangkan
penugasan tersebut dengan sangat hati-hati.
Dalam kasus auditor menerima penugasan dari klien baru, setelah mempertimbangkan
beberapa faktor, auditor pendahulu biasanya memerlukan informasi mengenai saldo awal
dan penerapan secara konsisten prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk
menerbitkan laporan wajar tanpa pengecualian. Dalam banyak kasus, auditor pendahulu
akan mengijinkan auditor penerus untuk membuat salinan kertas kerja untuk kepentingan
keberlanjutan pemeriksaan.
Secara periodik, kantor akuntan publik dapat mengevaluasi klien lamanya untuk
menentukan apakah akan menghentikan penugasan atau melanjutkan. Konflik yang
terjadi sebelumnya, seperti menyangkut ruang lingkup audit, jenis pendapat yang
diberikan, dan lain sebagainya dapat menyebabkan auditor menolak penugasan baru.
Auditor dapat juga mengundurkan diri setelah menentukan bahwa klien tidak memiliki
integritas. Bahkan jika klien mengajukan tuntutan hukum melawan kantor akuntan
publik atau sebaliknya, kantor akuntan tersebut harus dengan segera menarik diri dari
penugasannya.
Auditor dan klien harus sepakat mengenai syarat-syarat penugasan, termasuk jenis,
ruang lingkup, dan waktu penugasan. Pemahaman ini akan mengurangi risiko bahwa
masing-masing pihak menjadi salah interpretasi mengenai apa yang diharapkan atau apa
yang disyaratkan satu sama lainnya. Syarat-syarat penugasan tersebut didokumentasikan
dalam surat penugasan (engagement letter), yang berisi tujuan penugasan, tanggung
jawab manajemen, tanggung jawab auditor, serta batasan-batasan penugasan (seperti
batas waktu penyelesaian audit). Dalam surat penugasan, disebutkan juga mengenai
bantuan yang akan diberikan oleh karyawan klien dalam mencari catatan dan dokumen
yang diperlukan auditor. Di samping itu, surat penugasan juga bertujuan untuk
menginformasikan kepada klien bahwa auditor tidak dapat menjamin semua tindakan
kecurangan akan ditemukan.

7
2.3 MEMAHAMI DAN MENILAI RISIKO BISNIS DAN INDUSTRI KLIEN
Dalam melaksanakan audit atau laporan keuangan, auditor harus memperoleh
pengetahuan tentang bisnis yang cukup untuk memungkinkan auditor mengidentifikasi
dan memahami peristiwa, transaksi, dan praktik, yang menurut pertimbangan auditor,
kemungkinan berdampak signifikan atas laporan keuangan atas laporan pemeriksaan
(laporan audit). Pengetahuan tersebut akan digunakan oleh auditor dalam menaksir risiko
bawaan dan risiko pengendalian, serta dalam menentukan sifat, saat, dan luasnya
prosedur audit. Tingkat pengetahuan auditor untuk penugasan juga mencakup
pengetahuan umum tentang ekonomi dan industri yang menjadi tempat beroperasinya
entitas klien, dan pengetahuan yang lebih khusus tentang bagaimana entitas klien
beroperasi.
Pemahaman yang menyeluruh atas bisnis dan industri klien serta pengetahuan tentang
operasi perusahaan adalah penting untuk melaksanakan audit yang memadai. Sifat bisnis
dan industri klien dapat mempengaruhi risiko bisnis klien serta risiko salah saji yang
material dalam laporan keuangan. Risiko yang berkaitan dengan industri tertentu dapat
mempengaruhi penilaian auditor atas risiko bisnis klien dan risiko audit yang dapat
diterima. Bahkan, banyak industri yang memiliki persyaratan perlakuan akuntansi khusus
yang harus dipahami oleh auditor untuk mengevaluasi apakah laporan keuangan klien
telah disusun sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Di samping
itu, auditor juga harus memahami lingkungan eksternal klien, seperti tingkat persaingan,
kondisi perekonomian (faktor makro), dan berbagai regulasi atau ketentuan yang ada.
Sehubungan dengan pemahaman atas bisnis dan industri klien, auditor juga perlu
memahami operasi dan proses bisnis klien, manajemen dan tata kelola, tujuan dan
strategi, serta sistem pengukuran kinerja klien.
Dalam memahami operasi dan proses bisnis klien, penting bagi auditor untuk
mengevaluasi sumber utama pendapatan, pelanggan dan pemasok kunci, sumber
pembiayaan (kemampuan finansial), teknologi yang tersedia, siklus operasi, jumlah
permintaan, skala produksi, dan fasilitas operasi yang dimiliki klien. Dengan
mengevaluasi sumber utama pendapatan, auditor dapat lebih fokus menjalankan auditnya
kepada transaksi sentral utama klien. Evaluasi terhadap jumlah permintaan konsumen
akan produk klien memungkinkan auditor untuk menentukan pangsa pasar klien
dibandingkan pesaingnya. Evaluasi terhadap pemasok kunci juga sangat penting untuk

8
memastikan jaminan kesinambungan proses bisnis klien. Sedangkan kunjungan ketempat
operasi klien dapat membantu audit memperoleh pemahaman yang lebih baik atas inti
kegiatan bisnis klien. Dengan mengamati operasi perusahaan secara langsung
memungkinkan bagi auditor untuk menilai risiko inheren yang dimiliki klien.
Tata kelola perusahaan meliputi struktur organisasi klien (sistem pertanggung-
jawaban dan otorisasi), serta aktivitas dewan direksi dan komite audit. Dewan direksi
yang efektif membantu memastikan bahwa manajemen telah melakukan pengelolaan
perusahaan dalam rentang risiko yang dapat diterima (wajar), sedangkan komite audit
sebagai pihak independen, melalui pengawasannya atas pelaporan keuangan dapat
mengurangi kemungkinan dilakukannya tindakan manajemen laba yang berlebihan.
Untuk mendapatkan pemahaman mengenai sistem tata kelola klien, auditor perlu
merujuk kepada anggaran dasar dan anggaran rumah tangga klien. Anggaran dasar
diantaranya mencakup jenis aktivitas bisnis perusahaan yang diijinkan, sedangkan
anggaran rumah tangga mencakup peraturan dan prosedur yang digunakan oleh para
pemegang saham, seperti metode pemungutan suara dalam pemilihan direksi, dan tugas
serta wewenang para pejabat perusahaan.
Sistem pengukuran kinerja klien meliputi indikator kinerja utama yang digunakan
manajemen untuk mengatur kemajuan pencapaian tujuan. Indikator yang paling sering
digunakan adalah angka penjualan dan laba bersih. Pengukuran kinerja ini meliputi
analisis rasio dan perbandingan dengan pesaing kunci sebagai patokan dalam mengukur
keberhasilan kinerja klien. Risiko inheren (bawaan) untuk salah saji laporan keuangan
dapat meningkat jika klien menetapkan tujuan yang tidak wajar, atau jika sistem
pengukuran kinerja mendorong tindakan manajemen laba.
Auditor harus memperoleh pengetahuan tentang bisnis entitas klien yang
memungkinkannya untuk merencanakan dan melaksanakan audit berdasarkan standar
auditing yang telah ditetapkan. Tingkat pengetahuan tersebut harus memungkinkan
auditor untuk memahami peristiwa, transaksi, dan praktik yang menurut
pertimbangannya kemungkinan mempunyai dampak terhadap laporan keuangan.
Pengetahuan tentang bisnis entitas klien membantu auditor dalam:
a) mengidentifikasi bidang yang memerlukan pertimbangan khusus,
b) menilai kondisi yang di dalamnya data akuntansi dihasilkan, diolah, di-review,
dan dikumpulkan dalam organisasi,

9
c) menilai kewajaran estimasi, seperti penilaian atas persediaan, depresiasi,
penyisihan piutang tak tertagih, dan persentase penyelesaian kontrak jangka
panjang,
d) menilai kewajaran representasi manajemen,
e) mempertimbangkan kesesuaian prinsip akuntansi yang diterapkan dan kecukupan
pengungkapannya.
Auditor harus memperoleh pengetahuan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan sifat
bisnis entitas klien, organisasinya, dan karakteristik operasinya. Hal tersebut mencakup,
sebagai contoh, tipe bisnis, tipe produk dan jasa, struktur modal, pihak yang mempunyai
hubungan istimewa, lokasi, dan metode produksi, distribusi, serta kompensasi. Auditor
juga harus mempertimbangkan hal-hal yang mempengaruhi industri tempat operasi
entitas, seperti kondisi ekonomi, peraturan pemerintah, serta perubahan teknologi, yang
berpengaruh terhadap auditnya. Hal lain yang harus dipertimbangkan oleh auditor adalah
praktik akuntansi yang umum berlaku dalam industri, kondisi persaingan, dan jika
tersedia, trend keuangan dan rasio keuangan.
Pengetahuan mengenai bisnis entitas klien biasanya diperoleh auditor melalui
pengalamannya dengan entitas atau industrinya serta dari permintaan keterangan kepada
personil perusahaan. Kertas kerja audit dari tahun sebelumnya juga dapat berisi informasi
yang bermanfaat mengenai sifat bisnis, struktur organisasi, dan karakteristik operasi,
serta transaksi yang memerlukan pertimbangan khusus. Sumber lain yang dapat
digunakan oleh auditor adalah publikasi yang dikeluarkan oleh industri, laporan
keuangan entitas lain dalam industri, buku teks, majalah, dan perorangan yang memiliki
pengetahuan mengenai industri klien.
Risiko bisnis klien adalah risiko bahwa klien akan gagal dalam mencapai tujuannya,
yang berkaitan dengan kehandalan pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi,
serta ketaatan pada undang-undang dan berbagai peraturan yang mengikat. Penilaian
auditor atas risiko bisnis klien mempertimbangkan industri klien, strategi dan proses
bisnis klien, sserta pengendalian manajemen. Setelah mengevaluasi risiko bisnis klien,
auditor dapat menilai risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan, dan
kemudian menerapkan model risiko audit untuk menentukan jenis dan banyaknya bukti
audit yang dibutuhkan.
Berdasarkan undang-undang Sarbanes-Oxley, manajemen diharuskan untuk
merancang pengendalian dan prosedur pengungkapan yang memadai untuk memastikan
bahwa informasi yang material tentang risiko bisnis telah disampaikan. Tanya jawab

10
dengan manajemen tentang risiko bisnis klien dapat memberikan informasi yang
berharga bagi auditor tentang risiko bisnis klien yang mempengaruhi proses penyusunan
laporan keuangan. Undang-undang Sarbanes-Oxley juga mewajibkan manajemen untuk
memberitahu auditor dan komite audit tentang setiap kelemahan yang ada dalam
pengendalian internal. Informasi ini diharapkan dapat membantu auditor untuk
mengevaluasi pengaruhnya terhadap kemungkinan salah saji yang material dalam
laporan keuangan.

2.4 PROSEDUR ANALITIS


Prosedur analitis merupakan bagian penting dalam proses audit dan terdiri dari
evaluasi terhadap informasi keuangan yang dibuat dengan mempelajari hubungan yang
masuk akal antara data keuangan yang satu dengan data keuangan lainnya, atau antara
data keuangan dengan data nonkeuangan. Prosedur analitis mencakup perbandingan yang
paling sederhana hingga model yang rumit, yang mengaitkan berbagai hubungan dan
unsur data. Asumsi dasar penerapan prosedur analitis adalah bahwa hubungan yang
masuk akal di antara data dapat diperkirakan tetap ada dan berlanjut, kecuali jika timbul
kondisi yang sebaliknya. Kondisi tertentu yang dapat menimbulkan penyimpangan dalam
hubungan ini mencakup antara lain, perisitiwa atau transaksi yang tidak biasa, perubahan
akuntansi, perubahan usaha, fluktuasi acak, atau salah saji.
Pemahaman hubungan keuangan adalah penting dalam merencanakan dan
mengevaluasi hasil prosedur analitis, dan secara umum juga menuntut dimilikinya
pengetahuan tentang klien dan industri yang menjadi tempat usaha klien. Pemahaman
atas tujuan prosedur analitis dan keterbatasannya juga penting. Oleh karena itu,
identifikasi hubungan dan jenis data yang digunakan, serta kesimpulan yang diambil
apabila membandingkan jumlah yang tercatat dengan yang diperkirakan, membutuhkan
pertimbangan auditor. Prosedur analitis digunakan dengan tujuan:
a) Membantu auditor dalam merencanakan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit
lainnya,
b) Sebagai pengujian substantive untuk memperoleh bukti tentang asersi tertentu
yang berhubungan dengan saldo akun atau jenis transaksi, dan
c) Sebagai review menyeluruh atas informasi keuangan pada tahap review akhir
audit.
Prosedur analitis meliputi perbandingan antara jumlah-jumlah yang tercatat atau rasio
yang dihitung dari jumlah-jumlah yang tercatat, dibandingkan dengan perkiraan yang

11
dikembangkan oleh auditor. Auditor mengembangkan perkiraan tersebut dengan
mengidentifikasi dan menggunakan hubungan yang masuk akal, yang secara pantas
diperkirakan terjadi berdasarkan pemahaman auditor mengenai klien dan industrinya.
Tujuan prosedur analitis dalam perencanaan audit adalah untuk membantu dalam
merencanakan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit yang akan digunakan untuk
memperoleh bukti saldo akun. Untuk itu, prosedur analitis harus ditujukan untuk
meningkatkan pemahaman auditor atas bisnis klien dan transaksi atau peristiwa yang
terjadi sejak tanggan audit terakhir dan mengidentifikasi bidang yang kemungkinan
mencerminkan risiko tertentu yang bersangkutan dengan audit. Jadi, tujuan prosedur ini
adalah untuk mengidentifikasi hal-hal seperti adanya transaksi dan peristiwa yang tidak
biasa, dan jumlah, rasio serta trend yang dapat menunjukkan masalah yang berhubungan
dengan laporan keuangan dan perencanaan audit.
Prosedur analitis yang diterapkan dalam perencanaan audit umumnya menggunakan
data gabungan yang digunakan untuk pengambilan keputusan di tingkat atas. Lebih
lanjut, kecanggihan, lingkup, dan saat audit, yang didasarkan atas pertimbangkan auditor
dapat berbeda tergantung pada ukuran dan kerumitan bisnis klien. Untuk beberapa
entitas, prosedur analitis dapat terdiri dari review atas perubahan saldo akun tahun
sebelumnya dengan tahun berjalan, dengan menggunakan buku besar atau neraca saldo
awal yang belum disesuaikan. Sebaliknya, untuk entitas yang lain, prosedur analitis
mungkin meliputi analisis laporan keuangan triwulan.
Walaupun prosedur analitis yang diterapkan dalam perencanaan audit seringkali
hanya menggunakan data keuangan, tetapi kadangkala informasi nonkeuangan yang
relevan juga dipertimbangkan. Misalnya jumlah karyawan, luas ruang penjualan, jumlah
barang yang diproduksi, dan informasi serupa lainnya yang mungkin dapat membantu
dalam mencapai tujuan prosedur audit.
Kepercayaan auditor terhadap pengujian substantif untuk mencapai tujuan audit yang
berhubungan dengan suatu asersi dapat berasal dari pengujian rinci, prosedur analitis,
atau dari kombinasi keduanya. Keputusan mengenai prosedur yang digunakan untuk
mencapai tujuan audit tertentu didasarkan pada pertimbangan auditor terhadap efektivitas
dan efisiensi yang diharapkan dari prosedur audit yang ada. Auditor mempertimbangkan
tingkat keyakinan, jika ada, yang diingkinkannya dari pengujian substantif untuk suatu
tujuan audit dan memutuskan, antara lain prosedur yang mana, atau kombinasi prosedur
mana, yang dapat memberikan tingkat keyakinan tersebut.

12
Untuk asersi tertentu, prosedur analitis mungkin cukup efektif dalam memberikan
tingkat keyakinan yang memadai. Namun, untuk asersi lain, prosedur analitis mungkin
tidak seefektif atau seefisien pengujian rinci dalam memberikan tingkat keyakinan yang
diinginkan. Efektivitas dan efisiensi yang diharapkan dari suatu prosedur analitis dalam
mengidentifikasi kemungkinan salah saji tergantung pada sifat asersi, kelayakan dan
kemampuan untuk memprediksi suatu hubungan, ketersediaan dan kehandalan data yang
digunakan untuk mengembangkan harapan, serta ketepatan harapan.
Penting bagi auditor untuk memahami alasan yang membuat suatu hubungan menjadi
masuk akal, karena data kadang-kadang bisa jadi tampak saling berkaitan padahal
kenyataannya tidak demikian sehingga dapat mengarahkan auditor pada pengambilan
kesimpulan yang salah. Di samping itu, adanya satu hubungan yang tidak diharapkan
dapat memberikan bukti yang penting jika diteliti secara memadai.

2.5 JENIS-JENIS PROSEDUR ANALITIS


Kegunaan prosedur analitis sebagai bukti audit sangat tergantung pada auditor yang
mengembangkan ekspektasi tentang berapa saldo akun atau rasio yang harus dicatat,
tanpa memperhatikan jenis prosedur analitis yang digunakan. Auditor dapat
membandingkan data klien dengan data industry, data periode sebelumnya yang serupa,
hasil yang diperkirakan klien, hasil yang diperkirakan auditor, dan hasil yang
diperkirakan berdasarkan data non keuangan.
Manfaat paling penting dari perbandingan data klien dengan data industri adakag
membantu memahami bisnis klien dan sebagai indikasi atas kemungkinan adanya
kegagalan keuangan, tetapi kurang membantu auditor dalam mengidentifikasi salah saji
yang potensial. Kelemahan utama penggunaan rasio industri adalah penerapan metode
akuntansi yang berbeda sehingga mengurangi sifat komparabilitas data.
Berbagai prosedur analitis akan memungkinkan auditor untuk membandingkan data
klien dengan data serupa dari satu atau lebih periode sebelumnya. Beberapa contoh yang
paling umum adalah membandingkan saldo tahun berjalan dengan tahun sebelumnya,
atau menghitung rasio dan hubungan persentase untuk dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
Kebanyakan perusahaan menyiapkan anggaran keuangan maupun anggaran
operasional. Anggaran adalah pernyataan kuantitatif dari suatu rencana kegiatan yang
dibuat manajemen untuk periode tertentu. Anggaran meliputi aspek keuangan maupun
non keuangan dari operasi yang direncanakan. Anggaran pada suatu periode pedoman

13
untuk melakukan operasi selama periode anggaran yang bersangkutan. Proses penyiapan
anggaran disebut dengan pengganggaran. Pengganggaranakan sangat bermanfaat apabila
menjadi bagian integral dari analisis strategi perusahaan. Anggaran keuangan mengukur
ekspetasi manajemen yang berkaitan dengan pendapatan, posisi keuangan, dan arus kas.
Hal-hal yang mendasari anggaran keuangan tersebut adalah anggaran non keuangan,
seperti unit yang diproduksi atau dijual, jumlah karyawan, dan jumlah produk baru yang
ditawarkan ke pasar. Karena anggaran merupakan ekspektasi klien selama periode
berjalan, auditor perlu memeriksa perbedaan yang signifikan antara hasil aktual dengan
yang dianggarkan, karena pada bagian ini dapat mengandung salah saji yang potensial.
Perbandingan umum lainnya antara data klien dengan hasil yang diperkirakan terjadi
ketika auditor menghitung saldo yang diperkirakan untuk dibandingkan dengan saldo
aktual. Pada jenis prosedur analitis ini, auditor membuat estimasi tentang besarnya saldo
akun yang seharusnya, dengan menghubungkannya ke beberapa akun neraca atau akun
laporan laba rugi lainnya, atau membuat proyeksi berdasarkan beberapa trend historis.
Sebagai contoh, auditor dapat mengitung secara independen besarnya beban penyusutan
aktiva tetap.
Auditor juga dapat membandingkan data klien dengan hasil yang diperkirakan
berdasarkan data non keuangan. Sebagai contoh, auditor dapat membuat ekspektasi atas
besarnya komisi penjualan dengan cara mengalikan jumlah karyawan bagian penjualan
dengan tarif komisi rata-rata.

2.6 PENGGUNAAN RASIO KEUANGAN


Prosedur analitis yang dilakukan auditor selama tahap perencaan maupun review
akhir atas laporan keuangan yang telah diaudit seringkali menggunakan rasio keuangan.
Hal ini berguna untuk memahami peristiwa terkini dan posisi keuangan perusahaan.
Laporan keuangan melaporkan transaksi bisnis atau peristiwa ekonomi yang terjadi
dalam suatu periode waktu tertentu. Transaksi bisnis atau peristiwa ekonomi yang terjadi
ini dituangkan dalam bentuk angka-angka. Untuk menilai kondisi keuangan dan kinerja
perusahaan, angka-angka yang ada dalam laporan keuangan akan menjadi lebih
bermakna jika angka-angka tersebut saling dibandingkan.
Rasio keuangan merupakan suaru perhitungan rasio dengan menggunakan laporan
keuangan yang berfungsu sebagai alat ukur dalam menilai kondisi keuangan dan kinerja
perusahaan. Rasio keuangan dalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan anatara
satu pas laporan keuangan dengan pas lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan

14
dan signifikasi. Perbandingan dapat dilakukan antara satu pos dengan pos lainnya dalam
satu laporan keuangan atau antar pos yang ada di antara laporan keuangan.
Contoh perbandingan yang dapat dilakukan antara satu pos dengan pos lainnya dalam
satu laporan keuangan adalah dengan membandingakan antara aset lancar terhadap
kewajiban lancar (sebagai rasio likuiditasi) atau antaran total kewajiban terhadap total
aset (sebagai rasio solvabilitas). Sedangkan contoh perbandingan yang dapat dilakukan
antar pos yang ada diantara laporan keuangan adalah dengan mebandingkan antara laba
bersih dengan total aset( sebagai rasio profitabilitas).
Rasio keuangan menunjukkan hubungan yang sistematis dalam bentuk perbandingan
antara perkiraan-perkiraan (pos) laporan keuangan. Agar hasil perhitungan rasio
keuangan dapat diinterpretasikan, maka perkiraa-perkiraan yang dibandingkan haruslah
mengarah pada hubungan ekonomis yang penting. Contoh perbandingan yang tidak
dapat diinterpretasikan adalah perbandingan antara bedan perlengakapa dengan harga
saham karena beban perlengkapan tidaklah ada katanya dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi harga saham perusahaan.
Rasio keuangan yang umum digunakan auditor adalah :
1. Rasio Likuiditas, merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo. Rasio
likuiditas diperlukan untuk kepentingan analisis kredit atau analisis risiko keuangan.
Rasio likuiditas terdiri atas :
a. Rasio lancar (current ratio), merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh
tempo dengan menggunakan aset lancar yang tersedia.
𝑎𝑠𝑒𝑡 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
Rasio lancar = 𝑘𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

b. Rasio sangat lancar atau rasio cepat (quick rasio atau acid tast ratio) merupakan
rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendek yang segera jatuh tenpo menggunakan aset sangat lancar (kas +
sekuritas jangka pendek + piutang), tanpa memperhitungkan persediaan barang
dagang dan aset lancar lainnya (seperti perlengkapan dan biaya dibayar di muka)
𝑘𝑎𝑠+𝑠𝑒𝑘𝑢𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘+𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
Rasio sangat lancar = 𝑘𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

c. Rasio kas (cash ratio), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa
besar uang kas atau setara kas yang tersedia untuk membayar utang jangka
pendek.

15
𝑘𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎 𝑘𝑎𝑠
Rasio kas = 𝑘𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

2. Rasio Solvabilitas atau rasio struktur modal atau rasio leverage, merpakan rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya.
Sama halnya dengan rasio likuiditas, rasio solvabilitas juga diperlukan untuk
kepentingan analisis kredit atau analisis risiko keuangan.
Rasio solvabilitas terdiri atas :
a. Rasio utang (debt ratio), merupan rasio yang digunakan untuk mengukur
perbandingan antara total utang dengan total aset. Rasio ini juga sering dinamakan
sebagai raso utang terhadap aset (Debrito asset ratio)
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
Rasio utang = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡

b. Rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio), merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total ekuitas.
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
Rasio utang terhadap ekuitas = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠

𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
Rasio perputaran modal kerja = 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑎𝑠𝑒𝑡 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

c. Rasio utang jangka panjang terhadap ekuitas (long term debt to equity ratio),
merupakan rasio yang di gunakan untuk mengukur perbandingan antara utang
jangka panjang dengan total ekuitas.
𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔
Rasio utang jangka panjang terhadap ekuitas = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠

d. Rasio kelipatan bunga yang dihasilkan (times interest earned ratio), merupakan
rasio yang menunjukkan sejauh mana atau berapa kali) kemampuan perusahaan di
sini di ukur dari jumlah laba sebelum bunga dan pajak.
𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
Rasio kelipatan bunga yang dihasilkan = 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎

e. Rasio laba operasional terhadap kewajiban (operating income to liabilities ratio),


merupakan rasio yang menunjukkan (sejauh mana atau berapa kali) kemampuan
perusahaab dalam melunasi seluruh kewajiban. Kemampuan perusahaan di sini di
ukur dari jumlah laba operasional.
𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
Rasio laba operasional terhadap kewajiban = 𝑘𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛

3. Rasio aktivitas, merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi
atas pemanfaatan sumber daya yang dimiliki perusahaan, atau untuk menila
kemampuan perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Rasio ini dikenal

16
juga sebagai rasio pemanfaatan aset, yaitu rasio yang digunakan untuk menilai
efektivitas dan intensitas aset perusahaan dalam menghasilkan penjualan.
Rasio aktivitas terdiri atas :
a. Perputaran piutang usaha (accounts receivable turn over), merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang usaha atau berapa kali
dana yang tertanam dalam piutang usaha akan berputar dalam satu periode.
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡
Rasio perputara piutang usaha = (𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑡ℎ𝑛=𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑡ℎ𝑛):2

𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡
Rasio perputaran piutang usaha =
𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎

365 ℎ𝑎𝑟𝑖
Lamanya rata-rata penagihan piutang usaha = 𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑝𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎

b. Perpuatan persediaan (inventory turn over), merupakan rasio yang digunakan


untuk mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam persediaan akan berputar
dalam satu periode.
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
Rasio perputaran persediaan = (𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑡ℎ𝑛+𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑡ℎ𝑛):2

𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
Rasio perputaran persediaan =𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛

ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛


Rasio perputaran persedia = 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛

365 ℎ𝑎𝑟𝑖
Lamanya rata-rata persediaan = 𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑝𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛

c. Perputaran modal kerja (working capital turn over), merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur keefektifan modal kerja (aset lancar) yang dimiliki
perusahaan dalam menghasilkan penjualan
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
Rasio perputaran modal kerja = (𝑎𝑠𝑒𝑡 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑡ℎ𝑛=𝑎𝑠𝑒 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑡ℎ𝑛):2

𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
Rasio perputaran modal kerja = 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑎𝑠𝑒𝑡 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

d. Perputaran aset tetap fixed assets turnover), merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur keefektifan aset tetap yang dimiliki perusahaan dalam
menghasilkan penjualan.

17
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
Rasio perputaran aset tetap =(𝑎𝑠𝑒𝑡 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑡ℎ𝑛+𝑎𝑠𝑒𝑡 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑡ℎ𝑛):2

𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
Rasio perputaran aset tetap =𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑎𝑠𝑒𝑡 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝

e. Perputaran total aset (total asset tunover), merupakan rasio yang digunakan untuk
megukur berapa jumlah penjualan yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana
yang tertanam dalam total aset.
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
Rasio perputaran total aset = (𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑡ℎ𝑛+𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑡ℎ𝑛):2

𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
Rasio perputaran total aset = 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡

4. Rasio profitabilitas, merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan


dalam menhasilkan laba. Rasio ini dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaiti rasio
tingkat pengembalian atas investasi dan rasio kinerja operasi.
Rasio tingkat pengembalian atas investasi adalah rasio yang digunakan untuk menilai
kompensasi finansial atas penggunaan aset atau ekuitas terhadap laba bersih (laba
setelah bunga dan pajak).
Rasio ini terdiri atas :
a. Hasil pengembalian atas aset merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return)
atas penggunaan aset perusahaan dalam menciptakan laba bersih. Dengan kata
lain, rasio ini digunakan untuk mengikut seberapa besar jumlah laba bersih yang
akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset.
𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
Hasil pengembalian aset = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡

b. Hasil pengembalian atas ekuitas merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return)
atas penggunaan ekuitas perusahaan dalam menciptakan laba bersih. Dengan kata
lain rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang
dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total ekuitas.
𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
Hasil pengembalian atas ekuitas = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠

5. Rasio kinerja operasi adalah rasio yang digunakan untuk mengevaluasi marjin laba
dari aktivitas operasi (penjualan), rasio ini terdiri atas :
a. Marjin laba kotor merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya
persentase laba kotor atas penjualan bersih.
𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟
Marjin laba kotor = 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

18
b. Marjin laba operasional merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
besarnya persentase laba operasional atas penjualan bersih.
𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
Marjin laba operasional = 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

c. Marjin laba bersih merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya
persentase laba bersih atas penjualan bersih.
𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
Marjin laba bersih 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

6. Rasio penilaian atau rasio ukuran pasar merupakan rasio yang digunakan untuk
mengestimasi nilai instrinsik perusahaan (nilai saham). Rasio ini terdiri atas :
a. Laba per lembar saham biasa merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan
manajemen perusahaan dalam memberikan keuntungan bagi pemegang saham
biasa. Rasio ini menunjukkan keterkaitan antara jumlah laba bersih dengan bagian
kepemilikan pemegang saham dalam perusahaan investee.
𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
Laba per saham = 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟

b. Rasio harga terhadap laba merupakan rasio yang menunjukkan hasil perbandingan
antara harga pasar per lembar saham dengan laba per lembar saham. Lewat rasio
ini, harga saham sebuah emiten dibandingkan dengan laba bersih yang dihasilkan
oleh emiten tersebut dalam setahun.
ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚
Rasio harga terhadap laba = 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚

c. Imbal hasil dividen merupakan rasio yang menunjukkan hasil perbandingan antara
dividen tunai per lembar saham dengan harga pasar per lembar saham. Rasio ini di
gunakan untuk mengukur return (imbal hasil) atas inventasi saham.
𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚
Imbal saham dividen = ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚

d. Rasio pembayaran dividen merupakan rasio yang hasil perbandingan antara


dividen tunai per lembar saham dengan laba per lembar saham. Rasio ini
menggambarkan jumlah laba dari setiap lembar saham yang di alokasikan dalam
bentuk dividen.
𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚
Rasio pembayaran dividen = 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚

e. Rasio harrga terhadap nilai buku merupakan rasio yang menunjukkan hasil
perbandingan antara harga pasar per lembar saham dengan nilai buku per lembar
saham. Rasio ini diguanakan untuk mengukur tingkat kerja saham apakah
overvalued atau undervalued.

19
ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚
Rasio harga terhadap nilai buku = 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑢𝑘𝑢 𝑝𝑒𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚

20
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Auditor merencanakan penugasan audit dengan sebaik-baiknya untuk
mendapatkan bahan bukti yang tepat pada setiap situasi yang dihadapi dan untuk
menciptakan tingkat efisiensi biaya audit. Auditor dan klien harus sepakat mengenai
syarat-syarat penugasan, termasuk jenis, ruang lingkup, dan waktu penugasan.
Pemahaman ini akan mengurangi risiko bahwa masing-masing pihak menjadi salah
interpretasi mengenai apa yang diharapkan atau apa yang disyaratkan satu sama
lainnya.
Prosedur analitis yang diterapkan dalam perencanaan audit umumnya
menggunakan data gabungan yang digunakan untuk pengambilan keputusan di
tingkat atas. Lebih lanjut, kecanggihan, lingkup, dan saat audit, yang didasarkan atas
pertimbangkan auditor dapat berbeda tergantung pada ukuran dan kerumitan bisnis
klien. Auditor juga dapat membandingkan data klien dengan hasil yang diperkirakan
berdasarkan data non keuangan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Hery. (2013). 240 Konsep Penting Akuntansi & Auditing yang perlu Anda ketahui.
Yogyakarta : Gava Media

Elder, Randal J, dkk. (2011). Jasa Audit dan Jasa Assurance. Jakarta : Salemba Empat

22

Anda mungkin juga menyukai