Oleh :
Penyelenggaraan Pilkada secara langsung oleh rakyat tidak bisa dipisahkan dari
upaya bangsa Indonesia untuk meningkatkan kualitas demokrasi lokal dan pemerintahan
daerah pasca demokratisasi Orde Baru, sebagai momentum emas bagi implementasi agenda
desentralisasi dan otonomi secara luas bagi daerah. Berkaitan dengan itu, ada sejumlah
tantangan yang menarik untuk dicermati terkait gelaran pilkada serentak 2020.
Pertama, tantangan dinamika politik. Tantangan itu tak dapat dielakkan lantaran
pilkada serentak 2020 punya makna strategis bagi partai politik, yakni sebagai ajang untuk
memanaskan mesin politik menuju Pemilu 2024. Di sisi lain, karena jumlahnya yang
banyak, partai akan berjuang habis-habisan untuk bisa meraih kemenangan sebesar-
besarnya di setiap daerah. Matematika politik parpol mengatakan bahwa semakin banyak
kader terpilih sebagai kepala daerah, semakin kuat kaki politik sebuah partai untuk
menyongsong Pemilu 2024.
Kedua, tantangan figur. Harus diakui bahwa perjalanan pilkada sejak 2005 hingga
kini masih menggambarkan kekuatan figur sebagai modal utama dalam merengkuh
kemenangan pilkada. Figur telah menggeser dominasi mesin parpol dalam memengaruhi
pilihan. Dalam kontestasi pilkada, figur yang diusung jauh lebih penting ketimbang partai
yang mengusung. Apalagi, perilaku pemilih di Indonesia memang menunjukkan figure
identification (figure ID) jauh lebih kuat ketimbang party identification (party ID). Selain
itu, faktor efek ekor jas (coat-tail effect) membuat partai politik berlomba mencari figur
(kandidat) yang potensial menang meski bukan dari kadernya sendiri. Sehingga impor figur
ataupun caplok-mencaplok antarkader partai, seperti yang terjadi pada pilkada sebelumnya
akan kembali dilakukan sebagai usaha memenangi kompetisi pilkada.
Ketiga, tantangan pemilih. Dilihat dari demografi pemilih, pilkada serentak 2020
akan didominasi pemilih milenial. Kondisi itu perlu menjadi catatan penting lantaran tren
kepemimpinan milenial juga sedang naik daun. Milenial kini bukan sekadar objek politik,
tapi sebagian besar sudah menjadi subjek politik.
Menyambut pesta demokrasi Pilkada Serentak Tahun 2020, semoga Pilkada serentak
dapat menjadi pintu masuk membangun demokrasi yang berkualitas. Pilkada yang
demokratis senantiasa diupayakan agar pelaksanaannya efektif, efisien dan menghasilkan
pemimpin-pemimpin di daerah yang representatif bagi kepentingan rakyat di daerah yang
dipimpinnya. Tak hanya KPU Pusat dan KPU di daerah sebagai penyelenggara dan lembaga
pengawas Pemilu yang bertanggungjawab untuk mewujudkan demokrasi yang berkualitas.
Para kandidat, partai politik pengusung, dan masyarakat juga memiliki andil untuk
mewujudkan Pilkada yang demokratis, jujur dan adil, yang mampu menghasilkan figur-
figur kepala daerah yang bersih dan memiliki kecakapan untuk memimpin serta
membangun daerah ke depan.
Profesionalitas dari KPU dan Bawaslu sebagai penyelenggara Pilkada maupun peran
aktif dari Parpol dan kandidat calon Kepala Daerah terhadap para konstituennya, sangat
diharapkan agar memberikan pemahaman bagi masyarakat untuk berpartisipasi aktif
menyambut Pilkada Serentak, sehingga dapat menekan potensi Golput yang hingga saat ini
masih relatif tinggi dan merupakan preseden buruk dalam pelaksanaan Pemilu.