Anda di halaman 1dari 13

PANDUAN SURVEILANS

JAKARTA
2019

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan merupakan salah satu upaya kegiatan untuk meminimalkan atau
mnecegah terjadinya infeksi pada pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat
sekitar rumah sakit. Salah satu program pencegahn dan pengendalian infeksi
adalah surveilans, disamping adanya kegiatan lian seperti pendidikan dan
pelatihan, kewaspadaan isolasi serta kebijakan penggunaan antimikroba yang
rasional. Kegiatan surveilans infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan merupakan
salah satu kegiatan yang penting dan luas dalam program pengendaliajn infeksi,
dan suatu hal yang harus dilakukan untuk mencapai keberhasilan dari program
PPI.
Kegiatan surveilans infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan merupakan
suatu proses yang dinamis, komperhensif dalam mengumpulkan,
mengidentifikasi, menganalisa data kejadian yang terjadi dalam suatu populasi
yang spesifik dan melaporkannya kepada pihak - pihak yang berkepentingan.
Hasil kegiatan surveilasn ini ndapat digunakan sebagai dapa dasar laju infeksi di
fasilitas pelayanan kesehatan, untuk menentukan adanya kejadian luar biasa
(KLB), dan sebagai tolok ukur akreditasi rumah sakit.
B. Pengertian
Surveilens infeksi adalah suatu proses yang dinamis, sistematis, terus
menerus, dalam pengumpulan data, identifikasi, analisis dan interpretasi dari
data kesehatan yang penting pada suatu populasi spesifik untuk digunakan
dalam perencanaan, penerapan dan evaluasi suatu tindakan yang
berhubungan dengan kesehatan dan didesiminasikan secara berkala kepada
pihak–pihak yang memerlukan.
Metode surveilens adalah suatu hal yang prioritas. Outcome atau proses
menjadi ukuran untuk melakukan suatu surveilens. Outcome dari pelayanan bisa
negatif seperti infeksi, injuri, lama hari rawat meningkat atau outcome positif
seperti sembuh/ atau pasien puas. Proses adalah merupakan tahapan/langkah–
langkah yang diambil untuk mencapai outcome kepatuhan terhadap
policy/prosedur. Outcome dan proses termasuk di dalam perencanaan surveilens,
hal ini penting untuk menentukan populasi yang akan diambil. Pemilihan populasi
berdasarkan morbiditas, mortalitas rumah sakit.

2
Pada surveilens semua unsur–unsur data harus di definisikan dengan jelas,
termasuk outcome/ infeksi, proses, populasi, faktor resiko. Definisi valid,
konsisten, akurat. Definisi infeksi nosokomial merujuk pada definisi yang
dikembangkan oleh CDC (Centers for Disease Control).

Suatu infeksi diklasifikasikan sebagai infeksi nosokomial jika tidak ada infeksi
atau tidak dalam masa inkubasi ketika pasien baru masuk rumah sakit. Umumnya
infeksi nosokomial terjadi setelah 48 jam pasien masuk rawat rumah sakit dan 10
hari setelah pasien pulang. Tetapi dapat berbeda sesuai dengan masa inkubasi
dari penyakit tersebut. Bisa lebih pendek dari 48 jam seperti 48 jam seperti gastro
enteritis yang disebabkan Norwalk Virus atau lebih dari 10 hari seperti Hepatitis
A,B. Infeksi luka operasi dapat terjadi dalam 30 hari paska operasi tanpa implant.
Jika ada implant sampai satu tahun. Infeksi nosokomial harus dipertimbangkan
sebagai nosokomial infeksi jika ada hubungan dengan prosedur tindakan dan
pemakaian alat medis

3
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Pencatatan
Pencatatan data surveilens infeksi nosokomial di Rumah sakit Usada Insani
dilaksanakan di seluruh unit rawat inap,IPCLN adalah petugas yang
melaksanakan pencatatan data surveilens diruang rawat inap, dan dibawah
tanggung jawab koordinator unit rawat inap
B. Pengumpulan data surveilens
Data surveilens dikumpulkan oleh IPCN setiap awal bulan berikutnya, setelah
dinyatakan selesai oleh petugas IPCLN di setiap unit.
C. Pengumpulan data dari sistem
Pengumpulan data di Ciputra Hospital CitraGarden City masih menggunakan
sistem manual
D. Pelaporan data surveilens
Setelah data surveilens di rekap dari setiap ruang rawat inap, kemudian di olah
data oleh IPCN dan di tandatangan oleh Ketua Komite PPI, lalu di laporkan ke
Direktur Rumah Sakit Ciputra Hospital CitraGarden City.

4
BAB III
KEBIJAKAN

Infeksi rumah sakit (IRS) atau Healthcere associated infections (HAIs) adalah infeksi
yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah sakit atau fasilitas pelayanan
kesehatan lain, yang tidak ditemukan dan tidak dalam masa inkubasi saat pasien
masuk rumah sakit. Infeksi rumah sakit juga mencakup infeksi yang didapat di rumah
sakit tetapi muncul setelah keluar rumah sakit dan juga pada tenaga kesehatan.

Adapun kebijakan surveilans yang berlaku di Ciputra Hopsital CitraGarden City


adalah :
1. Surveilasn plebitis
2. Surveilans Ventilator Associated Pnemonia (VAP)
3. Surveilans Infeksi Aliran Darah Primer (IADP)
4. Surveilans Infeksi Saluran Kencing (ISK)
5. Surveilasn Hospital Acquired Pnemonia (HAP)
6. Surveilans Infeksi Daerah Operasi (IDO)
7. Dekubitus

Pengumpulan dan analisa dat asurveilas harus dilakukan dan terkait dengan suatu
upaya pencegahan.

5
BAB IV
TATALAKSANA

1. METODE
Metode surveilens yang dilaksanakan di Rumah Sakit adalah metode Hospital
Wide surveilens infeksi khusus seperti Surgical Side Infeksi (SSI) atau Infeksi
Daerah Operasi (IDO), Blood Stream Infeksi (BSI) atau Infeksi Aliran Darah
Primer (IADP), Plebitis, ISK, VAP, plebitis.
2. TAHAPAN SURVEILENS
Identifikasi populasi
Sumber infeksi dapat diambil dari catatan medik, catatan keperawatan, data
operasi, hasil laboratorium, atau masukkan dari dokter jaga dan DPJP.
Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dilakukan oleh perawat pencegahan dan
pengendalian infeksi di unit rawat inap msaing-masing (IPCLN), yang sudah
mempunyai pengetahuan, pengalaman dan berkualitas. IPCN mencari
informasi dari sumber–sumber yang tepat yaitu perawat, dokter, pasien,
keluarga pasien, petugas kesehatan lain dan juga dari catatan perawat, catatan
dokter kemudian mengaplikasikan serta mencatat data dengan metode yang
tepat.
Format pengumpulan data di entry dikomputer dan atau formulir kertas.
Pengumpulan data dapat dilakukan secara prospectif dan atau retrospectif
tergantung pada sumber yang ada.
Concurrent surveilence pengumpulan data diawali ketika pasien masih dirawat
di rumah sakit. Keuntungannya informasi data dapat diambil pada saat kejadian,
interview kepada petugas, interaktif dapat dicapai, informasi dapat diketahui bila
tidak dicatat dalam catatan medikal. Surveilens setelah pasien pulang dilakukan
pada pasien pasca operasi. Pasien pasca operasi di data sampai 30 hari
setelah operasi. Jika ada implant maka diamati sampai satu tahun setelah
operasi.
Sumber data diperoleh dari data dasar administratif, catatan medikal,
komunikasi dengan petugas, perawat atau dokter, mengkaji pasien,
laboratorium, farmasi dll.
Data-data yang di kumpulkan yaitu data demografi, infeksi, laboratorium, faktor
risiko spesifik seperti.

6
Alat Kesehatan yang dipergunakan oleh pasien di RS Usada Insani
menggunakan alat Ventilator, Urine kateter, IV kateter dan Central Vena line
dan berbagai alat kesehatan lainnya serta tindakan operasi. Data dikumpulkan
setiap hari pada waktu yang sama dicatat pada formulir pasien baru, formulir
harian dan formulir bulanan, kemudian menentukan numerator dan
denominator dari data yang sudah dikumpulkan. Data nominator yaitu jumlah
yang terinfeksi pada pasien berisiko sedangkan data denominator adalah
tabulasi dari kohort pasien yang beresiko infeksi nosokomial. Menurut NNIS
(National Nosocomial Infection surveilance).
Surveillance System denominator adalah jumlah pasien, jumlah hari rawat
pasien atau total jumlah hari pemakaian alat (intravena line, jumlah pasien
operasi mata).
Melakukan Survei pada angka kejadian Plebitis akibat penggunaan IV Kateter
perifer yang tidak tepat.
Melakukan Survei Lingkungan. Dilakukan pengawasan ketat pada kebersihan
dan pengendalian lingkungan
Menghitung dan menganalisa data infeksi
Data dicatat pada formulir yang sudah dibuat, kemudian diorganisasikan sesuai
pola yang mengandung arti. Data surveilens dicatat secara sistimatis di formulir.
Numerator dihitung angka kejadian infeksi, sedangkan denominator dihitung
populasi yang beresiko. Menghitung dan menganalisa data pakai metode
statistikal. Perhitungan infeksi nosokomial dengan menggunakan istilah insiden
rate yaitu jumlah kasus infeksi baru dibagi populasi yang beresiko pada waktu
tertentu (satu bulan).
Data harus di analisa dengan cepat dan tepat, untuk mendapatkan informasi
apakah ada masalah infeksi nosokomial,yang memerlukan penanggulangan
atau investigasi lebih lanjut. Interpetasi yang dibuat harus menunjukan informasi
tentang penyimpangan yang terjadi. Bandingkan angka infeksi nosokomial
untuk melihat apakah ada penyimpangan, dimana terjadi kenaikan atau
penurunan yang cukup tajam. Perhatikan dan bandingkan kecenderungan
menurut jenis infeksi, ruang perawatan dan patogen penyebab jika ada. Perlu
dijelaskan sebab – sebab peningkatan atau penurunan angka infeksi
nosokomial, jika ada data yang mendukung relevan dengan masalah yang
dimaksud, misalnya populasi yang beresiko infeksi daerah operasi (IDO) adalah
semua pasien yang dilakukan operasi. Untuk menghitung surveilens yang
dipakai adalah insiden rate. Insiden rate infeksi luka operasi adalah jumlah
pasien infeksi luka operasi dibagi jumlah total kasus operasi bersih dan bersih

7
terkontaminasi dikali 100%. Sedangkan rate IADP adalah jumlah kasus IADP
dibagi total jumlah hari pemakaian alat Central vena line dikali 1000.

Stratifikasi
Dalam suatu studi, populasi sering lemah homogen. Seharusnya dibedakan
umur, gender. Severity dan dilakukan stratifikasi. Pasien dengan infeksi luka
operasi dibagi dalam jenis operasi, dewasa dan anak.
Laporan, Rekomendasi dan tindak lanjut serta diseminasi
Laporan sistematik, tepat waktu dan informatif. Data disajikan dalam berbagai
bentuk, yang penting mudah dianalisa dan di interpretasi. Penyajian data harus
jelas, sederhana dapat dijelaskan oleh diri sendiri. Bisa dibuat dalam bentuk
tabel, grafik atau bentuk pie. Pelaporan dibuat dengan narasi singkat dan dibuat
secara periodik setiap bulan, triwulan semester dan tahunan. Laporan juga
harus dilengkapi dengan rekomendasi dan tindak lanjut serta di desiminasikan
kepada pihak terkait. Laporan disampaikan pada seluruh anggota sub komite
PPI, direktur rumah sakit, ruangan atau unit terkait, secara periodik bulanan,
tahunan dalam bentuk penyampaian lisan saat pertemuan, tertulis atau di
masukan dalam buletin jika ada.
3. PERHITUNGAN TINGKAT INSIDEN
A. Angka kejadian Plebitis
Perhitungan angka kejadian Plebitis adalah jumlah angka kejadian plebitis
selama kurun waktu 1 bulan (numerator ) dibagi jumlah hari pemakaian
infus perifer ( denumerator ) dibagi 1000
Plebitis

Jumlah Plebitis
X 1000
Jumlah hari pemakaian kateter vena perifer

B. Rate Infeksi Pneumonia akibat penggunaan ventilator


Perhitungan angka infeksi akibat pemakaian ventilator (Ventilator
Associated Pneumonia = VAP)
Perhitungan angka Infeksi VAP adalah menentukan jumlah hari
penggunaan alat Ventilator selama kurun waktu 1 bulan, kemudian jumlah
data pasien yang dinyatakan mengalami VAP (berdasarkan hasil kultur,
tanda klinis atau dokter yang merawat menyatakan infeksi) kemudian
dikalikan 1000 (karena hari penggunaan alat)

8
Ventilator Associated Pneumonia = VAP

Jumlah VAP
X 1000
Jumlah hari pemakaian Ventilator

C. Rate Infeksi Aliran Darah Primer (IADP)


Rate Infeksi Aliran Darah Primer (IADP)/Bakterimia/Blood Stream Infection
Perhitungan angka Infeksi Aliran Darah Primer (IADP)/Bakterimia/Blood
Stream Infection adalah “ jumlah kasus bakteriemia dalam sebulan
dibagi jumlah hari penggunaan CVL sebualan lalu di kali 1000

Jumlah bakterimia
X 1000
Jumlah hari pemakaian kateter vena sentral

D. Rate Infeksi Saluran Kemih (ISK)


Perhitungan angka Infeksi Saluran Kemih adalah menentukan jumlah hari
penggunaan alat Kateter Urine selama kurun waktu 1 bulan, kemudian
jumlah data pasien yang dinyatakan mengalami ISK (berdasarkan hasil
kultur, tanda klinis atau dokter yang merawat menyatakan infeksi)
kemudian dikalikan 1000 (karena hari penggunaan alat)
Infeksi Saluran Kemih (ISK)

Jumlah Infeksi Saluran Kemih


X 1000
Jumlah hari pemakaian kateter urin

E. Rate Infeksi akibat tirah baring lama ( Hospital Acquired


Pnemonia/HAP)
HAP adalah infeksi sakuran nafas bawah yang mengenai parenkin paru
setelah psaien dirawat dirumah sakit > 48 jam, dan sebelumnya tidak
menderita infeksi saluran nafas bawah. HAP dapat diakibatkan tirah baring
lama (koma/tidak sadar, trakeostomi, refluk gastter, endotracheal
tube/ETT).
Perhitungan angka infeksi HAP adalah jumlah kasus HAP selama kurun
waktu 1 bulan (sebagai numerator) dibagi jumlah hari rawat psaien tirah
baring dalam 1 bulan (sebagai denumerator) dikalikan 1000

9
Hospita Acquired Pnemonia/HAP
Jumlah Infeksi Pnemonia
X 1000
Jumlah lama hari rawat

F. Rate Infeksi Daerah Operasi (IDO)


Perhitungan angka kejadian infeksi (rate infeksi luka operasi/ILO) adalah
dengan menentukan terlebih dahulu jumlah kasus infeksi IDO dalam
sebulan ( Luka bersih dan Bersih terkontaminasi) dibagi jumlah kasus
operasi dalam sebulan berjalan kemudian kemudian di kali 100.
Infeksi daerah operasi ( IDO)

Jumlah kasus infeksi luka operasi x 100


Jumlah kasus operasi

G. DEKUBITUS
Perhitungan angka kejaidan infeksi dekubitus adalah jumlah kasus
dekubitus (numerator) dibagi jumlah lama tirah baring/ total care
(dumerator) dibagi 1000
Jumlah kasus dekubitus
X 1000
Jumlah lama tirah baring

10
BAB V
DOKUMENTASI

Dokumentasi data surveilens berupa hasil rekapitulasi data dari ruang rawat inap
dari hasil pencatatan oleh IPCLN setiap bulan. Pencatatan itu berupa catatan
pasien operasi, pemasangan IVL, pemasangan CVL, pemasangan UC,
pemasangan ETT, disetiap ruangan rawat inap.
Selain itu IPCLN juga melakukan pemantauan infeksi nosokomial seperti, IDO,
ISK, VAP, Bakteriemia.

1. Formulir harian:

DATA PEMAKAIAN PERALATAN MEDIS

JML Nama Pemakaian alat Kultur Antibiotik ket


Tgl No
Pasien pasien ETT CVL IVL DC

11
2. Formulir pencatatan pasien Operasi (manual)

Nama
TGL No pasien dr.bedah Tgl Jenis Tipe Tanggal Stratifikasi Resiko ILO Hasil AB
operasi operasi operasi Infeksi Kategori ASA Durasi Total Kultur
Operasi Operasi

12
13

Anda mungkin juga menyukai